baglog

advertisement
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembibitan Jamur Tiram
1. Pembuatan media tanam
Pelaku usaha dapat membuat media tanam jamur (baglog) dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Persiapan
Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih, serbuk kayu merupakan
komposisi utama untuk media tumbuh. Serbuk kayu yang biasa digunakan dalam
kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari serbuk gergaji kayu
sengon (Parasientes falcataria). Selain serbuk kayu, bahan-bahan lain seperti
dedak, gips, kapur (CaCO) juga digunakan dalam mempersiapkan media tanam
jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat media tanam disiapkan sesuai
dengan kebutuhan dan komposisi yang sesuai.
b.Pengayakan
Serbuk
gergaji
yang diperoleh dari pengrajin memiliki
tingkat
keseragaman yang kurang baik karena didalamnya terdapat potongan-potongan
yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai pembungkus
media tanam jamur tiram putih yang menyebabkan pertumbuhan miselia jamur
tidak merata.
Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian disortir
(pengayakan) terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil serbuk gergaji yang baik.
Pengayakan dilakukan secara manual.
9
c. Pencampuran
Pencampuran disini adalah pencampuran semua bahan baku
sebagai
komposisi untuk membuat baglog. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk kayu,
dedak, gipsum, kapur dan air. Pencampuran dilakukan secara manual. Bahanbahan seperti dedak, gipsum dan kapur diratakan diatas permukaan serbuk kayu.
Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur hingga merata dan diberikan air
sebanyak +/-40% dari jumlah adonan. Tidak ada standard khusus mengenai
jumlah air yang digunakan. Untuk mengukur kadar air yang sesuai dapat
dilakukan dengan mengepal adonan yang telah dicampur air. Jika kepalan adonan
yang ada tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air maka air yang digunakan
sebagai campuran dirasa sudah cukup. Pencampuran dilakukan merata agar tidak
terdapat gumpalan serbuk gaji dan kapur. Adanya gumpalan tersebut
mengakibatkan komposisi media yang diperoleh tidak merata dan berpegaruh
terhadap produksi jamur tiram nantinya.
d. Pengomposan
Bahan-bahan yang telah dicampur untuk membuat baglog selanjutnya
dikomposkan selama satu hari. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun
campuran tersebut dan menutupnya dengan terpal.
Kadar air pada saat
pengomposan harus diatur agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba yang dapat
merusak baglog.
e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam
Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkan
ke dalam plastik.
Adapun ukuran plastik yang digunakan untuk pembuatan
baglog ini adalah sebesar 17 cm x 35 cm dengan ketebalan 0,3 mm. Pewadahan
10
dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil pengomposan kedalam
plastik media.
Kemudian adonan tersebut dipadatkan.
Proses pemadatan
diperlukan untuk mencegah terciptanya ruang bagi udara untuk masuk kedalam
media.
Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya mikroba yang dapat
mengganggu berkembangnya miselium jamur sehingga dapat menurunkan hasil
panen. Setelah media padat, baglog yang sudah terisi diikat dengan karet.
f. Sterilisasi
Media-media yang telah terisi dengan adonan kemudian
disterilisasi.
Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tidak terdapat mikroba-mikroba yang
dapat tumbuh di dalam baglog. Hal ini untuk mensterilkan media dari mikroba
maupun kapang yang dapat tumbuh dan mengganggu pertumbuhan miselium
jamur. Pada tahap ini, sterilisasi baglog dilakukan dengan menggunakan drum
berkapasitas 700 unit baglog. Proses sterilisasi dilakukan selama delapan jam
dengan suhu mencapai 90o – 120o C. Setelah itu, baglog kemudian didinginkan
selama tujuh jam dengan temperatur baglog pada suhu 30o C sebelum diinokulasi.
2.
Inokulasi (pembibitan)
Inokulasi berarti proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari
biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya untuk
menumbuhkan miselia jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur
siap panen. Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya tebaran
dan tusukan. Inokulasi secara taburan yaitu menaburkan bibit sekitar tiga sendok
makan ke dalam media tanam secara langsung. Sementara itu, inokulasi secara
tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang dibagian tengah media melalui
cincin sedalam ¾ dari tinggi media. Selanjutnya dalam lubang tersebut diisi bibit
11
yang telah dihancurkan. Dalam melakukan inokulasi harus dilakukan dengan
hati-hati. Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan saat inokulasi.
a. Kebersihan
Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya.
Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasya. Oleh karena itu, alat
dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat
dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan lampu spirtus. Peralatan yang
digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70% kemudian
dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus.
Sedangkan tempat inokulasi di sterilisasi terlebih dahulu menggunakan alkohol
70% selama 15 menit. Ruang yang 40oC digunakan untuk inokulasi merupakan
ruangan khusus (tidak digunakan untuk hal lain) dan tertutup.
b. Bibit
Dalam hal ini bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram
putih
merupakan bibit yang memiliki keunggulan, diantaranya jamur tiram putih yang
dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal,
bertudung banyak (empat sampai lima tudung dalam satu batang), tebal dan tidak
mudah patah.
3. Inkubasi
Inkubasi berarti proses penumbuhan miselia jamur sampai
memenuhi
seluruh media tanam. Seluruh media tanam jamur yang telah diinokulasi diangkut
ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Baglog yang sedang
dalam tahap inkubasi akan tampak putih merata antara 30-40 hari sejak dilakukan
inokulasi.
Suhu yang diperlukan berkisar pada 25o – 30o C. Keberhasilan
12
pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan setelah inkubasi.
Apabila setelah dua pekan tidak terdapat tanda-tanda adanya miselia jamur
berwarna putih maka kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk
mengatasi media tanam yang gagal ditumbuhi miselia jamur maka diperlukan
sterilisasi ulang pada media sampai inokulasi kembali. Namun apabila setelah
diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka media tanam jamur dibuang karena biasanya
media tersebut tidak baik (rusak).
4.
Penumbuhan
Media tanam jamur (baglog) yang sudah berumur 30-40 hari dan telah
putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh
buah jamur dengan cara membuka baglog jamur. Pembukaan baglog jamur yang
umum dilakukan pada skala usaha jamur tiram putih ini dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan membuka cincin dan kertas penutup baglog atau
pun dengan menyobek plastik baglog di berbagai sisi baglog.
Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen
yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen
yang cukup makan dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk
tubuh buah dengan baik. Jamur tiram menunjukkan pertumbuhan yang baik pada
suhu 18o - 25o C, kelembaban relatif 75-90 %. Setelah tujuh sampai sepuluh hari
setelah media dibuka, maka akan muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah
tumbuh tersebut akan tumbuh optimal selama empat sampai tujuh hari. Setelah
tubuh buah muncul maka akan muncul primordiam dan akan berkembang pada
hari ke delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa (tubuh buah)
yang siap dipanen.
13
5. Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan
Penyiraman dilakukan dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan
dan kemarau. Pada musim hujan, penyeraman dilakukan sekali dalam dua hari
sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam
sehari. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban media sehigga
miselia dapat tumbuh dengan baik.
Pengaturan suhu dilakukan dengan cara
membuka dan atau menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan
lantai kumbung agar suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga.
2.2 Teori Supply Chain
Supply chain dilihat sebagai urutan (pengambilan keputusan dan eksekusi)
proses dan (material, informasi, dan uang) arus yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan akhir, yang terjadi dalam dan di antara berbagai tahap
sepanjang kontinum, mulai dari produksi hingga konsumsi akhir. Supply chain
tidak hanya mencakup produsen dan pemasok, tetapi juga tergantung pada arus
logistik, transportasi, gudang, pengecer, dan konsumen sendiri. Dalam arti yang
lebih luas, rantai pasokan termasuk juga pengembangan produk baru, pemasaran,
operasi, distribusi, keuangan dan layanan pelanggan. Berikut ini adalah beberapa
definisi supply chain :
1. Supply chain adalah jaringan perusahaan – perusahaan yang secara bersama –
sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan
pemakai akhir. Perusahaan – perusahaan tersebut meliputi pemasok, pabrik,
distributor, toko, ritel, dan perusahaan pendukung seperti jasa logistik
(Pujawan, 2005:5).
14
2. Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan – perusahaan yang
terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun
mengirimkannya ke pemakai akhir (cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al.,
1998 dalam Pujawan, 2005:7)
3. Rantai pasokan merupakan proses integrasi yang didalamnya terdapat beberapa
pelaku bisnis (misalnya: pemasik, pabrik, distributor, dan pengecer)
bekerjasama untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen. (Wang et
al., 2004 dalam Anatan, L. dan Ellitan L, 2008:59)
4. Supply chain is activities that get raw materials and subassemblies into
manufacturing operation. Apabila diterjemahkan menjadi “Supply chain adalah
kegiatan yang mendapatkan bahan baku dan subassemblies dalam operasi
manufaktur” (Roberta Russell & Bernard W. Taylor, III dalam John Wiley &
Sons, Inc, 2006).
