125 Kadar C-Reactive Protein (CRP) Serum sebagai Pertanda

advertisement
Majalah Kesehatan FKUB
Volume 1 Nomer 3, September 2014
Kadar C-Reactive Protein (CRP) Serum sebagai Pertanda Prognosis pada Pasien
Pneumonia Anak.
Nisrina Nur Afina*, Ery Olivianto**, Hidayat Sujuti***
ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun
(balita). Menurut Survey Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6 % kematian bayi dan 22,8 % kematian balita
di Indonesia disebabkan oleh penyakit respirasi, terutama pneumonia. Berbagai penelitian telah dilakukan
untuk mencari pertanda yang dapat dipakai sebagai penentu prognosis pasien pneumonia. Namun belum
ada pertanda untuk menilai prognosis pneumonia anak. Salah satu alternatif pertanda yang dapat dipakai
sebagai nilai prognosis untuk pneumonia anak adalah dengan menggunakan nilai CRP (C-reactive protein).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan nilai CRP sebagai pertanda prognostik pada pasien
pneumonia anak. Penelitian ini menggunakan prospective-cohort study terhadap 26 subjek usia 1-60 bulan di
RSUD dr.Saiful Anwar. Subjek yang telah didiagnosis pneumonia akan diukur kadar CRP pada hari pertama
masuk rumah sakit. Perkembangan klinis pasien akan diikuti setiap hari selama berada di rumah sakit. Dari
analisis statistik didapatkan nilai cut off CRP untuk kecepatan penurunan demam adalah 0,24 mg/dl dan
pasien yang memiliki nilai CRP < 0,24 memiliki peluang lebih besar untuk memiliki perbaikan demam lebih
dari 2 hari. Sementara nilai cut off CRP untuk kecepatan perbaikan gangguan nafas adalah 1,55 mg/dl dan
pasien yang memiliki nilai CRP < 1,55 mg/dl memiliki peluang lebih besar untuk memiliki lama perbaikan
gangguan nafas lebih dari 2 hari. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,15 untuk korelasi antara lama
rawat dan CRP. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai CRP (C-reactive protein) kurang dapat
diandalkan sebagai indikator untuk menentukan prognosis pasien pneumonia anak
Kata kunci : CRP, Pneumonia, Pertanda prognosis.
C - Reactive Protein (CRP) as a Prognostic Marker in Pediatric Patients with Pneumonia
ABSTRACT
Pneumonia is a major cause of morbidity and mortality in children under five years (toddlers). According
to National Heath Survey (SKN) 2001, 27.6 % of infant mortality and 22.8 % of toddlers mortality in Indonesia
are caused by respiratory diseases, especially pneumonia. Various studies have been conducted to find the
tool that can be used as prognostic marker of pneumonia patients. But there is no default tool for assessing
the prognosis of childhood pneumonia. One of the alternative value could be used as a prognostic marker for
child pneumonia is CRP (C-reactive protein). This study aimed to determine the usefulness of CRP value as
a prognostic marker in children patients with pneumonia. A prospective study-cohort study conducted on 26
subjects aged 1-60 months in dr. Saiful Anwar General hospital. Subjects who had been diagnosed with
pneumonia were measured their CRP levels on the first day of hospital admission. Clinical progression of
patients were followed every day while in the hospital. Statistical analysis found cut-off value of CRP for
improvement rates of fever is 0.24 mg/dl and the patient who had a CRP value < 0.24 has a better chance to
have a fever improvement of more than 2 days. While the cut-off value of CRP for improvement rates of
breath distress is 1.55 mg/dl and patient who had a CRP value < 1.55 mg/dl had a better chance to have a
improvement rates of breath disorder over 2 days. From the statistical test, p value of correlation between
length of stay and CRP is 0.15. This study can be concluded that CRP values is less reliable as an indicator
to determine the prognosis of pneumonia in childhood.
Keywords: CRP, Pneumonia, Prognostic marker.
* Program Studi Pendidikan Dokter, FKUB
** Lab Ilmu Kesehatan Anak, FKUB
*** Laboratorium Biokimia, FKUB
125
Majalah Kesehatan FKUB
Volume 1 Nomer 3, September 2014
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Pneumonia merupakan penyakit dari
paru-paru dan sistem pernapasanidimanaialveoliimikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer
menjadi radang dengan penimbunan cairan.1
Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di
bawah lima tahun (balita). Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak di seluruh
dunia (±2 juta anak balita), utamanya di
Afrika dan Asia Tenggara, terjadi akibat
pneumonia.
Menurut Survey Kesehatan Nasional
(SKN) 2001, 27,6 % kematian bayi dan
22,8 % kematian balita di Indonesia
disebabkan oleh penyakit sistem respirasi,
terutama pneumonia.2 Saat ini masih belum
ada pemeriksaan baku yang dapat dipakai
untuk menilai prognosis pada penyakit
pneumonia anak. Prognosis biasanya
diperkirakan dengan gambaran awal saat
pasien dating. Penelitian sebelumnya
melaporkan tentang penggunaan alat baku
untuk menentukan prognosis pasien
pneumonia. Penggunaan alat tersebut
kebanyakan pada pasien pneumonia
dewasa, belum ada alat baku yang
menentukan prognosis penyakit pneumonia
pada anak.
