BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan

advertisement
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang disajikan pada bab
sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan mengenai bagaimana praktik
promosi produk wisata XT Square melalui bauran promosi yang mereka terapkan
dalam usaha meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Pada dasarnya, penggunaan bauran promosi dalam praktik promosi produk
wisata mereka, XT Square menggunakan elemen-elemen seperti iklan (advertising),
promosi penjualan (sales promotion), penjualan personal (personal selling),
pemasaran langsung (direct marketing) dan publisitas (publicity).
Promosi yang mereka lakukan terbagi dalam dua kegiatan utama, yaitu
melalui iklan lini atas (above the line) dan iklan lini bawah (below the line). Akan
tetapi, dalam menerapkan kedua jenis iklan tersebut, pihak XT Square hanya memilih
beberapa media untuk digunakan yang dirasa paling efektif dan efisien untuk
beriklan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan periklanan yang diterapkan
oleh pihak XT Square dilakukan melalui media cetak, media elektonik, media luar
ruang, bentuk cetakan, dan internet. Media cetak tersebut seperti surat kabar dan
majalah; media elektronik seperti radio; media luar ruang seperti spanduk dan baliho;
bentuk cetakan seperti brosur dan poster; dan internet seperti website. Untuk surat
kabar dan majalah, manajemen XT Square lebih sering menggunakan ukuran
setengah halaman surat kabar untuk mengiklankan wahana De Mata Trick Eye
Museum dan ukuran 30 x 36 mm untuk mengiklankan penyewaan tempat. Untuk
radio, manajemen XT Square memberikan 30 kali penyiaran iklan untuk satu event
selama satu minggu. Jam penyiarannya ditentukan oleh pihak radio. Dalam hal ini
112
media yang diajak bekerjasama hanya sebatas media lokal saja, seperti surat kabar
Harian Jogja, Kedaulatan Rakyat, radio Star Jogja, MBS, Sonora, dan Sasando.
Untuk bentuk cetakan seperti brosur dan poster, manajemen XT Square lebih sering
memproduksinya. Hampir setiap satu bulan sekali pihak manajemen membuat brosur
dengan
tampilan
berbeda
meski
terkadang
isi
pesannya
sama,
yaitu
menginformasikan tentang rangkaian produk yang dimiliki oleh XT Square.
Sedangkan untuk spanduk hanya digunakan ketika di XT Square akan
diselenggarakan event-event tertentu. Jumlahnya sekitar 10 spanduk yang disebarkan
disepanjang jalan Kusumanegara. Untuk website yang mereka miliki, manajemen XT
Square masih belum memperbarui informasinya sejak akhir tahun 2013 lalu. Pada
dasarnya, target pasar yang kompleks dan tidak fokus membuat pihak manajemen XT
Square kesulitan dalam melakukan praktik promosi ini. Alasan manajemen XT
Square tidak bisa memilih satu target pasar saja karena produk wisata yang mereka
memiliki beragam. Seperti De Mata Trick ye Museum untuk kalangan anak muda,
sedangkan tempat karaoke dan panggung musik/hiburan malam untuk keluarga.
