7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Dasar

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Dasar-dasar Komposit
a.
Pengertian Komposit
Komposit (composite) biasanya dikaitkan dengan material yang
mengkombinasikan fasa matriks dengan campuran filamen yang berfungsi
sebagai penguat fasa. Composite berasal dari kata kerja to compose yang
berarti menyusun atau menggabung. Jadi definisi komposit dalam lingkup
ilmu material adalah gabungan dua buah material atau lebih yang digabung
untuk memperoleh campuran material yang baru sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain. Fabrikasi komposit matriks
logam
teknik
metalurgi
serbuk
memiliki
beberapa
keunggulan
dibandingkan cara metalurgi cair. Keunggulan tersebut adalah suhu yang
digunakan dalam proses pembuatan lebih rendah, hasilnya interaksi lebih
kecil antara matriks dengan penguat.
Material komposit didefinisikan sebagai kombinasi antara dua
material atau lebih yang berbeda bentuknya, komposisi kimianya, dan
tidak saling melarutkan dimana material yang satu berperan sebagai
penguat dan yang satunya sebagai pengikat (Gibson dan Ronald, 1994).
Secara sederhana dapat didefinisikan komposit terdiri dari dua material
yang berbeda propertisnya dan perbedaannya itu dilihat secara
mikroskopis.
Komposit disusun dari dua komponen yaitu matriks atau resin
sebagai pengikat, dan serat sebagai penguat atau filler. Filler dapat berupa
partikel atau serat, serat dapat berasal dari alam ataupun sintetis. Serat
alami biasa disebut biokomposit contohnya serat rami dan serat buatan
contohnya E-glass. Penggunaan serat bertujuan untuk menentukan
karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat
mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan untuk menahan
7
8
sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri
mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja
dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Keunggulan bahan komposit
diantaranya dapat memberikan sifat-sifat mekanik terbaik yang dimiliki
oleh komponen penyusunnya, bobotnya ringan, tahan korosi, ekonomis,
dan tidak sensitif terhadap bahan-bahan kimia (Arif Nurudin, 2011).
b. Klasifikasi Material Komposit
Material komposit memiliki beberapa unsur-unsur penyusun.
Komponen penyusun dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun
metalik dalam bentuk serat, serpihan, partikel dan lapisan. Dari hal
tersebut maka dapat diklasifikasikan komposit menjadi beberapa macam,
antara lain :
1) Komposit Lapis
Komposit lapis, merupakan jenis komposit yang terdiri dari
dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap
lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri. Komposit yang terdiri
dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang diperkuat oleh
resin contohnya adalah plywood, laminated glass yang umumnya
dipakai pada bahan bangunan. Biasanya dilakukan manipulasi
mikroskopis yang bertujuan agar tahan terhadap korosi, kuat dan
tahan terhadap temperatur.
Gambar 2.1. Komposit Lapis
(Sumber : Yanu Rianto, 2011)
9
2) Komposit Fiber
Komposit
fiber
merupakan
jenis
komposit
yang
menggunakan serat sebagai penguat. Serat yang biasa digunakan
adalah serat gelas, serat karbon, serat armid dan lain sebagainya.
Serat ini disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu
bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti
anyaman.
Bila
peningkatan
kekuatan
menjadi
tujuan
utama,
komponen penguat harus memilki rasio aspek yang besar, yaitu
rasio panjang terhadap diameter harus tinggi, agar beban transfer
melewati titik dimana mungkin menjadi patahan (Vlack, 2004).
Komposit fiber atau serat sendiri dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu :
a.undirectional fiber composite
b.random fiber composite
Gambar 2.2. Komposit Serat
(Sumber : Yanu Rianto, 2011)
a) Komposit Serat Pendek (Short Fiber Composite)
Berdasarkan arah orientasi material komposit yang
diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu serat acak dan serat satu arah. Tipe serat acak
sering digunakan pada produksi dengan jumlah besar karena
faktor biaya manufakturnya yang lebih murah. Kekurangan
dari jenis serat acak adalah sifat mekaniknya yang masih
dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat
yang sama.
10
b) Komposit Serat panjang (Long Fiber Compsite)
Kelebihan komposit serat panjang adalah lebih mudah
diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek.
Walaupun demikian serat pendek memiliki rancangan yang
lebih
banyak.
Secara
teoritis
serat
panjang
dapat
menyalurkan pembebanan atau tegangan dari suatu titik
pemakaiannya. Pada prakteknya, hal ini tidak mungkin
karena variabel pembuatannya tidak mungkin memperoleh
kekuatan tarik melampaui panjangnya.
Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara
umum adalah sebagai bahan yang dimaksudkan untuk
memperkuat komposit, disamping itu penggunaan serat juga
mengurangi pemakaian resin sehingga akan diperoleh suatu
komposit yang lebih kuat, kokoh dan tangguh jika
dibandingkan
produk
bahan
komposit
yang
tidak
menggunakan serat penguat.
3) Komposit Serpihan
Serpihan merupakan partikel kecil yang telah ditentukan
sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan khusus dengan
orientasi serat sejajar permukaannya. Suatu komposit serpihan
terdiri dari serpih-serpih yang saling menahan dengan mengikat
permukaan atau dimasukkan kedalam matriks.
Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah
bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun dengan rapat
untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas
penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpih-serpih saling
tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat membentuk
suatu lintasan fluida ataupun uap yang dapat mengurangi
kerusakan mekanis karena penetrasi atau perembesan.
11
Gambar 2.3. Komposit Serpih
(Sumber : Yanu Rianto, 2011)
4) Komposit Partikel
Komposit
partikel
adalah
suatu
komposit
yang
menggunakan partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan
terdistribusi secara merata dalam matriks. Komposit yang terdiri
dari partikel dan matriks yaitu butiran (batu, pasir) yang diperkuat
semen yang kita jumpai sebagai beton, senyawa komplek ke dalam
senyawa komplek.
Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan
dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya
dengan suatu matriks secara bersama sama dengan satu atau lebih
unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban,
katalisator dan lain-lain. Komposit partikel ini berbeda dengan
jenis serat secara acak sehingga bersifat isotropis. Kekuatan
komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren diantara fase
partikel dan matriks yang menunjukkan sambungan yang baik
(Ramatawa, 2008).
12
Gambar 2.4. Komposit Partikel
(Sumber : Yanu Rianto, 2011)
c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan komposit
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kekuatan komposit,
antara lain adalah orientasi serat, faktor matrik dan ikatan fiber matrik.
1) Orientasi Serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan dalam
memperbaiki sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya,
sehingga diharapkan mampu menjadi bahan penguat matrik pada
komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
a) Letak Serat
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat
dalam matrik yang akan menentukan kekuatan mekanik
komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaruhi
kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu :
(1) Penguatan satu dimensi, memiliki kekuatan dan
modulus maksimum pada arah axis serat.
(2) Penguatan dua dimensi, memiliki kekuatan pada
dua arah atau masing-masing orientasi serat.
(3) Penguatan tiga dimensi, mempunyai sifat isotropis.
b) Panjang Serat
Panjang serat dalam pembuatan suatu komposit serat
pada matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan. Ada
13
dua macam penggunaan serat dalam campuran komposit
yaitu serat pendek dan serat panjang. Selain itu jenis bahan
serat juga berpengaruh dalam panjang ataupun pendek suatu
serat. Serat alami memiliki serat yang panjang dan diameter
yang tidak seragam pada setiap jenisnya dibandingkan serat
sintetis. Oleh karenanya panjang dan diameter sangat
berpengaruh pada kekuatan ataupun modulus komposit.
Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut
dengan
aspect
peletakannya
ratio.
Serat
dibandingkan
pendek
serat
lebih
panjang.
mudah
Panjang
pendeknya suatu serat juga mempengaruhi kemampuan
proses dari komposit serat. Pada umumnya, serat panjang
lebih mudah penggunaannya dibandingkan dengan serat
pendek. Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi
yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar
jika dibandingkan dengan continous fiber.
c) Bentuk Serat
Bentuk serat yang digunakan untuk pembuatan
komposit tidak begitu mempengaruhi, yang mempengaruhi
adalah diameter seratnya. Pada umumnya, semakin kecil
diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang
lebih tinggi.
2) Faktor Matrik
Matrik dalam suatu komposit memiliki fungsi sebagai
bahan pengikat serat menjadi sebuah unit struktur, yang
melindungi benda dari perusakan eksternal, meneruskan atau
memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan
matrik, sehingga matrik dan serat saling berhubungan. Bahanbahan polimer yang sering digunakan sebagai material matrik
dalam komposit adalah thermoplastic dan thermoset.
14
3) Ikatan Fiber Matrik
Komposit serat yang baik harus mampu menyerap matrik
yang memudahkan terjadi antara dua fase. Selain itu komposit serat
juga harus mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang
tinggi, karena serat dan matrik berinteraksi dan pada akhirnya
terjadi pendistribusian tegangan. Kemampuan ini harus dimiliki
oleh matrik dan serat. Hal yang mempengaruhi ikatan antar serat
dan matrik adalah void, yaitu adanya celah pada serat atau bentuk
serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak
akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila suatu
komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan
berpindah ke daerah void sehingga akan mengurangi kekuatan
komposit tersebut.
2. Pengertian Rem
Sistem rem dalam suatu kendaraan bermotor terutama mobil termasuk
kedalam sistem yang sangat penting karena terkait dengan faktor keselamatan
berkendara. Sistem rem berfungsi untuk memperlambat dan mengehentikan
mobil dengan cara mengubah tenaga kinetik/gerak dari mobil tersebut menjadi
tenaga panas. Perubahan tersebut diperoleh dari gesekan antara komponen
yang bergerak yang dipasangkan pada roda mobil dengan suatu bahan yang
dirancang khusus tahan terhadap gesekan. Pengaturan kecepatan ataupun
diberhentikannya lajunya kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan antara
komponen rem dengan roda yang berputar (Andun, Adhari, dan Agus,
2005:10).
Gesekan merupakan faktor utama dalam suatu pengereman, sehingga
komponen yang digunakan untuk sistem rem harus mempunyai sifat bahan
yang tidak hanya menghasilkan jumlah gesekan yang besar tetapi juga harus
tahan terhadap gesekan dan tidak menghasilkan panas yang dapat
menyebabkan bahan tersebut meleleh atau berubah bentuk. Bahan-bahan yang
tahan terhadap gesekan biasanya terbuat dari gabungan dari beberapa bahan
15
yang disatukan dengan melakukan perlakuan tertentu. Sejumlah bahan tersebut
antara lain tembaga, kuningan, timah, grafit, karbon, kevlar, fiber dan bahanbahan adiktif lainnya.
