BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan gizi yang baik ditentukan oleh pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada umumnya pola makan yang dijalankan seseorang adalah pola makan Empat Sehat Lima Sempurna. Kemudian berkembang pola makan Empat Sehat atau dikenal dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh vegetarian.1,2 Vegetarian atau vegetarianisme merupakan aliran dimana kaum penganutnya tidak mengonsumsi produk-produk hewani dan turunannya.3 Banyak alasan seseorang mengubah pola makan dari semula pemakan daging menjadi vegetarian seperti alasan kesehatan, ekonomi, etika dan alasan spiritual.4 Isu kesehatan menjadi salah satu alasan utama seseorang menjadi vegetarian. Makanan nabati ternyata berdampak sangat baik bagi kesehatan umum dan bisa menghindarkan atau mengurangi risiko berbagai penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil penelitian Campbell, diketahui bahwa 80-90% penyakit kanker, kardiovaskular dan degenerasi lainnya bisa dicegah sampai usia tua dengan hanya mengonsumsi makanan nabati.5 Alasan spiritual atau agama mendorong berkembangnya pola makan vegetarian, salah satunya di kalangan umat beragama Budha, aliran Maitreya. Aliran Maitreya sangat menganjurkan umatnya untuk menjalankan pola makan Kuartet Nabati atau pola makan vegetarian.1 Dari aspek etika, seseorang menjadi vegetarian karena berdasarkan pada prinsip bahwa manusia semestinya menghargai hewan sebagai 1 Universitas Sumatera Utara sesama makhluk hidup. Dalam bingkai perikemanusiaan, hewan jangan diperlakukan semena-mena. Sikap semena-mena, termasuk membunuh hewan secara keji, akan berimbas pada perilaku.6 Berdasarkan berbagai alasan tersebut, seseorang melakukan vegetarian dengan berbagai tipe. Bila hanya untuk alasan kesehatan maka ia akan menjadi semi-vegetarian, yaitu pada dasarnya hanya mengurangi makan daging, ikan dan produknya. Namun bila vegetarian dengan alasan spiritual dan alasan tidak menyakiti sesama makhluk, maka akan menerapkan vegetarian ketat (strict vegetarian).4 Hasil survei tahun 1997 melaporkan bahwa 1% penduduk Amerika Serikat adalah vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000 dan 2,8% tahun 2003. Penduduk Inggris yang vegetarian pada tahun 1987 sebanyak 3%, meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%. Survei Newspoll pada tahun 2000 melaporkan 2% penduduk Australia adalah vegetarian dan 18% penduduk lebih menyukai makanan vegetarian. Lebih dari 50% penduduk India pada tahun 2003 adalah vegetarian. Jumlah vegetarian yang terdaftar pada Indonesia Vegetarian Society (IVS) saat berdiri pada tahun 1998 sekitar lima ribu orang dan meningkat menjadi enam puluh ribu pada tahun 2007. Hasil survei ini menunjukkan bahwa sekarang ini pola makan vegetarian mulai semakin diminati oleh masyarakat di negara-negara maju maupun berkembang.7 Perbedaan pola makan vegetarian dan non vegetarian terletak pada ada tidaknya asupan makanan hewani dan proporsi asupan makanan nabati.1 Vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat atau Kuartet Nabati sebagai panduan penyusunan menu, yang terdiri atas palawija (padi-padian), sayur-sayuran, buah2 Universitas Sumatera Utara buahan dan legum (kacang-kacangan).1,2 Vegetarian yang berpantang daging harus mencukupi kebutuhan protein dari produk nabati seperti kacang-kacangan, sayuran berprotein tinggi, kedelai serta berbagai jenis hasil olahannya seperti tahu, tempe, dan lain sebagainya.3 Vegetarian mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan atau bersifat alami, namun sebagian vegetarian ada pula yang mengonsumsi makanan yang bersifat non alami, yang biasa disebut dengan istilah daging buatan. Daging buatan ini banyak mengandung gluten atau zat tepung yang diolah sedemikian rupa sehingga bentuk dan rasanya menyerupai daging asli.1 Non vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat Lima Sempurna yang terdiri atas padi-padian, lauk pauk (daging, ikan, telur), sayur-sayuran, buah-buahan dan susu. Pola makan non vegetarian tidak membatasi konsumsi makanan pada produk nabati, tetapi juga mengikutsertakan produk hewani.1 Pola makan vegetarian mengonsumsi makanan berserat dan makanan kaya karbohidrat dengan proporsi yang lebih besar dari non vegetarian.1 Penelitian Brodribb, dkk. melaporkan bahwa rata-rata asupan serat pada vegetarian berkisar 40 gram/hari, lebih tinggi daripada asupan serat non vegetarian yang hanya berkisar 20 gram/hari.8 Pola makan vegetarian yang kaya akan makanan berserat dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari keberadaan plak gigi. Menurut McDonald dan Avery, kebiasaan makan makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah.1 3 Universitas Sumatera Utara Penelitian Johansson, dkk. dari Universitas King Saud, Saudi Arabia menunjukkan tingkat oral higiene pada vegetarian lebih baik daripada non vegetarian pada suku Indian.1,9 Penelitian Eka Chemiawan, dkk. dari Universitas Padjadjaran melaporkan bahwa rata-rata skor OHIS (Oral Hygiene Index Simplified) anak vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta sebesar 1,66 dan non vegetarian sebesar 2,15. Hal ini menunjukkan bahwa di Jakarta tingkat oral higiene anak-anak vegetarian lebih baik daripada anak-anak non vegetarian.1 Usaha pencegahan timbulnya plak disebut dengan kontrol plak. Ada 3 cara yang digunakan dalam kontrol plak, yaitu cara mekanik, kemis dan modifikasi metode mekanik dan kemis.10 Sampai saat ini, kontrol plak masih mengandalkan pada pembersihan secara mekanik. