BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil yaitu 6,5 persen pada tahun 2011, membuat banyak investor yang ingin berinvestasi, baik investor dalam negeri atau investor luar negeri. Dengan banyaknya investor yang berinvestasi di Indonesia maka diharapkan banyaknya dana investasi yang akan masuk ke negara kita, sehingga membuka lapangan pekerjaan bagi kemakmuran rakyat. Dalam rangka berinvestasi setiap investor memerlukan dana untuk berinvestasi, ada beberapa sumber pembiayaan yaitu menggunakan modal sendiri, pinjaman ke lembaga keuangan, penerbitan surat hutang atau menghimpun dana dari masyarakat dengan menawarkan saham ke publik di pasar modal. Hampir di seluruh penjuru dunia, di setiap negara pasar modal menjadi bahan pembicaraan. Pasar modal merupakan suatu indikator kemajuan perekonomian sebuah negara serta penunjang perkembangan ekonomi suatu negara yang bersangkutan. Di dalam perputaran roda perkonomian suatu negara, itu merupakan sumber dana bagi beroperasinya perusahaan yang merupakan tulang punggung ekonomi suatu negara. Secara awam masyarakat selalu mengkonotasikan pasar modal sebagai pasar saham, tetapi apabila dilihat dari kenyataannya ternyata pasar modal sangat komplek dengan berbagai produk dan sistem di dalamnya. Pada awalnya produk yang diperdagangkan terbatas hanya bersifat ekuitas kemudian diikuti oleh efek yang bersifat hutang seperti obligasi dan juga beberapa produk alternatif lainnya 1 2 seperti reksadana, warrant, option dan kontrak–kontrak lainnya yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh setiap otoritas pasar modal. Pasar modal di Indonesia menjadi salah satu alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Beberapa perusahaan yang memutuskan melakukan penawaran umum di pasar modal (go public) dengan menawarkan efek ke masyarakat dan selanjutnya menjadi perusahaan terbuka. Dalam periode tahun 2008–2011 menurut data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia terdapat 53 perusahaan yang tercatat dan telah melakukan penawaran saham ke publik. Kesimpulan yang didapat, rata-rata ada 13 perusahaan yang melakukan go public di pasar modal setiap tahun. Kemitraan pasar modal dengan emiten atau perusahaan publik dapat dikatakan merupakan sebagai bentuk hubungan simbiosis mutualisme, selama status terbuka atau publik tersebut masih memberikan keuntungan atau keunggulan bagi perusahaan maka perusahaan akan tetap mempertahankan status tersebut. Kondisi transaksi saham dari perusahaan yang memberikan added value pada perusahaan tersebut tetap mempertahankan status listednya di bursa. Apabila industri pasar modal tidak lagi memberikan manfaat, atau bahkan bisa menjadi beban bagi perusahaan, maka secara naluri untuk mempertahankan jalannya perusahaan maka perusahaan akan mengundurkan diri dari bursa atau pasar modal atau dengan kata lain menjadi perusahaan tertutup kembali. Pada saat perusahaan menjadi perusahaan tertutup maka akan terjadi pengambilalihan dan pelepasan saham perusahaan, salah satu informasi yang dibutuhkan adalah nilai pasar wajar atas saham perusahaan tersebut. Dari uraian sebelumnya maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah nilai harga saham yang 3 harus ditawarkan kepada pemegang saham publik terkait rencana go private PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. Fenomena ini tentunya merupakan fenomena yang menarik di pasar modal Indonesia. Menurut data Bursa Efek Indonesia untuk periode 2008-2011 ada 13 perusahaan melakukan tindakan korporasi dengan merubah bentuk perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup (go private). 