Indacaterol sebagai Bronkodilator Kerja Panjang untuk

advertisement
BERITA TERKINI
Indacaterol sebagai Bronkodilator Kerja Panjang
untuk PPOK
P
enyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) adalah penyakit paru
yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara pada saluran
pernapasan yang tidak sepenuhnya
reversibel. Saat ini PPOK menjadi penyebab kematian keempat terbanyak
di seluruh dunia. Diperkirakan pada
tahun 2020, PPOK akan menjadi penyebab kematian nomor 3 terbanyak
di seluruh dunia. Beberapa penyakit
yang termasuk di dalam kelompok besar penyakit PPOK adalah emfisema,
bronkitis kronik dan penyakit saluran
nafas kecil (small airway disease).
PPOK adalah penyakit yang bersifat
kronik progresif, yang berarti perjalanan penyakit ini akan berlangsung terus
dengan kecenderungan memburuk;
oleh karena itu kepatuhan penderita
dalam pengobatan adalah salah satu
faktor penting untuk keberhasilan terapi. Salah satu cara meningkatkan kepatuhan penderita dalam pengobatan
adalah dengan mengurangi frekuensi
pemakaian obat dalam sehari.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) merekomendasikan penggunaan bronkodilator seperti golongan beta-2 agonis
dan antikolinergik sebagai terapi simtomatik PPOK.
Indacaterol sebagai bronkodilator inhalasi golongan beta-2 agonis mempunyai waktu kerja yang panjang
mencapai 24 jam (ultra long acting
bronchodilator) sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan berobat pasien PPOK.
Sebuah uji klinis fase III dengan sampel sebanyak 416 pasien PPOK menilai
efikasi dan keamanan dari indacaterol.
Disain penelitian ini acak, multi senter, tersamar ganda dan kontrol pla-
| SEPTEMBER - OKTOBER 2010
CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 515
515
8/26/2010 3:39:02 PM
BERITA TERKINI
sebo selama 12 minggu. Tujuan studi
ini adalah untuk menilai efikasi dan
keamanan indacaterol dibandingkan
dengan plasebo pada pasien PPOK
derajat sedang dan berat. Intervensi
yang diberikan adalah pemberian indacaterol sekali sehari (n=211) atau
plasebo (n=205) melalui dry powder
inhaler dosis tunggal.
Hasil studi ini menunjukkan adanya
perbedaan FEV1 (Volume Ekspiratori
Paksa pada detik pertama) yang signifikan antara indacaterol dibandingkan
dengan plasebo pada hari pertama
terapi dan minggu 12 yaitu sebanyak
190 ± 28 ml (p<0,001) dan 160 ± 28 ml
(p<0,001)
Indacaterol secara bermakna juga
menurunkan jumlah hari kontrol yang
buruk (day of poor control) sebanyak
22,5% dibandingkan plasebo (p<0,001)
dan secara signifikan menurunkan
pemakaian obat-obat untuk ”rescue
medication” (p<0,001).
Efek samping Indacaterol dibandingkan dengan plasebo tidak berbeda
bermakna (indacaterol 49,3% dan
plasebo 46,8%); yang terbanyak adalah perburukan episode PPOK (indacaterol 8,5 , plasebo 12,2 %) dan batuk
(indacaterol 6,2 %, plasebo 7,3%)
Indacaterol merupakan bronkodilator golongan beta-2 agonis dengan
waktu kerja 24 jam (ultra long acting
bronchodilator) yang secara bermakna
menurunkan volume ekspiratori paksa
1 detik pertama (FEV1), day of poor
control dan penggunaan obat-obatan
”rescue medication” dibandingkan
dengan plasebo. Selain itu efek samping indacaterol tidak berbeda bermakna dengan plasebo. n (ASL)
Daftar Pustaka
1. Feldman G, Siler T, Prasad N, et al. Efficacy
and Safety of Indacaterol 150 µg once-daily in
COPD: a double-blind, randomised, 12 week
study. BMC Pulmonary Medicine 2010.10;11
2. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD): Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic
obstructive pulmonary disease, Updated 2008.
[Accessed: 04 March 2010].
| SEPTEMBER - OKTOBER 2010
CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 517
517
8/26/2010 3:39:05 PM
Download