C-reactive protein (CRP) adalah
anggota dari protein pentraxin. CRP diproduksi di dalam hepatosit saat terjadi reaksi
inflamasi. Banyak penelitian telah menggunakan CRP sebagai pertanda prognosis
karena CRP memiliki nilai sensitifitas yang
tinggi.3 Dalam penelitian ini akan dipelajari
penggunaan kadar CRP pada awal pemeriksan pasien pneumonia anak untuk
menentukan prognosis. Diharapkan kadar
CRP dapat digunakan sebagai pertanda
prognosis pada pasien pneumonia anak.
Penelitian ini adalah suatu penelitian
eksperimental dengan rancang bangun
prospective-cohort study yang dikerjakan
pada pasien rawat inap pneumonia di bagian anak RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
Penelitian ini dilakukan antara bulan Juli
2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.
Pengambilan sampel dilakukan secara
consecutive sampling dengan kriteria
inklusi adalah pasien pneumonia anak
dengan rentang umur antara 1 bulan sampai dengan 5 tahun atau ≤ 60 bulan serta
keluarga/orang tua setuju untuk ikut di dalam penelitian.
Pasien dikeluarkan dari penelitian
apabila pasien menderita penyakit jantung
bawaan, pasien dengan penyakit paru lain,
dalam keadaaniimmunocompromised berat,
dan sedang menjalani pengobatan
immunosupresif.
Variabel yang diukur pada penelitian ini
adalah demam, gangguan nafas, serta
lama perawatan. Demam adalah keadaan
di mana pengukuran suhu pada ketiak
menunjukkan angka 37,2 ⁰C atau lebih.
Gangguan nafas akan diukur dengan
menggunakan kriteria skor respiratory distress assessment instrument (RDAI) yang
telah dimodifikasi. Lama perawatan adalah
lama pasien dirawat di rumah sakit dan dihitung sejak pasien masuk ke rumah sakit
hingga pasien keluar dari rumah sakit.
Pada anak yang menderita pneumonia
dan memenuhi kriteria penelitian akan
diperiksa kadar CRP pada saat pertama
kali masuk, kemudia pasien akan diobservasi setiap hari untuk melihat penurunan demam dan gangguan nafas. Pasien
tetap mendapatkan pengobatan antibiotik
standar dan perawatan sesuai prosedur
yang berlaku di rumah sakit.
126
Majalah Kesehatan FKUB
Volume 1 Nomer 3, September 2014
Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah receiver operator
characteristic (ROC) untuk mencari nilai
cut-off, dan menggunakan analisis korelasi
untuk menentukan hubungan CRP dengan
lama perawatan. serta analisis survival
dengan diagram Kaplan-Meier. Analisis
data akan dilakukan dengan menggunakan
alat bantu software SPSS 17.0.
luarga/orang tua untuk diikutkan dalam penelitian.
Selanjutnyaipenelitiimengumpulkan data
pribadi pasien serta riwayat penyakit saat ini.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
CRP, lalu dilakukan observasi selama pasien berada di rumah sakit Data pasien berupa RR, suhu, dan retraksi diambil setiap
hari pada waktu sore oleh peneliti maupun
perawat yang sedang bertugas.
Cara Kerja
Penelitian ini sudah mendapatkan
persetujuan etik dari komite etik penelitian
RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Anak yang
menderita pneumonia sesuai kriteria di atas
diminta persetujuan tertulis dari ke-
HASIL
Berdasarkan kriteria didapatkan 26
subjek. Rerata usia subjek penelitian adalah 16,2 bulan. Karakteristik subjek selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian pneumonia anak (variabel kategorikal)
Karakteristik :
Jumlah sampel responden (n)
Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Umur :
1 bulan – 11 bulan
1 tahun – 5 tahun
Gizi:
Berat menurut umur < -2 SD
Berat menurut tinggi <-2 SD
Jumlah (%)
26 (100 %)
13 (50 %)
13 (50 %)
15 (57,6 %)
11 (42,3 %)
2 (7,6 %)
2 (7,6 %)
Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian pneumonia anak (variabel numerikal)
Variabel
Jumlah
Usia subjek (bulan)
CRP (mg/dl)
Suhu tubuh (⁰C)
RDAI
Lama perawatan (hari)
Rerata (SD)
16,2 (16,6)
2,73 (3,8)
37,7 (1,2)
3,2 (1,2)
5 (3,06)
Pada penghitungan cut off point CRP
untuk menilai kecepatan penurunan
demam, bernilai ≥ 0,24 dengan nilai
sensitivitas 33 % dan spesitifitas sebesar
30,4 %. Sementara pada penghitungan cut
off point CRP untuk menilai kecepatan
penurunan gangguan nafas didapatkan
nilai ≥ 1,55 dengan nilai sensitivitas 41 %
dan spesitifitas sebesar 50 %.