1.1.1 Beberapa kasus go private di Indonesia Kita akan melihat beberapa perusahaan yang melakukan go private di Bursa Efek Indonesia. Beberapa perusahaan tersebut adalah PT Aqua Golden Misisippi Tbk., PT Komatsu Indonesia Tbk. dan PT Alfa Retailindo Tbk. 1. PT Aqua Golden Missisippi Tbk. PT Aqua Golden Missisippi Tbk. pertama kali melakukan penawaran saham perdana pada tanggal 1 Maret 1990 dengan harga perdana Rp7.500 per saham dengan nilai nominal Rp1.000 per saham. Pada tahun 2011, PT Aqua Golden Missisippi Tbk. melakukan perubahan status perusahaan dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup. Perusahaan menyatakan bahwa alasan perseroan melakukan go private karena banyak pemegang saham minoritas yang tidak dapat menjual sahamnya karena saham perusahaan sudah tidak likuid, selain itu banyak pemegang saham yang hanya memiliki saham di bawah satu lot, sementara jumlah pemegang saham minoritas juga terbatas. Setelah penantian panjang selama 9 tahun untuk perusahaan melakukan go private akhirnya mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS). Selain itu perseroan percaya bahwa perusahaan dapat membiayai sendiri kegiatan operasionalnya, baik saat ini maupun pada masa 4 yang akan datang. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, juga telah disetujui harga tender offer Rp500.000 per saham. Dengan demikian pemegang pengendali perusahaan yaitu PT Tirta Investama, harus menyiapkan dana sebesar Rp371,671 miliar untuk membeli sisa saham publik (5,65 persen) melalui tender offer. Berarti jumlah saham yang masih dikuasai perusahaan sebesar 94,35 persen. 2. PT Komatsu Indonesia Tbk. Pada tahun 2011 PT Komatsu Indonesia Tbk. melakukan aksi korporasi dengan go private dari Bursa Efek Indonesia. Perusahaan membeli saham publik Rp8.500 per saham, lebih tinggi dibandingkan harga penutupan pada saat itu Rp5.250 per saham. Selain melakukan delisting, Komatsu akan mengubah status perseroan dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup atau go private, maka perseroan menjadi perusahaan penanaman modal asing sepenuhnya. Alasan perusahaan melakukan go private sejalan dengan kebijakan global yang diambil induk perusahaan Komatsu Co Ltd yang berkedudukan di Jepang. Kebijakan global yang diambil oleh induk perusahaan Komatsu Ltd dalam bentuk go private telah juga dilakukan di bursa Jepang yakni Nagoya Stock Exchange, Sapporo Stock Exchange dan Fukuoka Stock Exchange. Serta go private dari bursa di Eropa yaitu Frankfurt Stock Exchange dan Luxemburg Stock Exchange. Selain itu anak perusahaan Komatsu Co.Ltd yaitu Komatsu Zenoah Co.Ltd dan Komatsu Forklift Co.Ltd juga telah melakukan penghapusan pencatatan saham di Tokyo Stock Exchange pada tahun 2002. Komatsu Co.Ltd saat ini memiliki saham di PT Komatsu Indonesia Tbk. sebesar 68,4 persen. PT Astra Internasional Tbk. melalui anak 5 perusahaannya yaitu PT United Tractors Tbk. juga memiliki saham sebesar 5 persen, sedangkan kepemilikan publik hanya 10 persen. 3. PT Alfa Retailindo Tbk. Pada tahun 2011 perusahaan mengambil keputusan untuk go private. Keputusan perusahaan untuk go private tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu saham perseroan yang tidak aktif diperdagangkan di publik dan tidak likuid, pemegang saham publik hanya berjumlah 60 pemegang saham, setelah tiga RUPS terakhir yang pernah diadakan hanya dihadiri satu dan dua pemegang saham publik, serta permintaan dari beberapa pemegang saham publik yang ingin menjual saham mereka. Sebagai informasi, Carrefour Indonesia menguasai 99,54 persen saham perusahaan, sedangkan sisanya 0,46 persen saham publik. Perusahaan menawarkan untuk membeli saham masyarakat dengan harga Rp4.500 per saham dan harga saham diperdagangkan terakhir di harga Rp2.400 per saham. Menurut Widjaja dan Risnamanitis (2009: 38-43) ada beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan melakukan go private seperti: 1. Biaya menjadi perusahaan publik sangat tinggi karena adanya biaya yang timbul karena kewajiban menyampaikan laporan secara periodik ke semua pihak. Apalagi jika saham perusahaan sudah tidak aktif lagi diperdagangkan dan hanya dimiliki oleh sedikit pihak. 