67 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang diimplementasikan dalam kronologis pelaksanaan penelitian, dilakukan secara bertahap mulai dari latar belakang permasalahan hingga hasil penelitian yang diinterpretasikan secara ekonomi. Dari hasil tersebut kemudian ditentukan implikasi kebijakan yang bisa memacu Intensitas IIT produk pertanian Indonesia pada khususnya. Adapun rancangan penelitian tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4.1. Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Intensitas IIT Produk Pertanian Dinamika Perdag. Produk Pertanian Faktor2 yg Mempengaruhi IIT Produk Pertanian Tujuan: Mendeskripsikan & Menganalisis Kajian Pustaka & Kerangka Teori Hipotesis Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan & Analisis Data Indeks GrubelLloyd Constant Market Share Approach Model Aturupane Interpretasi Hasil Penelitian Implikasi Kebijakan Gambar 4.1 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Rancangan Penelitian IIT Produk Pertanian Indonesia ke ASEAN-3 Periode Tahun 2000 – 2012 67 68 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Unit analisis penelitian ini adalah IIT sektor pertanian Indonesia dengan ASEAN-3, yaitu Malaysia, Philipina dan Thailand, sehingga lokasi penelitiannya adalah skala nasional, yaitu Indonesia, dengan mendasarkan pada hubungan dagang secara bilateral ke/dari ketiga negara tersebut. Alasan mengambil ketiga negara tujuan dagang ini adalah bahwa ketiga negara tersebut ditambah Indonesia dan Singapura (Five ASEAN Countries) merupakan negara yang mencetuskan berdirinya ASEAN yaitu pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Nota kesepakatan tersebut dituangkan dalam Deklarasi Bangkok. Singapura tidak dimasukkan ke dalam negara tujuan dagang karena Singapura merupakan negara anggota ASEAN yang sudah termasuk negara industri baru yang faktor endowment-nya bersifat capital intensive, sementara Indonesia dengan tiga negara tersebut di atas adalah negara-negara yang memiliki faktor endowment relatif sama, yaitu lebih labour intensive, sehingga produk-produk yang dihasilkanpun bercirikan produk-produk mentah dari sektor primer terutama pertanian, yang notabene banyak menggunakan tenaga kerja dalam proses produksinya dibandingkan dengan modal. Selain alasan historikal tersebut, memilih tiga negara juga didasari atas dominasi perdagangan yang terjadi antara ketiga negara tersebut dengan Indonesia, yang mana ketiga negara tersebut bila dibanding dengan negara anggota ASEAN yang lain merupakan negara tujuan ekspor Indonesia yang paling dominan. Periode penelitian ini adalah antara tahun 2000 – 2012. Mengambil periode awal adalah tahun 2000 karena diasumsikan bahwa tahun tersebut Indonesia khususnya dan ASEAN-3 umumnya sudah relatif bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi yang melanda sejak pertengahan tahun 1997. Jadi perekonomian pada tahun tersebut dianggap sudah relatif stabil. Atas dasar alasan tersebut maka 69 penelitian ini mengambil periode awal adalah tahun 2000. Sementara menggunakan periode akhir tahun 2012 semata-mata karena alasan menggunakan data yang paling mutakhir yang tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta. 4.3 Ruang Lingkup Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis IIT produk pertanian yang terjadi antara Indonesia dengan ASEAN-3. Penelitian ini juga dibatasi hanya melibatkan empat negara ASEAN karena negara tersebut termasuk dalam kategori labor intensif dan data perdagangannya yang relatif mendominasi dibanding anggota ASEAN yang lain. Untuk kelompok komoditi yang akan dianalisis hanya komoditi sektor pertanian saja didasarkan atas alasan teoritis, yaitu empat negara tersebut termasuk negara-negara anggota ASEAN yang memiliki faktor endowment yang relatif sama, yaitu cenderung labour intensive. Ini adalah syarat mutlak terjadinya pola IIT, disamping didukung hipotesis yang menyatakan bahwa “IIT akan semakin meningkat apabila negara yang melakukan kontak dagang tersebut adalah melakukan integrasi ekonomi”. Pernyataan ini semakin mempertegas, bahwa pilihan komoditi dan negara tujuan dagang telah sesuai dengan kaidah teori perdagangan yang didasarkan atas pola IIT. 4.4 Penentuan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data secara keseluruhan dari objek yang diteliti, sehingga jenis penelitian ini disebut penelitian sensus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap keseluruhan objek pengamatan, dan bukan penelitian sampel 70 yang hanya mengambil sebagian atau beberapa objek saja yang diteliti. Untuk itu tidak diperlukan adanya teknik penarikan sampel ataupun penentuan besarnya sampel yang akan digunakan. 