BAB II LANDASAN TEORI A. Pengukuran Kinerja dengan menggunakan Analisis Rasio - Rasio Keuangan 1. Pengertian Kinerja dan Tujuan Pengukuran Kinerja Secara umum, ada yang mengartikan kinerja sebagai petakasanaan kegiatan, tetapi ada juga yang mengartikan kinerja sebagai prestasi kerja. Bila kinerja dilihat sebagi prestasi kerja itu dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilain tersebut. Pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif dari aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan atau oleh sutu divisi dari perusahaan tersebut pada suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Mulyadi dan Johny Setiawan (2001:128) Pengukuran kinerja adalah : rcncntuan secara pcnodik mcngcnai ctckt:vitas aar, ciisicns. opersional suatu organisasi, bagian atau divisi suatu organisasi dan karyavvannya bcrdasarkan ditetapkan sebelumnya. sasaran, standar dan kntena yang telah Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilain itu sendiri. Pengukuran kinerja bagi menajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian untuk pencapian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan pengukuran kinerja bagi pihak luar manajemen dapat diartikan sebagai pengukur atas suatu prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalm suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatan. Pengukuran kinerja diperlukan oleh manajemen sebagai pemberi petunjuk dalam pengambilan keputusan dan untuk mengevaluasi kinerja manajemen dan divisi bawahnya. pengukuran kinerja Sedangkan pihak luar manajemen melakukan dimaksudkan untuk digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan yang diambilnya. 2. Metode Pengukuran kinerja Keuangan Dalam hubungan dengan analisis laporan keuangan agar data pada laporan keuangan mudah dimengerti, terdapat alat-alat atau teknik yang dapat digunakan untuk analisis keuangan meliputi: (Sawir,2005): 1. Analisis Rasio keuangan Analisa rasio adalah suatu analisa yang membandingkan pos-pos keuangan tertentu dan pos-pos keuangan lainnya dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dapat memberikan informasi untuk mengendalikan bidang-bidang tertentu. 2. Analisis Kesehatan keuangan perusahaan metode Z-score adalah Analisis yang ditemukan oleh Altman ini untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, Altman menemukan suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan istilah yang sangat terkenal, yang disebut Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. 3. Analisis Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap rasio keungan, analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin, dan menunjukan bagiman rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sistem Du Pont sering digunakan untuk pengendalian divisi, prosesnya disebut dengan pengendalian terhadap 4. tingkat pengembalian investasi. Analisis Vertikal dan Horizontal Analisis horizontal ( analisis perbandinagn laporan keuangan ) adalah analisis denngan cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan, maksudnya untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi, sehingga dapat diketahui apakah telah terjadi kenaiakan atau penurunan. Analisis Vertiakal ( per komponen ) adalah analisis yang dilakukanm dengan jalan menghitung proporsi pos-pos nneraca dengan suatau jumlah tertentu dari laporan laba rugi. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana, adalah anlisis yang menyediakan latar belakang histories dari pola aliran dana disebut juga laporan perubahan posisi keuangan. Analisis ini bermantaat teutama bila perusahaan akan mengajukan permohonan kredit, dapat ditentukan bagaiman dana telah dimanfaatkan di masa lalu, dana darimana yang dapat diharapkan dimasa depan dan bagaiman akan digunakan. Pola aliran dan dan efeknya terhadap pada modal kerjadapat menunjukan apakah perusahan sedang maju atau akan mengalami kesulitan. 6. Analisis Kinerja dengan Metode Economic Value Added ( EVA ) adalah merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menunjukan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manjemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. Dari bebrapa teknik penulis hanya akan membahas analisis kesehatan keuangan perusahaan metode altman z-score untuk mempredikisi resiko kebangkrutannya. B. Kebangkrutan 1. Definisi Kebangkrutan Menurut Adnan (2000) kebangkrutan dapat ditafsirkan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut pengertian tefcfc *m& pengeitran kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti: 1. Kegagalan Ekonomi (Economic Filure ) Kegagatan dalam arti ekonomi biasanya berarti perusahan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. lni berarti tingkat labanya lebih kecit dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajibannya. