BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan

advertisement
BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil yaitu 6,5 persen pada
tahun 2011, membuat banyak investor yang ingin berinvestasi, baik investor
dalam negeri atau investor luar negeri. Dengan banyaknya investor yang
berinvestasi di Indonesia maka diharapkan banyaknya dana investasi yang akan
masuk ke negara kita, sehingga membuka lapangan pekerjaan bagi kemakmuran
rakyat. Dalam rangka berinvestasi setiap investor memerlukan dana untuk
berinvestasi, ada beberapa sumber pembiayaan yaitu menggunakan modal sendiri,
pinjaman ke lembaga keuangan, penerbitan surat hutang atau menghimpun dana
dari masyarakat dengan menawarkan saham ke publik di pasar modal. Hampir di
seluruh penjuru dunia, di setiap negara pasar modal menjadi bahan pembicaraan.
Pasar modal merupakan suatu indikator kemajuan perekonomian sebuah negara
serta penunjang perkembangan ekonomi suatu negara yang bersangkutan. Di
dalam perputaran roda perkonomian suatu negara, itu merupakan sumber dana
bagi beroperasinya perusahaan yang merupakan tulang punggung ekonomi suatu
negara.
Secara awam masyarakat selalu mengkonotasikan pasar modal sebagai
pasar saham, tetapi apabila dilihat dari kenyataannya ternyata pasar modal sangat
komplek dengan berbagai produk dan sistem di dalamnya. Pada awalnya produk
yang diperdagangkan terbatas hanya bersifat ekuitas kemudian diikuti oleh efek
yang bersifat hutang seperti obligasi dan juga beberapa produk alternatif lainnya
1
2
seperti reksadana, warrant, option dan kontrak–kontrak lainnya yang memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh setiap otoritas pasar modal.
Pasar modal di Indonesia menjadi salah satu alternatif sumber pembiayaan
perusahaan. Beberapa perusahaan yang memutuskan melakukan penawaran
umum di pasar modal (go public) dengan menawarkan efek ke masyarakat dan
selanjutnya menjadi perusahaan terbuka.
Dalam periode tahun 2008–2011 menurut data yang diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia terdapat 53 perusahaan yang tercatat dan telah melakukan
penawaran saham ke publik. Kesimpulan yang didapat, rata-rata ada 13
perusahaan yang melakukan go public di pasar modal setiap tahun. Kemitraan
pasar modal dengan emiten atau perusahaan publik dapat dikatakan merupakan
sebagai bentuk hubungan simbiosis mutualisme, selama status terbuka atau publik
tersebut masih memberikan keuntungan atau keunggulan bagi perusahaan maka
perusahaan akan tetap mempertahankan status tersebut. Kondisi transaksi saham
dari perusahaan yang memberikan added value pada perusahaan tersebut tetap
mempertahankan status listednya di bursa.
Apabila industri pasar modal tidak lagi memberikan manfaat, atau bahkan
bisa menjadi beban bagi perusahaan, maka secara naluri untuk mempertahankan
jalannya perusahaan maka perusahaan akan mengundurkan diri dari bursa atau
pasar modal atau dengan kata lain menjadi perusahaan tertutup kembali. Pada saat
perusahaan menjadi perusahaan tertutup maka akan terjadi pengambilalihan dan
pelepasan saham perusahaan, salah satu informasi yang dibutuhkan adalah nilai
pasar wajar atas saham perusahaan tersebut. Dari uraian sebelumnya maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah nilai harga saham yang
3
harus ditawarkan kepada pemegang saham publik terkait rencana go private PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk.
Fenomena ini tentunya merupakan fenomena yang menarik di pasar modal
Indonesia. Menurut data Bursa Efek Indonesia untuk periode 2008-2011 ada 13
perusahaan melakukan tindakan korporasi dengan merubah bentuk perusahaan
terbuka menjadi perusahaan tertutup (go private).
1.1.1
Beberapa kasus go private di Indonesia
Kita akan melihat beberapa perusahaan yang melakukan go private di Bursa
Efek Indonesia. Beberapa perusahaan tersebut adalah PT Aqua Golden Misisippi
Tbk., PT Komatsu Indonesia Tbk. dan PT Alfa Retailindo Tbk.
