Tanggal : Penulis : humas_ua Kategori : Berita N E W S Solusi Kemacetan Surabaya, PEMKOT Tambah Angkutan Umum Berita : Wacana seputar pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi sebagai solusi mengatasi kemacetan di Surabaya, sepertinya masih jauh dari realisasi. Melalui diskusi panel bertajuk “Menguak Masalah Sosio Kultur Transportasi” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair, Rabu (09/03), di Aula Gedung C FISIP Unair, Walikota Surabaya Ir.Tri Rismaharini secara tegas menyatakan bahwa pembatasan jumlah kendaraan bermotor milik pribadi untuk menuntaskan masalah kemacetan di Surabaya bukanlah wewenang pemerintah kota. “Kami tidak bisa begitu saja memberlakukan pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor pribadi, ini adalah kewenangan pemerintah pusat untuk membuat peraturan tersebut,” terangnya. Sebagai alternatif solusi yang ia tawarkan, Bu Risma justru berencana menambah jumlah armada transportasi umum massal, yang ia fokuskan pada pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) atau sistem angkutan massal cepat, serta melakukan peremajaan terhadap angkutan umum yang ada di Surabaya. Langkah ini ia lakukan untuk memberi pilihan kepada masyarakat atas alat transportasi yang akan digunakan. “Saya akan kompromi dengan masyarakat karena transportasi terkait dengan aspek ekonomi, yang penting saya siapkan dulu angkutan umum yang bagus bagi masyarakat, kalau sudah ada pilihan baru diikuti dengan peraturan, untuk menarik perpindahan masyarakat dari kendaraan pribadi ke angkutan umum,” ujar Bu Risma. Untuk itu, ia akan fokus menerapkan prinsip aman, nyaman, tepat waktu, dan murah untuk angkutan umum kota. “Selama angkutan umum tidak nyaman, tidak aman, tidak tepat waktu karena harus nge-tem, apalagi tidak murah, jangan harap akan dipilih,” tegasnya. Bu Risma mengatakan akan melakukan penataan terhadap transportasi di Surabaya secara komprehensif, seperti menyiapkan akses bagi angkutan umum massal, membuka jalan-jalan alternatif untuk mengalihkan pusat-pusat kemacetan, mengusahakan subsidi bagi sopir angkutan umum agar tidak perlu nge-tem, membuat zona-zona dimana masyarakat cukup sekali bayar angkutan umum meski berulang kali oper, serta melakukan pemerataan pembangunan infrastruktur untuk mencegah pusat-pusat kemacetan di kota. Bahkan, dimungkinkan angkutan umum massal kecil seperti bemo bisa melayani penumpang hingga jalan-jalan kecil, agar ongkos perjalanan tidak lagi dijadikan alasan orang untuk condong menggunakan kendaraan pribadi. Guna menyeimbangkan ruang, Bu Risma juga menargetkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Surabaya mencapai 30%, melebihi amanat yang tercantum dalam Undang-undang Penataan Ruang, yakni sebesar 20%. Hingga tahun 2010, berdasarkan data BAPPEKO Surabaya, luasan RTH Surabaya telah mencapai 20,18%. Dalam hal ini, ia punya filosofi tersendiri, saat satu orang membutuhkan empat pohon untuk hidup, maka satu orang dan satu mesin ibarat membutuhkan delapan pohon. “Pengaturan sistem transportasi tidak boleh dipikir sepotong-sepotong, jalan bisa ditumpuk sampai sepuluh, tetapi bagaimana dengan permasalahan lain seperti polusi, pemborosan bahan bakar, infrastruktur jalan, dll,” tambahnya. Sementara menurut Pakar Ilmu Politik FISIP Unair Dr.Siti Aminah,Dra.,M.Si, masalah kemacetan di Surabaya bukan hanya terkait dengan bertambahnya volume kendaraan yang didominasi kendaraan pribadi, melainkan juga kultur pengguna jalan. Ia mengatakan, perilaku egois di jalan raya seperti mendahulukan kepentingan daripada keselamatan, maupun perilaku tidak beradab yang tercermin dari diabaikannya aturan-aturan keselamatan berlalu lintas, juga menjadi masalah yang harus dipecahkan. Page 1 Tanggal : Penulis : humas_ua Kategori : Berita N E W S “Bila Anda mengaku manusia modern, maka jadilah manusia yang beradab, tidak tergantung dari ada tidaknya polisi yang berdiri di pinggir jalan dan mengawasi perilaku berkendara Anda,” pesannya. Direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan Dr. Elly A. Sinaga, M.Sc, yang juga hadir sebagai pembicara mengingatkan, Surabaya harus sudah selesai melakukan pembangunan transportasi pada 2014 mendatang, kalau tidak mau masalah menjadi semakin rumit. “Jika perlu diadakan bus-bus gratis di pusat-pusat kota, didukung kebijakan parkir yang akan membuat orang berpikir dua kali untuk menggunakan kendaraan pribadinya,” ujarnya. Universitas Airlangga : http://unair.ac.id http://jurnal.unair.ac.id http://mail.unair.ac.id http://alumni.unair.ac.id http://blog.unair.ac.id http://onmedia.unair.ac.id http://opensource.unair.ac.id 838e8afb1ca34354ac209f53d90c3a43 Page 2