Pengaruh Suplementasi Vitamin C dan Multivitamin

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam 10 tahun terakhir, zat gizi mikro (vitamin dan mineral) mendapat
perhatian yang lebih besar dalam ilmu gizi internasional. Hal ini didorong oleh
semakin banyaknya penelitian yang mengungkapkan pentingnya peran vitamin
dan mineral bagi kesehatan manusia. Vitamin dan mineral sangat mempengaruhi
kualitas hidup manusia, diantaranya untuk mengatur fungsi otak, ketahanan tubuh
atau imunitas, fungsi kehamilan, dan pengolahan energi. Kekurangan zat gizi
mikro pada tingkat ringan sekalipun dapat mempengaruhi kemampuan belajar,
mengganggu
produktivitas
kerja,
bahkan
memperparah
penyakit
dan
meningkatkan kematian (Soekirman 2000).
Dalam laporan ACC/SCN Tahun 2000 disebutkan bahwa di negara
berkembang diperkirakan terdapat 3,9 milyar penduduk beresiko kekurangan zat
gizi mikro, dimana 1 milyar diantaranya sudah dalam keadaan sakit dan cacat.
Dengan beragam pangan yang tersedia, masyarakat harusnya dapat mencukupi
segala kebutuhan makro dan mikronutrien yang dibutuhkan tubuh untuk beragam
proses metabolisme. Namun sayangnya, sebagian besar penduduk dunia tidak
mampu untuk mengakses beragam pangan yang kaya akan mikronutrien. Hal ini
antara lain disebabkan oleh gaya hidup (life style) dan faktor sosial ekonomi. Oleh
karena itu, salah satu alternatif yang dapat dilakukan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan penduduk adalah melalui pendekatan berbasis makanan berupa
fortifikasi dan suplementasi makanan (FAO/WHO 2001).
Menurut FAO/WHO (2001), fortifikasi merujuk pada penambahan zat gizi
pada makanan yang biasa dimakan. Woods (2001) menambahkan, fortifikasi
merupakan penambahan zat gizi ke dalam makanan terlepas dari apakah zat gizi
tersebut telah terdapat dalam jumlah yang cukup atau tidak di dalam makanan
dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi kekurangan satu atau beberapa
zat gizi pada suatu populasi atau kelompok khusus dalam suatu populasi.
Sedangkan suplementasi merujuk pada pemberian sediaan farmakologi zat gizi
secara periodik dalam bentuk kapsul atau tablet, atau melalui suntikan untuk
kelompok yang beresiko menderita kurang gizi yang memerlukan penanganan
secepatnya (FAO/WHO 2001). Dalam International Conference on Nutrition
2
tahun 1992, FAO/WHO menetapkan bahwa suplementasi zat gizi harus dibatasi
untuk kelompok rawan (vulnerable group) yang tidak dapat memenuhi
kebutuhannya akan zat gizi hanya melalui makanan, yaitu bayi dan anak-anak,
lansia, kelompok dengan sosial ekonomi rendah, orang terlantar, pengungsi,
penduduk yang berada dalam kondisi darurat, dan wanita usia subur (FAO/WHO
1992).
Selain kelompok-kelompok tersebut, kelompok lain yang memerlukan zat
gizi mikro dalam jumlah yang lebih tinggi adalah wanita pekerja. Kelompok ini
merupakan bagian dari wanita usia subur yang cenderung banyak terpapar stres
(Romeo et al. 2008), baik stres lingkungan (Romieu 2005) maupun stres karena
beban kerja (Nieman 2001). Selain itu, wanita pada usia ini juga mengalami
menstruasi secara berkala dan cenderung melakukan diet yang mengakibatkan
rendahnya intik vitamin dan mineral. Hal-hal ini menyebabkan wanita pekerja
rentan terkena masalah yang terkait dengan kekurangan zat gizi mikro.
Saat ini penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan
terus menerus bertambah (NIH State of the Science Panel 2007). Di Inggris, tidak
kurang dari 40% penduduk mengkonsumsi suplemen secara teratur (Read 2001).
Dalam Ransley (2001) disebutkan, pengguna suplemen di Inggris menghabiskan
dana antara 340 hingga 360 juta poundsterling setiap tahunnya. Sementara itu,
lebih dari setengah orang dewasa di Amerika dilaporkan menggunakan suplemen
makanan. Pada awal tahun 1990-an sekitar 25% wanita dewasa menggunakan
suplemen secara teratur, dan jumlah ini meningkat lebih dari 50% pada akhir
tahun 2000 (Neuhouser 2003). Pada umumnya, mereka mempercayai bahwa
suplemen dapat membuat mereka berada dalam kondisi yang lebih baik,
memberikan tambahan energi, meningkatkan kesehatan, serta mencegah dan
mengobati penyakit. Dalam Radimer (2004) disebutkan, menurut data NHANES
(National Health and Nutrition Examination Survey) tahun 1999-2000, suplemen
yang paling banyak dikonsumsi oleh orang dewasa di Amerika adalah
multivitamin mineral (35%) diikuti oleh vitamin E (12,7%) dan vitamin C
(12,4%).