127
Majalah Kesehatan FKUB
Volume 1 Nomer 3, September 2014
pada hari ketiga kelompok dengan nilai
CRP ≥ 1,55 mg/dl justru lebih memiliki peluang lebih besar untuk memiliki perbaikan
gangguan nafas lebih lama. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Renata et al pada
tahun 2013, menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara kadar CRP dengan
kematian atau perbedaan dalam variabel
hasil antara pasien yang selamat
setidaknya 3 tahun dengan dan tanpa
peningkatan CRP.4
Sejalan dengan penelitian di atas,
penelitian de Torres et al menyimpulkan
bahwa nilai CRP serum awal tidak
berkorelasi dengan kematian pada pasien
dengan PPOK tingkat sedang hingga
sangat parah.5 Hasil penelitian ini sejalan
dengan apa yang didapatkan dalam
penelitian tersebut, dimana tidak ada kaitan
antara kecepatan perbaikan klinis dan nilai
awal CRP.
Hasil yang berbeda dikemukakan oleh
Almiral et al pada tahun 2004, bahwa nilai
CRP digunakan sebagai nilai prognosis
untuk membedakan pasien pneumonia
yang membutuhkan perawatan atau tidak
(outpatient dan inpatient).6
Penelitian Coelho pada tahun 2007
juga mengemukakan bahwa CRP dapat
dijadikan nilai prognosis. Penelitian ini
menggunakan metode cohort konsekutif
dengan 53 subjek pasien pneumonia
berusia ≥ 18 tahun yang telah didiagnosis
severe community acquire pneumonia.7
Penelitian milik Almiral dan Coelho dilakukan pada waktu yang lebih panjang dibandingkan yang dilakukan oleh peneliti, selain
faktor sampel dengan umur yang berbeda.
Gambar 1. Diagram Kaplan Meyer nilai
CRP dengan kecepatan penurunan demam
Gambar 2. Diagram Kaplan Meyer nilai
CRP dengan kecepatan perbaikan gangguan nafas
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa
kadar CRP tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kecepatan penurunan
demam. Pada penghitungan cut off untuk
menentukan kecepatan penurunan demam
didapatkan nilai cut off CRP yakni 0,24
mg/dl. Hal ini berarti pasien yang mempunyai nilai CRP ≥ 0,24 akan cenderung
membutuhkan waktu lebih lama. Dari 26
kasus pasien pneumonia anak didapatkan
1 kasus pasien dengan nilai CRP ≥ 0,24
dan membutuhkan waktu penurunan demam lebih dari 2 hari. Pasien yang memiliki nilai CRP < 1,55 mg/dl memiliki peluang
lebih besar untuk memiliki lama perbaikan
gangguan nafas lebih dari 2 hari. Namun
KESIMPULAN
Nilai CRP (C-reactive protein) kurang
dapat diandalkan sebagai indikator untuk
menentukan prognosis pasien pneumonia
anak.
128
Majalah Kesehatan FKUB
Volume 1 Nomer 3, September 2014
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvana K. Pneumonia. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma.
2000; 1:1-12.
2. Said M. Pneumonia. Rahadjoe N,
Supriyanto B, Setyanto DB (Editor).
Buku Ajar Respirologi Anak IDAI. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2008.
3. Muttaqin A (Editor). Pengkajian
Keperawatan
Gangguan
Sistem
Pernafasan. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan dengan
Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medik. 2008. hlm 151-152.
4. Ferrari R, Tanni SE, Caram MOL,
Corrêa C, Corrêa CR, Godoy I. ThreeYear Follow-Up of Interleukin 6 and CReactive Protein in Chronic Obstructive
Pulmonary
Disease.
Respiratory
Research. 2013. 14:24.
5. de Torres JP, Cordoba-Lanus E, LopezAguilar C, Muros de Fuentes M,
Montejo de Garcini A, Aguirre-Jaime A
et al. C-reactive protein Levels and
Clinically Important Predictive Outcomes
in Stable COPD Patients. Pub Med.
2006; 27(5):902-7.
6. Almirall J, Bolíbar I, Toran P, Pera G,
Boquet X, Balanzó X et al. Contribution
of C-Reactive Protein to the Diagnosis
and Assessment of Severity of
Community-Acquired
Pneumonia.
American College of Chest Physician.
2004; 125:1335–1342.
7. Coelho L, Povoa P, Almeida E, Fernandes A, Mealha R, Moreira P et al.
Usefulness of C-Reactive Protein in
Monitoring the Severe CommunityAcquired Pneumonia. Clinical Course
Critical Care. 2007; 11(4):1-9.
129
Download