1. PT Aqua Golden Missisippi Tbk.
PT Aqua Golden Missisippi Tbk. pertama kali melakukan penawaran saham
perdana pada tanggal 1 Maret 1990 dengan harga perdana Rp7.500 per saham
dengan nilai nominal Rp1.000 per saham. Pada tahun 2011, PT Aqua Golden
Missisippi Tbk. melakukan perubahan status perusahaan dari perusahaan
terbuka menjadi perusahaan tertutup. Perusahaan menyatakan bahwa alasan
perseroan melakukan go private karena banyak pemegang saham minoritas
yang tidak dapat menjual sahamnya karena saham perusahaan sudah tidak
likuid, selain itu banyak pemegang saham yang hanya memiliki saham di
bawah satu lot, sementara jumlah pemegang saham minoritas juga terbatas.
Setelah penantian panjang selama 9 tahun untuk perusahaan melakukan go
private akhirnya mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPS). Selain itu perseroan percaya bahwa perusahaan dapat
membiayai sendiri kegiatan operasionalnya, baik saat ini maupun pada masa
4
yang akan datang. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, juga
telah disetujui harga tender offer Rp500.000 per saham. Dengan demikian
pemegang pengendali perusahaan yaitu PT Tirta Investama, harus menyiapkan
dana sebesar Rp371,671 miliar untuk membeli sisa saham publik (5,65 persen)
melalui tender offer. Berarti jumlah saham yang masih dikuasai perusahaan
sebesar 94,35 persen.
2. PT Komatsu Indonesia Tbk.
Pada tahun 2011 PT Komatsu Indonesia Tbk. melakukan aksi korporasi dengan
go private dari Bursa Efek Indonesia. Perusahaan membeli saham publik
Rp8.500 per saham, lebih tinggi dibandingkan harga penutupan pada saat itu
Rp5.250 per saham. Selain melakukan delisting, Komatsu akan mengubah
status perseroan dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup atau go
private, maka perseroan menjadi perusahaan penanaman modal asing
sepenuhnya. Alasan perusahaan melakukan go private sejalan dengan
kebijakan global yang diambil induk perusahaan Komatsu Co Ltd yang
berkedudukan di Jepang. Kebijakan global yang diambil oleh induk perusahaan
Komatsu Ltd dalam bentuk go private telah juga dilakukan di bursa Jepang
yakni Nagoya Stock Exchange, Sapporo Stock Exchange dan Fukuoka Stock
Exchange. Serta go private dari bursa di Eropa yaitu Frankfurt Stock Exchange
dan Luxemburg Stock Exchange. Selain itu anak perusahaan Komatsu Co.Ltd
yaitu Komatsu Zenoah Co.Ltd dan Komatsu Forklift Co.Ltd juga telah
melakukan penghapusan pencatatan saham di Tokyo Stock Exchange pada
tahun 2002. Komatsu Co.Ltd saat ini memiliki saham di PT Komatsu Indonesia
Tbk. sebesar 68,4 persen. PT Astra Internasional Tbk. melalui anak
5
perusahaannya yaitu PT United Tractors Tbk. juga memiliki saham sebesar 5
persen, sedangkan kepemilikan publik hanya 10 persen.
3. PT Alfa Retailindo Tbk.
Pada tahun 2011 perusahaan mengambil keputusan untuk go private.
Keputusan perusahaan untuk go private tersebut didasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu saham perseroan yang tidak aktif diperdagangkan di publik
dan tidak likuid, pemegang saham publik hanya berjumlah 60 pemegang
saham, setelah tiga RUPS terakhir yang pernah diadakan hanya dihadiri satu
dan dua pemegang saham publik, serta permintaan dari beberapa pemegang
saham publik yang ingin menjual saham mereka. Sebagai informasi, Carrefour
Indonesia menguasai 99,54 persen saham perusahaan, sedangkan sisanya 0,46
persen saham publik. Perusahaan menawarkan untuk membeli saham
masyarakat dengan harga Rp4.500 per saham dan harga saham diperdagangkan
terakhir di harga Rp2.400 per saham.
Menurut Widjaja dan Risnamanitis (2009: 38-43) ada beberapa alasan yang
menyebabkan perusahaan melakukan go private seperti:
1.