Selanjutnya, pihak XT Square melakukan promosi penjualan (sales
promotion) dengan cara memberikan premi dan hadiah berupa voucher dalam bentuk
potongan harga kepada para wisatawan dengan syarat tertentu. Akan tetapi, voucher
juga diberikan kepada agen-agen bus pariwisata. Voucher ini diberikan ketika agenagen bus pariwisata tersebut mampu mendatangkan sejumlah wiatawan ke XT
Square. Kemudian, mereka harus menunjukkan identitas diri yang selanjutnya dapat
ditukarkan dengan sejumlah uang dari pihak pengelola. Manajemen XT square
menggunakan voucher dalam usaha melakukan promosi penjualan karena mereka
meyakini bahwa masyarakat akan sangat tertarik dengan sesuatu yang berhubungan
dengan potongan harga. Hal ini juga dilakukan untuk agen-agen bus pariwisata
karena mereka ingin agar pihak agen bisa lebih sering membawa para wisatawan
untuk berkunjung ke XT Square. Manajemen XT Square melihat bahwa saat ini
program travelling sedang digemari oleh masyarakat sehingga mereka tidak ingin
113
membuang kesempatan untuk menarik kunjungan wisatawan luar kota melalui
kerjasama dengan agen-agen bus pariwisata. Di sisi lain, pihak XT Square melakukan
promosi penjualan dengan cara mengadakan pameran, seperti pameran buku dan
mengadakan Sunday Morning, yaitu suatu program yang diadakan oleh XT Square
setiap hari Minggu di pagi hari bersama dengan para pedagang menjajakan produk
mereka kepada masyarakat. Produk tersebut berupa pakaian, batik, mainan anak,
makanan dan minuman, alat-alat rumah tangga dan sebagainya. Pihak pengelola XT
Square melakukan promosi penjualan ini ada yang secara rutin dilakukan, ada juga
yang hanya sewaktu-waktu.
Kemudian penjualan personal (personal selling) yang dilakukan di XT Square
adalah dengan melayani orang yang datang ke XT Square, baik mereka yang meminta
informasi maupun ingin menyewa tempat dan lain-lain. Selain itu, bentuk penjualan
personal yang dilakukan pihak XT Square adalah melalui presentasi penjualan,
pertemuan penjualan dan program insentif. Presentasi penjualan tersebut lebih sering
dilakukan pada saat mengikuti kegiatan seminar yang diadakan oleh mitra kerja yang
lain. Untuk pertemuan penjualan dilakukan pihak XT Square kepada para pedagang
kios yang membutuhkan tempat sewa untuk berjualan di XT Square Yogyakarta ini.
Program insentif seperti gathering dan paguyuban yang diadakan pihak XT Square
dengan para pedagang dan karyawan setiap sebulan sekali.
Di sisi lain, pemasaran langsung (direct marketing) yang dilakukan oleh pihak
XT Square adalah dengan mengirim direct mail, yaitu mengirimkan proposal atau
surat kepada para calon wisatawan yang berada di tempat jauh dengan memanfaatkan
media internet. Selain itu, kegiatan pemasaran langsung yang dilakukan oleh XT
Square adalah lebih kepada acara-acara program yang harus didukung oleh pihak XT
Square. Bentuknya melalui penyebaran proposal ke pihak-pihak yang akan diajak
bekerjasama. Penyebaran proposal tersebut terkadang akan diikuti dengan penyebaran
114
brosur dan katalog agar lebih mudah dalam memberikan informasi tentang XT Square
kepada mereka.
Selanjutnya, fungsi Public Relations yang dilakukan oleh XT Square lebih
mengarah pada kegiatan publisitas. Bentuk publisitas yang dilakukan oleh pihak
manajemen
XT
Square
adalah
bekerjasama
dengan
pers/media
massa
menginformasikan sesuatu untuk dijadikan berita. Pihak manajemen XT Square akan
memberikan
suatu
release
mengenai
berlangsungnya
suatu
event
atau
memperkenalkan rangkaian produk wisata yang mereka miliki kepada pers yang
nantinya dimuat di media. Dalam hal ini, media yang lebih sering diajak untuk
bekerjasama oleh manajemen XT Square adalah Harian Jogja dan Kedaulatan Rakyat.
Pemasaran melalui media online pun manajemen XT Square lakukan. Dalam
hal ini, bagian pemasaran telah membuat website dengan alamat www.xtsquare.co.id.
Pada dasarnya, website ini dibuat untuk dapat memperkenalkan XT Square secara
lebih luas dan mempermudah orang untuk mengetahui informasi tentang XT Square
itu sendiri. Dengan kata lain, masyarakat hanya perlu membuka website tersebut
untuk mengetahui apa saja yang dihadirkan oleh XT Square kepada para wisatawan.
