76 PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

advertisement
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
YANG MENONTON FILM ANIMASI DI TK IDAMAN HATI
KECAMATAN SAWANG ACEH UTARA
Rina yanti,1) Anizar Ahmad, Erni Maidiyah2)
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh
Email: [email protected]
Abstract: This study aims at determining the social-emotional development of children watching
television. The approach used in this study was a qualitative-descriptive approach. The data were
collected through observation and interview techniques. The results showed that: 1) the children
did two types of abuses, that is, physical and verbal abuse; 2) TV footages which are often seen by
children were violent and vulgar animated cartoons; 3) The children spend time watching TV for 2-5
hours per day in the morning, afternoon, evening and night; 4) the children’s behaviors while watching
television were varied such as being silent, mimicking a scene directly and indirectly; and 5) the role
of parents solely watched television with the children, did not provide guidance and feedback to the
footages seen by the children. It was concluded that the social-emotional development of a children
was still not good, their behavior still tend to do something negatively.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sosial emosional anak yang
menonton televisi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) anak melakukan dua jenis kekerasan yaitu kekerasan fisik dan verbal; 2)
tayangan televisi yang sering dilihat anak adalah film animasi kartun yang mengandung unsur
kekerasan dan kefulgaran; 3) waktu yang dihabiskan anak dalam menonton mencapai 2-5 jam perhari
pada waktu pagi, siang, sore dan malam; 4) perilaku anak pada saat menonton televisi bermacammacam, yaitu diam memperhatikan, menirukan adegan secara langsung dan tidak langsung; dan 5)
peran orang tua hanya sebatas menonton televisi bersama anak, tidak memberikan bimbingan dan
tanggapan terhadap tayangan yang dilihat anak. Disimpulkan bahwa perkembangan sosial
emosional anak masih kurang baik, perilakunya masih cenderung ke hal-hal yang negatif.
Kata Kunci: Film animasi, perkembangan sosial emosional, perilaku anak
Perkembangan seseorang sangat ditentukan
orang, baik bayi, anak-anak maupun orang
oleh masa perkembangan awal, yaitu pada
dewasa.
usia emas (golden age). Jika pada masa kecil
langsung dengan proses kematangan dan
perkembangannya baik, maka perkembangan
pengalaman seseorang. Perkembangan sosial
selanjutnya juga akan baik. Perkembangan
emosional merupakan perkembangan yang
adalah proses perubahan yang terjadi pada
berhubungan langsung dengan sosial, prilaku
makhluk hidup dan dialami oleh semua
dan bahasa seseorang. Baik yang berhubungan dengan
Perkembangan
berhubungan
76
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
bagaimana anak berdaptasi atau bermain dengan teman anak-anak. akan tetapi, orang tua harus bisa
disekitarnya, maupun mengetahui cara menjaga
memonitor kegiatan menonton anak, karena
perasaan temannya dan tahu menghargai
televisi selain memberikan informasi positif,
hak/pendapat/karya temannya sehingga anak
dapat juga memberikan efek negatif terhadap
mengetahui cara mengekspresikan emosi
perkembangan sosial emosional anak. Hal ini
yang sesuai dengan kondisi yang seharusnya.
sesuai
Perkembangan sosial emosional
dengan
pendapat
Dubow
dkk,
anak
(Santrock 2011:128) bahwa televisi dapat
lingkungan
memberikan efek negatif pada anak dengan
disekitar anak, baik lingkungan keluarga,
membuat mereka menjadi pembelajar yang
masyarakat, sekolah, dan main, bahkan dari
pasif, mengalihkan mereka dari mengerjakan
media-media disekitar anak seperti media
PR,
elektronik yaitu televisi. Televisi merupakan
memberikan kepada mereka model agresi
salah satu media yang dapat memberikan
kekerasan, dan menyajikan kepada mereka
informasi
Akan
pandangan yang tidak realistis tentang dunia.