4.5 Variabel Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan intensitas IIT sektor pertanian Indonesia dengan ASEAN-3, melihat dinamika perdagangan itu sendiri, serta untuk melihat hubungan fungsional antara IIT Sektor Pertanian (IITp) sebagai variabel dependen dengan Skala ekonomi (SE), Struktur Pasar (SP), Intensitas Tenaga Kerja (ITK), Diferensiasi Produk (DP), Penanaman Modal Asing (PMA), serta Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel independennya. Berdasarkan permasalahan yang ada, permasalahan pertama dan kedua dapat diselesaikan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan permodelan ad hoc. Sementara permasalahan ketiga adalah melihat keterkaitan variabel independen dengan variabel dependen. Adapun pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang sudah dijelaskan pada alinea tersebut di atas dapat dilihat dalam Gambar 4.2. Skala Ekonomi (SE) Struktur Pasar (SP) Diferensiasi Produk (DP) Intensitas Tenaga Kerja (ITK) IITPertanian (IITP) Penanaman Modal Asing (PMA) Produk Domestik Bruto (PDB) oduct (GDP) Gambar 4.2 Pengaruh Variabel SE, SP, DP, ITK, PMA, PDB Terhadap IITp 71 Untuk dapat melakukan analisis dengan tepat terhadap variabel yang akan diteliti, maka diperlukan definisi operasional dari masing-masing variabel agar tidak terjadi salah pengertian di dalam memaknai variabel yang akan diteliti. 1. Sektor pertanian dalam hal ini adalah komoditi yang dalam kode SITC masuk dalam SITC 001 – 292, sebanyak 27 komoditi. 2. IIT sektor pertanian adalah nilai ekspor sektor pertanian dari suatu negara yang secara tepat diimbangi oleh impor sektor pertanian yang sama dari negara lain. IIT dapat ditunjukkan sebagai persentase dari total perdagangan (ekspor plus impor) dari sektor pertanian, sehingga menghasilkan indeks IIT yang dikembangkan oleh Grubel & Lloyd (1975) (Lovely & Nelson, 1999). Nilai indeks IIT berkisar antara nol sampai dengan satu (0 – 1 atau 0 persen – 100 persen). IIT = 0 artinya hanya terjadi perdagangan inter-industri, sebaliknya apabila IIT = 1 artinya hanya terjadi perdagangan intra-industri antar negara yang terlibat dagang. 3. Skala ekonomi adalah rasio antara nilai output sektor pertanian dibagi jumlah tenaga kerja sektor pertanian dibandingkan dengan nilai output total sektor sisanya (lainnya) dibagi jumlah tenaga kerja sektor sisanya (lainnya). 4. Struktur pasar merupakan ukuran persaingan pada subsektor pertanian tertentu, diukur dengan rasio antara nilai output sektor pertanian terhadap nilai output total sektor produk domestik produk (PDB). 5. Diferensiasi produk adalah berapa banyak ragam kategori SITC lima digit dalam tiap SITC tiga digit pada sub sektor tertentu (Aturupane, et., al., 1997:11-12; Greenaway, et., al., 1995: 1505-1518). 72 6. Intensitas tenaga kerja adalah rasio antara tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi terhadap output yang dihasilkan oleh tenaga kerja pada subsektor pertanian tertentu. 7. Penanaman Modal Asing (PMA) diartikan sebagai investasi asing langsung pada sektor pertanian tertentu dalam satuan mata uang US dollar pada waktu tertentu pula. 8. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam kurun waktu tertentu dan pada tingkat harga tertentu berdasarkan harga konstan, (dalam juta US $) 4.6 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah data yang akan digunakan untuk meramalkan kondisi yang ada, apakah sesuai dengan teori atau tidak. Data yang dibutuhkan adalah: pertama, data sekunder tentang ekspor impor komoditi sektor pertanian berdasarkan kode SITC. Dalam buku Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, komoditi sektor pertanian memiliki kode dagang berawal angka 1 dan 2 (walau tidak semua komoditi yang kode depannya 1 dan 2 merupakan kode komoditi sektor pertanian); kedua, data sekunder yang digunakan untuk memproksi variabel-variabel yang mempengaruhi IIT sektor pertanian berdasarkan kode SITC, antara lain: output sub sektor pertanian, jumlah tenaga kerja masing-masing sub sektor pertanian, banyak ragamnya komoditi sektor pertanian dalam kelompok serta penanaman modal asing. Kesemua data utama tersebut diperoleh dari BPS Jakarta, sementara datadata pendukung lain yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perdagangan 73 Indonesia dengan ASEAN-3 dapat dilengkapi dari Sekretariat ASEAN, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, dan juga dari literatur-literatur yang diperoleh dari perpustakaan Universitas Udayana. 