Biaya menjadi perusahaan publik sangat tinggi karena adanya biaya yang
timbul karena kewajiban menyampaikan laporan secara periodik ke semua
pihak. Apalagi jika saham perusahaan sudah tidak aktif lagi diperdagangkan
dan hanya dimiliki oleh sedikit pihak.
2.
Kondisi kinerja dan keuangan perusahan yang kuat sehingga perusahaan tidak
perlu lagi dana dari masyarakat. Perusahaan dapat membiayai operasional dan
investasi dengan dana internal. Atau kondisi sebaliknya perusahaan
6
mengganggap tidak ada prospek yang menarik lagi bagi mereka untuk tetap
terdaftar di bursa, karena kinerja usaha yang terus memburuk.
3.
Competitive intelegence yaitu kewajiban disclosure information berpotensi
menguntungkan pesaingnya dan ini terjadi di perusahaan tertutup.
4.
Controlling function dapat dihindari dari kemungkinan pihak luar untuk
membeli saham pengendali.
1.1.2
Peraturan-peraturan yang terkait dengan proses go private
Proses yang dilakukan sebuah perusahaan terbuka untuk menjadi go private
memerlukan proses yang sangat panjang. Tahapan–tahapan dari proses go private
ini telah ditentukan oleh badan otoritas pasar modal. Tahapan-tahapan ini
bertujuan untuk melindungi pemegang saham publik atau pemegang saham
minoritas supaya hak-haknya tidak dirugikan. Salah satu tahapan proses yang
harus harus dilakukan adalah proses tender offer yaitu proses penawaran
pembelian saham oleh pemegang saham perusahaan kepada pemegang saham
publik. Dalam penentuan nilai yang ditawarkan mengacu beberapa aturan, salah
satunya adalah nilai wajar saham yang ditentukan oleh penilai independen. Nilai
saham wajar ini diperlukan untuk sebagai pembanding dalam menentukan nilai
akhir suatu proses tender offer. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam
melaksanakan go private adalah peraturan mengenai benturan kepentingan dan
peraturan mengenai penawaran tender. Kedua peraturan ini meliputi peraturan
Bapepam dan juga peraturan yang dikeluarkan oleh pihak bursa efek (BEI). Selain
itu, proses go private juga harus mengacu pada Undang–Undang No 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal.
7
1.1.2.1 Peraturan
Bapepam
nomor
IX.E.1
tentang
Benturan
Kepentingan. Peraturan tentang benturan kepentingan mewajibkan suatu
transaksi yang mengandung benturan kepentingan mendapat persetujuan
pemegang saham independen. Meskipun tindakan go private tidak mengandung
benturan kepentingan, kebijakan Bapepam mewajibkan perusahaan untuk
mengacu kepada peraturan tersebut. Dengan kebijakan ini, meskipun tidak
memiliki suara mayoritas, pemegang saham independen yang tidak setuju dengan
proses go private dapat menghalangi proses go private. Peraturan ini
mengisyaratkan bahwa go private hanya dapat dilakukan dengan persetujuan
RUPS independen yang dihadiri lebih dari 50 persen saham yang dimiliki
pemegang saham independen dan disetujui oleh lebih dari 50 persen saham yang
dimiliki oleh pemegang saham independen.
1.1.2.2 Peraturan Bapepam No IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
Setelah proses rencana go private disetujui oleh pemegang saham independen,
maka harus dilakukan penawaran tender oleh pemegang saham perusahaan untuk
membeli saham yang dimiliki pemegang saham publik. Proses penawaran tender
wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran dan pelaporan yang
ditetapkan oleh Bapepam. Tata cara dan prosedur diatur dalam Peraturan
Bapepam No IX.F.1 tentang penawaran tender. Peraturan ini mensyaratkan harga
penawaran tender harus lebih tinggi dari dua harga berikut:
1.
harga penawaran tender tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak yang
sama dalam jangka waktu 180 hari sebelum pengumuman;
2.
harga pasar tertinggi atas efek dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum
pengumuman.