Bagian pemasaran juga bekerjasama dengan berbagai portal di internet, seperti Jogja
Update, Jogja Event, Gudegnet dimana di dalamnya terdapat beragam informasi
terkini seputar XT Square, termasuk event-event yang akan diselenggarakan disana.
Dengan demikian, pihak XT Square berharap agar event-event yang akan
diselenggarakan oleh XT Square dapat diketahui secara lebih luas oleh masyarakat.
Dari penggunaan elemen bauran promosi di atas, pihak XT Square merasa
bahwa elemen bauran promosi yang paling efektif digunakan adalah pemasaran
langsung (direct marketing). Bentuknya melalui pengiriman proposal atau surat, baik
secara langsung maupun internet. Melalui direct marketing ini, pihak XT Square
cenderung lebih sering mendapat pemasukkan dana dari kerjasama yang dilakukan
dengan pihak ketiga berupa penyewaan tempat untuk suatu event. Melalui direct
115
marketing pula pihak XT Square mempromosikan rangkaian produk yang mereka
miliki kepada pihak-pihak yang bisa mendatangkan wisatawan, seperti agen-agen bus
pariwisata.
Melalui praktik promosi produk wisata tersebut, manajemen menyatakan
bahwa mereka mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini
dibuktikan dengan perubahan jumlah kunjungan wisatawan di tahun 2014 yang
cenderung lebih banyak daripada jumlah pengunjung di tahun 2013. Dari kelima
elemen bauran promosi yang diterapkan, penggunaan direct marketing adalah elemen
yang dirasa paling bisa mencapai tujuan XT Square dalam mencapai kesuksesan. Hal
ini dikarenakan, melalui direct marketing selain manajemen XT Square bisa menjual
tempat untuk disewakan, mereka juga bisa mendapat banyak kunjungan wisatawan
dari event yang diselenggrakan oleh pihak ketiga melalui penyewaan tempat tersebut.
Selanjutnya, kendala yang dihadapi oleh pihak XT Square Yogyakarta dalam
praktik promosinya terletak pada target pasarnya yang tidak jelas dan tidak fokus. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap penerapan promosi pada penggunaan elemen bauran
promosi yang digunakan secara tidak maksimal dan seadanya. Ketidakfokusan dalam
menentukan target pasar mereka membuat manajemen XT Square kewalahan dan
kesulitan membungkus praktik promosi menjadi sedemikian rupa dan cenderung
bingung menentukan media yang paling tepat untuk beriklan. Kebingungan ini
ditunjukkan dengan menggunakan beberapa media lokal yang ada, tetapi tidak bisa
memaksimalkannya secara benar. Misal seperti penggunaan iklan radio di empat
stasiun radio, yaitu radio Star Jogja, MBS, Sonora dan Sasando. Dengan empat radio
tersebut XT Square berharap dapat menarik perhatian para pendengarnya. Namun
keempat stasiun radio tersebut memiliki target pendengar yang berbeda sehingga
terkesan tidak fokus dan juga frekuensi yang digunakan manajemen XT Square dalam
beriklan di radio masih sangat sedikit. Padahal beriklan di radio harus dilakukan
secara rutin agar iklan yang disampaikan bisa diketahui oleh para pendengarnya.
116
Namun manajemen XT Square masih terkesan menggunakannya secara asal-asalan.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh keterbatasan jumlah anggaran atau dana yang
mereka miliki. Praktik promosi menjadi terganjal karena keterbatasan jumlah
anggaran atau dana tersebut sehingga pihak pemasar tidak bisa leluasa memilih dan
memanfaatkan lebih banyak media untuk berpromosi. Namun selain keterbatasan
dana yang menjadi penghambat proses dijalankannya praktik promositersebut,
sedikitnya jumlah sumber daya manusia yang dimiliki XT Square juga ikut menjadi
faktor penghambatnya. Kendala-kendala ini berusaha diatasi oleh pihak XT Square
dengan cara menjalin kerjasama dengan para investor, pihak swasta dan instansi
lainnya. Pihak XT Square juga memilih media yang dirasa paling efisien dan efektif
guna mempromosikan XT Square beserta rangkaian produk yang dimiliki kepada
masyarakat dengan dana yang terbatas.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis terdapat beberapa
saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan XT Square sebagai salah satu
objek wisata kota Yogyakarta untuk kedepannya, antara lain:
1) Sangat penting memutuskan target pasar yang paling tepat untuk XT Square ini.