2. Kondisi kinerja dan keuangan perusahan yang kuat sehingga perusahaan tidak perlu lagi dana dari masyarakat. Perusahaan dapat membiayai operasional dan investasi dengan dana internal. Atau kondisi sebaliknya perusahaan 6 mengganggap tidak ada prospek yang menarik lagi bagi mereka untuk tetap terdaftar di bursa, karena kinerja usaha yang terus memburuk. 3. Competitive intelegence yaitu kewajiban disclosure information berpotensi menguntungkan pesaingnya dan ini terjadi di perusahaan tertutup. 4. Controlling function dapat dihindari dari kemungkinan pihak luar untuk membeli saham pengendali. 1.1.2 Peraturan-peraturan yang terkait dengan proses go private Proses yang dilakukan sebuah perusahaan terbuka untuk menjadi go private memerlukan proses yang sangat panjang. Tahapan–tahapan dari proses go private ini telah ditentukan oleh badan otoritas pasar modal. Tahapan-tahapan ini bertujuan untuk melindungi pemegang saham publik atau pemegang saham minoritas supaya hak-haknya tidak dirugikan. Salah satu tahapan proses yang harus harus dilakukan adalah proses tender offer yaitu proses penawaran pembelian saham oleh pemegang saham perusahaan kepada pemegang saham publik. Dalam penentuan nilai yang ditawarkan mengacu beberapa aturan, salah satunya adalah nilai wajar saham yang ditentukan oleh penilai independen. Nilai saham wajar ini diperlukan untuk sebagai pembanding dalam menentukan nilai akhir suatu proses tender offer. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan go private adalah peraturan mengenai benturan kepentingan dan peraturan mengenai penawaran tender. Kedua peraturan ini meliputi peraturan Bapepam dan juga peraturan yang dikeluarkan oleh pihak bursa efek (BEI). Selain itu, proses go private juga harus mengacu pada Undang–Undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. 7 1.1.2.1 Peraturan Bapepam nomor IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan. Peraturan tentang benturan kepentingan mewajibkan suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan mendapat persetujuan pemegang saham independen. Meskipun tindakan go private tidak mengandung benturan kepentingan, kebijakan Bapepam mewajibkan perusahaan untuk mengacu kepada peraturan tersebut. Dengan kebijakan ini, meskipun tidak memiliki suara mayoritas, pemegang saham independen yang tidak setuju dengan proses go private dapat menghalangi proses go private. Peraturan ini mengisyaratkan bahwa go private hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS independen yang dihadiri lebih dari 50 persen saham yang dimiliki pemegang saham independen dan disetujui oleh lebih dari 50 persen saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen. 1.1.2.2 Peraturan Bapepam No IX.F.1 tentang Penawaran Tender. Setelah proses rencana go private disetujui oleh pemegang saham independen, maka harus dilakukan penawaran tender oleh pemegang saham perusahaan untuk membeli saham yang dimiliki pemegang saham publik. Proses penawaran tender wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam. Tata cara dan prosedur diatur dalam Peraturan Bapepam No IX.F.1 tentang penawaran tender. Peraturan ini mensyaratkan harga penawaran tender harus lebih tinggi dari dua harga berikut: 1. harga penawaran tender tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak yang sama dalam jangka waktu 180 hari sebelum pengumuman; 2. harga pasar tertinggi atas efek dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman. 8 1.1.2.3 Peraturan BEJ no I - 1 tentang Penghapusan Pencatatan (delisting) dan Pencatatan Kembali (relisting) Saham di Bursa. Peraturan ini mensyaratkan harga penawaran tender sekurang-kurangnya harus sama dengan harga tertinggi dari ketiga harga berikut: 1. harga nominal; 2. harga perdagangan tertinggi di pasar regular selama 2 tahun terakhir sebelum pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor penyesuaian akibat perubahan nilai nominal sejak dua tahun terakhir, sehingga RUPS menyetujui delisting, ditambah premi berupa tingkat pengembalian investasi selama dua tahun yang diperhitungkan sebesar harga perdana saham dikali rata-rata tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama 1 bulan dalam periode tiga bulan atau tingkat bunga obligasi pemerintah lain yang setara yang berlaku saat ditetapkannya putusan RUPS mengenai delisting; 3. nilai wajar berdasarkan penilaian oleh penilai independen Selain itu ada surat BAPEPAM no 2432/PM/2005 perihal rencana go private PT Komatsu Indonesia Tbk., di dalam surat itu Bapepam mensyaratkan agar harga penawaran pembelian harus menarik atau lebih tinggi dari ketiga harga berikut. 