BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ion logam terdapat pada makhluk hidup dan berperan penting dalam jaringan tubuh. Pemahaman mengenai mekanisme suatu interaksi ion pada permukaan protein secara spesifik menjadi suatu hal yang menarik perhatian peneliti dalam beberapa dekade terakhir. Banyak fungsi interaksi ion pada permukaan protein yang sudah ditemukan, misalnya dalam transduksi sinyal, aktivitas katalitik suatu enzim, dan stabilisasi struktur protein. Difusi ion melalui membran sel juga dapat dikontrol oleh protein tertentu seperti pompa ionik, transporter dan kanal ion (Jiao, 2006). Beberapa penelitian telah dilakukan secara eksperimental untuk mempelajari interaksi ion logam dengan berbagai jenis protein. Berbagai metode seperti kristalografi X-ray dan spektroskopi NMR mampu mendeteksi keberadaan ion dalam suatu senyawa, namun kedua metode memiliki sejumlah kekurangan, misalnya, dalam metode kristalografi X-ray, ion monovalen seperti ion Na+ berukuran terlalu kecil dan cepat berpindah-pindah (mobile) sehingga deteksi ion Na+ pada permukaan protein tidak terlalu jelas dan akurat (Glusker dkk., 1999). Sementara itu, metode spektroskopi NMR dapat mendeteksi keberadaan ion Na+ berdasarkan absorpsi resonansi, namun metode ini memiliki keterbatasan dalam hal dinamikanya, khususnya dalam waktu di bawah 10-9 detik, yaitu tak dapat menentukan dinamika bilangan koordinasi ion tersolvasi. Hal ini disebabkan ketika ion dikelilingi oleh molekul air, gerakan molekul air itu lebih cepat dibanding waktu frekuensi yang dikenakan pada NMR dalam melakukan pengukuran (Armunanto, 2004). Untuk menutupi kekurangan tersebut, simulasi komputer, khususnya dinamika molekular telah menjadi suatu alternatif dalam upaya pendekatan dalam meninjau interaksi kompleks ion-protein hingga skala atom (Friedman dkk., 2011). Berdasarkan studi yang telah dilakukan, interaksi ion biasanya terjadi secara non-kovalen pada suatu situs aktif (binding site) permukaan protein. Syarat terjadinya interaksi yaitu jika terdapat suatu kaviti atau pori pada permukaan 1 2 protein dengan diameter yang sesuai sehingga dapat mengakomodasi ion logam yang diperlukan dan juga jika protein mempunyai cukup muatan negatif yang dapat menyeimbangkan muatan ion logam. Beberapa rantai samping asam amino dalam protein terionisasi pada pH netral dan akibatnya, dalam kondisi fisiologisnya, dapat menarik ion dengan muatan yang berlawanan. Beberapa residu asam amino seperti residu Aspartat (Asp) dan Glutamat (Glu) merupakan residu asam amino yang bermuatan negatif dan menjadi penarik utama kation. Suatu contoh interaksi ion dan permukaan protein yang umum yaitu beberapa mekanisme penting dalam tubuh seperti pengaktifan enzim dibantu oleh sejumlah ion logam (kofaktor). Kation tertentu dapat berinteraksi secara spesifik pada situs enzim dengan syarat tidak hanya memiliki ukuran yang cocok terhadap kaviti atau pori tetapi juga muatan yang sesuai. Ion-ion lain mungkin dapat juga berinteraksi pada kaviti tersebut jika mereka memiliki bentuk dan ukuran yang hampir sama tetapi reaksi kimianya mungkin berbeda, seperti menyebabkan kurang stabilnya struktur protein atau menonaktifkan kerja enzim (Glusker dkk., 1999). Konsep HSAB (Hard Soft Acid Base) berpengaruh dalam selektivitas suatu gugus fungsional rantai samping protein untuk berinteraksi dengan ion logam tertentu. Pearson (1963) menyatakan “asam keras akan lebih memilih untuk bereaksi dengan basa keras sedangkan asam lunak akan lebih memilih untuk bereaksi dengan basa lunak”. Tiap-tiap atom pada gugus fungsional suatu residu asam amino akan lebih memilih berkoordinasi pada ion logam dengan karakteristik yang sama (keras atau lunak). Berdasarkan penelitian Chakrabarti (1990) bahwa atom oksigen pada gugus karboksil dari residu asam Aspartat (Asp) cenderung berkoordinasi dengan ion Na+, Mg2+, K+, dan Ca2+. Dengan prinsip yang sama, atom nitrogen gugus imidazol residu Histidin (His) biasanya cenderung berkoordinasi dengan ion logam transisi seperti Zn2+, Cu+, Cu2+ dan Pb2+. Fenomena solvasi ion telah banyak dikaji peneliti, diantaranya penentuan bilangan koordinasi, laju pertukaran di sekitar ion logam, interaksi antara ion logam dengan molekul ligan. Fenomena-fenomena ini menjadi sangat diperlukan mengingat banyak proses kimiawi di alam terjadi pada sistem larutan. Dalam 3 tubuh manusia, terdapat berbagai jenis ion logam yang terhidrasi oleh molekul air. Interaksi molekul pelarut dan ion mengakibatkan beberapa lapisan larutan molekul, yang disebut dengan sel pelarutan (Armunanto dkk., 2004). Gambar I.1 Ilustrasi interaksi ion logam dengan permukaan protein Pada penelitian ini akan dipelajari interaksi antara ion logam natrium pada permukaan protein p53 dalam pelarut air. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa protein p53 merupakan protein yang berperan sangat penting dalam tubuh manusia dimana terlibat berbagai mekanisme anti-kanker, dimana protein ini dapat meregulasi siklus sel (apoptosis sel dan memelihara stabilitas genom) dan dapat berfungsi sebagai penekan tumor (Fu dkk., 2012). Struktur kristal protein p53 dapat diunduh dari database RSCB dengan kode pdb 2IOI. Ligan awal pada protein p53 yaitu molekul tris(hidroksimetil)aminometana (TRSH). Ligan ini kemudian dihilangkan sehingga muncul suatu kaviti atau pori yang berpotensi menjadi situs aktif dari logam natrium. Ion natrium kemudian menempati situs aktif ini untuk membentuk interaksi non-kovalen dengan protein p53. Simulasi dinamika molekuler yang dilakukan diharapkan dapat membantu kita dalam menentukan interaksi residu asam amino yang berkoordinasi dengan logam natrium, mempelajari dinamika dan struktural hidrasi ion logam Na+ pada molekul air dan protein p53 sehingga dapat dilihat bilangan koordinasinya dan juga mempelajari energi bebas ikatan ion logam natrium pada protein p53. 4 I.2 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari interaksi ion Na+ dengan residu asam amino pada protein p53 2. Mempelajari struktur dan dinamika hidrasi ion logam Na+ dan molekul air 3. Memperkirakan energi bebas ikatan kompleks protein p53 – ion Na+ I.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam memberi informasi dan mempelajari sifat struktur dan dinamika ion Na+ pada permukaan protein p53, seperti besar bilangan koordinasi yang dominan terjadi selama simulasi, dinamika pertukaran molekul air, dan juga besar energi ikat pada kompleks dengan menggunakan metode simulasi dinamika molekul.