3. Rem Cakram
a.
Pengertian Rem Cakram
Rem cakram (disk brake) pada dasarnya terdiri atas cakram yang
dapat berputar bersama-sama roda dan pad (bahan gesek) yang dapat
menjepit cakram. Pengereman terjadi karena adanya gaya gesek dari padpad pada kedua sisi dari cakram dengan adanya tekanan dari piston-piston
hidrolik
Pegas penekan
Torak kaliper
Kaliper
Seal torak kaliper
Piringan cakram
Balok rem
.
Gambar 2.5. Bagian-Bagian Rem Cakram
(Sumber : Modul Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Medan,
2006)
Saat pedal digerakkan, maka cylinder master mengubah gaya yang
digunakan kedalam tekanan cairan. Cylinder master terdiri dari sebuah
reservoir yang berisi cairan minyak rem dan sebuah silinder yang mana
tekanan cair diperoleh. Reservoir biasanya dibuat dari plastik atau besi
tuang atau alluminium alloy dan tergabung dengan silinder. Ujung dari
16
pada cylinder master dipasang tutup karet untuk memberikan seal yang
baik dengan silindernya, dan pada ujung yang lain juga diberikan tutup
karet untuk mencegah kebocoran cairan.
Saat tangki rem ditekan, piston mengatasi kembalinya spring dan
bergerak lebih jauh. Tutup piston pada ujung piston menutup port kembali
dan piston bergerak lebih jauh. Tekanan cairan dalam cylinder master
meningkat dan cairan akan memaksa caliper lewat hose dari rem (brake
hose). Saat pedal rem dilepaskan/dibebaskan, piston tertekan kembali ke
reservoir lewat port kembali.
Gambar 2.8. Kaliper Tipe Meluncur
(Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:18)
b. Keuntungan Menggunakan Rem Cakram
Keuntungan dari penggunaan rem cakram (disk brake) adalah
sebagai berikut:
1) Panas
akan
hilang
dengan
cepat
dan
memiliki
sedikit
kecenderungan menghilang pada saat piringan (disk) dibuka.
Sehingga pengaruh rem yang stabil dapat terjamin.
2) Tidak akan ada kekuatan tersendiri seperti rem sepatu yang utama
pada saat dua buah rem cakram digunakan, tidak akan ada
perbedaaan tenaga pengereman pada kedua sisi kanan dan sisi kiri
dari rem. Sehingga sepeda motor tidak mengalami kesulitan untuk
tertarik kesatu sisi.
17
3) Jika rem harus memindahkan panas, jarak antara rem dan bantalan
akan sedikit berubah. Sehingga tangkai rem dan pedal dapat
beroperasi dengan normal.
4) Jika rem basah, maka air tersebut akan dipercikkan keluar dengan
gaya sentrifugal.
4. Kampas Rem
a.
Pengertian Kampas Rem
Gambar 2.7. Kampas Rem
Kampas rem merupakan komponen utama yang terdapat pada
sistem pengereman pada setiap kendaraan bermotor, terutama mobil.
Kampas rem berfungsi untuk memperlambat atau menghentikan laju
kendaraan khususnya kendaraan darat. Komponen kampas rem adalah
komponen yang bergesekan langsung dengan piringan cakram ataupun
bagian roda yang bergerak, sehingga memiliki fungsi yang paling vital
pada sistem pengereman. Oleh karena itu kualitas dari kampas rem
menjadi perhatian yang utama.
Kampas rem merupakan komponen penting baik pada kendaraan
roda 2 ataupun roda 4. Pertambahan jumlah kendaraan jenis ini semakin
meningkat jumlahnya dari tahun ketahun sejalan dengan perkembangan
ekonomi masyarakat. Komponen kampas rem sendiri menjadi sangat perlu
mendapat perhatian yang lebih dari pemegang kebijakan ataupun produsen
18
kendaraan dalam upaya melindungi konsumen dan mengurangi presentase
penyebab kecelakaan dijalan raya. Standar Nasional Indonesia (SNI)
kampas rem sudah dibuat sejak tahun 1987 namun beberapa parameter dan
spesifikasinya perlu dikaji ulang sesuai perkembangan dan mengacu pada
standar perkembangan teknologi modern saat ini, khususnya bidang
otomotif.
Bahan kampas rem harus memenuhi syarat keamanan, ketahanan,
dan dapat mengerem dengan bagus. Disamping itu juga harus mempunyai
koefisien gesek tinggi, keausan kecil, kuat, tidak melukai permukaan
piringan cakram dan dapat menyerap getaran.
b. Kampas Rem Asbestos dan Non Asbestos
Kampas rem ditinjau dari komposisi bahan penyusunnya dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu kampas rem asbestos dan kampas rem non asbestos.
Jenis kampas rem asbestos mempunyai serat tunggal yaitu berupa asbes
dengan matrik dari material besi, tembaga atau bahan logam sejenisnya.