juga
Pada beberapa tahun terakhir ini,
memberikan dampak negatif kepada anak
kekerasan terjadi dimana-mana dan semakin
usia dini, yaitu melalui siaran-siaran yang
hari semakin bertambah terutama kekerasan
ditayangkan, seperti film animasi. Sangat
terhadap
disayangkan sekarang anak-anak banyak
permasalahan-permasalahan seperti tersebut
mengambil contoh negatif dari pada positif
tidak terjadi jika adanya penjagaan dari
dari televisi tersebut, salah satunya adalah
lingkungan masyarakat, menguatkan kontrol
nilai yang berbau kekerasan dan kevulgaran
pengawasan dalam keluarga, meningkatkan
yang tidak baik untuk perkembangannya.
peran sekolah/lembaga dan institusi lainnya
Menurut
Kekerasan
untuk
program-program
(agresi) didefinisikan sebagai perilaku fisik
untuk
anak
atau
untuk
nantinya memberikan dampak yang positif
menyebabkan kerusakan atau menyakiti dan
bagi mereka dimasa yang akan datang
berwujud dalam dua bentuk yaitu hostile
khususnya terhadap perkembangan sosial
aggression yang tumbuh dari emosi seperti
emosional. (Surat Kabar Serambi Indonesia,
marah, dan instrumental aggression yang
07 Oktober 2015. hal. 18).
banyak
dipengaruhi
tetapi,
dikalangan
tanpa
masyarakat.
disadari
Myers
verbal
oleh
yang
televisi
(2012:69)
dimaksudkan
bertujuan untuk menyakiti sesuatu yang lain
mengajari
anak
mereka
usia
dan
dini,
Stereotip,
seharusnya
edukasi/ceramah
masyarakat
sehingga
Pada dasarnya, anak-anak lebih suka
Menonton merupakan rutinitas yang
menonton film animasi yang mengandung
selalu dilakukan oleh anak-anak. menonton
sifat humor daripada film animasi yang
dapat memberikan kesan tersendiri pada
mengandung nilai edukasi. Tanpa disadari,
77
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
film animasi yang ditonton tersebut dapat
menonton
memberikan dampak negatif baginya dan
kekerasan.
orang disekitarnya. Film animasi yang
ditayangkan
ditelevisi
televisi
Berdasarkan
kartun
tanpa
permasalahan
yang
banyak
peneliti temukan, maka peneliti tertarik
mengandung unsur kekerasan (agresi) dan
untuk mengkaji dan mengetahui tentang
kevulgaran (Seksi), seperti film Tom and
permasalahan-permasalahan
Jerry,
shinchan,
akibat dari anak menonton film animasi
doraemon dan lain sebagainya yang sering
dengan judul penelitian: “Perkembangan
ditonton oleh anak. film animasi ini selalu mengisahkan
Sosial Emosional Anak yang Menonton Film
tentang
Animasi di TK Idaman Hati Kecamatan
larva,
barbie,
perselisihan,
sekarang
acara
frozen,
pertengkaran
dan
permusuhan, tidak sopan pada orang yang
Sawang Aceh Utara”.
lebih tua darinya, dan lai-lain yang tidak baik
Fokus
yang
penelitian
timbul
yaitu
untuk
untuk ditonton oleh anak. Seharusnya pada
mengetahui tentang perkembangan sosial
usia
emosional
anak
yang
masih
dini
tidak
anak
yang
menonton
film
diperkenalkan atau tidak diizinkan menonton
animasi. Perkembangan sosial emosional
tindakan agresi atau tindakan seks. Seperti
adalah perkembangan yang berhubungan
yang kita ketahui, anak adalah imitasi yang
langsung
kuat, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan akan dia
seseorang, baik orang dewasa maupun anak-
contohkan
anak.
dan
diimplementasikan
dalam
dengan
sikap
Perkembangan
sosial
emosional
berhungan
tua,
lain
adaptasi seseorang dengan lingkungan dan
sangat
bagaimana orang bersikap dan bertingkah
disekitarnya.
sebaya
Oleh
dan
karena
orang
itu,
disayangkan pada saat sekarang ini yang
proses
perilaku
kehidupan sehari-hari, baik dengan orang
teman
dengan
dan
komunikasi,
laku dengan orang disekitarnya.
