1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu kawasan penting dunia dalam pemantauan perubahan iklim global. Indonesia berada pada posisi yang diapit oleh dua benua besar (Asia dan Australia) dan dua benua samudera besar (Pasifik dan Hindia) dengan distribusi antara lautan dan daratan yang tidak merata (Sipayung SB 1995). Secara umum kondisi meteorologi permukaan Indonesia misalnya curah hujan dipengaruhi oleh beberapa fenomena global seperti Monsun AsiaAustralia, IOD, El-Nino, sirkulasi TimurBarat (Walker Circulation) dan sirkulasi Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pengaruh lokal (McBride 2002). Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena samudra dan atmosfer yang ditandai dengan perbedaan anomali dua kutub Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia tropis bagian timur (perairan Indonesia di sekitar Sumatera dan Jawa) dan Samudera Hundia tropis bagian tengah sampai barat (perairan pantai timur Benua Afrika) (Hermawan 2007). Dari berbagai kajian telah diperoleh adanya hubungan antara fenomena IOD dengan curah hujan yang terjadi di Indonesia. Monsun merupakan angin yang bertiup sepanjang tahun dan berganti arah sebanyak dua kali dalam satu tahun. Angin Monsun dicirikan dengan perubahan arah angin akibat perubahan musim. Monsoon sebagai fenomena cuaca besar di bumi dimana wilayah Indonesia termasuk yang dipengaruhinya. Sebagai suatu fenomena yang kuat dan luas, suatu sistem monsoon dapat mempengaruhi wilayah yang luas, dan sebaliknya juga dapat dipengaruhi oleh sistem sirkulasi lain (Webster 1987), seperti interaksi dengan jets stream, IOD, osilasi selatan (Ashok et al. 2001) dan juga sistem monsoon lainnya (Wang et al. 1998). Menurut Hermawan (2010), dengan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi atau turun di suatu wilayah dipengaruhi oleh iklim global, maka curah hujan yang akan turun di suatu wilayah merupakan fungsi dari fenomena global di atas yang dapat disederhanakan menjadi : CH = f (Monsun, IOD) Penelitian ini akan menganalisa mengenai dua fenomena regional yang mempengaruhi cuaca maupun iklim di Indonesia yaitu sirkulasi monsun dan IOD. Hal tersebut penting untuk dikaji karena monsun merupakan interaksi langsung antara udara dan lautan, monsun juga merupakan osilasi yang dominan di wilayah Indonesia, selain itu sebagai penentu awal musim (penghujan dan kering), agar kejadian ekstrim kering berkepanjangan akibat monsun dalam fase positif dan IOD mengalami fase negatif seperti yang terjadi di tahun 1982 dan 1997 dapat diantisipasi. Data yang digunakan untuk menganalisis keterkaitan antara iklim global (monsun dan IOD) terhadap curah hujan di Indonesia antara lain data iklim global dan data curah hujan bulanan yang diwakili oleh wilayah Lampung, Pontianak, Indramayu, Banjarbaru. Dengan menggunakan beberapa data diharapkan kawasan tersebut dapat dianalisis dengan baik. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan suatu model interkoneksi fenomena Monsun dan IOD yang terjadi secara simultan 2. Mengaplikasikan model 3. Mengidentifikasikan kawasan di Indonesia yang riskan menerima dampak dari interkoneksi Monsun dan IOD II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monsun (Monsoon) Secara Global Monsun adalah salah satu dari fenomena atmosfer yang terjadi di daerah equator dengan osilasi atau embutan dominan sekitar 6-12 bulan (Khrisnamurti 1976). Monsun merupakan angin yang bertiup sepanjang tahun dan berganti arah sebanyak dua kali dalam satu tahun. Angin Monsun dicirikan dengan perubahan arah angin akibat perubahan musim. Menurut June T dalam Handoko 1995 menyatakan bahwa pada musim dingin permukaan tanah (benua) mengalami pendinginan lebih cepat daripada permukaan air (lautan). Sedangkan menurut pendapat yang dikemukakan oleh Chao 2001 monsoon adalah perbedaan tegas awal musim basah (hujan) dan musim kering (kemarau) karena perubahan arah dan kecepatan angin akibat gradient tekanan. Monsoon merujuk pada siklus tahunan yang membedakan fase basah dan fase kering secara tegas. Siklus tahunan ini membagi fase basah dan fase kering menjadi dua periode.