iptek 21 Halaman >> Rabu > 22 September 2010 REPUBLIKA FOTO FOTO ISTIMEWA Tindakan Ablasi untuk Beberapa Kelainan Jantung Beberapa kelainan yang dapat dilakukan tindakan ablasi konvensional antara lain : 1. AV Nodal Reentrant Takikardi (AVNRT) : adalah jalur tambahan yang terletak pada atau dekat nodus AV, yang dapat menyebabkan impuls bergerak dalam sebuah lingkaran dan masuk kembali ke area yang sudah dilewati sebelumnya di nodus AV. 2. WPW (Wolf Parkinson White) Syndrome : adalah jalur konduksi tambahan yang menghubungkan atrium dan ventrikel di luar nodus AV yang ada sejak lahir, yang mengakibatkan arus listrik berputar-putar dengan cepat antara atrium dan ventrikel. TEKNIK ABLASI 3. Atrioventrikular Reciprocating Takikardia (AVRT) : hampir sama dengan sindrom WPW, namun tidak terdapat delta wave pada gambaran EKG. pada Gangguan Irama Jantung Oleh Dewi Mardiani Tindakan ini untuk mengatasi gangguan irama jantung (aritmia) dengan menggunakan kateter. P ernah mengalami jantung berdebar sangat kencang? Memang tak selamanya irama jantung abnormal itu merupakan kelainan. Namun tetaplah waspada bila debaran jantung itu berlangsung terus menerus tanpa ada sebab yang pasti. Denyut jantung manusia yang normal umumnya mencapai kecepatan 60 hingga 100 detak per menit. Denyut jantung terjadi karena adanya aliran listrik di dalam jantung yang bergerak untuk memompa darah. Biasanya, denyut jantung semakin cepat bila seseorang selesai berolahraga atau menjalankan aktivitas fisik tertentu. Kecepatan denyut jantungnya bisa lebih dari 100 detak per menit. Usai beristirahat selama 5 hingga 10 menit, denyut jantungnya akan kembali normal. Bila lebih dari waktu tersebut denyut jantungnya tidak kembali normal, maka kemungkinan besar terjadi gangguan irama jantung atau dalam istilah medisnya disebut aritmia. Menurut ahli jantung, Muhammad Munawar, aritmia adalah kelainan denyut jantung yang terlalu cepat atau terlalu lambat dari keadaan normal pada seseorang. ‘’Gejala umumnya adalah berdebar-debar. Cirinya berdebar mendadak dan hilangnnya mendadak. Irama yang tidak teratur, kadang-kadang, di samping dua hal tersebut, disertai keringat dingin atau sesak napas,’’ jelas Munawar beberapa waktu lalu di Rumah Sakit Jantung Binawaluya, di kawasan Jakarta Timur. Menurutnya, aritmia banyak jenisnya, namun prinsipnya dapat dibagi menjadi dua. Yakni aritmia yang berasal dari serambi jantung (atrial arrhythmia-AA) dan aritmia yang berasal dari bilik jantung (ventricular arrhythmia-VA). Kedua aritimia tersebut memiliki beragam jenis lagi. Ada yang dengan 5. Atrial takikardi : adalah terdapatnya fokus-fokus listrik yang terdapat di atrium, yang akan menyebabkan denyut atrium sangat cepat. Bila letak fokus tidak ditemukan dengan ablasi konvensional, sebaiknya digunakan sistem ablasi tiga dimensi. struktur jantung normal (aritmia primer) dan ada yang disertai dengan kelainan jantung (aritmia sekunder). Angka kejadian masing-masing jenis aritmia berbeda-beda. Namun, secara keseluruhan antara satu hingga dua persen. Tiap jenis aritmia mempunyai kecenderungan gender yang berbeda dan umumnya terbanyak pada pria. ‘’Penyebab aritmia primer umumnya karena adanya jaras abnormal, sedang yang sekunder akibat adanya perubahan struktur jantung (jaringan parut dan lain-lain, red) yang menyebabkan perubahan sistem konduksi pada jantung,’’ jelasnya. 