banyak dicontoh oleh anak-anak adalah sikap
Film animasi dapat didefinisikan
negatif, seperti memukuli dan menendang
sebagai film kartun. Film kartun adalah
temannya, membentak orang tuanya, dan
bentuk dari gambar animasi 2 Dimensi (2D).
banyak juga kita jumpai orang tua yang
Istilah animasi berasal dari bahasa Yunani
mencabuli
ini
yaitu anima, artinya jiwa atau hidup. Kata
sependapat dengan Santrock (2011:128)
animasi dapat juga berarti memberikan hidup
bahwa anak-anak prasekolah yang telah
sebuah objek dengan cara menggerakkan
menonton film kartun (animasi) televisi
objek gambar dengan waktu tertentu Sibero
dengan kekerasan lebih sering menendang,
(Setiawan, 2013:5).
anaknya
sendiri.
hal
mencekik, dan mendorong teman-teman
mereka daripada anak-anak prasekolah yang
Televisi merupakan media elektronik
yang
sudah
lama
berkembang
dalam
78
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
kehidupan manusia. Melalui televisi kita
meningkat pada waktu dan tempat televisi
dapat memperoleh berbagai informasi yang
muncul. Berdasarkan pemaparan diatas maka
kita butuhkan baik tentang kuliner, musik,
peneliti sependapat dengan para ahli tersebut,
berita, dan lain sebagainya.contoh kecil
bahwa dengan menonton televisi dapat
lainnya adalah tayangan program-program
memberikan pengaruh negatif bagi anak
pendidikan
yang
untuk
anak
yang
dapat
dapat
mengganggu
proses
meningkatkan prestasi belajar anak. Briyan
perkembangan sosial emosionalnya dimasa
(Santrock, 2011:130) berpendapat bahwa
yang akan datang. Selain itu, tayangan
televisi dapat mengajari anak-anak bahwa
televisi yang tidak berkualitas serta akses
lebih baik untuk berperilaku secara positif
internet yang semakin bebas tanpa batas. Tak
dan prososial dari pada secara negatif dan
heran jika kemudian hari dapat terjadi kasus-
antisosial.
kasus kejahatan dampak dari kemerosotan
Selain itu, televisi juga banyak
moral dan akhlak, sperti korupsi, pencurian,
memberikan pengaruh negatif lainnya bagi
dan kejahatan seksual. (Sumber Surat Kabar
anak-anak, yaitu seperti diungkapkan bahwa
Serambi Indonesia, 26 Mei 2016. hal. 17).
televisi dapat memberikan efek negatif pada
anak-anak dengan membuat mereka menjadi
METODE
pembelajar pasif, mengalihkan mereka dari
mengerjakan
PR,
mengajari
mereka
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
stereotip, memberikan kepada mereka model
kualitatif
agresi kekerasan, dan menyajikan kepada
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
mereka pandangan yang tidak realistis
atau tulisan serta prilaku orang yang diamati
tentang
(Nasution, 2003:9). Pendekatan kualitatif
dunia
Dubow,
dkk
(Santrock,
adalah
penelitian
yang
digunakan karena peneliti sebagai “key
2011:128).
Pengaruh televisi pada masa saat ini
instrument” atau alat penelitian utama dan
sangat jelas terlihat. Anak-anak melakukan
data dapat dikumpulkan dengan banyak yang
kekerasan
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
dengan
sangat
mudah,
baik
dengan teman, orang tua, dan orang lain
Data
yang
dikumpulkan
dapat
berupa
disekitarnya. Pada masa sekarang ini juga
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
banyak ditemukan kekerasan terhadap anak,
kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yaitu orang tua yang mencabuli anak.
yang satu dengan fenomena lainnya. Oleh
Menurut Santrock (2012:97) dimana
karena itu, peneliti menggunakan metode
ada televisi, disitulah peningkatan kekerasan
kualitatif sehingga peneliti dapat terjun
terjadi,
kelapangan
bahkan
tingkat
pembunuhan
untuk
mengamati
langsung
79
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
perkembangan sosial emosional anak sehingga
observasi dan wawancara dengan beberapa
dapat
rinci
informan, ditemukan tentang perkembangan
mengenai hal-hal yang diteliti dan dapat
sosial emosional anak yang menonton film
menguraikan atau mendeskripsikan langsung
animasi yang di jabarkan dalam tema berikut
apa yang terlihat dilapangan oleh mata
ini.
peneliti terhadap sikap dan perilaku anak
Perilaku Anak yang Suka Menonton Film
tersebut.