Kampas rem jenis asbestos memiliki koefisien gesek lebih baik
dibandingkan kampas rem non asbestos, tetapi bahan kampas rem asbestos
juga memiliki beberapa kelemahan seperti kurang tahan terhadap tekanan,
hanya tahan panas maksimal 200o celcius, pada keadaan basah cenderung
bersifat licin, debu kampas rem asbestos cenderung ringan sehingga
mudah menempel di pelek mengakibatkan susah dibersihkan . Mulai tahun
1995 penggunaan asbes di negara-negara maju (khususnya Eropa) tidak
diperkenankan lagi karena sangat membahayakan kesehatan terutama
kesehatan pernapasan, dimana asbes ini bersifat karsinogenik yang
dituding sebagai penyebab kanker paru-paru.
Sebagai ganti penggunaan bahan asbes dalam pembuatan kampas
rem, kemudian digunakanlah bahan ganti seperti penggunaan brass, coper
fiber, dan aramid pulp. Kampas rem non asbestos ini lebih tahan panas,
yang mampu bertahan sampai suhu 360o celcius dan debu yang dihasilkan
cenderung berat sehingga tidak menempel di velg dan mudah dibersihkan.
19
Kampas rem non asbestos terbagi menjadi 2, yaitu low steel yang masih
menggunakan sedikit besi dan non steel yang tidak menggunakan besi.
Pada umumnya bahan kampas non asbestos memiliki lebih dari satu jenis
serat, bahkan sampai 4-5 jenis serat. Bahan-bahan yang umumnya
digunakan
untuk
kampas
rem
non
asbestos
yaitu
dari
aramyd/kevlar/twaron, rockwool, fiberglass.
5. Bahan dan Proses Pembuatan Kampas Rem
a. Serbuk Tempurung Kelapa
Gambar 2.8. Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa merupakan bahan serat alami yang akan
digunakan sebagai alternatif serat penguat bahan gesek yang
mempunyai daya serap air yang rendah (kering). Hal ini disebabkan
karena tempurung kelapa bersifat keras dan memiliki nilai kerapatan
yang tinggi serta daya serap air yang rendah. Struktur yang keras
disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada
tempurung kelapa tersebut. Berat dan tebal tempurung kelapa sangat
ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Berat tempurung kelapa ini
sekitar 15-19 % dari berat keseluruhan buah kelapa, sedangkan
ketebalannya 3-5 mm. Komposisi atau kandungan zat yang terdapat
dalam tempurung kelapa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
20
Tabel 2.1. Komposisi Tempurung Kelapa
Presentase (%)
Komposisi
Lignin
Pentosan
Selulosa
Air
Solvent Ekstraktif
Uronant Anhidrant
Abu
Nitrogen
29,40
27,70
26,60
8,00
4,20
3,50
0,60
0,10
(Sumber : Ibnusantoso, G., 2001)
Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai 8%, jika
dihitung berdasarkan berat kering atau setara dengan 12% dari berat
kelapa. Tempurung kelapa didapatkan dari limbah penjual sayuran,
kemudian dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air didalamnya
berkurang. Tempurung kelapa kemudian dibersihkan dan digerus
menggunakan gerinda potong dengan mata gerinda keramik hingga
mendapatkan
serbuk
tempurung
kelapa
kemudian
dilakukan
penyaringan dengan kuran 60 mesh. Hal ini dilakukan agar terjadi
homogenitas serbuk yang akan digunakan.
b. Serbuk Aluminium (Al)
Gambar 2.9. Serbuk Aluminium (Al)
21
Aluminium merupakan logam berwarna putih perak dan
tergolong ringan yang memiliki massa jenis 2,7 gram/cm3. Aluminium
ditemukan oleh Sir Humprey Davy pada tahun 1809 sebagai suatu
unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H.C. Oersted,
tahun 1825.
Aluminium merupakan logam yang paling banyak terdapat di
kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon.
Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak ± 8,07% hingga 8,23%
dari seluruh massa padat dari kerak bumi. Aluminium murni memiliki
sifat logam yang lunak, tahan lama, ringan dan dapat ditempa dengan
penampilan luar yang bervariasi antara keperakan higga abu-abu.
Aluminium murni tidak memiliki kandungan unsur apapun
selain alumunium itu sendiri sangatlah jarang ditemukan, hal ini
dikarenakan selalu ada pengotor yang terkandung didalamnya. Pengotor
yang mungkin berada didalamnya adalah gelembung gas didalam yang
masuk akibat proses peleburan dan pendinginan
ataupun proses
pengecoran yang kurang sempurna, material cetakan akibat kualitas
cetakan yang kurang baik atau pengotor lain dari kualitas bahan baku
yang tidak baik (proses daur ulang aluminium). Adapun sifat-sifat dari
logam aluminium adalah sebagai berikut :
1) Berat jenisnya ringan (2,7 gram/cm3).
2) Tahan terhadap korosi.
Sifat bahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya
lapisan aluminium oksida (Al2O3) pada permukaan aluminium
(fenomena pasivasi). Pasivasi adalah pembentukan lapisan
pelindung yang diakibatkan oleh reaksi logam terhadap komponen
udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam
dari korosi. Lapisan ini yang membuat aluminium tahan korosi dan
sekaligus sukar untuk dilakukan pengelasan, karena perbedaan
melting point.