6. Ventrikel Takikardi : adalah gangguan irama yang mengancam nyawa. Aritmia berasal dari ventrikel, baik kanan maupun kiri, yang bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian. Umumnya hanya ventrikel takikardia yang berasal dari RVOT (jalur keluar ventrikel kanan) saja yang bisa dilakukan dengan ablasi konvensional. Tipe yang lain umumnya harus dilakukan dengan ablasi tiga dimensi. Penanganan aritmia Menurut Munawar, tindakan pencegahan aritmia primer tidak ada caranya, karena memang sudah ada sejak lahir. Namun, yang terpenting adalah mendeteksi dini gejala-gejalanya. Untuk jenis sekunder, bisa dilakukan dengan mencegah atau menghindari penyebabnya, seperti jantung koroner, penyakit jantung katup, dan sejenisnya. Tindakan yang perlu dilakukan bila ada seseorang mengalami gangguan irama jantung adalah segera ke dokter dan meminta dilakukan rekam jantung (EKG). ‘’Diagnosis itu lebih penting untuk mengetahui tindakan berikutnya,’’ ujar pakar aritmia ini. Teknik yang selama ini digunakan dalam menangani gangguan irama jantung adalah diagnosis oleh dokter untuk mengetahui gangguan yang terjadi. Pemberian obat adalah tindakan pertama. Obat bekerja untuk mencegah terjadinya serangan, sehingga harus diberikan seumur hidup. Bila obat tidak mampu lagi mengatasi serangan, baru dilakukan tindakan nonbedah yang disebut ablasi dengan menggunakan frekuensi radio (AFR). Untuk AFR, diperlukan pemetaan khusus di mana saja letak terjadinya konduksi aliran listrik jantung. Bila aritmianya sederhana, maka yang diperlukan adalah pemetaan konvensional dengan meletakkan beberapa elektroda di jantung. Berdasarkan sinyal tertentu yang berasal dari jaringan abnormal, maka dapat ditentukan letak jaringan atau jaras yang abnormal. ‘’Selanjutnya kita bakar dengan frekuensi radio. Tetapi, bila aritmianya terlalu kompleks seperti 4. Atrial Flutter : adalah terdapatnya jalur reentri pada atrium, sehingga konduksi listrik akan berputar-putar di daerah atrium. atrial fibrilasi, ventricular tachycardia, maka diperlukan pemetaan khusus yang dinamakan noncontact mapping (3 dimensi),’’ ujarnya. Tindakan ablasi Ablasi adalah suatu tindakan untuk mengatasi gangguan irama jantung (aritmia) dengan menggunakan kateter. Alat kateter dimasukkan ke dalam ruang dalam jantung dan dihubungkan dengan mesin khusus. Mesin ini memberikan energi listrik untuk memutus (membakar) jalur konduksi tambahan ataupun fokusfokus aritmia yang menyebabkan ketidaknormalan irama jantung. Tindakan ablasi ini biasanya dilakukan bersamaan setelah studi elektrofisiologi yang mencari penyebab gangguan irama jantung. Ablasi juga bisa dilakukan tanpa didahului studi elektrofisiologi. Seperti pada ablasi akibat konduksi di atrium, yang diagnosis sudah jelas dari gambaran EKG. Adapun alat bantu yang dipakai untuk tindakan ablasi, dibagi menjadi dua yaitu, ablasi konvensional adalah jenis yang selama ini sering dilakukan dan ablasi nonkonvensional, di mana tindakan yang menggunakan alat pemetaan dua dimensi (flurouskopi) serta monitor konduksi listrik secara kontinyu. Pemetaan listrik ini dilakukan beberapa kateter yang diletakkan di dalam ruang jantung. Biasanya di atrium kanan, ventrikel kanan, dan sinus koronarius. Setelah diketahui penyebab aritmia, kateter ablasi akan dimasukkan ke tempat yang ada kelainan konduksi listrik untuk diablasi (dibakar) dengan energi radio frekuensi. ‘’Peletakan kateter dipandu dengan menggunakan X-ray sekitar tiga sampai empat jam. Jadi, pemetaannya berdasarkan hasil kateter itu. Kalau konduksinya banyak, konvensional tak bisa dilakukan. Harus dengan tiga dimensi,’’ ujarnya. Ablasi tiga dimensi adalah suatu tindakan untuk mengatasi gangguan irama jantung dengan menggunakan pemetaan tiga dimensi dari struktur jantung. Teknik ini juga dapat memetakan array atau sistematis dari konduksi listrik jantung. Dengan begitu, dapat diketahui letak sumber aliran listrik abnormal secara lebih tepat. Sistem navigasi ablasi ini terdapat dua jenis alat. Yaitu dengan Carto XP Navigation dan EnSite NavX Navigation yang jumlahnya masih terbatas di dunia. Dengan teknik tiga dimensi, tambah Munawar, semua jenis aritmia dapat ditangani dengan tuntas. Angka keberhasilan dari ablasi tiga dimensi ini tergantung dari tingkat kompleksitas aritmia. ‘’Aritmia yang sederhana seperti supraventricular tachycardia angka keberhasilannya sampai