4.7 Prosedur Penelitian Ada bebarapa tahap yang dilakukan dalam penelitian terkait dengan tahap awal sebuah penelitian hingga proses akhir pengambilan kesimpulan penelitian dan implikasi kebijakakn yang bisa dikembangkan atau diterapkan. Pertama, penentuan permasalahan IIT yang terjadi antara negara sedang berkembang. Dilihat dari permasalahan tersebut ternyata muncul adanya banyak penelitian yang tidak sesuai dengan konsep teori yang ada, makanya penulis menentukan judul tersebut di atas. Kedua, mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menganalisis tiga permasalahan yang ada. Data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan pertama dan kedua adalah data perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) komoditi berdasarkan kode SITC lima digit tahun 2000 - 2012. Data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan ketiga adalah 1). Data perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) komoditi berdasarkan kode SITC tiga digit tahun 2000 - 2012; 2). Output yang dihasilkan oleh sektor pertanian berdasarkan kode tahun 2000 - 2012; 3). Tenaga kerja yang digunakan dalam sektor pertanian tahun 2000 – 2012; 4). Penanaman modal asing tahun 2000 - 2012; serta 6). PDB Indonesia tahun 2000 – 2012. Ketiga, untuk menganalisis masalah ketiga data variabel independen (SE, SP, DP, ITK, PMA, PDB) dan dependen variabelnya (IITp) berdasarkan kode SITC. Keempat, data yang telah siap dianalisis dengan menggunakan excell untuk masalah 74 pertama dan kedua, sedang masalah yang ketiga menggunakan tools Eviews 5.0 yang dapat meng-cover regresi panel data. Dari hasil running data dapat dilihat hasilnya dari output yang dihasilkan. Kelima, data hasil penelitian yang telah selesai tersebut diinterpretasikan secara ekonomi. Dari kondisi inilah kemudian ditarik kesimpulan penelitian dapat disusun. Dilihat, apa kelebihan dan kekurangannya sehingga dapat ditinjaklanjuti ke dalam implikasi kebijakan di masa yang akan datang. 4.8 Metode Analisis Data Dalam memecahkan suatu permasalahan, dibutuhkan alat analisis guna mengetahui hasil secara akurat, sehingga dapat diinterpretasikan secara ekonomi. Ada tiga alat analisis yang digunakan untuk memecahkan permasalahan penelitian, seperti dinyatakan dalam Subbab 1.2, yaitu. 4.8.1 Ukuran Intensitas IIT Mengukur intensitas IIT sektor pertanian antara Indonesia dengan Malaysia, Philipina dan Thailand adalah dengan menggunakan indeks IIT yang telah dirumuskan oleh Grubel-Lloyd (1975), yaitu: IIT ji 1 X ij M ij X i j M ij ………...………………..…........………(4.1) di mana: 𝐼𝐼𝑇𝑗𝑖 : indeks IIT komoditi sektor pertanian i ke negara j X ij : ekspor komoditi sektor pertanian i ke negara j 75 M ij : impor komoditi sektor pertanian i dari negara j Apabila data akan dianalisis lebih atau sama dengan level tiga digit, maka formula agregasi dibutuhkan. Indeks IIT untuk beberapa agregasi “A”, berisi komponen “i” tiga digit dari 1 hingga n dan perdagangan antara satu negara dengan negara yang lain “k”, yaitu: AIIT j X n k i 1 j 1 ij M ij X n k i 1 j 1 ij n k i 1 j 1 X .................................(4.2) ij M ij M ij di mana Xij = ekspor komoditi sektor pertanian i ke negara j Mij = impor komoditi sektor pertanian i dari negara j (Khalifah, 1994:366) Berdasarkan Rumus (4.1) dan (4.2) di atas, maka skor atau nilai indeks Grubel-Lloyd akan bervariasi nilainya dari 0 – 1, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika IIT = 0, maka yang terjadi dalam sektor pertanian j hanya perdagangan inter-industri saja. Dan apabila mendekati nol, artinya teori perdagangan internasional yang cocok adalah yang didasarkan pada pasar persaingan sempurna, di mana perdagangan terjadi karena adanya perbedaan kelimpahan faktor endowment yang signifikan atau dengan kata lain perdagangan didasarkan atas keunggulan komparatif. 