Gambar 2.1 Skema Diagram dari Supply Chain (Shaded) dalam Total Jaringan
Supply Chain
Sumber : Food And Agriculture Organization (FAO) of The ed Nations Rome dalam
Vorst et al, 2007
Gambar 2.1 menggambarkan rantai pasokan generik. Hal ini ditunjukkan
dalam konteks yang biasanya disebut sebagai “Total Supply Chain Network”.
Dalam jaringan tersebut, setiap perusahaan setidaknya memiliki satu supply chain
15
(SC). Perusahaan biasanya memiliki beberapa pemasok dan pelanggan. Sebuah
produsen susu, misalnya, memperoleh input seperti pakan dan obat-obatan hewan
dari sejumlah pemasok yang berbeda. Dia memberikan susu untuk satu atau lebih
prosesor (pengolah) yang pada gilirannya mendistribusikan produk melalui satu
atau lebih outlet ritel.
Salah satu pandangan tradisional dari supply chain disebut cycle view.
Dalam pandangan ini, proses dalam supply chain dibagi menjadi serangkaian
siklus, masing-masing dilakukan pada antarmuka antara dua tahap yang berurutan
(Gambar 2.2). Setiap siklus dipisahkan dari siklus lain melalui inventarisasi
(persediaan), sehingga dapat berfungsi secara independen, mengoptimalkan
proses sendiri dan tidak terhalang oleh 'masalah' dalam siklus lainnya. Sebagai
contoh, kita mungkin berpikir dari siklus di mana persediaan retailer (pengecer)
diisi ulang dengan memberikan produk dari persediaan akhir produk processor
(pengolah). Siklus lain mengurus pengisian persediaan prosesor, dengan produksi
produk akhir yang baru. Pandangan siklus supply chain jelas mendefinisikan
proses yang terlibat dan pemilik masing-masing proses dan peran dan tanggung
jawab mereka.
Berdasarkan gambar 2.2, salah satu konsep yang masuk ke dalam
pandangan push atau pull adalah Costumer Order Decoupling Point (CODP) atau
titik pemisahan order pelanggan, juga disebut sebagai Demand Penetration Point
(DPP) atau titik penetrasi permintaan; titik ini memisahkan bagian dari rantai
pasokan dimana keputusan manajemennya diatur oleh pesanan pelanggan (proses
tarik atau pull process) dan bagian dari rantai pasokan di mana rencana produksi
16
dibuat berdasarkan diperkirakan permintaan konsumen dan
atau perintah
diperkirakan dari mitra hilir dalam rantai (proses dorong atau push process).
Gambar 2.2 Tampilan pada Proses Supply Chain
(Sumber : Chopra dan Meindl, 2001 dalam Vorst et al., 2007)
2.3 Teori Supply Chain Management (SCM)
Rantai pasokan didefinisikan sebagai rangkaian fisik dan pengambilan
keputusan kegiatan yang berkaitan dengan arus materi, informasi, dan arus uang
serta hak milik yang melintasi batas-batas organisasi. Dalam pandangan ini, rantai
pasokan tidak hanya mencakup produsen dan pemasok; tergantung pada arus
logistik itu juga mempert imbangkan prosesor, transporter, gudang, pengecer,
organisasi pelayanan dan konsumen.
Dalam definisi SCM adalah
sebagai sesuatu yang terstruktur dan
sebuah proses bisnis yang dapat dilihat
terukur.
Serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk menghasilkan output yang ditentukan untuk pelanggan atau pasar
tertentu. Di samping proses logistik, dalam rantai pasokan juga meliputi kegiatan
operasi, manajemen persediaan dan distribusi, juga terdapat proses bisnis seperti
17
yang terkait dengan pengembangan produk baru, pemasaran, keuangan, dan
manajemen hubungan pelanggan.
Akhirnya, 'nilai' di sini dipahami sebagai jumlah konsumen yang bersedia
membayar untuk apa yang disediankan perusahaan. Hal ini dapat diukur dengan
total pendapatan perusahaan. Konsep 'nilai tambah kegiatan atau value-added
activity' biasanya mencirikan nilai yang diciptakan oleh suatu kegiatan dalam
kaitannya dengan biaya dijalankan. Berikut ini beberapa definisi SCM:
1. SCM is the systematic, strategic coordination of the traditional business
functions within particular company and across businesses within the supply
chain for the purpose of improving the long-term performance of the individual
company and the supply chain as a whole. Apabila diterjemahkan menjadi
“Manajemen rantai pasokan adalah sistematis, koordinasi strategis dari fungsi
bisnis tradisional dalam perusahaan tertentu dan di bisnis dalam rantai pasokan
untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang perusahaan individu dan
rantai pasokan secara keseluruhan”. (Council of Logistics Management dalam
Pujawan, 2005:7).
