Halaman 1/1 Kehadiran Dana Moneter Internasional (IMF) di Indonesia tak bermanfaat. IMF hanya menyebabkan makin menggunungnya volume hutang luar negeri Indonesia serta menambah rumitnya proses pengambilan keputusan ekonomi oleh pemerintah â ¬SIMF itu boleh dikatakan sama sekali tak bermanfaat bagi percepa¬tan pemulihan ekonomi. Kurs Rupiah justru tambah merosot terhadap mata uang asing,â ¬• ujar Willy Aditya Mahasiswa Pasca Sarjana Defence Management ITB (Institut Teknolo¬gi Bandung) itu mengungkapkan hal tersebut dalam seminar yang digelar Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) di aula gedung B, Universitas Bung Hatta, Senin (18/9) Dalam makalah yang berjudul 'IMF: Alat Imperialisme!' tersebut, Willy lebih jauh menjelaskan, IMF hadir di negara-negara yang mengalami krisis ekonomi dengan dana segar, namun membawa segepok syarat-syarat ( conditionalities) Mulai dari Structural Adjustments Programmes (SAPs) atau Program Penyesuaian Struktur yang diadopsi oleh ratusan negara penghu¬tang, termasuk Indonesia. â ¬SPerlahan-lahan Indonesia dan ratusan negara penghutang lainnya masuk dalam jerat kepentingan IMF dan Bank Dunia,â ¬• ujar Willy Kebijakan IMF, menurut Willy sangat tertutup, jauh berbeda dengan isu yang dipakai dalam mencairkan utang, misalnya transparansi, korupsi dan sebagainya. Publik hanya bisa mengakses kasus per kasus. Lantaran IMF banyak dikendalikan IMF, maka kebijakan dana moneter ini sering disebut 'Kesepakatan Washington' Hasil 'Kesepakatan Washington' ini, tak lain menuai kesengsaraan dan kegagalan di banyak negara. Penelitian di sembilan negara miskin membuktikan kegagalan agenda IMF, bahkan berakibat fatal bagi kehidupan rakyat di negara-negara miskin. (Sumber: 010.hariansinggalang.co.id) http://bunghatta.ac.id/berita/177/imf-seperti-rentenir.html