Animasi
mengumpulkan
Penelitian
yang
pada
Perilaku merupakan suatu sifat anak
perkembangan sosial emosional anak yaitu
yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari,
tentang bagaimana sikap dan perilaku anak
baik
sehari-hari, baik dengan teman sebaya, orang
Adapun perilaku yang sering dilakukan anak
tua dirumah, dan guru disekolah. Lokasi
di TK Idaman hati kelompok B yang
penelitian dilakukan di TK Idaman Hati,
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
Desa
sebagai berikut.
Punteuet,
ini
data
difokuskan
Kecamatan
Sawang,
perilaku
positif
maupun
negatif.
Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan subjek
Berdasarkan hasil observasi terhadap
dalam penelitian terdiri dari 5 orang anak,
subjek dan wawancara yang dilakukan
yaitu 2 orang anak berjenis kelamin laki-laki
dengan berbagai sumber, perilaku dan
dan
kelamin
tingkah laku subjek dalam kehidupan sehari-
perempuan. Usia kelima subjek tersebut
hari banyak melibatkan perilaku agresif, baik
adalah 5 – 6 tahun pada kelompok B TK
dengan teman, kakak, adik, orang tua, guru
Idaman Hati.
dan orang lain disekitarnya. Jenis perilaku
yang
3
orang
anak
berjenis
Sedangkan teknik pengumpulan data
agresif yang sering dilakukan oleh subjek
digunakan
adalah perilaku verbal seperti membohongi,
adalah
observasi
dan
wawancara. Analisis data dalam penelitian
membentak,
mengancam
ini menggunakan langkah sebagai berikut,
temannya, sedangkan perilaku agresif dalam
yaitu 1) Reduksi data; 2) Display data; 3)
bentuk fisik yang sering dilakukan oleh
verifikasi dan penarikan kesimpulan.
subjek
adalah
dan
seperti
mengejek
mendorong,
meyenggol, memukul, melempar barang,
HASIL DAN PEMBAHASAN
menyepak, menolak kepala dan menumbuk
Hasil
kawannya.
Perkembangan sosial emosional anak
banyak dipengaruhi oleh tayangan televisi.
perkembangan tersebut dapat terjadi ke hal
negatif maupun positif. Berdasarkan hasil
Program tayangan Televisi yang Sering
dilihat Anak.
Menonton
televisi
merupakan
kebiasaan yang dilakukan oleh setiap anak
80
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
pada umumnya. Program tayangan televisi
melihat televisi pada jam tersebut karena
yang sering dilihat oleh anak bermacam-
acara yang mereka sukai tayang pada jam-
macam.
jam tersebut dan karena anak memilki waktu
Berdasarkan
wawancara,
observasi
diketahui
bahwa
dan
program
tayangan televisi yang dilihat oleh AA, RM,
luang menjelang istirahat dan waktu main
mereka.
Tanggapan Anak Saat Menonton Televisi.
SN, UK, dan RN adalah jenis film animasi
Ketika menonton tayangan televisi
kartun dan sinetron yang mengandung unsur
yang disukai, maka bermacam-macam reaksi
kelucuan
dan ekspresi yang terlihat dari wajah
(humor),
kekerasan
dan
kevulgaran. Bentuk-bentuk kekerasan yang
seseorang.
terdapat didalam film animasi dan sinetron
bermacam-macam reaksi dan ekspresi yang
tersebut bermacam-macam, yaitu adegan
timbul saat sedang atau sesudah mereka
perkelahian, permusuhan, memukul, tolak-
menonton.
