RINGKASAN LULUK DWI WULAN HANDAYANI. Geomorfologi Gunungapi Guntur (Garut, Jawa Barat) dan Analisis Aliran Lava Menggunakan Data Synthetic Aperture Radar Polarimetri Penuh (fully polarimetry). Dibawah bimbingan BOEDI TJAHJONO dan BAMBANG HENDRO TRISASONGKO. Indonesia merupakan negara yang dilalui oleh jalur gunungapi aktif (Ring of fire) sehingga memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 diantaranya termasuk dalam kategori gunungapi aktif. Persebaran gunungapi yang merata hampir diseluruh wilayah merupakan konsekuensi dari tumbukan lempeng tektonik. Letusan gunungapi adalah salah satu gejala alam yang berbahaya bagi makhluk hidup di sekitar gunungapi tersebut, meskipun gunungapi juga banyak memberikan manfaat bagi manusia seperti abu vulkanik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Gunungapi Guntur yang berada di Kabupaten Garut memiliki karakteristik produk aliran lava yang dominan dan jelas terlihat secara visual dibandingkan aliran lava gunungapi lainnya. Oleh karena itu, identifikasi dan pemetaan aliran lava penting dikaji untuk studi geomorfologi dan pemetaan bahaya gunungapi. Hal ini dapat dilakukan melalui analisis geomorfologi dan pemanfaatan teknologi geospasial, yaitu dengan penginderaan jauh optik maupun non optik (radar). Sejak tahun 1980, data optik telah banyak digunakan untuk pemetaan gunungapi. Namun jenis data ini memiliki keterbatasan informasi dikarenakan adanya penutupan awan. Hal ini dapat diatasi dengan memanfaatkan data radar yaitu SAR Polarimetri band L sehingga perlu dilakukan penelitian yang mengetengahkan pemanfaatan data SAR polarimetri untuk mengidentifikasi karakteristik hamburan (scattering) aliran lava yang dipadukan dengan analisis geomorfologi pada G. Guntur sehingga dapat dilakukan pencirian (signature) pada obyek. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah : 1) Geomorfologi bentuklahan G. Guntur dengan menggunakan citra optik IKONOS, 2) Geomorfologi bentuklahan G. Guntur dengan menggunakan citra non optik PALSAR (Phased Array Type LBand Synthetic Aperture Radar) polarimetri penuh dan membandingkannya dengan data optik IKONOS, 3) Kombinasi sinyal polarisasi ganda yang efisien untuk identifikasi aliran lava menggunakan radar polarimetri band-L, dan 4) Klasifikasi obyek menggunakan teknik klasifikasi Pohon Keputusan (decision tree) dengan algoritma QUEST. Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis geomorfologi dapat digunakan untuk pemetaan bentuklahan gunungapi (V) didasarkan pada aspek morfologi, morfogenesis, morfokronologi dan litologi. Berdasarkan hasil interpretasi diketahui bahwa bentuklahan yang diidentifikasi menggunakan citra IKONOS Google Earth menghasilkan 17 bentuklahan yaitu 3 kawah (crater), 1 kubah lava (lava dome), 9 aliran lava (lava flow) yang merupakan hasil erupsi eksplosif membentuk lava bongkah segar dan saling menindih. Hasil erupsi tahun 1840 (aliran lava muda) membentuk lidah memanjang dan tapal kuda pada bagian ujung yang berkomposisi basaltik. Tubuh kerucut terdiri dari 3 bentukan yang tersusun atas blok lava basaltik dengan matriks pasir kasar berwarna abu kehitaman hingga cokelat. Selain itu, terdapat 1 bentuklahan terdegradasi (Degraded Lower Slope Volcanic Cone) akibat proses geomorfik antropogenik sedangkan interpretasi pada citra PALSAR dapat diidentifikasi 6 bentuklahan aliran lava dan 1 bentuklahan kawah. Perbedaan hasil interpretasi ini dipengaruhi oleh panjang gelombang dan resolusi spasial yang dimiliki masing-masing citra. Namun pada data polarimetri penuh dapat ditentukan nilai hamburan balik (backscatter) dari permukaan bentuklahan. Hasil klasifikasi pohon keputusan dengan algoritma QUEST dan analisis keterpisahan spektral menunjukkan bahwa polarisasi HV dan VV berperan sebagai kombinasi terbaik dalam identifikasi aliran lava. Keterpisahan spektral ditunjukkan dengan metode Transformed Divergence (TD) pada data training. Hasilnya, bentuklahan kawah memiliki keterpisahan yang tinggi (nilai mendekati 2) dan demikian pula dengan bentuklahan aliran lava termuda sehingga dapat diidentifikasi dengan mudah. Sedangkan bentuklahan aliran lava 1, aliran lava 3, dan aliran lava tua tidak terpisah dengan cukup baik (nilai mendekati 0). Pada nilai statistik deskriptif ini dapat ditunjukkan bahwa bentuklahan aliran lava termuda memiliki nilai rataan tertinggi pada polarisasi HV dibandingkan bentuklahan aliran lava lainnya. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa nilai akurasi yang cukup baik yaitu 51,80 % dengan nilai koefisien Kappa sebesar 0,43. Hal ini menunjukkan bahwa identifikasi aliran lava menggunakan polarisasi linier dipadukan dengan klasifikasi pohon keputusan memiliki tingkat kepercayaan yang cukup baik. Kata kunci : Geomorfologi, Bentuklahan, Aliran Lava, SAR Polarimetri, G. Guntur SUMMARY LULUK DWI WULAN HANDAYANI. Geomorphology Guntur Volcano (Garut, Jawa Barat) and Lava Flow Analysis Using Synthetic Aperture Radar Fully Polarimetry Data. Under supervision of BOEDI TJAHJONO and BAMBANG H. TRISASONGKO. Indonesia is a country which is traversed by ring of fire, it has more than 400 volcanoes and 130 of them are in category of active volcanoes. Equitable distribution of volcanoes in nearly all region consequently impacts tectonic plates. Volcanic eruption is one of the natural phenomena considered harmful to inhabitants around the volcano. Although the volcano also provides many benefits to human such as volcanic ashes that could increase soil fertility. Mt. Guntur in Garut Regency dominantly characterize by lava flows and visually distinctive toother volcans. Identification and mapping of the lava flows is important to study geomorphological aspect and mapping of volcanic hazardous materials. This can be done through geomorphological analysis and utilization of geospatial technologies, i.e. remote sensing with optical and non-optical (Radar) sensors. Since 1980, the optical data has been widely used for mapping the volcano. However, this kind of data have limited information due to cloud cover. This can be subsituted by using radar data, especially L-band SAR Polarimetry. Therefore a research to explore the use of SAR Polarimetry data for identifying the characteristic of scattering lava flows combined with analysis of geomorphology is needed. This study aims to examine : 1) Landform geomorphology of Mt. Guntur using optical IKONOS imagery, 2) landform geomorphology of Mt. Guntur using non optical PALSAR (Phased Array Type L-Band Synthetic Aperture Radar) fully polarimetry and comparison with IKONOS optic data, 3) The combination of an efficient dual polarization signal for the identification of the lava flow using L-band radar polarimetry, and 4) Classification of object using decision tree (QUEST) algorithm. The analysis suggested that the geomorphological analysis can be used for volcanic (V) landform mapping based on aspects of morphology, morphogenesis, morfokronology and litology. Based on the result of interpretation, 17 landforms were identified using IKONOS imagery of Google Earth i.e : 3 craters, a lava dome, 9 lava flows which were results of explosive eruption which formed fresh lava chunks on top of each other. Results of 1840 eruption (youngest lava flow) created an elongated tongue and horseshoe at the end with basaltic composition. Cone body consists of 3 block structure composed of basaltic lava with a matrix of coarse sand colored brown black ash. In addition, there was a degraded landforms (Degraded Lower Slope Volcanic Cone) due to antropogenic geomorphic processes. Although, PALSAR interpretation could identify 6 landforms lava flows and a crater landforms. Differences in interpretation were influenced by the wavelength and spatial resolution of each image. Full polarimetry data however contributed to backscattering retrievals from the surface landforms. Decision tree classification using algorithm QUEST and spectral separability analysis showed that the HV and VV polarization served as the best combination in the identification of lava flows. Spectral separability was shown by transformed divergence (TD) method on the training data. The result indicated that crater had high separation (close to 2), as well as the youngest lava flow that was easly identified. Meanwhile, landforms of lava flow 1, lava flow 3, and an old lava flow did not separate well (close to 0). Descriptive statistics on the feature showed that the youngest lava flow ranked highest average value at HV polarization, compared to other lava flows. Classification showed a fairly good accuracy, around 51,80% with kappa coefficient value of 0,43. This suggested that the identification of lava flows using linear polarization combined with a classification decision tree produced fairly good level of confidence. Keywords : Geomorphology, Landform, Lava Flow, SAR Polarimetry, Mt. Guntur