22
3) Penghantar listrik dan panas yang baik, dimana daya hantarnya dua
kali lebih besar daripada Cu serta alumunium sendiri lebih dipilih
dijadikan kabel tiang listrik.
4) Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai
pembungkus makanan, obat dan rokok.
5) Kekuatannya rendah tetapi dengan pemaduan (alloying), maka
kekuatannya dapat ditingkatkan.
6) Paduan logam Al dengan logam yang lain akan menghasilkan
logam yang kuat seperti Duralium (campuran dari Al, Cu, Mg)
untuk pembuatan badan pesawat terbang.
7) Mudah difabrikasi/ditempa
Sifat lain yang menguntungkan dari aluminium adalah sangat
mudah difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan
apapun.
Beberapa penggunaan aluminium diantaranya adalah sektor
industri otomotif, pesawat terbang, industri makanan, pembuatan
perabotan rumah tangga, pembangunan rumah dan industri pengelasan.
Dalam penelitian kali ini, digunakan aluminium dalam bentuk
serbuk halus yang disaring menggunakan saringan 60 mesh. Hal ini
dilakukan agar serbuk yang didapat memiliki ukuran yang sama dan dapat
dijadikan sebagai matriks dari komposit kampas rem. Penyerbukan
dilakukan dengan menggerus batangan aluminium dengan mencekam
batangan aluminium kemudian dilakukan pengamplasan agar didapatkan
serbuk. Selain berperan sebagai matriks pengisi, serbuk aluminium juga
berperan sebagai bahan friksi yang berguna untuk menambah gaya gesek
yang ditimbulkan oleh kampas rem.
c. Resin Epoksi
Resin epoksi merupakan cairan organik dengan berat molekul
rendah yang mengandung gugus epoksida. Epoksida sendiri terdiri dari
satu oksigen dan dua atom karbon yang saling mengikat. Reaksi dari
23
epichlorohydrin dengan phenols atau aromatic amines membuat banyak
epoksi. Pengeras (hardener), pelunak (plasticizer), dan pengisi (filler)
juga ditambahkan untuk menghasilkan epoksi dengan berbagai macam
viskositas, impact, degradasi, dan lain-lain (Kaw, 2006).
Gambar 2.10. Resin Epoksi
Meskipun epoksi memiliki harga yang tergolong mahal daripada
matriks polimer lainnya, namun epoksi jenis polimer matrix composite
yang paling populer dipasaran. Lebih dari dua pertiga matriks polimer
yang digunakan dalam aplikasi industri pesawat terbang adalah epoksi.
Berikut merupakan sifat-sifat dari resin epoksi sebagai matriks polimer
yang digunakan :
1) Kekuatan yang dihasilkan tinggi.
2) Ketidakstabilan rendah.
3) Viskositas dan tingkat alirannya rendah, yang memungkinkan serat
terbasahi secara keseluruhan dan mencegah serat tidak tersusun
secara beraturan selama pemrosesan
4) Tingkat
penyusutan
komponen
rendah
yang
mengurangi
kecenderungan mendapatkan tegangan geser yang besar antara
ikatan epoksi dengan penguatnya.
5) Tersedia lebih dari 20 tingkatan untuk memenuhi sifat spesifik dan
kebutuhan pengolahan.
24
Dalam penelitian yang dilakukan untuk membuat kampas rem
komposit serbuk tempurung kelapa, menggunakan perbandingan
komposisi resin epoksi dengan epoksi hardener sebesar 1:1. Resin
epoksi dalam penelitian kali ini digunakan sebagai matrik/pengikat.
d. Proses Kompaksi
Proses kompaksi merupakan suatu proses pemampatan serbuk
sehingga serbuk akan saling melekat dan rongga udara antar partikel
akan terdorong keluar. Semakin besar tekanan kompaksi, maka jumlah
udara diantara partikel akan semakin sedikit, namun tidak mungkin
mencapai nol. Hasil dari proses kompaksi biasa disebut dengan green
body.
serbuk tersusun teratur
terjadi deformasi
penambahan tekanan
Gambar 2.11. Proses Kompaksi
(Sumber : Yudi Agus Sarwanto, 2010)
Kompaksi dapat dilakukan dengan satu arah sumbu, dua arah
sumbu atau dari segala arah. Kompaksi dua arah ini biasanya terjadi
pada
arah
yang
berlawanan.
Kebanyakan
proses
kompaksi
menggunakan penekanan (punch) atas dan bawah. Penekanan bawah
sekaligus berfungsi sebagai injector untuk mengeluarkan benda yang
dicetak. Permukaan dalam cetakan (dies) harus halus guna mengurangi
gesekan. Berdasarkan caranya, kompaksi dapat dibagi menjadi 2 cara,
yaitu :
25
1) Kompaksi dengan dipanaskan (Hot Compaction)
Proses kompaksi dengan dipanaskan merupakan proses kompaksi
pada dies dimana terdapat dua punch yaitu upper punch dan lower
punch yang berfungsi menekan campuran homogen serbuk di
dalam dies dan diberikan panas dengan temperatur tertentu saat
proses kompaksi berlangsung
Gambar 2.12. Metode Kompaksi Dengan Dipanaskan
(Sumber: Yudi Agus Sarwanto, 2010)
2) Kompaksi tanpa dipanaskan (Cold Compaction)
Kompaksi tanpa dipanaskan merupakan metode kompaksi yang
sebenarnya sama dengan kompaksi dengan dipanaskan terutama
pada punch dan dies yang digunakan, akan tetapi tidak diberikan
penambahan temperatur pada saat proses kompaksi berlangsung.