2. Jika IIT = 1, maka yang terjadi dalam sektor pertanian j hanya IIT. Bila antara ekspor dan impor dari dan ke sektor pertanian j adalah seimbang, maka perdagangan jenis ini lebih didasarkan pada pasar persaingan tidak sempurna 76 yang didorong oleh adanya imbalan yang meningkat (increasing returns) akibat skala ekonomi. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya indeks IIT adalah kriteria yang dikembangkan oleh Krugman (1992). Indeks G-L dikatakan tinggi apabila nilainya lebih besar atau sama dengan 40 persen, artinya perdagangan yang terjadi adalah intra-industri, serta termasuk dalam kategori monopoli sedang, sebaliknya kalau kurang dari 40 persen, maka perdagangan adalah inter-industri dan termasuk dalam monopoli rendah. Kategori derajat monopoli sedang atau rendah ini sesuai dengan klasifikasi yang didasarkan atas “Cencus of Manufactures, Special Report: Concentration Ratio in Manufacturing” (Koch, 1980). 4.8.2 Ukuran Dinamika Perdagangan Sektor Pertanian Dinamika perdagangan produk dari sektor pertanian dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan Constant Market Share (CMS), yang di dalamnya terdapat lambat atau tingginya laju pertumbuhan ekspor suatu negara dibandingkan laju pertumbuhan standar (rata-rata dunia) diuraikan menjadi tiga faktor yaitu pertumbuhan impor, komposisi komoditas, dan daya saing (Aswicahyono dan Pangestu, 2000). a. Efek Pertumbuhan Impor: (4.3) m X i , jk……………………………………...……………………… 1 Dimana: m = persentase peningkatan impor ASEAN-3 di negara Indonesia X i , jk 1 = ekspor produk dari sektor pertanian dari Indonesia ke Malaysia, 77 Philipina, dan Thailand pada tahun ke (t-1) b. Efek Komposisi Komoditas m m X …..………………………………...……………..(4.4) i i , jk 1 Dimana: m = persentase peningkatan impor ASEAN-3 di negara Indonesia mi = persentase peningkatan impor produk sektor pertanian di Indonesia X i , jk 1 = ekspor produk sektor pertanian dari Indonesia ke Malaysia, Philipina, Thailand pada tahun ke (t-1) c. Efek Daya Saing: X i , jk 2 X i , jk 1 mi X i , jk 1 ….………………..…………………… (4.5) Dimana: mi = persentase peningkatan impor sektor pertanian di Indonesia X i , jk 1 = ekspor produk sektor pertanian dari Indonesia ke Malaysia, Philipina, dan Thailand tahun ke (t-1) X i , jk 2 = ekspor produk sektor pertanian dari Indonesia ke Malaysia, Philipina, dan Thailand tahun ke (t) Dari ketiga persamaan di atas, maka dapat dibuat rumus sebagai berikut: X i, jk 2 X i, jk 1 m X i jk1 mi mXi , jk 1 X i, jk 2 X i, jk 1 mi X i jk 1 ...............(4.6) (a) Dimana : (a) = efek pertumbuhan impor (b) = efek komposisi (b) (c) 78 (c) = efek daya saing 4.8.3 Metode Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IIT Dalam menganalisis permasalahan ketiga menggunakan data panel, yaitu gabungan antara cross section dengan time series. Sementara alat analisis yang digunakan adalah regresi linear dengan metode Feasible Generalized Least Square (FGLS) atau Estimated Generalize Least Square (EGLS) untuk melihat keterkaitan antara variabel dependen dengan variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi (Gujarati, 2003). Metode EGLS ini digunakan untuk mengatasi adanya masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi. Jadi dalam hal ini uji-uji tersebut tidak perlu dilakukan tersendiri di luar model yang telah dibangun. Secara umum bentuk model regresi data panel adalah sebagai berikut: yit 0 i xit eit …..…………………………………….……..... (4.7) di mana i = 1, 2, …, n merupakan unit cross section, dan t = 1, 2, …., t merupakan rentang waktu pada time series. yit merupakan dependent variable dari individu unit i pada waktu t, dan xit merupakan nilai dari k non-stochastic explanatory variable untuk individu i pada waktu t. dalam model regresi klasik, αi dan βki dianggap sama untuk semua unit individu, sementara panel data memberikan estimasi koefisien yang berbeda untuk parameter αi ataupun βki. Berdasarkan rumus umum (4.7) di atas, maka dapat diturunkan ke dalam persamaan (4.8) berikut: IITpi , t 0 1 SEi ,t 2 SPi ,t 3 DPi ,t 4 ITK i ,t 5 PMAi ,t 6 PDB i ,t e i ,t …(4.8) 79 di mana: IITp i ,t : Indeks total IIT komoditi di sektor pertanian i dari Indonesia ke ASEAN-3 pada tahun ke t : SEi ,t Rasio antara nilai output sektor pertanian i dibagi jumlah tenaga