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan menyikat gigi.10,11 Plak merupakan faktor risiko terjadinya karies.12 Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Ada 4 faktor yang berhubungan dengan karies, yaitu faktor host (gigi), faktor agen (mikroorganisme), faktor substrat (makanan) serta waktu. Selain keempat faktor tersebut, terdapat pula faktor-faktor risiko lain seperti plak, oral higiene, sekresi saliva, buffer saliva, pemberian fluor, umur, jenis kelamin dan sosial ekonomi. Indeks yang digunakan untuk mendapatkan data tentang status karies adalah indeks DMFT.12 4 Universitas Sumatera Utara Di samping asupan serat yang lebih tinggi, vegetarian juga mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang lebih besar dari non vegetarian.1 Di satu pihak, proses mengunyah makanan berserat dapat meningkatkan produksi saliva, yang berperan dalam mengurangi pembentukan plak gigi dan karies.1,13-15 Namun di lain pihak, makanan kaya karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat difermentasikan oleh bakteri dalam mulut sehingga berisiko menimbulkan karies gigi.1,16 Pada penelitian Sudha, dkk. (2005) terhadap anak-anak di Mangalore City dilaporkan bahwa prevalensi karies dan skor DMFT pada anak vegetarian lebih rendah daripada anak non vegetarian. Pada anak vegetarian, prevalensi kariesnya adalah 78,70% dan skor DMFT bernilai 0,81. Sedangkan pada anak non vegetarian, prevalensi kariesnya adalah 87,60% dan skor DMFT bernilai 1,17.17 Penelitian Sharma, dkk. (1978) terhadap masyarakat yang menderita karies di Bombay melaporkan bahwa 45% adalah vegetarian dan 55% adalah non vegetarian.18 Sebaliknya, pada penelitian Abdul Arif Khan, dkk. (2008) terhadap masyarakat yang menderita karies di Gwalior, India dilaporkan bahwa 85,57% adalah vegetarian dan 6,73% adalah non vegetarian.19 Pada penelitian Sherfudhin, dkk. terhadap mahasiswa vegetarian dan non vegetarian di Saveetha Dental College, Madras, India dilaporkan bahwa skor DMFT pada mahasiswa vegetarian adalah 1,13, sedangkan pada mahasiswa non vegetarian adalah 0,64.9 Pada penelitian Jainkittivong, dkk. (1997) di Thailand dilaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi karies yang signifikan antara vegetarian dan non vegetarian, yakni 58,5% pada vegetarian dan 60,8% pada non vegetarian. Skor DMFT antara kedua kelompok juga tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).20 5 Universitas Sumatera Utara Dari penelitian-penelitian di atas, dapat dilihat bahwa masih terdapat hasil yang berbeda-beda dari terjadinya karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di berbagai tempat. Ada hasil yang menyatakan bahwa status karies lebih baik pada vegetarian, ada yang menyatakan status karies justru lebih buruk pada vegetarian dan ada juga yang menyatakan tidak ada perbedaan status karies antara vegetarian dan non vegetarian. Penelitian mengenai oral higiene dan karies gigi pada masyarakat dengan pola makan vegetarian dan non vegetarian di Medan masih belum pernah dilakukan. Selain itu, masih terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian mengenai terjadinya karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di berbagai tempat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi oral higiene dan karies gigi pada masyarakat vegetarian dan non vegetarian di Medan, khususnya di Maha Vihara Maitreya yang merupakan Vihara Maitreya pusat dan terbesar di Medan. Maha Vihara Maitreya berada di bawah naungan Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI). KVMI merupakan suatu perkumpulan vegetarian aliran Maitreya yang tersebar di Indonesia. Walaupun aliran Maitreya sangat menganjurkan pola makan vegetarian pada umatnya, namun pola makan vegetarian merupakan pilihan masing-masing individu tanpa ada tekanan atau paksaan, sehingga masih ada umat yang menjalankan pola makan non vegetarian. 6 Universitas Sumatera Utara 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti: bagaimana kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Untuk mengetahui kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. Tujuan khusus: 1. Untuk mengetahui skor oral debris dan kalkulus rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 2. Untuk mengetahui skor OHIS rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 3. Untuk mengetahui pengalaman karies gigi (DMFT) rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 4. Untuk mengetahui pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian, serta diharapkan dapat menjadi masukan dalam hal perencanaan program kesehatan gigi masyarakat, 7 Universitas Sumatera Utara khususnya masyarakat dengan pola diet vegetarian dan non vegetarian, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut ke arah yang lebih baik. 8 Universitas Sumatera Utara