Gambar 2.13. Metode Kompaksi Tanpa Dipanaskan
(Sumber : Yudi Agus Sarwanto, 2010)
26
e. Proses Sintering
Sintering merupakan metode pembuatan material dari serbuk
dengan pemanasan sehingga terbentuk ikatan partikel pada suhu yang
tinggi. Sintering adalah pengikatan bersama antar partikel pada suhu
yang tinggi.Sintering dapat terjadi di bawah suhu leleh dengan
melibatkan transfer atomic pada kondisi padat.
Dalam proses sintering akan terjadi proses penggabungan antar
partikel, sehingga saling mengikat. Dengan adanya proses sintering
maka akan terjadi proses pergerakan partikel antar serbuk pada
permukaan serbuk. Sementara untuk terjadinya ikatan antar partikel
diperlukan pemilihan temperatur sinter. Pemilihan temperatur ini sangat
bergantung dari jenis material yang digunakan.
Gambar 2.14. Mekanisme Pemadatan Serbuk dengan Proses Sintering
(Sumber : Yudi Agus Sarwanto, 2010)
Keterangan :
(a) Ikatan partikel setelah proses kompaksi dan belum
dilakukan proses sintering, masih terlihat rapuh serta
ikatan mudah lepas.
(b) Ikatan partikel setelah proses sintering, ikatan antar
partikel yang lain menjadi satu dan tidak mudah lepas.
27
Peralatan yang paling penting dalam proses sintering adalah
dapur sinter. Dapur ini harus dapat mengatur temperatur, waktu
pemanasan, kecepatan pemanasan dan lingkungan dalamdapur itu
sendiri. Pemilihan dapur sinter bergantung pada penggunaannya. Secara
umum pemeliharaannya tergantung pada daerah kerja, ukuran dari
green body, atmosfer atau lingkungan yang diinginkan dan biaya
produksinya.
Ada dua tipe dapur sinter, yaitu dapur satuan (batch furnace)
dan dapur kontinyu (continous furnace). Batch furnace diisi material
yang akan di sintering lalu temperatur diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Sedangkan continous furnace dilengkapi dengan sabuk
yang terdiri dari jalinan kawat dimana diletakkannya green body. Sabuk
ini bergerak menuju area pemanasan, kemudian ke area pendingin.
Proses sinter pada continus furnace biasanya digunakan untuk
memproduksi komponen dalamjumlah banyak.
6. Prony Brake
Gambar 2.15. Mesin Prony Brake
a. Pengertian Prony Brake
Prony brake merupakan salah satu alat uji torsi dan daya. Prinsip
kerja prony brake adalah dengan melawan torsi yang dihasilkan dengan
suatu gaya pengereman. Besarnya gaya pengereman diukur dengan
menambahkan suatu lengan ayun, kemudian gaya pada ujung lengan ayun
28
diukur dengan timbangan (massa). Besarnya torsi didapat dari mengalikan
gaya pengereman dengan panjang lengan ayun (K.M. Jossy. 2011).
Besarnya torsi motor sama dengan besarnya gaya pengereman
dikalikan dengan panjang lengan ayun. Kampas rem berfungsi sebagai
bahan friksi yang menyerap energi kinetik maupun energi potensial pada
bagian yang bergerak (motor). Pada penelitian kali ini prony brake yang
digunakan merupakan hasil perakitan sendiri, dimana penulis dibantu
ketiga rekan melakukan perakitan. Proses perakitan dimulai dari
pembuatan rangka, pemasangan motor, pemasangan lengan ayun dan
pemasangan cakram sehingga didapatkan hasil prony brake yang siap
digunakan untuk pengujian.
b. Spesifikasi Mesin Prony Brake
Dalam penelitian ini, digunakan mesin prony brake yang telah
dirancang dan dibuat pada praktek konstruksi mesin sebelum penelitian
dilakukan. Mesin prony brake yang telah dirancang mempunyai
spesifikasi sebagai berikut:
1) Komponen penggeraknya adalah motor listrik berkekuatan 2 horse
power dengan putaran 2800 rpm yang putarannya ditransmisikan
melalui belt dan pulley.
2) Komponen pengereman menggunakan alat pengereman berupa
satu set rem cakram depan mobil (kaliper dan master) dari pabrikan
Honda Prestige Accord yang sudah berstandart SNI.
3) Komponen pengukuran massa berupa timbangan digital merk
dengan ketelitian 1 gram dan kapasitas maksimum 16000 gram.