2. SCM adalah metode, alat atau pendekatan pengelolaan supply chain (cf. Oliver
& Weber, 1982; Lambert et al., 1998 dalam Pujawan, 2005:7).
3. SCM adalah metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk,
informasi, dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak – pihak mulai
dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun
jasa – jasa logistik (Pujawan, 2005:22).
Keterangan :
a.
Pendekatan integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu
keutuhan yang padu (Imam Syafi’ie, Mam’ur Saadie, Roekhan, 2001:2.19).
18
b. Penyedia jasa logistik adalah perusahaan yang menyediakan transportasi dan pergudangan
secara berbayar (Jayaran dan Tam, 2010).
4. SCM adalah suatu sistem jaringan yang terdiri atas beberapa perusahaan yang
memiliki tujuan sama sebagai tempat organisasi menjalankan barang dan jasa
kepada pelanggan. (Lee dan Whang, 2000 dalam Anatan, L. dan
Ellitan L, 2008:62).
5. SCM merupakan suatu perluasan dari logistic management di perusahaan.
Dalam manajemen logistik diketahui bahwa yang dibahas adalah perusahaan,
pemasok dan pelanggan (Ma’arif dalam Syibil, M, 2011).
6. SCM is managing flow of information through supply chain in order to attain
the level of synchronization that will make it more responsive to customer
needs while lowering costs. Apabila diterjemahkan menjadi SCM adalah
mengelola arus informasi melalui rantai suplai untuk mencapai tingkat
sinkronisasi yang akan membuatnya lebih responsif terhadap kebutuhan
pelanggan sambil menurunkan biaya (Roberta Russell & Bernard W. Taylor,
III dalam John Wiley & Sons, Inc, 2006).
2.4 Critical Path Method (CPM)
CPM merupakan diagram kerja yang memandang waktu pelaksanaan
kegiatan yang ada dalam jaringan bersifat unik (tunggal) dan deterministic (pasti),
dan dapat diprediksi. CPM lebih mementingkan konsep biaya dalam proses
perencanaan dan pengawasan (Levin, Richard I, et al., 2000)
19
Teknik CPM menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan
komponen aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Agar teknik ini dapat
diterapkan, suatu proyek harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pekerjaan-pekerjaan dalam proyek harus menandai saat berakhirnya proyek
2. Pekerjaan-pekerjaan dapat dimulai, diakhiri, dan dilaksanakan secara terpisah
dalam suatu rangkaian tertentu
3. Pekerjaan-pekerjaan dapat diatur menurut suatu rangkaian tertentu
Selain ciri-ciri yang harus dimiliki oleh proyek tersebut, untuk membuat
suatu network dengan benar diperlukan sejumlah aturan. Berikut ini adalah
aturan-aturan tersebut :
1. Setiap aktivitas atau pekerjaan ditunjukkan dengan suatu cabang tertentu
2. Antara suatu cabang dengan cabang yang lainnya hanya menunjukkan
hubungan antara aktivitas atau pekerjaan yang berbeda
3. Bila sejumlah aktivitas berkahir pada suatu kejadian maka kejadian ini tidak
dapat dimulai sebelum sejumlah aktivitas yang berkahir pada kejadian ini
selesai
4. Aktivitas dummy digunakan untuk menggabungkan dua buah kejadian, bila
antara suatu kejadian dan kejadian yang mendahuluinya tidak dihubungkan
dengan suatu aktivitas tertentu. Aktivitas dummy ini tidak mempunyai biaya
dan waktu.
5. Setiap kejadian diberikan angka, sedangkan setiap aktivitas diberikan tanda
huruf menurut kejadian awal dan kejadian yang mengakhirinya.
2.5 Penelitian Terdahulu
20
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian
sebelumnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi
ataupun pembanding, karena terdapat kesamaan prinsip, meskipun dalam
beberapa hal terdapat perbedaan. Penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini.