1. Harga pasar tertinggi atas saham perseroan di bursa dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private. 2. Hasil penilaian harga wajar saham perseroan oleh penilai independen. Penilai independen tersebut ditunjuk oleh pemegang saham independen dalam RUPS independen. 3. Nilai nominal saham. 9 Masing-masing peraturan di atas memberikan batasan mengenai harga minimal bagi penawaran tender, karenanya ketiga peraturan tersebut tidak saling bertentangan namun bersifat saling melengkapi. 1.1.3 Tahapan- tahapan proses go private Perusahaan yang akan melakukan go private harus melewati beberapa proses. Secara umum proses yang harus dilalui oleh sebuah perusahaan untuk go private adalah 1.1.3.1 Memperoleh persetujuan RUPS independen. Perusahaan yang hendak go private wajib menyampaikan agenda RUPS independen 7 hari sebelum pemberitahuan. Salah satu agenda yang terpenting yang harus diperhatikan dalam RUPS adalah penunjukan penilai independen oleh pemegang saham independen untuk melakukan penilaian saham perusahaan. Untuk menghindari fluktuasi harga saham saham, perusahaan dapat mengajukan permohonan suspend perdagangan saham kepada bursa efek. Pemanggilan untuk RUPS juga harus diumumkan melalui surat kabar dan dilakukan selambat-lambatnya 14 hari sebelum RUPS. Untuk ketentuan kuorum dalam RUPS Surat Bapepam No s-2432/PM/2005 perihal go private PT Komatsu Indonesia Tbk. menjadi acuan proses go private, yaitu RUPS Independen harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 75 persen pemegang saham independen dan harus disetujui oleh lebih dari 50 persen dari pemegang saham independen perusahaan. 1.1.3.2 Melakukan penawaran tender/tender offer. Setelah memperoleh persetujuan dari pemegang saham independen, maka pelaksanaan go private wajib dilakukan melalui penawaran tender. Tata cara penawaran tender diatur dalam peraturan Bapepam Nomor IX.F.I tentang penawaran tender. 10 1.1.3.3 Pasca penawaran tender/tender offer. Apabila setelah tender offer masih terdapat pemegang saham yang tidak setuju dengan proses go private perusahaan, maka sebagaimana disyaratkan dalam Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 62 angka 1, perusahaan wajib mengusahakan untuk membeli saham yang dimiliki pemegang saham tersebut yang dapat dilakukan oleh pemegang saham utama dan dapat pula oleh perusahaan sendiri. Penelitian yang akan dilakukan terhadap salah satu anggota bursa yaitu PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. Perusahaan sudah menjadi perusahaan publik sejak tahun 1989, dan sejak saat itu perusahaan mematuhi semua aturan yang berlaku sebagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Aturan–aturan itu cenderung merepotkan perusahaan dalam hal perusahaan ingin melakukan corporate action untuk menghadapi tingkat persaingan yang cukup tinggi dan perubahan yang cepat di industri asuransi khususnya asuransi umum. Hal ini yang menjadi alasan kuat mengapa perusahaan ingin melakukan go private. Proses perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup memerlukan beberapa tahap proses yang cukup panjang. Tahap yang cukup menentukan adalah tahap melakukan penawaran tender untuk membeli kembali saham masyarakat. Dari beberapa kasus go private di Indonesia ada satu kasus yang memerlukan waktu yang cukup panjang yaitu proses go private PT Aqua Golden Misisippi Tbk. Hal tersebut dikarenakan ketidaksepakatan