kerja sektor pertanian dibandingkan dengan nilai output total sektor sisanya (lainnya) dibagi jumlah tenaga kerja sektor sisanya (lainnya) pada tahun ke t SPi,t : Ukuran persaingan atau struktur pasar komoditi di sektor pertanian i pada tahun ke t ITKi,t : Intensitas tenaga kerja di sektor pertanian i pada tahun ke t DPi,t : Diferensiasi produk sektor pertanian i pada tahun ke t PMAi,t : Penanaman modal asing di sektor pertanian i pada tahun ke t PDBi,t : Produk Domestik Bruto pada tahun ke t ei,t : error terms βz : parameter (z = 1, 2, …., 6) Penggunaan panel data dalam Rumus (4.8) dimaksudkan untuk memperbanyak jumlah observasi penelitian, karena kalau menggunakan data cross section atau time series saja, maka observasi penelitian relatif lebih sedikit. Penggunaan panel data dalam penelitian mempunyai keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan data time series atau cross section. Pertama, memberi sejumlah data yang lebih besar, sehingga menaikkan derajat kebebasan (degree of freedom) dan mengurangi kolinearitas di antara variabel independen, oleh karenanya akan menghasilkan estimasi ekonometrik yang efisien. Kedua, panel data memungkinkan peneliti menganalisis sejumlah pertanyaan penting yang tidak dapat 80 dipecahkan dengan menggunakan data time series atau cross section saja. (Hsiao, 1999). Baltagi (2001) dan Gujarati (2003) juga mengemukakan keunggulan analisis regresi dengan panel data yaitu: pertama, bila menggunakan panel data yang berkaitan dengan perusahaan, negara atau industri dan sejenisnya, maka terbentuk suatu ikatan kelompok menjadi heterogen dalam unit tersebut. Berarti metode yang menggunakan jenis data panel dapat mengestimasi variasi heterogen secara eksplisit sesuai dengan variabel individu yang spesifik; kedua, melalui kombinasi observasi antara data time series dengan cross section, maka akan memberikan informasi data/jumlah observasi yang lebih banyak, tingkat variabilitas, berkurangnya gejala kolinearitas, semakin banyak degree of freedom dan akan lebih efisien; ketiga, dibanding dengan mengkaji data cross section berulang-ulang, data panel sangat tepat untuk mengamati adanya perubahan dinamis; keempat, jenis data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur dampak dibanding dengan hanya mengamati observasi data time series dan cross section murni; kelima, penggunaan jenis panel data sangat membantu dalam mengkaji persamaan perilaku yang relatif lebih kompleks; keenam, pendekatan dengan jenis panel data memudahkan dalam penggunaan data dalam jumlah ribuan unit, karena pendekatan ini dapat meminimumkan bias dari agregasi individu atau perusahaan. Ada dua model pendekatan dalam menganalisis panel data, yaitu: 1. Fixed Effect Model (FEM), yang menetapkan bahwa αi adalah sebagai kelompok yang spesifik atau berbeda dalam constant terms dalam model regresinya; 2. Random Effect Model (REM), meletakkan αi sebagai gangguan spesifik kelompok seperti halnya eit, kecuali untuk tiap-tiap kelompok, tetapi gambaran tunggal yang 81 memasukkan regresi sama untuk tiap-tiap periode, atau dengan kata lain REM menganggap bahwa seluruh gangguan yang terjadi mempunyai sifat acak atau random. Untuk memilih apakah menggunakan FEM atau REM ditentukan oleh beberapa kriteria yaitu: 1. jika jumlah data time series (T) lebih besar dibanding jumlah unit cross-section (N), maka pilihan perhitungan berdasarkan pada layaknya perhitungan, FEM akan lebih dipilih; 2. jika T lebih kecil bila dibanding dengan N. Jika unit cross-section bersifat tidak random, maka FEM yang tepat, akan tetapi bila unit cross-section bersifat random, maka REM yang lebih tepat; 3. jika error component individu (ε) dan satu atau lebih variabel independen berkorelasi, maka estimasi dengan REM akan bias, akan tetapi hasil estimasi dari FEM tidak akan bias; 4. jika T lebih kecil dibanding N, dan asumsi yang digunakan adalah REM, maka estimasi REM akan lebih efisien bila dibanding dengan FEM; Dalam penelitian ini jumlah T dan N adalah 13 : 3 (ada 39 unit analisis). Ini artinya T < N, sesuai dengan ketentuan kedua, akan tetapi karena unit cross-sectionnya bersifat tidak random, maka pemilihan model adalah menggunakan pendekatan FEM. Secara ekonometrik, penggabungan time-series data dengan cross-section data menimbulkan masalah dalam proses estimasi berupa gangguan antar waktu, gangguan antar individu atau gangguan dari keduanya (Gujarati, 2003; Greene, 2000; Setiati, 1996). 