4) Dimensi mesin 70 x 70 x 90 cm, dan panjang lengan ayun 53,5 cm
c. Rumus Prony Brake
Torsi atau usaha adalah hasil kali antara gaya berat yang dihasilkan
pada timbangan dikalikan dengan jarak antara titik tekan timbangan
29
dengan poros benda yang bergerak (panjang lengan). Dengan catatan
bahwa lengana ayun tidak ikut berputar.
w
Gambar 2.16. Skema Sistem Kerja Prony Brake
Keterangan :
T = Torsi (Nm)
m = gaya pada timbangan (kgf)
w = Gaya berat (N)
g = percepatan grafitasi bumi (m/s2)
L = Panjang lengan (m)
Fµ = Gaya efektif pengereman (N)
R = Jari-jari efektif pengereman (m) Fp = Gaya penekanan kampas rem (N)
Pe = Tekanan minyak rem (Pa)
D = Diameter piston besar (m)
µ = Koefisien gesek
Sumber : Teguh Arif Prabowo (2008)
Dari pernyataan berikut maka didapatkan rumus :
T = w x L .........................................................................................(1)
Gaya berat yang terukur pada timbangan (w)
Dimana, w = m x g ..........................................................................(2)
Untuk menghitung gaya efektf pengereman menggunakan persamaan berikut
ini:
30
T = Fµ x R ......................................................................................(3)
Dimana Fµ = T / R .........................................................................(4)
Untuk menghitung gaya yang menekan kampas rem menggunakan
persamaan, yaitu:
Fp = Pe x 0,785 x D2..................................................................(5)
Serta koefisien gesek didapatkan dari:
Fµ = µ x Fp .....................................................................................(6)
Dimana µ = Fµ / Fp ........................................................................(7)
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian tentang kampas rem berbahan komposit
dengan berbagai hasil yang digunakan penulis sebagai rujukan untuk
dilaksanakannya penelitian ini.
Sutikno (2009) melakukan penelitian tentang pembuatan bahan gesek
kampas rem menggunakan serbuk tempurung kelapa sebagai pemodifikasi gesek,
yang membuat variasi campuran serbuk tempurung kelapa, lalu diuji pada
kekerasan dan kekuatan tariknya. Pada penelitiannya melakukan variasi
pencampuran serbuk tempurung kelapa 5%-25%. Dalam laporannya menyatakan
bahwa penambahan serbuk tempurung kelapa dapat meningkatkan kekerasan dan
kekuatan tarik bahan geseknya. Tempurung kelapa dapat digunakan sebagai
pemodifikasi gesek pada kadar optimum 14.82% volume. Untuk meningkatkan
kekerasan dan kekuatan tarik bahan gesek tersebut masih dimungkinkan yaitu
dengan
cara
memodifikasi
komposisi
bahan
yang
lain
atau
dengan
mengoptimalisasi proses fabrikasinya. Pada penelitiannya belum dilakukan
pengujian koefisien gesek guna menentukan komposisi bahan penyusun yang
tepat.
Titus Sena Arief (2011) melakukan penelitian menggunakan serbuk
aluminium sisa daur ulang plastik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan membuat beberapa campuran komposisi kampas rem antara ampas
tebu, phenolic resin, barit, serbuk aluminium, dan arang. Dengan komposisi resin
sebesar 10, 20, dan 30%, komposisi barit 30, 35, dan 40%, dan komposisi ampas
31
tebu antara 15 sampai dengan 45%. Dilakukan pengujian kekerasan, keausan,
topografi permukaan, pengembangan ketebalan, dan uji koefisien gesek untuk
mengetahui karakteristik dari kampas rem yang dihasilkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar ampas tebu, kadar resin, dan kadar barit
mempengaruhi karakteristik dari kampas rem yang dihasilkan. Semakin tinggi
kadar ampas tebu akan mengurangi kekerasan, meningkatkan keausan,
pengembangan ketebalan, dan koefisien gesek kampas rem. Semakin tinggi kadar
resin
dan
barit
akan
meningkatkan
kekerasan,
mengurangi
keausan,
pengembangan ketebalan, dan koefisien gesek kampas rem. Berdasarkan
perhitungan ekonomi, dapat disimpulkan bahwa pembuatan industri kampas rem
berbahan dasar ampas tebu dan serbuk aluminium ini sangat layak untuk
dilakukan.
Santoso (2012) melakukan penelitian tentang pemanfaatan campuran
serbuk tempurung kelapa, aluminium sebagai material alternatif kampas rem
sepeda motor non asbestos yang bertitik pada komposisi dan dengan pengujian
kekerasan dan uji gesek atau keausan dari bahan kampas rem. Pada penelitiannya
menggunakan komposisi serbuk tempurung kelapa 20%, serbuk aluminium (Al)
40%, resin 40% memiliki angka yang paling mendekati dengan kampas rem
pembanding yaitu kampas rem non asbestos keluaran indoparts. Komposisi
serbuk tempurung kelapa 20%, serbuk aluminium (Al) 40%, resin 40% memiliki
angka keausan 0,071.10-7 mm2/kg. Komposisi serbuk tempurung kelapa 20%,
serbuk aluminium 40%, resin 40% memiliki angka kekerasan 16,8 kgf/mm2.
Disamping itu pada campuran 10% serbuk tempurung kelapa sampel yang
digunakan terlalu lunak dan campuran 50% serbuk tempurung kelapa sampelnya
terlalu keras sehingga dapat merusak piringan cakram. Jika dilihat dari struktur
makronya pada komposisi 20% dan 30% merupakan yang paling optimal
dibandingkan komposisi yang lain. Dalam laporannya menyatakan bahwa
semakin banyak komposisi serbuk tempurung kelapa dan semakin sedikit serbuk
aluminium (Al) maka nilai kekerasannya semakin tinggi sedangkan nilai
keausannya semakin rendah.