menolak,
menyenggol,
mengejek,
dan
lain
berbohong,
sebagainya,
Begitu juga dengan anak-anak,
Berdasarkan
wawancara
yang
yang
diperoleh dari orang tua AA, RM, SN, UK,
termasuk kedalam bentuk kekerasan verbal
dan RN, diketahui sikap dan tingkah laku
dan kekerasan fisik. Selain itu, di dalam film
maupun ekspresi yang sering ditunjukkan
tersebut juga terdapat hal negatif lainnya
ataupun dilakukan oleh ke lima subjek
yaitu adegan kevulgaran yang didapat oleh
tersebut yaitu suka menirukan nyanyian yang
anak dalam film animasi kartun Barbie dan
didengarkan dari film ataupun tayangan
sinetron
televisi,
orang dewasa,
seperti
adegan
senang
menirukan
gaya
atau
berciuman (kissing) dan berpelukan dan
gerakan-gerakan yang mereka lihat pada
sebagian tokoh memakai baju seksi.
tokoh yang disukai, seperti gerakan jalan
Waktu yang Digunakan Anak dalam Menonton
robot, menari sambil bernyanyi dan kadang
Televisi.
mereka hanya diam memperhatikan adegan
Berdasarkan
wawancara
diketahui
yang dimainkan oleh para tokoh, baru
bahwa kegiatan menonton televisi yang
setelahnya menirukan gerakan tersebut.
dilakukan
Peran Orang Tua dalam Kegiatan Menonton
oleh
ke
lima
subjek
yaitu
menghabiskan waktu antara 1 sampai 5 jam
perharinya.
kegiatan
menonton
televisi
Televisi yang Dilakukan Anak.
Berdasarkan
hasil
wawancara,
dilakukan oleh anak-anak sebelum berangkat
diketahui bahwa peran orang tua dalam
sekolah, pulang sekolah sebelum mereka
kegiatan menonton yang dilakukan subjek
pergi mengaji di TPA dan juga ketika sore
adalah hanya sebagian orang tua yang
hari sampai menjelang malam. Subjek
mengawasi anaknya ketika menonton dan
81
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
sebagaiannya
tidak
melakukan
langsung terhadap benda atau objek yang
anaknya
menonton
mereka sakiti. Hal tersebut berupa rasa sakit,
televisi. Pada dasarnya, orang tua hanya
sehingga menyebabkan anak lain menangis
mengingatkan anak untuk tidak terlalu lama
yang akhirnya timbul perkelahian dan rasa
dalam menonton televisi. Orang tua tidak
ingin balas dendam.
pengawasan
lagi
ketika
memperhatikan jenis tayangan yang dilihat
Selain itu, bentuk kekerasan fisik
oleh anak ataupun ikut menonton dengan
yang sering dilakukan subjek terlihat melalui
anak-anak
memberi
mimik wajah dengan niat menakuti dan
penjelasan tentang
mengancam temannya. Hal ini sependapat
adegan-adegan yang dilakukan di didalam
dengan Mubayidh (2006:57) bahwa gerak
tayangan yang dilihat oleh anak melalui
anggota
peran-peran tokoh tersebut. Kebanyakan
mengungkapkan isi hati dan benak kita.
dengan
tujuan
pengawasan ataupun
tubuh
dapat
digunakan
untuk
orang tua membiarkan anaknya menonton
Pada dasarnya anak hanya melihat
dengan bebas setelah menghidupkan televisi dan
dan menyimak apa yang disiarkan oleh
mereka mengerjakan pekerjaan
televisi,
bersangkutan
dengan
lain
rumah
yang
namun
tanpa
disadari
mereka
tangga.
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-
Sebagaian orang tua juga tidak mungkin
harinya. Hal ini sependapat dengan Mursi
mengawasi anaknya yang menonton karena
(2001:87) bahwa menonton televisi adalah
masih ada anak yang lebih kecil yang harus
aktivitas berpikir yang negatif. Penonton
dijaga, jadi orang tua hanya membiarkan
khususnya anak-anak duduk didepan televisi
anak mereka menonton begitu saja dari pada
dalam
mereka bermain keluar rumah pada jam-jam
menyerap semua yang disajikan oleh layar
istirahat.
kecil.
kondisi
pasif,
mulut
menganga
Oleh karena itu, ketertarikan anak
pada tayangan televisi yang mengandung
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
diketahui tentang perilaku agresi
unsur fantasi dan imajinatif sering terjadi
yang
dikalangan anak-anak sekarang ini. Hal ini
dilakukan oleh subjek termasuk kedalam
sesuai dengan pendapat Santrock (2002:235)
kekerasan langsung. Kekerasan langsung
bahwa pada anak usia pra sekolah mereka
adalah jenis kekerasan yang dapat dilihat
suka menaruh perhatian pada benda-benda
seperti perkelahian, Douglas dan Waksler
yang mencolok seperti adanya unsur fantasi.