82 4.8.4 Uji Statistik a. Uji Statistik F (F-test) Uji statistik F atau pengujian secara serentak dimaksudkan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel skala ekonomi (SE), struktur pasar (SP), diferensiasi produk (DP), intensitas tenaga kerja (ITK), penanaman modal asing (PMA), serta Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap variabel terikat intra-industry trade produk dari sektor pertanian (IITp). Uji statistik F dicari dengan rumus sebagai berikut (Supranto, 2001). Fhitung R 2 /( k 1) (1 R 2 ) /( n k ) ………………………………………………….....(4.9) Keterangan: R2 = koefisien determinasi; k = banyaknya variabel n = jumlah observasi Perumusan hipotesis: Ho : β1 = β2 = 0, artinya variabel skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, serta produk domestik bruto secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel IIT produk sektor pertanian; Ho : β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya variabel skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, serta produk domestik bruto secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel IIT produk sektor pertanian. 83 Dengan menggunakan tingkat signifikansi (=5 persen) = 0,05 kriteria pengujian: 1) Jika probabilitas F-hitung ≤ tingkat signifikansi (α) 5 persen, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antar variabel skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, produk domestik bruto secara bersama-sama terhadap variabel IIT produk dari sektor pertanian. 2) Jika probabilitas F-hitung > tingkat signifikansi (α) 5 persen, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antar variabel skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, produk domestik bruto secara bersama-sama terhadap variabel IIT produk dari sektor pertanian. b. Uji Statistik t (t-test) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui secara parsial pengaruh variabel skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, produk domestik bruto terhadap variabel intra-industry trade komoditi sektor pertanian. Uji statistik t dicari dengan rumus sebagai berikut (Supranto, 2001). t hitung = t S t ................................................................................(4.10) Keterangan: i = koefisien regresi Si = standart error dari koefisien regresi Perumusan hipotesis: 84 Ho : β1 = 0, artinya secara parsial variabel skala ekonomi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho : β2 = 0, artinya struktur pasar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho : β3 = 0, artinya diferensiasi produk tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho : β4 = 0, artinya intensitas tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho : β5 = 0, artinya penanaman modal asing tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho : β6 = 0, artinya produk domestik bruto tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho ≠ β1 ≠ 0, artinya secara parsial variabel skala ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho ≠ β2 ≠ 0, artinya struktur pasar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho ≠ β3 ≠ 0, artinya diferensiasi produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; 85 Ho ≠ β4 ≠ 0, artinya intensitas tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho ≠ β5 ≠ 0, artinya penanaman modal asing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Ho ≠ β6 ≠ 0, artinya produk domestik bruto mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intra-industry trade produk sektor pertanian; Kriteria pengujian: Dengan menggunakan tingkat signifikansi ( 5 persen) = 0,05 kriteria pengujian: 1) Jika probabilitas t-hitung ≤ tingkat signifikasi (α) 5 persen, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada pengaruh nyata antar variabel skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, produk domestik bruto terhadap variabel intra-industry trade produk dari sektor pertanian. 2) Jika probabilitas t-hitung > tingkat signifikasi (α) 5 persen, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh antar variabel skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, produk domestik bruto terhadap variabel IIT produk sektor pertanian.