Menurut beberapa penelitian, masyarakat yang mengkonsumsi suplemen
multivitamin mineral cenderung memiliki intik mikronutrien yang lebih tinggi
3
dibandingkan masyarakat yang tidak mengkonsumsi suplemen. Namun, intik
tambahan yang diperoleh dari suplemen ini kemungkinan besar dapat melebihi
batas maksimum yang diperbolehkan (tolerable upper intake level/UL). UL
adalah angka paling tinggi dari suatu zat gizi yang bila dikonsumsi dalam jumlah
tersebut setiap hari tidak menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Intik
zat gizi yang melebihi UL dapat meningkatkan resiko negatif bagi kesehatan
konsumen.
Sebagian besar orang menganggap bahan-bahan yang digunakan dalam
suplemen multivitamin mineral aman. Namun terdapat beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa beberapa bahan dalam suplemen multivitamin mineral
dapat memberikan pengaruh merugikan, diantaranya bahwa kanker paru-paru
terjadi pada pekerja asbes dan perokok yang mengkonsumsi β-karoten. Selain itu,
kanker esofagus ditemukan pula pada pasien lansia di Cina yang diberikan
suplemen selenium, β-karoten, dan vitamin E dalam waktu yang lama. Pada
penelitian lain, pasien dengan antigen spesifik prostat tinggi pada awal penelitian
yang menerima intervensi multivitamin mineral memiliki resiko menderita kanker
prostat yang lebih tinggi. Suplemen vitamin D dan kalsium kemungkinan
meningkatkan resiko batu ginjal pada beberapa orang (NIH State of the Science
Panel 2007).
Sementara itu, suplemen vitamin C yang umumnya banyak pula dikonsumsi
masyarakat juga dapat menimbulkan efek negatif bila dikonsumsi dalam jumlah
yang melebihi UL. Dalam Goodman (1991) disebutkan, vitamin C memiliki efek
yang positif pada tahap penyembuhan beberapa jenis penyakit; diantaranya pilek,
asma, aterosklerosis, diabetes, jantung, berbagai jenis kanker, bahkan AIDS.
Namun, dalam jumlah yang melebihi UL vitamin C dapat menyebabkan gangguan
saluran pencernaan seperti diare (Mulholland & Benford 2007) dan batu ginjal
(Hathcock et al. 2005). Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu kajian
mengenai keamanan suplemen vitamin C dan multivitamin mineral pada dosis
tertentu agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi hal yang membahayakan bagi
konsumen suplemen tersebut.
4
Rumusan Masalah
Suplementasi zat gizi mikro dapat meningkatkan asupan zat gizi individu
yang berdampak pada status gizi dan kesehatan. Namun, asupan yang melebihi
batas maksimum yang diperbolehkan (UL) dapat membahayakan individu
tersebut (Murphy et al. 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral
terhadap status gizi?
2. Bagaimana pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral
terhadap status kesehatan?
3. Apakah suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral pada dosis yang
diberikan aman dilihat dari fungsi ginjal?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suplementasi vitamin
C dan multivitamin mineral terhadap status gizi, kesehatan dan fungsi ginjal.
Tujuan Khusus
1. Mempelajari karakteristik sosio demografi (usia, pendidikan, ukuran dan
pendapatan keluarga) wanita pekerja.
2. Menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi wanita pekerja.
3. Menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral
terhadap status gizi (IMT) wanita pekerja.
4. Menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral
terhadap status kesehatan (lama sakit dan tekanan darah) wanita pekerja.
5. Menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral
terhadap fungsi ginjal (urea dan kreatinin serum darah) wanita pekerja.
6. Menganalisis perbedaan status gizi, kesehatan, dan fungsi ginjal wanita
pekerja antar perlakuan (pemberian plasebo, suplemen vitamin C dan
multivitamin mineral).
5
Hipotesis Penelitian
Untuk memudahkan jalannya penelitian maka diajukan hipotesis, bahwa:
1. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral berpengaruh terhadap
konsumsi dan tingkat konsumsi energi, protein, vitamin C, dan besi wanita
pekerja.
2. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral berpengaruh terhadap status
gizi (IMT) wanita pekerja.
3. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral berpengaruh terhadap status
kesehatan (lama sakit dan tekanan darah) wanita pekerja.
4. Suplementasi vitamin C dan multivitamin mineral tidak berpengaruh terhadap
fungsi ginjal (urea dan kreatinin serum darah) wanita pekerja.
5. Tidak terdapat perbedaan pada kadar urea dan kreatinin wanita pekerja yang
diberi perlakuan plasebo dibandingkan yang diberi perlakuan suplemen
vitamin C dan multivitamin mineral.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah tentang bahaya
tidaknya suplemen vitamin C dan multivitamin mineral pada dosis yang diberikan
sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih dosis suplemen yang tepat
untuk dikonsumsi. Bagi penyusun program gizi dan kesehatan, penelitian ini
diharapkan menjadi masukan dalam menentukan dosis suplemen yang tepat
sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat.
Download