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yag diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya histories dari investasinya lebih kecil dari biaya modal perusahaan. 2. Kegagalan Keuangan (Financial Failure) Kegagalan keuangan biasanya diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dasar dan sistem saham. Insolvensi atas arus kas ada dua bentuk : a. Insolvensi Teknis (Technical Insolvensi) Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva memenuhi total hutang atau terjadi bila perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar yang telah ditetapkan atau rasio kelayakan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pada tanggal tertentu. b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan 1. Dalam pengertian ini kebangkrutan didefmisikan dalam ukuran sebagai kelayakan bersih negatif dalam neraca konvensional / nilai sekarang dari nilai arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. 2. Liquidasi perusahaan/penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Titik Ariyati (2000; 28) kebangkrutan didefinisikan "Sebagai kesulitanyang sangat parah sehingga tidak mampu menjalankan operasinya dengan baik." Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu : 1. Kegagalan Ekonomi Kegagalan ekonomi disebabkan karena tidak seimbangnya antara pendapatan dan pengeluaran yang dipicu oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat laba atas biaya historis. 2. Kegagalan Keuangan Disebabkan karena perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun mungkin total aktivanya melebihi total kewajiban. Menurut Mutchler (1985) "Perusahaan yang berindikasi bangkrut didefmisikan sebagai perusahaan yang memiliki satu diantara ciri-ciri antara lain arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, kerugian pada tahun berjalan atau defisit saldo laba tahun berjalan" 2. Faktor Penyebab Kebangkrutan Kebangkrutan akan cepat terjadi di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit, semakin sakit dan pada akhirnya bangkrut. Bukan hanya itu saja, perusahaan yang pada mulanya sehat juga dapat mengalami kesulitan dalam kegiatan operasinya dan tidak menutup kemungkinan perusahaan itu akan bangkrut. Menurut Adnan (2000) secara garis besar ada tiga faktor penyebab kebangkrutan yaitu : a. Faktor Umum i. r akxor-faktor oenyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi, atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran. Surplus atau defisit dalam hubungan dengan perdagangan luar negeri. 2. Faktor Sosial Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat dalam memenuhi permintaan terhadap produk atau jasa ataupun perusahaan yang berhubunagan dengan karyawan. Faktor sosial lain yang berpengaruh adalah kerusuhan kekacaun yang terjadi dimasyarakat. 3. Sektor Teknologi Penggunaan teknologi intbrmasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemetiharaan dan implementasi. Pembengkakan biaya terjadi, jika penggunaan informasi teknologi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang professional. 4. Sektor Pemerintah Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, penggunaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan dan tenaga kerja. b. Faktor Eksternal Perusahaan 1. Sektor Pelanggan Perusahaan harus bisa mengidentitikasi sitat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang, untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunya hasil penjualan sehingga akan menurunkan pendapatan yang diperoleh dimana mencegah konsumen berpaling ke pesaing. 2. Sektor Pemasok Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikan harga dan mengurangi keuntungan pembeiiannya tergantung pada seberapa jauh pemasok mi berhubungan dengan perdagangan bebas. 10 3. Sektor Pesaing Perusahaan juga jangan melupakan pesaing karena jika produk pesaing lebih diterima masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima. c. Faktor Internal Perusahaan Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan dapat dicegah melalui berbagai tindakan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijakan manjemen yang tidak tepat dimasa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu pada saat yang diperlukan. Faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal (Adnan,2000) adalah : 1. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada para debitur yang pada akhirnya tidak bisa dibayar oleh para pelanggan tepat pada waktunya, sehingga menimbulkan kredit macet, dimana kreditur, pelanggan tidak mampu membayar hutang. 