harga saham yang akan dibeli perusahaan dari masyarakat. Tentunya perusahaan tidak ingin mengalami hal yang sama seperti yang dialami PT Aqua Golden Misisippi Tbk. 11 Rencana PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. menjadi perusahaan tertutup menjadi menarik untuk diteliti karena untuk kepentingan go private ini, maka perusahaan tentunya ingin mengetahui nilai saham wajar perusahaan untuk dijadikan benchmark nilai dalam melakukan penawaran tender. Hal inilah yang menjadikan penilaian perusahaan untuk kepentingan go private menjadi penting untuk dianalisis supaya jangan tidak terjadi kesalahaan estimasi harga saham yang akan ditawarkan pada proses penawaran tender. Selain itu, perusahaan ingin mengetahui berapa besar premium yang dibayar perusahaan untuk membeli kembali saham masyarakat. Tentunya perusahaan tidak ingin membeli kembali saham masyarakat dengan harga terlalu tinggi, sebaliknya untuk masyarakat tidak ingin menjual sahamnya dengan harga terlalu rendah. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penentuan nilai perusahaan yang kemudian menjadi nilai pasar wajar pasar telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penilaian saham perusahaan adalah. 1. Udayana (2009) melakukan penelitian untuk menentukan estimasi nilai intrinsik ekuitas PT Waskita Karya dalam rangka privatisasi dengan menggunakan metoda discounted cash flow dan metoda relative valuation. Penelitian menggunakan data histori perusahaan tahun 2004 sampai dengan 2008 untuk penilaian mengunakan metoda discounted cash flow. Karena PT Waskita Karya merupakan perusahaan tertutup maka mencari asumsi dan data pembanding menggunakan data perusahaan terbuka. Nilai intrinsik ekuitas PT Waskita Karya yang dihasilkan dengan menggunakan kedua metoda 12 penilaian yaitu berkisar pada kisaran Rp714 milyar sampai dengan Rp846 milyar. 2. Chen (2010) melakukan penelitian metoda valuasi yang menghasilkan nilai yang hampir mendekati nilai pasar sahamnya. Penelitian dilakukan terhadap industri jasa telekomunikasi di Taiwan dengan mengambil 3 perusahaan telekomunikasi di Taiwan sebagai sampel yaitu Chungwa Telecom, Taiwan Mobile dan Far Estone. Data untuk penelitian diambil dari database Taiwan Economic tahun 2003-2008. Penelitian ini menggunakan 5 metoda yaitu discounted cash flow, dividend discount, stock price to net worth ratio, price to earning ratio dan stock price to sales ratio. Hasil penelitian mengambil kesimpulan bahwa nilai yang dihasilkan metoda penilaian price to earning ratio mendekati dengan nilai pasar saham yang diperdagangkan. 3. Nofiansyah (2008) melakukan penelitian atas saham PT Bank Mandiri Tbk. sebagai penyertaan modal Pemerintah RI tahun 2007. Tujuan penelitian ingin mengetahui nilai pasar wajar perusahaan. Metoda yang digunakan dalam penelitian yaitu metoda discounted cash flow, metoda relative valuation dan metoda Gordon Growth. Penelitian mengunakan data-data histori perusahaan dan data dari perusahaan pembanding adalah PT BCA Tbk., PT BRI Tbk., PT BNI Tbk. Dengan melakukan ketiga metoda penilaian maka didapat nilai pasar wajar saham Pemerintah RI pada PT Bank Mandiri Tbk. adalah Rp4,074 per lembar saham. 4. Lin dan Wang (2007) melakukan penelitian mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi suatu keputusan perusahaan melakukan going private setelah dilakukan deregulasi aturan minimal modal suatu perusahaan terbuka di 13 Taiwan pada November 2001. Variabel-variabel yang menjadi penelitian adalah capital structure, financial performance, growth opportunities, corporate governance dan compliance cost. Sampel diambil dari Taiwan Economic Journal Public Database, kemudian semua database dibagi 4 group yaitu group A berisikan perusahaan yang go private sebelum November 2000, group B berisi perusahaan yang go private anatara November 2000 sampai dengan November 2001, group C berisi perusahaan yang go private November 2001 sampai dengan Desember 