BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan peradaban manusia di seluruh dunia, yakni menjadi sumber air sebagai sumber kehidupan dan menyediakan daerah-daerah subur yang umumnya terletak di lembah-lembah sungai. Namun, jika tidak ada pemeliharaan sungai berkelanjutan akan menyebabkan berbagai masalah yang dapat mengganggu aktivitas manusia, contohnya adalah peristiwa banjir. Peristiwa banjir diakibatkan karena sistem hidraulik sungai tidak berfungsi dengan baik. Perlu adanya penanganan yang tepat agar banjir senantiasa berada di dalam sungai serta daerah-daerah penampungan sementara dan sejauh mungkin untuk menghindari terjadinya luapan-luapan dari dalam sungai. Sebelum memutuskan pilihan-pilihan solusi yang tepat di sungai tersebut, perlu diketahui karakteristik, kapasitas sungai dan profil sungai yang ditinjau. Analisis hidraulik juga diperhitungkan untuk mendapatkan kapasitas sungai. Kuta sudah menjadi lokasi yang memiliki banyak potensi antara lain bidang kepariwisataan, potensi fisik, dan aksesibilitas. Maka, untuk mempertahankan dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat perlu adanya perhatian dan kerja sama dari pemerintah dan masyarakat. Salah satu sungai di Badung yang sering tergenang banjir adalah Tukad Mati yang difungsikan sebagai saluran pembuang utama yang meliputi wilayah Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Barat, Denpasar Selatan, Kecamatan Kuta. DAS (Daerah Aliran Sungai) Tukad Mati memiliki luas 39,31 km2 dengan panjang sungai utama 14,77 km. Peristiwa banjir sudah pernah terjadi beberapa kali di daerah yang dialiri Tukad Mati. Berdasarkan pengamatan identifikasi banjir Tukad Mati oleh Dinas PU Provinsi Bali, pada bulan Maret 1984 di Suwung Kauh (kota Denpasar) pernah mengalami banjir akibat hujan dengan kedalaman 0,3-0,5 m dengan durasi 48 jam dimana luas genangannya sekitar 700 Ha. Hal tersebut terjadi lagi pada Januari 1996 di Jl. Imam Bonjol dan sekitarnya dengan kedalaman 1,0 m. 1 Peristiwa banjir tersebut terjadi lagi sampai pada tahun 2014, dominan diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dengan rata-rata kedalaman 1,0 m. Pemicu terjadinya banjir di Tukad Mati adalah mengendapnya sampah yang cukup lama, sedimentasi (pengendapan) menyebabkan sungai menyempit karena pengurangan kapasitas, adanya perambahan dari penduduk untuk menempati lahan kosong dengan membangun permukiman. Jika dalam kondisi hujan, daerah tersebut akan mengalami banjir meskipun sudah ada beberapa penanganan untuk mengurangi dampak banjir di daerah tersebut khususnya pada daerah muara Tukad Mati. Sebelum pertumbuhan permukiman bertambah, kawasan di sekitar legian merupakan kawasan persawahan, namun karena bertambahnya jumlah penduduk khususnya di kawasan Badung, maka kawasan tersebut diubah menjadi kawasan permukiman. Dampak perubahan tata guna lahan tersebut memicu peningkatan banjir karena sistem pengendali banjir dan drainase yang dikembangkan menjadi kurang. Beberapa konstruksi bendung yang terdapat di Tukad Mati yang difungsikan untuk mangairi areal irigasi seperti bendung Lange, bendung Tegeh, bendung Umadui, bendung Dadas dan bendung Ulun Tanjung. Namun karena semakin bertambahnya daerah pemukiman, areal irigasi semakin berkurang sehingga bendung tersebut tidak berfungsi lagi dan sebagian dibongkar (Aryadi, 2011). Jaring sampah juga pernah jebol karena tidak kuat menahan hempasan sampah, jaring sampah ini dibuat untuk menjaring sampah-sampah yang sebagian besar dari pemukiman sekitar Tukad Mati (Surat Kabar Pos Bali, 2014). Dampak banjir di wilayah Legian dan sekitar jalur Tukad Mati disebabkan juga oleh aliran Tukad Mati yang bermuara di laut. Karena muara Tukad Mati dulunya menjadi tempat pembuangan sampah sehingga terjadi penyumbatan aliran air apalagi jika laut dalam kondisi pasang (Anonim, 2014). Sehubungan dengan hal yang di atas, maka perlu adanya penanganan yang lebih lanjut agar dampak negatif yang ditimbulkan dapat segera diatasi. Dalam analisis hidraulik, berbagai aplikasi untuk membantu pengerjaan kinerja aliran banjir. Pada perhitungan hidraulika ini untuk mengetahui bagaimana profil serta kapasitas tampung sungai guna mengetahui penanggulangannya, maka digunakan 2 software analisis hidraulik yaitu HEC-RAS versi 4.1.0. Debit banjir yang diinput ke dalam HEC-RAS adalah debit banjir dengan menggunakan metode Nakayasu. 1.2 Rumusan Masalah Terdapat beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji, antara lain : 1. Apakah tukad mati telah mampu menampung debit banjir yang terjadi? 2. Alternatif apakah yang bisa digunakan sebagai penanggulangan banjir di Tukad Mati? 1.3 Batasan Masalah Batasan Masalah pada penulisan ini adalah : 1. Solusi penanggulangan banjir tidak memperhitungkan masalah, ekonomi, budaya, hukum. 2. Tidak membahas tentang analisis transport sedimen. 3. Debit banjir yang digunakan adalah debit kondisi DAS secara alami. 1.4 Tujuan Penelitian Beberapa tujuan dan manfaat yang dapat diutarakan sebagai berikut : 1. Mengetahui bahwa tukad mati mampu menampung debit banjir atau tidak. 2. Mengetahui alternatif yang digunakan sebagai penanggulangan banjir sudah sesuai atau tidak. 3