2. Manajeman tidak efisien Banyak perusahaan yang gagal karena kurang adanya kemampuan pengalaman, keterampilan sikap manajemen. Ketidakefisienan adaptip manjemen dan inisiatif dari tercermin pada ketidakmampuan manjemen menghadapi situasi yang terjadi diantaranya : a. Hasil penjualan yang tidak memadai b. Kesalahan pada penetapan harga jual 11 c. Pengelolaan utang piutang yang kurang memadai d. Struktur biaya e. Tingkat investasi daiam aktiva tetap f. Kekurangan modal kerja g. Ketidakseimbangan daiam stuktur permodalan h. Sistem dan prosedur akuntansi yang kurang memadai i. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan 3. Mendeteksi Kemungkinan Kebangkrutan Sangat penting bagi perusahaan untuk dapat mengetahui tanda- tanda peringatan akan terjadinya kebangkrutan. Menurut Bringham (1992) #erdapat empat hal yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan suatu perusahaan yaitu : a. Akal Sehat Daiam menggunakan akal sehat tidak diperlukan analisis laporn keuangan perusahaan yang perlu hanya mengamati kejadian yang menimpa perusahaan, kemudian menarik kesimpulan apakah perusahaan tersebut akan bangkrut atau tidak. b. Rasio Keuangan Penggunaan rasio keuangan dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan melalui quick ratio dan leverage ratio. 12 c. Judgement Approch untuk memprediksi kebangkrutan Yaitu suatu teknik yang menggabungkan antara judgement perhitungan dan kuantitatif dari rasio keuangan yang dipandang penting untuk mengklasifikasi dan mengukur terjadinya resiko finansial. d. Analisis multi diskriminan Melalui pemakin z score yang dilakukan oleh Edward 1 Altman pada tahun 1968. 4. Analisis Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z Score Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan menjadi topilk menarik setelah Altman (1968) menemukan suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan istilah yang sangat terkenal, yang disebut Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Zscore dapat dituliskan sebagai berikut: Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Dimana: XI = Modal Kerja/ Total Aktiva (Working Capital/Total Asset) Modal Kerja = Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar X2 = Laba ditahan/ Total aktiva (Retained Earning/Total Asset) 13 Modal Kerja = Aktiva Lancar- Kewajiban Lancar X2 = Laba ditahan/ Total aktiva (Retained Earning/Total Asset) X3 = Laba sebelum Bunga dan PajakyTotal Aktiva (EBIT/Total Asset) X4 = Nilai Pasar Modal Sendiri/Total Kewajiban (Market Value Equity/ Book Value of Total Liabilities) Nilai pasar modal sendiri = Harga pasar saham x jumlah saham ditempatkan X5 = Penjualan/Total Aktiva (SalesATotal Asset) Z Overall Index = Jika Indeks Z > 2.99, maka perusahaan diprediksi tidak bangkrut Jika Indeks Z < 1.81,maka perusahaan diprediksi akan bangkrut Jika indeks 1.81 < Z < 2.99, maka out off range (tidak diketahui apakah perusahaan akan bangkrut atau tidak) Penyelesaian dari masing-masing variable sebagai berikut: a. Rasio XI = Modal Kerja/Total Aktiva. Rasio ini mengukur liquiditas dengan membandingkan aktiva liquid bersih dengan total aktiva. Aktiva liquid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total kativa lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat 14 dari pada total aktiva menyebabkan rasio turun (Sawir, 2005). b. Rasio X2 - Laba Ditahan/Total Aktiva. Rasio ini mengukur kemampulabaan kumulatif dari perusahaan pada bebrapa tingkat, rasio ini yang menemukan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. Bias yang menguntungkan perusahaan-perusahaan yang lebih berumur pemberian ini tidak tingkat mengherankan kegagalan yang karena tingkat tinggi kepada perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaa, nilai laba ditahan dari rasio X2 akan negatif (Sawir, 2005). c. Rasio X3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva. Rasio ini mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini mengukur tingkat produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bial rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uangyang lebih banyak dari bunga pinjaman. (Sawir, 2005). 15 d. Rasio X4 = Nilai Pasar Modal SendiivTotaf Kewajiban. Merupakan kebalikan dari rasio utang permodal sendiri (DER) yang lebih terkenal. Nilai modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham perusahaan yang dikalikan dengan harga pasar perlembar sahamnya. Umumya perusahaan-perusahaan yang gagal mengakumulasi lebih banyak hutang dibanding modal sendiri (Sawir, 2005). e. Rasio X5 = Penjualan/Total Aktiva. Rasio yang mengilustrasikan kemampuan penjualan yang dihasilkan dari asset perusahaan, rasio ini merupakan suatu ukuran untuk manajemen dalam bersaing di keadaan yang kompetitif (Altaian, 1993) Keuntungan dari metode Z score ini adalah : 1. Mudah dimengerti dan digunakan. Hal ini dikarenakan penggunaan rasiorasio yang terdapat dalam laporan keuangan. 