2003 dan group D berisi perusahaan yang go private sejak Januari 2004. Penelitian menggunakan metoda regresi untuk melihat variabel-variabel yang mempengaruhi perusahaan menjadi perusahaan tertutup dengan adanya deregulasi minimum modal untuk tetap menjadi perusahaan publik. Penelitian menyimpulkan bahwa perusahaan dengan struktur kapital yang tersebar cenderung memilih untuk go private setelah deregulasi. Ditemukan juga perusahaan dengan ROA rendah dan perusahaan yang mempunyai opini going concern yang baik cenderung lebih besar untuk go private. Penelitian ini menggunakan analisis fundamental dengan tiga metoda yaitu pertama, pendekatan perbandingan harga pasar dengan metoda relative valuation guna mengestimasi nilai dengan melihat harga perusahaan yang sejenis dan sebanding terutama pada variabel net income dan harga saham. Pendekatan kedua adalah pendekatan pendapatan metoda discounted cash flow yaitu memproyeksikan arus kas bebas (free cash flow) di masa mendatang yang terkait dengan objek yang dinilai kemudian mendiskonto arus kas pendapatan. Pendekatan yang ketiga menggunakan pendekatan aktiva metoda excess earning 14 yaitu mencari nilai aset berwujud dengan melakukan revaluasi semua akun dari aktiva menjadi nilai pasarnya dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk semua akun kewajiban. Selisih antara aktiva dan pasiva yang telah disesuaikan merupakan nilai aset bersih berwujud. Tahap selanjutnya mencari nilai aset tidak berwujud (goodwill) melalui pendekatan big pot teory yaitu kapitalisasi dari kelebihan pendapatan normal yaitu selisih pendapatan normal dengan jumlah balikan aset berwujud. Nilai dari ekuitas adalah jumlah dari nilai aset berwujud dan nilai aset tidak berwujud. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah salah satu pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan aset dengan metoda excess earning dan objek penilaiannya perusahaan asuransi umum. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Penelitian bertujuan untuk: 1. melakukan penilaian saham publik pada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu perbandingan data pasar, pendekatan pendapatan dan pendekatan neraca; 2. menentukan nilai pasar wajar saham publik PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. berdasarkan analisis atas laporan keuangan perusahaan. 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah. 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menjadi salah satu rekomendasi tentang nilai untuk pengambilan keputusan bagi pihak- 15 pihak yang memerlukan, di antaranya. a. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. sebagai alat analisis dalam penelitian ini dapat berguna sebagai referensi untuk menentukan nilai minimal penawaran atas saham publik apabila proses go private jadi dilaksanakan. b. Bagi investor nilai dapat digunakan sebagai sarana analisis dan masukkan dalam mengambil keputusan membeli atau menjual saham di PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. 2. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya. 1.4 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini penulisannya terbagi dalam 4 bab, dengan sistematika penulisan: Bab I Pengantar, mencakup uraian mengenai latar belakang penulisan, keaslian penulisan, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Dalam Bab II, pada bab ini memaparkan tinjaun pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian, landasan teori, terminologi serta rencana penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian serta alat analisis yang digunakan. Bab III Analisis Data, berisikan uraian tentang data dan sumber data serta hasil analisis dan pembahasan. Bab terakhir adalah Bab IV Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan hasil analisis dan pembahasan guna mencapai tujuan penelitian berupa kendala dalam penelitian dan saran ataupun sumbangan pemikiran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.