8
1.1.2.3 Peraturan BEJ no I - 1 tentang Penghapusan Pencatatan
(delisting) dan Pencatatan Kembali (relisting) Saham di Bursa. Peraturan ini
mensyaratkan harga penawaran tender sekurang-kurangnya harus sama dengan
harga tertinggi dari ketiga harga berikut:
1.
harga nominal;
2.
harga perdagangan tertinggi di pasar regular selama 2 tahun terakhir sebelum
pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor penyesuaian akibat
perubahan nilai nominal sejak dua tahun terakhir, sehingga RUPS menyetujui
delisting, ditambah premi berupa tingkat pengembalian investasi selama dua
tahun yang diperhitungkan sebesar harga perdana saham dikali rata-rata
tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama 1 bulan dalam periode
tiga bulan atau tingkat bunga obligasi pemerintah lain yang setara yang
berlaku saat ditetapkannya putusan RUPS mengenai delisting;
3.
nilai wajar berdasarkan penilaian oleh penilai independen
Selain itu ada surat BAPEPAM no 2432/PM/2005 perihal rencana go
private PT Komatsu Indonesia Tbk., di dalam surat itu Bapepam mensyaratkan
agar harga penawaran pembelian harus menarik atau lebih tinggi dari ketiga harga
berikut.
1.
Harga pasar tertinggi atas saham perseroan di bursa dalam jangka waktu 90
hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private.
2.
Hasil penilaian harga wajar saham perseroan oleh penilai independen. Penilai
independen tersebut ditunjuk oleh pemegang saham independen dalam RUPS
independen.
3.
Nilai nominal saham.
9
Masing-masing peraturan di atas memberikan batasan mengenai harga minimal
bagi penawaran tender, karenanya ketiga peraturan tersebut tidak saling
bertentangan namun bersifat saling melengkapi.
1.1.3
Tahapan- tahapan proses go private
Perusahaan yang akan melakukan go private harus melewati beberapa
proses. Secara umum proses yang harus dilalui oleh sebuah perusahaan untuk go
private adalah
1.1.3.1 Memperoleh persetujuan RUPS independen. Perusahaan yang
hendak go private wajib menyampaikan agenda RUPS independen 7 hari sebelum
pemberitahuan. Salah satu agenda yang terpenting yang harus diperhatikan dalam
RUPS adalah penunjukan penilai independen oleh pemegang saham independen
untuk melakukan penilaian saham perusahaan. Untuk menghindari fluktuasi harga
saham saham, perusahaan dapat mengajukan permohonan suspend perdagangan
saham kepada bursa efek. Pemanggilan untuk RUPS juga harus diumumkan
melalui surat kabar dan dilakukan selambat-lambatnya 14 hari sebelum RUPS.
Untuk ketentuan kuorum dalam RUPS Surat Bapepam No s-2432/PM/2005
perihal go private PT Komatsu Indonesia Tbk. menjadi acuan proses go private,
yaitu RUPS Independen harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 75 persen
pemegang saham independen dan harus disetujui oleh lebih dari 50 persen dari
pemegang saham independen perusahaan.
1.1.3.2 Melakukan penawaran tender/tender offer. Setelah memperoleh
persetujuan dari pemegang saham independen, maka pelaksanaan go private wajib
dilakukan melalui penawaran tender. Tata cara penawaran tender diatur dalam
peraturan Bapepam Nomor IX.F.I tentang penawaran tender.
10
1.1.3.3 Pasca penawaran tender/tender offer. Apabila setelah tender
offer masih terdapat pemegang saham yang tidak setuju dengan proses go private
perusahaan, maka sebagaimana disyaratkan dalam Undang-Undang No 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 62 angka 1, perusahaan wajib
mengusahakan untuk membeli saham yang dimiliki pemegang saham tersebut
yang dapat dilakukan oleh pemegang saham utama dan dapat pula oleh
perusahaan sendiri.
Penelitian yang akan dilakukan terhadap salah satu anggota bursa yaitu PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk. Perusahaan sudah menjadi perusahaan publik sejak
tahun 1989, dan sejak saat itu perusahaan mematuhi semua aturan yang berlaku
sebagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Aturan–aturan itu
cenderung merepotkan perusahaan dalam hal perusahaan ingin melakukan
corporate action untuk menghadapi tingkat persaingan yang cukup tinggi dan
perubahan yang cepat di industri asuransi khususnya asuransi umum. Hal ini yang
menjadi alasan kuat mengapa perusahaan ingin melakukan go private.
