BAB V SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI

advertisement
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN, KETERBATASAN PENELITIAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang disajikan dalam Bab IV, model yang
menggunakan metode estimasi Metode Momen Umum (Generalized
Method of Moment
(GMM)) merupakan model terbaik, jika dibandingkan dengan model persamaan tunggal yang
menggunakan estimasi kesalahan kuadrat terkecil biasa (OLS), Seemingly unrelated regression
(SUR) dan kuadrat terkecil dua tahap (Two Stage Least Squares (TSLS) yang ditunjukkan oleh
jumlah variabel yang signifikan serta nilai ECT(-1) yang memenuhi syarat pembentukan model
koreksi kesalahan (ECM) yang signifikan dan terletak 0<ECT(-1)<1. Temuan Model GMM ini
akan menjadi dasar simpulan, saran dan keterbatasan penelitian ini.
Bab ini dibagi menjadi 3 sub bab, yaitu (i) simpulan uang diperoleh dari hasil analisis
model ekonometrik (ii) Saran-saran yang diambil dari hasil penelitian ini bagi para pengambil
keputusan kebijakan ekonomi (iii) keterbatasan penelitian ini yang dapat dijadikan pertimbangan
bagi penelitian selanjutnya.
5.1. Simpulan
1) Kenaikan defisit primer anggaran belanja akan menurunkan PDB dalam jangka pendek ,
sedangkan dalam jangka panjang akan meningkatkan PDB. Dalam jangka pendek,
kenaikan defisit primer anggaran belanja memerlukan waktu penyesuaian untuk
meningkatkan PDB. Kenaikan defisit primer anggaran belanja akan mengakibatkan
penurunan tabungan nasional, sehingga suku bunga naik. Peningkatan suku bunga akan
meningkatkan tabungan swasta (private saving) yang selanjutnya akan menurunkan
konsumsi sehingga PDB menurun. Dalam jangka panjang kenaikan tabungan swasta akan
125
meningkatkan kembali tabungan nasional yang akan mendorong penurunan suku bunga,
sehingga akan meningkatkan investasi untuk meningkatkan PDB.
2) Kenaikan defisit primer anggaran belanja akan menyebabkan kenaikan suku bunga dalam
jangka pendek dan penurunan suku bunga dalam jangka panjang.. Peningkatan
pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan agregat. Kenaikan permintaan
agregat akan mendorong peningkatan produksi dan pendapatan, yang selanjutnya akan
meningkatkan permintaan uang yang akan mendorong kenaikan suku bunga dalam
jangka pendek. Dalam jangka panjang, peningkatan defisit primer dapat diartikan sebagai
peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan jumlah uang beredar yang
berarti juga terjadi kelebihan likuiditas yang akan cenderung menurunkan suku bunga.
3) Kenaikan defisit primer anggaran belanja akan menyebabkan penurunan inflasi dalam
jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang akan menyebabkan kenaikan inflasi.
Hal ini memperlihatkan ekspektasi inflasi ke depan menggerakkan reaksi masyarakat
untuk menanggapi kebijakan fiskal ekspansif dengan meningkatnya harga sebagai
variabel endogen untuk menuju kliring pasar dalam jangka panjang.
4) Kenaikan defisit primer anggaran belanja
akan menyebabkan penurunan defisit neraca
transaksi berjalan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian
menurut model ini fenomena defisit kembar di Indonesia tidak terjadi dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pandangan non Ricardian
yang menyatakan kenaikan defisit primer tidak akan menyebabkan peningkatan defisit
neraca transaksi berjalan. Peningkatan pengeluaran pemerintah yang menurunkan
tabungan nasional akan direspon oleh kenaikan tabungan swasta (private saving),
126
sehingga tabungan nasional konstan. Hal ini tidak akan menimbulkan kenaikan suku
bunga domestik yang akan menimbulkan memburuknya neraca transaksi berjalan.
5) Kenaikan suku bunga akan menyebabkan kenaikan inflasi, baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan respon dari sisi penawaran agregat
lebih kuat dari sisi permintaan agregat, karena kenaikan suku bunga akan meningkatkan
biaya dana yang selanjutnya akan meningkatkan inflasi. Kenaikan suku bunga yang
mendorong kenaikan inflasi lebih tinggi dalam jangka panjang, menyiratkan kekakuan
harga lebih terjadi dalam jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang.
6) Berdasarkan hasil simulasi, kenaikan defisit primer
anggaran akan menyebabkan
kenaikan PDB, dengan pola semakin tinggi PDB, kenaikannya akan semakin besar.
Kenaikan defisit primer
anggaran belanja akan meningkatkan
suku bunga. Pola
peningkatan suku bunga pada tingkat suku bunga yang rendah tidak berbeda dengan pada
suku bunga yang tinggi. Kenaikan defisit primer anggaran akan meningkatkan inflasi.
