PERANAN GURU PKn YANG TERSERTIFIKASI

advertisement
PERANAN GURU PKn YANG TERSERTIFIKASI DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
DI SMA NEGERI 1 DRINGU KECAMATAN DRINGU
KABUPATEN PROBOLINGGO
CIVICS TEACHER ROLE IN IMPROVING QUALITY CERTIFIED
LEARNING IN SMA 1 DRINGU KECAMATAN DRINGU
KABUPATEN PROBOLINGGO
Nurkahfianto Kurniawan
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Adapun penelitian ini untuk mendeskripsikan (1)
upaya yang dilakukan oleh guru PKn tersertifikasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, (2) perencanaan pembelajaran
PKn yang dilaksanakan oleh guru yang tersertifikasi, (3)
pelaksanaan pembelajaran PKn oleh guru yang tersertifikasi. Untuk
mengumpulkan data peneliti menggunakan rancangan penelitian
deskriptif kualitatif, informan terdiri dari guru PKn yang sudah
tersertifikasi. Hasil penelitian dapat di deskripsikan sebagai berikut:
(1) upaya yang dilakukan oleh guru PKn tersertifikasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Dringu
adalah memperbanyak sumber belajar, meningkatkan keterampilan
penguasaan IT, memperluas jaringan pertemanan, dan mengikuti
workshop, seminar, diklat, dan kegiatan lain yang dapat
meningkatkan kualitas guru (2) perencanaan pembelajaran PKn
yang dilaksanakan oleh guru yang tersertifikasi di SMA Negeri 1
Dringu dengan menyusun RPP sebaik mungkin hingga dapa
menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Dalam RPP yang
baik terdapat kegiatan yang terstruktur dan sistematis serta
mencamtumkan model pembelajaran (3) pelaksanaan pembelajaran
PKn oleh guru yang tersertifikasi di SMA Negeri 1 Dringu, yakni
dengan merancang sendiri segala aktifitas pembelajaran
dilaksanakan.
Kata Kunci: Peranan, Guru yang Tersertifikasi, Kualitas
Pembelajaran.
ABSTRACT: The study was to describe (1) the efforts made by certified
Civics teachers to improve the quality of learning, (2) civics lesson
planning conducted by certified teachers, (3) the implementation of civics
lessons by certified teachers. To collect the data the researcher used
descriptive qualitative research design, informants consisted of teachers
who are certified Civics. The results can be described as follows: (1) the
efforts made by certified Civics teachers to improve the quality of learning
in SMA Negeri 1 Dringu is to multiply the sources of learning, improving
IT governance skills, expand your network of friends, and participated in
workshops, seminars, training, and other activities that can improve the
quality of teachers (2) civics lesson planning conducted by certified
teachers in SMA Negeri 1 Dringu to prepare lesson plans as possible to
Dapa produce quality learning. In a good lesson that there is a structured
and systematic activities and mencamtumkan learning model (3) the
implementation of civics lessons by certified teachers in SMA Negeri 1
Dringu, by designing your own all learning activity undertaken.
Keywords: Roles, Master Certified, Quality Learning.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki andil yang sangat
besar untuk mengembangkan secara positif potensi yang dimiliki oleh peserta
didik. Proses pembelajaran di sekolah terletak di tangan guru, bagaimana
melaksanakan pembelajaran, penguasaan materi, komunikasi yang dilakukan
terhadap peserta didik, memberi motivasi belajar, dan menciptakan pembelajaran
yang kondusif, agar dapat melakukan proses pembelajaran dengan baik dan benar,
guru diwajibkan menjadi tenaga pendidik yang profesional. Sebagai upaya
meningkatkan kualitas guru, pemerintah Indonesia melalui Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan program sertifikasi guru dalam
jabatan sejak tahun 2007. Menurut Mulyasa (2007), Sertifikasi guru merupakan
proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh
pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.
Hakikatnya, sertifikasi guru adalah mendapatkan guru yang baik dan profesional,
yang berkompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah, khususnya
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Mulyasa (2007: 11) mengemukakan
bahwa untuk menjadi seorang guru profesional, haruslah dituntut memiliki lima
hal sebagai berikut: (1) mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses
pembelajaran, (2) senguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang akan
diajakan serta cara mengajar kepada peserta didik, (3) bertanggung jawab
memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi, (4) sampu
berpikir sistematis tentang apa yang akan dilakukannya dan belajar dari
pengalaman, dan (5) seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya. Guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai
bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik,
memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia
pendidikan tetapi harus memiliki pemahaman mendalam tentang hakikat manusia
dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja
guru, serta loyalitas terhadap profesi pendidikan. Demikian halnya dengan
pembelajaran, guru harus mampu mengembangkan budaya dan iklim organisasi
pembelajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga
menyenangkan peserta didik. Tidak hanya menjelaskan berbagai hal tentang
watak atau karakter bangsa tapi seorang guru PKn yang tersertifikasi juga harus
memiliki kompetensi dalam meningkatkan pembelajaran yang ada di kelas.
