Bahan Sermon Sibasaon Minggu XIV Dob Trinitatis, 28 Agustus 2016 Teks : Podah 25 : 6 - 7 Topik Mingguan : Sibalosi ParentahNi ampa Sihorjahon HarosuhNi Usul Doding: Haleluya No. 376: 1- 2 ============================================ Parlobeini Amsal pasal 25 – 29 berisi sejumlah Amsal yang dikaitkan dengan Raja Salomo, tetapi disalin oleh para pegawai yang mengabdi pada Raja Hiskia dari Yehuda. Amsal – amsal dalam pasal 25 – 27 ini terdiri atas beragam Amsal yang berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur umat Tuhan dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan umat Tuhan agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Cara terbaik untuk merespons aturan-aturan ini adalah dengan kesediaan untuk diatur oleh aturan – aturan yang dituliskan dalam Kitab Amsal ini. Penjelasan Teks 1. Menempatkan diri sesuai dengan kedudukan (ayat 6) Dengan jelas ayat ini hendak menyatakan bahwa kita perlu untuk bersikap rendah hati dan hormat terhadap atasan-atasan kita, untuk menjaga jarak, dan memberikan tempat bagi orang-orang yang berhak mendudukinya. "Jangan bersikap kasar dan gegabah di hadapan raja atau di hadapan para pembesar. Jangan membanding-bandingkan dirimu dengan mereka". Dalam hubungan antara rakyat dan penguasa, ayat ini juga meminta supaya rakyat harus bisa menjaga sikap sewaktu berhadapan dengan penguasa (ayat 6-7). Sikap yang kita tunjukkan akan menentukan siapa kita di hadapan para penguasa (bdk. Luk. 14:8-11). Kalau kita baik maka kita akan mendapatkan tempat terhormat. Begitu pula sebaliknya, jika kita bersikap tidak baik tentu kita tidak akan dihargai. Kita juga harus bersikap baik pada sesama, dengan siapa pun kita berhadapan, agar kita memperoleh berkat Tuhan (ayat 9-10). Sikap ini dapat ditunjukkan dalam berbagai aspek. Baik perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya (ayat 11) atau menjadi penasehat yang 1 bijaksana (ayat 13). Dengan demikian kita dapat menjadi berkat bagi orang lain hingga terwujud persekutuan yang indah (bdk. Luk. 18:1-18). Dari penjelasan tersebut kit dapat memahami bahwa sebagai umat percaya, kita perlu untuk tahu dan mengenal dengan baik system kemasyarakatan dan tatanan hidup yang dikehendaki Tuhan, sehingga kita dapat menempatkan diri dengan baik dan menjadikan diri kita sesuai denan kedudukan dan panggilan yang melekat pada diri kita. Oleh karena itu, lebih baik kita mawas diri agar tidak dipermalukan, dan biarlah orang lain yang memberi tempat terbaik sesuai dengan penilaian mereka. 2. Kerendahan hati dan penyangkalan diri (ayat 7) Pengajaran yang disebutkan dalam ayat 7 ini berhubungan dengankerendahan hati dan penyangkalan diri. Kitab Amsal ini bukan saja menjelaskan tentang hikmat yang berasal dari Allah, tetapi juga berisi tentang sopan santun. Dengan kata lain ayat 7 ini berpesan: "Sangkallah dirimu dari tempat yang berhak engkau duduki. Jangan ingin pamer, atau berusaha naik jabatan, atau menempatkan dirimu di antara kumpulan orang yang ada di atasmu. Puaslah dengan kedudukan yang rendah jika memang itu yang sudah ditetapkan Allah bagimu." Alasan yang diberikannya adalah karena inilah sesungguhnya jalan untuk maju. Tuhan Yesus dalam Lukas 14: 7-11 juga memberi pelajaran yang serupa. Tetapi dalam hal ini bukan berarti bahwa oleh karena itu kita harus berpura-pura bersikap sederhana dan rendah hati, dan menjadikannya sebagai alat untuk mencapai kehormatan, tetapi oleh karena itu kita harus benar-benar bersikap sederhana dan rendah hati, sebab Allah akan memberikan kehormatan kepada orang-orang seperti itu, dan demikian pula yang akan dilakukan manusia. Pokok Renungan/Refleksi 1. Menempatkan diri sesuai dengan panggilan Tuhan dan sesuai dengan kehendak Tuhan adalah panggilan dan jati diri kita dimanapun dan kapanpun. Oleh karena itu sesuaikanlah diri kita dengan panggilan tersebut. 2. Kedudkan apapun yang kita miliki sekarang akan menjadi berarti jika kita melaksakannya bukan denga kemauan dan keinginan kita, tetapi sesuai dengan kehendak dan ajaran Tuhan. Itulah kedudukan kita yang paling tinggi. Pdt. John Christian Saragih 2