2. Keakuratannya terjamin dan tetap objektif untuk mendeteksi kesehatan perusahaan, Tingkat keakuratannya mencapai 95 %. Sedangkan kelemahan Metode Z score ini adalah : 1. Mencakup periode yang sangat panjang (hampir dua dekade), metode ini digunakan untuk memprediksi kebangkrutan kira-kira dua tahun yang akan datang. 2. Analisis hanya dapat dilakukan untuk perusahaan manufaktur. 16 C. Rasio-rasio Keuangan Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Keuangan 1. Definisi dan Peran Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatujumlah tertentu denganjumlah lainnya. Analisa rasio adalah suatu analisa yang membandingkan pos-pos keuangan tertentu dan pos-pos keuangan lainnya dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dapat memberikan informasi untuk mengendalikan bidang-bidang tertentu. Mulyadi dan Jhony Setiawan,(2001:130) Angka rasio dapat dipertimbangkan dengan : 1. Angka rasio perusahaan pada masa yang lampau 2. Angka rasio industri 3. Angka rasio yang ditetapkan sebagai suatu "standar" Kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan si pemakai dalam menginterpreatsikan data yang bersangkutan. 2. Jenis Rasio Keuangan a. Rasio Likiuditas Rasio ini menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan membayar kewjiban lancar dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Tidak ada standar atau rasio ynag umum, yang dapat digunakan oleh perusahaan, tetapi sebagai kebiasaan (rule of thumb) rasio lancar sebesar 200% (2) dapat dianggap memuaskan. 17 Yang termasuk rasio ini adalah rasio lancar(current ratio), rasio cepat(quick ratio atau acid test ratio) dan rasio kas(cash ratio) (Sawir, 2005). 1. Rasio Lancar ( Current Ratio ) Rasio ini merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan kewajiban jangka menggunakan pendek pendek, hal perusahaan ini dikarenakan seberapa jauh tuntutan dipengaruhi oleh aktiva memenuhi dari yang rasio ini kreditur jangka diperkirakan akan menjadi uang tunai dalam periode yang sama.dengan jatuh tempo utang. Rasio lancar yang rendah biasanya menunjukan terjadi masalah likuiditas sebaliknya rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, menganggur karena yang pada menunjukan akhirnya banyaknya dapat dana mengurangi kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rumusnya adalah : Current ratio = Aktiva lancar Hutang lancar 2. Rasio Cepat (Quick Ratio ) Persediaan merupakan unsur aktiva yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga dan unsur saktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika 18 terjadi liquidasi, oleh karena itu persediaan tidak diikutsertakan dalam perhitungan mengukur jadi kemampuan current suatu ratio lebih perusahaan baik dan dalam memnuhi kewajiban jangka pendeknya. Rumusnya adalah : Quick Ratio = Aktiva lancar - Persediaan Hutang lancar 3. Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang lancamya dengan kas atau setara kas. Cash Ratio = Kas + Sekuritas vans dipasarkan Utang Lancar b. Leverage Ratio Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman atau rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban dengan aktiva yang dimiliki. Rasio leverage ini adalah : I. Debt Ratio Ratio ini memperlihatkan proporsi antar kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil pesentasenya semakin besar resiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham. Rumusnya adalah : Debt Ratio = Total Hutang Total Aktiva 19 2. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menggambarkan perbandingan equitas dalam kemampuan memenuhi pendanaan modal seluruh sendiri perusahaan perusahaan kewajibannya (Sawir, dan utang dan menunjukan tersebut 2005) untuk Rumusnya adalah: DER = Total Hutang Total Ekuitas 3. Time Interest Earned (TIE ) atau Time Interest Earned Rasio ini berguna untuk menggambarkan kemampuan laba dalam membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Rasio yang tinggi menunjukan margin keamana dari investasi yang dilakukan oleh kreditur dan investor, ( Darsono dan Ashari, 2005) Rumusnya adalah laba sebelum pajak dan biaya bunga: TIE = EBIT Beben Bunga 4. Rasio Penutupan Beban Tetap Rasio ini mirip dengan rasio TIE , namun rasio ini lebh lengkap karena dalam rasio ini diperhitungkan kewajiban perusahan seandainya perusahan melakukan leasing (sewa beli) 20 aktiva dan memperoleh utang jangka panjang berdasarkan konmtrak sewa beli. Rumusnya adalah : PBT = (Laba sebelum Pajak + Beban Bunga + kewajiban Lease) (Beban Bunga + Kewajiban Lease) c. Activity Ratio Adalah rasio kemampuan/efektivitas yang digunakan perusahaan untuk dalam mengukur menggunakan sumberdaya (aktiva) yang dimilikinya. Yang termasuk dalam rasio ini diantaranya rasio perputaran persediaan, periode penegihan rata-rata(average collection periode), Rasio perputaran modal kerja(working capital turnover), rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total aktiva(total asset turnover).