Proses perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup memerlukan
beberapa tahap proses yang cukup panjang. Tahap yang cukup menentukan adalah
tahap melakukan penawaran tender untuk membeli kembali saham masyarakat.
Dari beberapa kasus go private di Indonesia ada satu kasus yang memerlukan
waktu yang cukup panjang yaitu proses go private PT Aqua Golden Misisippi
Tbk. Hal tersebut dikarenakan ketidaksepakatan harga saham yang akan dibeli
perusahaan dari masyarakat. Tentunya perusahaan tidak ingin mengalami hal yang
sama seperti yang dialami PT Aqua Golden Misisippi Tbk.
11
Rencana PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. menjadi perusahaan tertutup
menjadi menarik untuk diteliti karena untuk kepentingan go private ini, maka
perusahaan tentunya ingin mengetahui nilai saham wajar perusahaan untuk
dijadikan benchmark nilai dalam melakukan penawaran tender. Hal inilah yang
menjadikan penilaian perusahaan untuk kepentingan go private menjadi penting
untuk dianalisis supaya jangan tidak terjadi kesalahaan estimasi harga saham yang
akan ditawarkan pada proses penawaran tender. Selain itu, perusahaan ingin
mengetahui berapa besar premium yang dibayar perusahaan untuk membeli
kembali saham masyarakat. Tentunya perusahaan tidak ingin membeli kembali
saham masyarakat dengan harga terlalu tinggi, sebaliknya untuk masyarakat tidak
ingin menjual sahamnya dengan harga terlalu rendah.
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai penentuan nilai perusahaan yang kemudian menjadi
nilai pasar wajar pasar telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penilaian saham perusahaan adalah.
1.
Udayana (2009) melakukan penelitian untuk menentukan estimasi nilai
intrinsik ekuitas PT Waskita Karya dalam rangka privatisasi dengan
menggunakan metoda discounted cash flow dan metoda relative valuation.
Penelitian menggunakan data histori perusahaan tahun 2004 sampai dengan
2008 untuk penilaian mengunakan metoda discounted cash flow. Karena PT
Waskita Karya merupakan perusahaan tertutup maka mencari asumsi dan data
pembanding menggunakan data perusahaan terbuka. Nilai intrinsik ekuitas
PT Waskita Karya yang dihasilkan dengan menggunakan kedua metoda
12
penilaian yaitu berkisar pada kisaran Rp714 milyar sampai dengan Rp846
milyar.
2.
Chen (2010) melakukan penelitian metoda valuasi yang menghasilkan nilai
yang hampir mendekati nilai pasar sahamnya. Penelitian dilakukan terhadap
industri jasa telekomunikasi di Taiwan dengan mengambil 3 perusahaan
telekomunikasi di Taiwan sebagai sampel yaitu Chungwa Telecom, Taiwan
Mobile dan Far Estone. Data untuk penelitian diambil dari database Taiwan
Economic tahun 2003-2008. Penelitian ini menggunakan 5 metoda yaitu
discounted cash flow, dividend discount, stock price to net worth ratio, price
to earning ratio dan stock price to sales ratio. Hasil penelitian mengambil
kesimpulan bahwa nilai yang dihasilkan metoda penilaian price to earning
ratio mendekati dengan nilai pasar saham yang diperdagangkan.
3.
Nofiansyah (2008) melakukan penelitian atas saham PT Bank Mandiri Tbk.
sebagai penyertaan modal Pemerintah RI tahun 2007. Tujuan penelitian ingin
mengetahui nilai pasar wajar perusahaan. Metoda yang digunakan dalam
penelitian yaitu metoda discounted cash flow, metoda relative valuation dan
metoda Gordon Growth. Penelitian mengunakan data-data histori perusahaan
dan data dari perusahaan pembanding adalah PT BCA Tbk., PT BRI Tbk., PT
BNI Tbk. Dengan melakukan ketiga metoda penilaian maka didapat nilai
pasar wajar saham Pemerintah RI pada PT Bank Mandiri Tbk. adalah
Rp4,074 per lembar saham.
4.