lebih dari 95 persen. Aritmia yang sangat kompleks angka keberhasilannya 60 hingga 85 persen. Artinya sekitar 60 sampai 85 persen yang bisa disembuhkan,’’ ujarnya. Beberapa kelainan/penyakit yang sebaiknya dilakukan ablasi tiga dimensi antara lain : 1. Atrial fibrilasi : adalah terdapatnya banyak fokus-fokus listrik di atrium terutama di atrium kiri yang mengakibatkan denyut atrium menjadi sangat cepat dan tidak teratur seperti bergetar (fibrilasi). Fokus ini umumnya terdapat di daerah vena pulmonalis, sehingga dengan sistem tiga dimensi, pemetaan letak vena pulmonalis akan lebih baik, dan ablasi dengan mengisolasi vena pulmonalis dapat dikerjakan dengan baik. 2. Ventrikel Ekstra Sistol (VES) : adalah denyut tambahan yang berasal dari ventrikel. Bila denyut tambahan ini cukup sering, maka akan menimbulkan keluhan berupa dada tidak enak, pusing, mual, bahkan sampai rasa mau pingsan. Denyut VES ini juga akan memicu timbulnya kelainan berupa ventrikel takikardi yang bersifat fatal. 3. Ventrikel Takikardi : adalah gangguan irama yang mengancam nyawa. Aritmia berasal dari ventrikel baik kanan maupun kiri, yang bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian. ■ dewi mardiani ed: andi nur aminah ■ ed: andi nur aminah Pembangunan Berkelanjutan Perlu Interdisipliner JAKARTA—Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lukman Hakim, mengungkapkan, konsep baru pembangunan berkelanjutan dengan ber wawasan menyeluruh di Indonesia harus dilakukan. Pendekatan pembangunan dalam konsep baru ini diterapkan untuk mencegah kerugian besar dan malapetaka pada masa yang akan datang. Pemaparan soal konsep baru ini disampaikan dalam The 34th Southeast Asia Seminar bertema ‘New Concept Building for Sustainable Humanosphere and Society from the Equatorial Zone of South East Asia.’ Seminar yang digelar selama empat hari itu dibuka di Gedung LIPI, Jakarta, Senin (20/9). “Konsep baru ini meliputi ekologi dan lingkungan, ekonomi, masalah sosial, meteorologi, ekologi tanaman, geofisika, teknologi biomassa, antropologi, populasi, ekonomi politik minyak sawit, konser vasi satwa liar, dan lain-lain. Jadi, pembangunan berkelanjutan yang holistik meliputi interdisipliner seharusnya masuk dalam kebijakan pembangunan nasional,” ujarnya. Lukman mengatakan, seminar yang telah diselenggarakan sejak 1976 itu juga akan mengupas studi tentang alam, budaya, masyarakat, ekonomi, dan aspek lain dari wilayah dan pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk memahami konsep studi di kawasan Asia Tenggara. “Abad ke-21 merupakan abad bagi wilayah tropis dalam pengembangan energi terbarukan,” ujarnya. Menurutnya, energi terbarukan—termasuk radiasi matahari dan biomassa di daerah tropis— merupakan sumber utama bagi penduduk dunia dan ekonominya. Energi terbarukan bertujuan untuk mencapai masyarakat berkarbon rendah, lewat upaya mempercepat evolusi teknologi. “Pada saat yang sama, itu juga akan mempercepat kompetisi penciptaan sumber daya terbarukan,” ujar Lukman. Ia menjelaskan, Indonesia yang berada di Asia Tenggara dan zona khatulistiwa merupakan wilayah paling aktif panas dan area siklus airnya di dunia. Hal itu tercermin dari wilayah Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim. Selain itu, hutan tropis Indonesia merupakan salah satu daerah yang paling beragam di dunia, ser ta reservoir karbon yang signifikan bagi atmosfer bumi. Sejak 1990, tambahnya, ada perubahan pada sekitar 24 persen dari total hutan dan 31 persen dari hutan primer yang telah terhapus. Sebagai gantinya, menurut data FAO, terjadi peningkatan daerah perkebunan dari 2,2 juta hingga 3,4 juta hektare dalam jangka waktu 15 tahun. Perubahan besar-besaran untuk lahan dan tutupan dapat menyebabkan perubahan irreversibel atau ‘tak tergantikan’ dalam lingkungan alam. “Inilah yang perlu dicermati,” ujarnya. ■ dewi mardiani, ed: andi nur aminah