(Sawir, 2005) 1. Inventory Turn Over Ratio ini digunakan untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini Merupakan indikasi yang memperlihatkan cukup popular seberapa efisiensi baiknya operasional manjemen yang mengontrol modal yang ada pada persediaan. Rumus yang digunakan adalah : Inventory Turnover Ratio = Cost Of Goods Sold (at cost) Average Inventory 21 2. Working Capital Turnover Rasio aktivitas ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar.Rasio ini menunjukan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rumus yang digunakan adalah : Working Capital Turnover = Peniualan Modal Kerja Bersih 3. Total Aseet Turnover Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan bebrapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupaih yang diinvestasikan, dalam benmtuk harta perusahaan. Kalau perputaranya lambat, ini menunjukan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Rumusnya adalah : Total Asset Turnover = Peniualan Total Asset 4. Fixed Asset Turn Over Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan. Rasio ini berguna bagi 22 perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meni9ngkatkan pendapatan. Kalau perputaran nya lambat ( rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabka oleh hal-hal lainseperti inivestasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai out put yang akan diperoleh. Rumusnya adalah : Fixed Asset Turn Over = Penjualan Aktiva Tetap d. Profitability Ratio Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan. Ratio ini memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan. Yang termasuk dalam rasio ini antara lain marjin laba kotor (gross profit margin), marjin laba operasi(operating profit margi), marjin laba bersih(net profit margin), hasil pengembalian atas aktiva(return on asset), dan pengembalian atas ekuitas. Rasio- rasio tersebut adalah: hasil 23 1. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atua biaya perusahaan produksinya, untuyk mengindikasikan berproduksi secara kemampuan efisien. Dalam mengevalusai dapat dilihat marin perunit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitive terhadap pesaingnya. Rumusnya adalah : Gross Profit Margin = (Penjualan-Harga Pokok Penjualan ) Penjualan 2. Net Profit Margin/Profit Margin On Sales Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan dan mengukur kemampuan manajemen perusahaan menekan biaya operasi. Rumus yang digunakan adalah : NPM = Laba Bersih Penjualan 3. Daya Laba Dasar ( Basic Earning Power ) Daya dasar laba mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam memnafaatkan seluruh sumberdayanya, yang menunjukan rentabilitas ekonomis dari perusahaan. Rumusnya adalah : Daya Laba Dasar = EBIT Total Asset Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi tergantung dari: 24 a. Operating Profit Margin = EBIT Sales b. Total Asset Turnover = Sales Total Asset 4. Return On Asset Ratio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan keseluruhan dan memberikan gambaran tentang tingkat kemampuan manajemen perusahaan dalm mengelola dana perusahaan. Makin tinggi ROI, maka makin baik. ROI sering disamakan dengan ROA jika seluruh aktiva yang dimiliki diguanakan untuk kegiatan normal perusahaan maka total operating asset - total asset, sehingga ROI = ROA. ROA = Laba Bersih Total Aktiva 5. Return On Equity Rasio ini mem perl ihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telaah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang menunjukan Rentabilitas modal saham sendiri modal perusahaan. Rumusnya adalah : perusahaan. ROE atau rentabilitas 25 ROE = Laba Bersih Modal Sendiri 3. Keunggulan Analisis Rasio Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan anlisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah : ( Harahap,1999 ) 1. Rasio merupakan angaka/ ikhtisar statistik yang lebih mudah dibacadan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untu bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi z- score. 5. Lebih mudah memebandingkan rasio secara periodik atau timelines. 6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. 4. Keterbatasan Analisis Rasio Ada pun keterbatasan analisis rasioitu adalah : ( Harahap, 1999 ) 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Ketebatasan yang dimiliki aktivitas atau kapan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti: 26 a. Bahan perhitungan rasio laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan /rasio adalah nilai cost (perolehan) bukan harga pasar. c. Metode penelitian yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan berbeda. 3. Jika data untilk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Jika ada perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, oleh karena itu jika dilakukan perbandingan, bisa menimbulkan kesalahan.