(Santoso, 2002:11). Dikatakan kekerasan
Berdasarkan
hasil
penelitian,
langsung karena setiap perbuatan yang
diketahui bahwa program tayangan televisi
dilakukan
yang sering dilihat subjek setiap hari dari
dapat
memberikan
dampak
82
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
pagi sampai pukul 21:00 WIB adalah film
yang dia banggakan kalah. Mursi (2001:85)
yang mengandung unsur kekerasan, yaitu
berpendapat tentang situasi yang sering
tentang
dan
ditimbulkan oleh anak-anak ketika menonton
pembunuhan. Selain itu, diketahui juga
televisi yiatu: ketika melihat sang lakon yang
bahwa subjek juga sering menonton film
dikagumi dan dicintai terperangkap dalam
yang mengandung unsur kefulgaran (seksi).
situasi yang berbahaya, maka perasaan anak
pertengkaran,
Tidak
bahwa
akan sangat berpengaruh, seperti jika dia
menonton sudah menjadi rutinitas bagi anak-
melihat sang lakon cerita terluka, jatuh
anak. Oleh karena itu, Waktu yang paling
dalam sebuah perangkap ataupun mati.
banyak
dapat
perkelahian,
dihabiskan
dipungkiri
untuk
Oleh karena itu, ketika anak menaruh
menonton televisi adalah pada hari minggu
perhatian terhadap tayangan televisi yang
yaitu samapi seharian penuh dan pada hari
dilihatnya, maka akan terjadi pemrosesan
biasa mereka menghabiskan waktu 2 sampai
informasi. Informasi yang terbentuk yaitu
5 jam. Hal ini sependapat dengan Syaikh
dengan adanya alur yang telah terbentuk
Mursi
dalam
(2001:83)
oleh
bahwa
subjek
waktu
yang
pikiran
anak.
Anak
menonton
digunakan anak untuk menyaksikan siaran
tayangan televisi dengan penuh perhatian
televisi lebih sedikit pada musim panas
dengan melibatkan motoriknya,
dibandingkan dengan bulan-bulan lain dan
dengan berkelanjutan dan terus menerus
intensitasnya akan bertambah pada hari-hari
sehingga hal tersebut dapat tersimpan dalam
libur baik libur resmi maupun tidak.
memori anak. Jika anak melihat adegan
Selain
itu,
diketahui
dilakukan
tentang
agresif secara terus-menerus, maka anak
tanggapan anak pada saat atau sesudah
akan cenderung menyimpan dan melakukan
menonton televisi, yaitu bermacam-macam,
perilaku agresif yang sewaktu-waktu dapat
ada yang ikut menyanyikan lagu pengiring
dimunculkan dalam kehidupannya.
yang terdapat dalam film animasi seperti
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
lagu “Let it go..let it go..”, membuat jurus
dilakukan Pilson (Mursi, 2001:85) yang
yang sama secara langsung, dan kadang
disimpulkan bahwa anak-anak yang sering
hanya duduk diam memperhatikan acara
menyaksikan acara-acara yang bernuansa
tayangan televisi yang sedang ditayangkan.
kekerasan dalam televisi seperti film koboy,
Diketahui bahwa, jika melihat tayangan yang
pertandingan tinju, detektif, dan lain-lain,
berbau mistis/horor, maka subjek akan
akan
menutup matanya dan ketika melihat adegan
dibandingkan dengan mereka yang jarang
action maka mereka akan mengupat dan
menontonnya dengan perbandingan dua kali
bersorak dan cemas jika pahlawan/tokoh
lipat atau bahkan lebih.