Menurut Tukiman (2013) beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru
Pendidikan Kewarganegaraan adalah : (a) memahami materi, struktur, konsep,
dan pola pikiri keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, (b) memahami substansi pendidikan Kewarganegaraan yang
meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap
kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic
skill), dan (c) menunjukan manfaat mata pelajaran Pendidikan kewarga negaraan.
Seorang guru PKn yang sudah tersertifikasi tidak cukup dengan menguasai
kompetensi tersebut, tapi seorang guru PKn juga harus mengayomi peserta didik,
menjadi contoh atau teladan bagi peserta didik serta selalu mendorong peserta
didik untuk menjadi lebih baik dan maju. Berdasarkan pengamatan peneliti pada
SMA Negeri 1 Dringu, terdapat beberapa guru PKn yang sudah tersertifikasi.
Maka, peneliti sebagai seorang mahasiswa Hukum dan Kewarganegaraan ingin
meneliti sejauh mana guru PKn yang tersertifikasi dalam meningkatkan kualiatas
pembelajaran dikelas melalui upaya untuk meningkatkan kualitas belajar peserta
didik, membuat perencanaan pembelajaran yang baik dan pelaksanaan
pembelajaran yang inovatif dan disukai peserta didik. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut dengan mengambil judul:
“Peranan Guru Pkn Yang Tersertifikasi Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran di SMA Negeri 1 Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten
Probolinggo”.
METODE
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan di SMA Negeri 1 Dringu
Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan
(1) upaya yang dilakukan oleh guru PKn tersertifikasi untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran adalah memperbanyak sumber belajar, meningkatkan
keterampilan penguasaan IT, memperluas jaringan pertemanan, dan mengikuti
workshop, seminar, diklat, dan kegiatan lain yang dapat meningkatkan kualitas
guru (2) perencanaan pembelajaran PKn yang dilaksanakan oleh guru yang
tersertifikasi dengan menyusun RPP sebaik mungkin hingga dapa menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas. Dalam RPP yang baik terdapat kegiatan yang
terstruktur dan sistematis serta mencamtumkan model pembelajaran (3)
pelaksanaan pembelajaran PKn oleh guru yang tersertifikasi, yakni dengan
merancang sendiri segala aktifitas pembelajaran, guru membuat dan
memfikirkankan dengan kemampuan sendiri tanpa meniru atau menjiplak rencana
pelaksanaan pembelajaran dari guru sekolah lain maupun mengcopy dari hasil
mengunduh di internet, guru tidak bisa menjiplak karena situasi kondisi
lingkungan dan kemampuan peserta didik di setiap sekolah berbeda. Oleh karena
itu dalam merencanakan pembelajaran guru harus mempersiapkan perangkat yang
akan dilaksanakan dalam perencanaan pembelajaran, antara lain yaitu memahami
kurikulum, menguasai bahan ajar, menyusun program pengajaran; melaksanakan
program pengajaran, dan menilai program pengajaran dan hasil proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan. Peneliti secara langsung memberikan
pendekatan kepada subjek yang akan diteliti. Dengan menggunakan cara tersebut
peneliti bisa memperoleh data secara langsung dari informan. Lokasi penelitian di
SMA Negeri 1 Dringu Kabupaten Probolinggo sebagai lokasi penelitian. Sebagai
Sebagai fokus subjek penelitian, peneliti meneliti guru PKn yang tersertifikasi di
SMA Negeri 1 Dringu. Peneliti tertarik karena SMA Negeri 1 Dringu merupakan
salah satu sekolah terbaik di Kabupaten probolinggo, sarana dan prasarana yang
dimiliki lengkap, serta kemampuan guru dalam mengajar telah dinilai bagus.