Lin dan Wang (2007) melakukan penelitian mengenai variabel-variabel yang
mempengaruhi suatu keputusan perusahaan melakukan going private setelah
dilakukan deregulasi aturan minimal modal suatu perusahaan terbuka di
13
Taiwan pada November 2001. Variabel-variabel yang menjadi penelitian
adalah capital structure, financial performance, growth opportunities,
corporate governance dan compliance cost. Sampel diambil dari Taiwan
Economic Journal Public Database, kemudian semua database dibagi 4
group yaitu group A berisikan perusahaan yang go private sebelum
November 2000, group B berisi perusahaan yang go private anatara
November 2000 sampai dengan November 2001, group C berisi perusahaan
yang go private November 2001 sampai dengan Desember 2003 dan group D
berisi perusahaan yang go private sejak Januari 2004. Penelitian
menggunakan
metoda
regresi
untuk
melihat
variabel-variabel
yang
mempengaruhi perusahaan menjadi perusahaan tertutup dengan adanya
deregulasi minimum modal untuk tetap menjadi perusahaan publik. Penelitian
menyimpulkan bahwa perusahaan dengan struktur kapital yang tersebar
cenderung memilih untuk go private setelah deregulasi. Ditemukan juga
perusahaan dengan ROA rendah dan perusahaan yang mempunyai opini
going concern yang baik cenderung lebih besar untuk go private.
Penelitian ini menggunakan analisis fundamental dengan tiga metoda yaitu
pertama, pendekatan perbandingan harga pasar dengan metoda relative valuation
guna mengestimasi nilai dengan melihat harga perusahaan yang sejenis dan
sebanding terutama pada variabel net income dan harga saham. Pendekatan kedua
adalah
pendekatan
pendapatan
metoda
discounted
cash
flow
yaitu
memproyeksikan arus kas bebas (free cash flow) di masa mendatang yang terkait
dengan objek yang dinilai kemudian mendiskonto arus kas pendapatan.
Pendekatan yang ketiga menggunakan pendekatan aktiva metoda excess earning
14
yaitu mencari nilai aset berwujud dengan melakukan revaluasi semua akun dari
aktiva menjadi nilai pasarnya dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk
semua akun kewajiban. Selisih antara aktiva dan pasiva yang telah disesuaikan
merupakan nilai aset bersih berwujud. Tahap selanjutnya mencari nilai aset tidak
berwujud (goodwill) melalui pendekatan big pot teory yaitu kapitalisasi dari
kelebihan pendapatan normal yaitu selisih pendapatan normal dengan jumlah
balikan aset berwujud. Nilai dari ekuitas adalah jumlah dari nilai aset berwujud
dan nilai aset tidak berwujud. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah salah satu pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan aset dengan metoda excess earning dan objek
penilaiannya perusahaan asuransi umum.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan penelitian
Penelitian bertujuan untuk:
1.
melakukan penilaian saham publik pada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk.
dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu perbandingan data pasar,
pendekatan pendapatan dan pendekatan neraca;
2.
menentukan nilai pasar wajar saham publik PT Asuransi Dayin Mitra Tbk.
berdasarkan analisis atas laporan keuangan perusahaan.
1.3.2
Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah.
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menjadi salah
satu rekomendasi tentang nilai untuk pengambilan keputusan bagi pihak-
15
pihak yang memerlukan, di antaranya.
a.
PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. sebagai alat analisis dalam penelitian ini
dapat berguna sebagai referensi untuk menentukan nilai minimal
penawaran atas saham publik apabila proses go private jadi dilaksanakan.
b.
Bagi investor nilai dapat digunakan sebagai sarana analisis dan masukkan
dalam mengambil keputusan membeli atau menjual saham di PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk.
2. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi penelitian selanjutnya.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulisannya terbagi dalam 4 bab, dengan sistematika
penulisan: Bab I Pengantar, mencakup uraian mengenai latar belakang penulisan,
keaslian penulisan, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Dalam Bab II, pada bab ini memaparkan tinjaun pustaka yang berkaitan dengan
judul penelitian, landasan teori, terminologi serta rencana penelitian yang
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian serta alat analisis yang digunakan.
Bab III Analisis Data, berisikan uraian tentang data dan sumber data serta hasil
analisis dan pembahasan. Bab terakhir adalah Bab IV Kesimpulan dan Saran,
berisi tentang kesimpulan hasil analisis dan pembahasan guna mencapai tujuan
penelitian berupa kendala dalam penelitian dan saran ataupun sumbangan
pemikiran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Download