berperilaku
lebih
keras
Hal
bila
83
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
Peran orang tua dalam kehidupan
tersebut
sangatlah
mendidik,
menonton anak mencapai 2-5 jam per hari
mengasuh, membimbing, serta menjaga anak
dan tidak adanya bimbingan dari orang
dari ancaman yang mengganggu. Begitu juga
tua/dewasa
dengan kegiatan menonton. Orang tua harus
sehingga dengan mudahnya anak memilih
dapat memonitor kegiatan menonton atau
dan
mengawasi apa yang ditonton oleh anak-
mengetahui mana yang baik dan tidak baik
anaknya. Siaran yang ditonton harus dipilih
untuk ditontonnya.
anak
besar,
yaitu
dapat
terjadi
pada
membuka
saat
siaran
karena
anak
jadwal
menonton,
televisi
tanpa
dan sesuai dengan usia anak yang masih dini.
Oleh karena itu, diharapkan kepada
Seperti pendapat Malikhah (2013:26) bahwa
orang tua agar dapat mendidik, mengasuh,
situasi keluargalah yang menjadi variabel
dan membimbing anak dengan baik serta
moderator hubungan antara tayangan tindak
melakukan pengontrolan dan pendampingan
kekerasan di televisi dengan perilaku tertentu
pada saat anak menonton televisi. selain itu,
yang dilakukan oleh anak-anak.
guru juga dapat mengawasi anak disekolah
agar tidak berperilaku agresif disekolah, serta
masyarakat dapat menciptakan kegiatan yang
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa, perkembangan sosial
bermanfaat untuk anak usia dini seprti
PAUD hafiz di sore hari.
emosional anak yang menonton film animasi
di TK Idaman Hati Kecamatan Sawang Aceh
Utara, cenderung kurang baik. Tindakan
kekerasan yang dilakukan berupa kekerasan
verbal dan kekerasan fisik seperti menolak,
menyepak,
memukul,
mendorong,
menjambak
menyenggol,
rambut
teman,
mencibir, mencaci, mengancam, memanggil
teman dengan sebutan yang tidak bagus dan
menakuti teman dengan menirukan tingkah
monster
serta
sering
menirukan
suara
binatang buas seperti harimau yang membuat
anak
lain
takut
dengan
tingkahnyap.
Penyimpangan perilaku tersebut ditirukan
oleh anak-anak dari tayangan film animasi
DAFTAR RUJUKAN
Malikhah. 2013. Korelasi Pengaruh
Tayangan
Televisi
Terhadap
Perilaku Negatif Anak Usia Dini.
Fakultas Ilmu Pendidikan PAUD.
Universitas Negeri Semarang.
Mubayidh, Makmun. 2006. Kecerdasan &
kesehatan Emosinal Anak. Jakarta:
Pustaka Al-Kausar.
Mursi, Muhammad Said. 2001. Seni
Mendidik Anak. Jakarta Timur:
Pustaka Al- Kautsar.
Myers, david G. 2010. Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Nasution.
2003.
Metode
Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung:
PT. Tarsito.
Santoso, Thomas. 2002. Teori-Teori
Kekerasan.
Jakarta:
Ghalia
Indonesia.
yang mereka tonton setiap harinya. Hal
84
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):76-85
Agustus 2016
Santrock,
John
W.
2011.
Masa
Perkembangan Anak. Jakarta:
Salemba Humanika.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan
Anak (Edisi kesebelas). Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama.
Setiawan, Muhammad. 2013. Tanggapan
Anak-Anak di Kota Makassar
Terhadap Film Kartun Tom and
Jerry. 17 Desember 2015. Hal 2.
(http://repository.unhas.ac.id/bitstrea
m/handle/123456789/6175/Tanggapa
n-20Anak-Anak-20di-20Kota20Makassar-20Terhadap-20Film20Kartun-20Tom-20-2620Jerry.pdf?sequence=3).
Surat Kabar Serambi Indonesia. 2015.
Mencegah Kekerasan Terhadap
Anak. 07 Oktober Hal. 18. Banda
Aceh: PT. Serambi Indonesia.
85
Download