Suwoto
(2013)
dalam
penelitian
“Analisis
Waktu
Perencanaan
Pemasangan Komponen Dinding Kubah GRC dengan Metode CPM dan PERT
pada Proyek GRM Kemayoran” menunjukkan lintasan kritis terjadi dengan waktu
penyelesaian proyek selama 221 hari (kalender) dan probabilitas kegagalan
proyek selesai pada target T(d) 210 hari adalah 17,62%. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian penulis adalah dalam penggunaan metode CPM. Sedangkan
perbedaannya adalah lokasi penelitian, waktu penelitian, dan metode PERT.
Berdasarkan hasil penelitian “Kinerja Manajemen Rantai Pasok Pada Kana
Bakery” menggunakan SCM sebagai pendekatan pengelolaan manajemen
perusahaannya. Data dalam penelitian dianalisis menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kana Bakery sudah melaksanakan
kinerja manajemen rantai pasok mulai dari pemasok sampai produk ditangan
pelanggan hingga pengembalian produk rusak secara terintegrasi, namun memiliki
kekurangan pada kecepatan yaitu pada bagian perencanaan dan proses produksi
maupun layanan pelanggan. Perbaikan proses kinerja manajemen SCM
dilaksanakan dengan menghilangkan kegiatan administrasi dalam pembuatan nota
produksi serta mengefisiensikan proses komputerisasi. Persamaan dalam
penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan, yaitu metode deskriptif.
21
Perbedaannya adalah lokasi penelitian dan pendekatan model yang digunakan
dalam menganalisis. (Theresia Meta Tri Haryati, 2011)
Penelitian “Kinerja Supply Chain Management Ayam Nenek (Grand
Parent Stock), Studi Kasus di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi” bertujuan
untuk menganalisis mekanisme di PT Galur Prima Cobbindo dalam menjamin
ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari pemasoknya dengan
menggunakan alternatif SCM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode deskriptif, kuantitatif, serta metode CPM dalam
menganalisis aktivitas perusahaan. Hasil penelitian ini diantaranya adalah
perusahaan dalam satu tahun dapat melakukan penghematan biaya pembelian
bahan baku bibit DOC GPS sebesar Rp 13.188.000. dan penghematan pembelian
biaya pakan sebesar Rp 13.200.264. Analisis jaringan kerja atau critical path
method dengan proses supply chain management menjelaskan aktivitas
perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku hingga menghasilkan outputnya.
Total waktu optimis paling cepat yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
menghasilkan outputnya berupa ayam bibit DOC PS adalah sebesar 7301,32 jam
dan total waktu optimis saat paling lambat sebesar 7309,32. Sedangkan untuk
total waktu realistis paling cepat adalah sebesar 7341,40 jam dan total waktu
realistis paling lambat sebesar 7343,40 jam. Total waktu pesimis saat paling cepat
sebesar 7388,25 jam dan total waktu pesimis saat paling lambat sebesar 7390,25
jam. Persamaan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan, yaitu
metode CPM. Sedangkan, perbedaan dalam penelitian ini adalah adalah lokasi
penelitian. (Wemvi Risyana, 2008)
22
2.6 Kerangka Pemikiran
Terdapat sebuah fenomena yang terjadi di Usaha Lancar Abadi. Fenomena
ini menggambarkan mengenai planning yang ingin dieksekusi oleh Usaha Lancar
Abadi dalam waktu dekat, yaitu meningkatkan produksi. Sehingga diperlukan
pemaparan mengenai kondisi perusahaan yang dapat menjadi rekomendasi bagi
usaha untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan Gambar 2.3, pendekatan SCM melalui pengukuran POA, dan
analisis CPM mampu menjawab fenomena diatas. POA terdiri dari tujuh dimensi
diantaranya ongkos, waktu, kapasitas, utilitas, produtivitas, outcome, dan
kapabilitas. Namun, sesuai keadaan di lokasi penelitian, hanya dimensi biaya,
waktu, kapasitas, dan kapabilitas yang akan dibahas pada penelitian ini. Melalui
pendekatan ini, mampu menggambarkan kinerja/performance rantai pasok, jalur
kritis, penghematan waktu, dan biaya crush pada proses produksi di Usaha Lancar
Abadi secara keseluruhan.
23
Usaha Lancar Abadi
Supply Chain Management (SCM)
Model Performance of Activity (POA)
dan Critical Path Method (CPM)
Mekanisme Supply
Chain
Analisis Jalur Kritis
Analisis Waktu dan
Biaya Percepatan
Meningkatkan Produksi
Hasil Penelitian
Rekomendasi
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Download