32
Hanung Fredianto (2015) melakukan penelitian lanjutan yang dilakukan
oleh Santoso (20120 dimana penelitian ini berupa pengujian kampas rem non
asbestos komposit serbuk tempurung kelapa yang membuat variasi campuran
komposisi serbuk tempurung kelapa, aluminium (Al) dan resin epoksi dengan
tujuan mencari komposisi bahan campuran yang mendekati performansi
pengereman dengan kampas rem pembanding yaitu kampas rem non asbestos
keluaran indoparts. Dalam penelitian ini menggunakan alat penguji performansi
pengereman berupa prony brake, di dalam laporannya dikatakan bahwa variasi
komposisi bahan kampas rem berpengaruh terhadap nilai performansi pengereman
dan komposisi paling optimal yang didapatkan adalah 30% serbuk tempurung
kelapa, 30% serbuk aluminium dan 40% resin epoksi dengan koefisien gesek
paling tinggi dibandingkan spesimen yang lain yaitu 0,489 serta komposisi
tersebut mendekati koefisien gesek kampas rem indoparts sebesar 0,378.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas maka penulis mencoba membuat
penelitian lanjutan bahan kampas rem yang terbuat dari serbuk tempurung kelapa
sebagai alternatif pengganti bahan serat dan serbuk aluminium sebagai matriks
serta polimer resin epoksi sebagai perekat antar matriksnya. Dengan
digunakannya beberapa komposisi penyusun bahan kampas rem yang sama
dengan penelitian Hanung Fredianto (2015) dengan mengganti subjek penelitian
kampas rem sepeda motor dengan kampas rem mobil, diharapkan akan ditemukan
hasil dari performansi pegereman yang sesuai atau mendekati standar yang sudah
ditentukan, sehingga dapat dijadikan alternatif penggunaan kampas rem bagi
penggunaan kendaraan khususnya mobil.
C. Kerangka Berfikir
Komposit merupakan kombinasi dari dua bahan atau lebih yang apabila
digabungkan secara mikroskopis akan didapat suatu material yang baru. Dengan
adanya penggabungan bahan dapat dihasilkan bahan yang memiliki sifat fisis
yang lebih baik serta merupakan penggabungan sifat-sifat bahan penyusunnya.
Salah satu unsur penyusun komposit adalah harus adanya serat/filler.
Serat/filler dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang menahan
33
beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung
dengan kekuatan pembentuknya. Serat/filler ini juga yang menentukan
karakteristik komposit seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik
lainnya.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen komposit kampas rem,
unsur penyusun komposit kampas rem selain serat juga ada unsur pengisi dan
pengikat. Serat/filler yang digunakan dalam komposit kampas rem ini di dapat
dari serat alam yaitu serbuk tempurung kelapa kemudian untuk pengisi digunakan
aluminium (Al) yang berfungsi sebagai zat abrasif, dan pengikat digunakan
polimer resin epoksi. Untuk serbuk tempurung kelapa dan aluminium (Al) yang
akan digunakan adalah serbuk yang sudah diayak dengan ukuran 60 mesh. Setelah
proses
pengayakan
dilakukan,
selanjutnya
melakukan
penimbangan,
pencampuran, lalu dicetak dan dikompaksi dengan tekanan 5000 kg selama 15
menit. Setelah dikompaksi langkah selanjutnya memasukkan spesimen ke dalam
oven untuk proses sintering dengan suhu 180oC selama 30 menit.
Variasi pada penelitian ini dengan mengubah variasi serbuk tempurung
kelapa dan serbuk Aluminium sedangkan resin dibuat tetap yaitu 40%. Serbuk
tempurung kelapa divariasikan 20%, 30%, 40% dan serbuk aluminium 40%, 30%,
20% seperti tabel berikut :
Tabel 2.2. Variasi Komposisi
Resin Epoksi
40%
Serbuk Tempurung Kelapa
Serbuk Aluminium
20%
40%
30%
30%
40%
20%
34
Gambar 2.17. Kerangka Berfikir
Keterangan :
X
: Variasi komposisi kampas rem
X1
: Komposisi I (Serbuk tempurung kelapa 20%)
X2
: Komposisi II (Serbuk tempurung kelapa 30%)
X3
: Komposisi III (Serbuk tempurung kelapa 40%)
Y
: Nilai Koefisien Gesek
Bahan serat pengisi dan pengikat memiliki karakteristik yang berbeda.
Sehingga dengan melakukan variasi komposisi bahan kampas rem akan di
dapatkan hasil yang berbeda-beda. Dari hasil tersebut diharapkan didapat kampas
rem yang optimal. Setelah dilakukannya penelitian ini, maka hasil dari penelitian
ini akan disusun dan dapat dijadikan untuk referensi tambahan untuk penelitian
yang relevan terkait komposit kampas rem non asbestos berbahan serat alam.
D. Hipotesis Penelitian
Meninjau dari rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki hipotesis
dari penelitian ini, yang diantaranya:
1. Terdapat pengaruh variasi komposisi kampas rem non asbestos berbahan
serbuk tempurung kelapa terhadap besar performansi pengereman yang
dihasilkan.
2. Terdapat komposisi campuran pada variasi komposisi kampas rem non
asbestos berbahan serbuk tempurung kelapa yang diduga mempunyai
performansi pengereman yang mendekati nilai standar dari kampas rem
nissin.
Download