Pola peningkatan inflasi pada tingkat inflasi yang rendah tidak berbeda dengan pada
inflasi yang tinggi. Kenaikan defisit anggaran akan memperburuk defisit neraca transaksi
berjalan, namun demikian pada kondisi neraca transaksi berjalan surplus justru akan
meningkatkan surplusnya.
7) Hasil simulasi perluasan
data
menunjukkan kenaikan defisit anggaran akan
menyebabkan kenaikan pendapatan nasional, dengan pola semakin tinggi pendapatan
nasional, kenaikannya akan semakin besar.
Kenaikan defisit anggaran
akan
meningkatkan suku bunga. Pola peningkatan suku bunga pada tingkat suku bunga yang
rendah tidak berbeda dengan pada suku bunga yang tinggi. Kenaikan defisit anggaran
akan meningkatkan inflasi. Pola peningkatan inflasi pada tingkat inflasi yang rendah
127
tidak berbeda dengan pada inflasi yang tinggi. Kenaikan defisit anggaran akan
memperburuk defisit neraca transaksi berjalan, namun demikian pada kondisi neraca
transaksi berjalan surplus justru akan meningkatkan surplusnya.
5.2. Saran dan Implikasi Kebijakan
Saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Pemerintah sebagai otorita pengambil kebijakan fiskal maupun Bank Indonesia sebagai
otorita moneter perlu memperhatikan inflasi periode sebelumnya serta memperhatikan
dan mengelola unsur ekspektasi masyarakat, khususnya di dalam mempengaruhi inflasi.
2) Adanya perbedaan temuan pengaruh kenaikan defisit anggaran primer terhadap PDB
yang
dalam jangka pendek menurunkan PDB sedangkan dalam jangka panjang
meningkatkan PDB mempunyai implikasi bahwa pemerintah perlu memperhatikan proses
penyesuaian dari jangka pendek menuju jangka panjang dari suatu kebijakan fiskal.
3) Perbedaan hasil temuan mengenai kenaikan anggaran belanja defisit akan menyebabkan
kenaikan suku bunga jangka pendek dan penurunan suku bunga dalam jangka panjang
menyiratkan koordinasi kebijakan diantara otoritas moneter dengan otoritas fiskal,
terutama dalam mengantisipasi dampak perubahan dari kondisi ekspansif ke kontraktif
atau sebaliknya.
4) Teori Fiskal Aras Harga perlu mendapat perhatian bagi para pengambil kebijakan fiskal
mengingat temuan hasil penelitian ini sesuai dengan teori tersebut, yang berarti tingkat
harga bukan suatu target, namun suatu variabel yang perlu dikelola pergerakannya.
128
5) Kenaikan suku bunga diharapkan dapat menurunkan inflasi, namun hasil penelitian ini
menunjukkan dampaknya terhadap kenaikan inflasi. Sisi penawaran cukup kuat dalam
mempengaruhinya, sehingga dalam melakukan kebijakan moneter perlu juga dikaji
dampaknya terhadap sisi penawaran.
5.3. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Dari sisi model persamaan dalam penelitian ini hanya terdiri dari persamaan
keseimbangan besar yang merupakan persamaan susut yang diturunkan secara teoritis
dan arbiter dalam kerangka teori. Penelitian penyempurnaan selanjutnya dapat
memperluas sistem persamaan yang lebih komprehensif dalam suatu sistem persamaan
yang lebih besar.
2) Penentuan pendapatan nasional
natural dan suku bunga
natural untuk menghitung
senjang pendapatan masih dilakukan secara teknis dengan menggunakan Horrick Prescot
yang mengabaikan aspek aktualnya. Penggunaan konsep perhitungan. yang lebih akurat
dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya.
3) Data suku bunga yang menggunakan suku bunga deposito sebenarnya tidak secara
langsung menggambarkan kebijakan suku bunga pemerintah dan oleh karena itu pada
penelitian berikutnya data suku bunga yang digunakan benar-benar dapat mencerminkan
kebijakan moneter.
4) Penentuan jeda struktural hanya menggunakan metode yang sangat teknis dan statistik
Zivot Andrew yang mengabaikan aspek historis data. Variabel jeda struktural dimasukkan
dalam model hanya sebagai variabel yang terpisah dan tidak berinteraksi terhadap
129
variabel lain . Berdasarkan hal ini, perlu dikembangkan penelitian yang menggabungkan
unsur teknis dan historis dalam penentuan jeda struktural dan memasukkan faktor
interaksi jeda struktural dengan variabel yang lain.
5) Simulasi yang dilakukan terbatas hanya 4 periode ke depan.
6) Analisis untuk menjelaskan terjadinya fenomena Ricardian atau Non Ricardian di
Indonesia tidak berdasarkan kepada utang domestik, tetapi hanya didasari oleh defisit
primer anggaran belanja karena terbatasnya data utang domestik. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menggunakan dasar utang domestik dalam menganalisis fenomena
tersebut.
130
Download