Apakah untuk kalangan muda atau untuk keluarga. Dengan begitu target mereka
pun lebih jelas dan fokus serta pihak manajemen XT Square akan lebih mudah
dalam melakukan praktik promosi produk wisata mereka. Walaupun suatu
promosi ditujukan pada satu target pasar saja, tidak menutup kemungkinan jika
produk yang ditawarkan mampu menarik masyarakat luas, maka secara otomatis
dapat juga menarik target pasar yang lain.
2) XT Square Yogyakarta ini belum memanfaatkan media yang mereka gunakan
untuk beriklan secara maksimal. Seharusnya, mereka lebih memperhatikan lagi
bagaimana cara yang tepat dalam menggunakan media untuk beriklan. Peneliti
117
mengamati jika iklan di radio hanya menginformasikan tentang event-event yang
akan diselenggarakan di XT Square dan hampir tidak pernah mengiklankan
tentang XT Square itu sendiri. Seharusnya, iklan tentang XT Square beserta
wahana dan produk wisata lain yang mereka miliki juga gencar dilakukan.
Percuma mereka memiliki produk wisata yang menarik tetapi tidak bisa
mempromosikannya dengan baik. Frekuensi penyiarannya pun perlu ditambah
karena masih sangat sedikit. Targetnya harus jelas agar bisa menentukan media
yang benar-benar efektif digunakan. Jika untuk anak muda bisa menggunakan
Swaragama atau Geronimo. Tidak perlu banyak, satu stasiun radio pun cukup asal
dipilih dengan cermat dan bisa menjangkau target pasar. Begitu pula jika memilih
keluarga untuk dijadikan target, maka manajemen XT Square bisa menggunakan
Retjo Buntung atau Jogja Family. Kemudian untuk pemanfaatan media online
seperti website, perlu di update terus menerus sesuai dengan perkembangan yang
dialami XT Square itu sendiri.
3) Perlunya menambah pihak ketiga untuk diajak bekerjasama guna membantu
mempromosikan XT Square kepada masyarakat dengan jangkauan yang lebih
luas. Sejauh ini XT Square belum mengupayakan kerjasama dengan pihak swasta
secara maksimal karena jumlahnya yang masih sedikit.
4) Perlunya peningkatan kinerja yang lebih baik lagi pada pihak pengelola XT
Square, yaitu dengan mengadakan training khusus untuk melatih kemampuan dan
keahlian dasar bagi para staff mengenai bagaimana cara mengembangkan dan
mengelola sebuah objek wisata serta mampu mengkomunikasikan XT Square
dengan lebih baik kepada masyarakat.
118
5) Perlunya membangun hubungan baik dan menjalin kerjasama dengan pemerintah
kota. Peneliti melihat bahwa dalam mengembangkan bisnis wisata ini, pihak XT
Square masih terbebani dengan munculnya hubungan yang kurang baik dengan
pemerintah kota. Untuk itulah pihak XT Square perlu mengadakan suatu
pertemuan khusus dengan perwakilan pemerintah kota dan membahas apa saja
yang berkaitan dengan pengelolaan XT Square secara terbuka. Pihak XT Square
perlu menunjukkan dan meyakinkan kepada pemerintah kota bahwa dengan
kerjasama yang baik diantara keduanya akan mampu menghasilkan sesuatu yang
baik pula. Tentu saja hal itu harus bisa dipertanggungjawabkan.
Pada akhirnya peneliti berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat untuk
dijadikan acuan serta pengembangan bagi peneliti lain yang tertarik untuk
mengadakan penelitian serupa, yaitu tentang praktik promosi produk wisata.
119
Download