Peneliti memperoleh data dari : Guru Pkn yang telah tersertifikasi, Kepala
sekolah, peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada saat proses
pembelajaran PKn di SMAN 1 Dringu. peneliti juga mendapatkan data berupa
dokumen antara lain : Peneliti memperoleh bahan pustaka, seperti artikel, data
pribadi, dan buku-buku yang menunjang penelitian. Dalam hal ini peneliti
mendapatkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, Prota, Promes, KKM,
Artikel sekolah, dll). Dalam penelitian ini peneliti merangkum atau memilih halhal pokok dari data-data yang diperoleh sehingga memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data
selanjutnya kemudian Peneliti menceritakan fokus penelitian berdasarkan datadata yang diperoleh yang sudah di reduksi agar semakin mudah untuk dipahami,
dan kemudian Peneliti menyimpulkan kesimpulan berdasarkan data-data yang
diperoleh dengan bukti-bukti yang mendukung. Dalam penelitian kualitatif,
temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti, dan akhirmya peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa
akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dalam hal ini peneliti juga
menggunakan triangulasi sumber dimana peneliti membandingkan hasil data dari
kepala sekolah, guru dan murid. Peneliti juga menggunakan triangulasi tehnik
dimana peneliti membandingkan data dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan foto-foto untuk mendukung
bahwa peneliti melakukan interaksi dan foto-foto tersebut diharapkan dapat
mendukung data dari hasil penelitian atau penelitian secara nyata dalam “Peranan
Guru Pkn Yang Tersertifikasi Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di
SMA Negeri 1 Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Upaya yang dilakukan oleh guru PKn tersertifikasi untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Beberapa upaya guru PKn yang tersertifikasi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran, yang pertama adalah dengan memperbanyak sumber belajar. Dalam
meningkatkan pembelajaran guru yang tersertifikasi harus berwawasan luas.
Seperti dengan cara membaca buku sebanyak-banyaknya, dan tidak lagi terpaku
pada satu sumber belajar yaitu LKS. Hal tersebut dilakukan agar bisa menambah
sumber belajar, memperluas pengetahuan dan pemahaman terhadap materi yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Kedua, meningkatkan ketrampilan
penguasaan IT. Seorang guru profesional dan tersertifikasi harus dapat menguasai
dan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, seperti memanfaatkan
perkembangan teknologi yang ada yaitu internet. Di internet dapat ditemukan
berbagai macam hal-hal baru, berita yang sedang update, materi-materi yang
dipublikasikan dalam bentuk blog maupun PDF, serta film-film yang dapat
digunakan sebagai sumber belajar. Hal ini hampir senada dengan pendapat
Oetomo (2007: 12), internet menawarkan berbagai manfaat dalam bidang
pendidikan, antara lain: kemampuan dan kecepatan dalam komunikasi;
ketersediaan informasi yang up to date; adanya fasilitas untuk membentuk dan
melangsungkan diskusi kelompok sehingga akan mendorong peningkatan
intensitas kajian iptek; melalui Web pendidikan proses belajar dapat dilakukan
secara dinamis, tidak tergantung waktu dan ruang pertemuan. Dengan demikian
internet sudah menjadi media yang bisa diambil manfaatnya bagi bidang
pendidikan. Adanya media internet mempunyai manfaat dalam berkomunikasi,
informasi terbaru, peningkatan iptek, dan lain-lain. Hal tersebut sangat menunjang
berjalannya proses pendidikan. Ketiga, memperluas jaringan pertemanan.
Memperbanyak teman sesama guru perlu dilakukan, karena pada saat terjadi
kesulitan dalam mengajar atau sedang tidak mengetahui informasi terbaru teman
merupakan orang yang bisa membantu dan dapat diajak bertukar pikiran.
Keempat, yaitu mengikuti workshop, seminar, diklat, dan lain-lain. Selain
mengikuti MGMP, mengikuti workshop dan pelatihan sangat diperlukan karena
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan guru. Hal tesebut selaras dengan
pendapat Mulyasa (2007: 156), untuk memperoleh hasil yang optimal dituntut
untuk tidak mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi harus mampu
dan mau menelurusi berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan. Dengan
demikian guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber
pembelajaran yang ada di sekolah tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai
sumber lainnya, seperti memperbanyak sumber belajar, meningkatkan
ketrampilan penguasaan IT, memperluas jaringan pertemanan, dan mengikuti
kegiatan workshop, seminar dan pelatihan-pelatihan. Hal ini tentu penting agar
guru bisa meningkatkan pengetahuan dalam segala kebutuhan pembelajaran di
kelas. Upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut dapat
dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar,
sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang diperlukan.
Perencanaan Pembelajaran PKn yang Dilaksanakan Oleh Guru yang
tersertifikasi di SMAN 1 Dringu.
Perencanaan proses pembelajaran di kelas selalu diawali dengan membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP dibuat untuk menunjang kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. RPP berfungsi sebagai pedoman guru
pada saat melakukan kegiatan pembelajaran, memuat tentang kegiatan awal
pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan akhir pembelajaran. Serta
memuat tentang metode dan bahan ajar yang akan diberikan pada peserta didik.
Dalam menyusun RPP guru dapat memasukan tiga aspek (kognitif, afektif,
pskiomotori). Lingkup dalam RPP tersebut dapat memuat 1 pertemuan atau lebih,
yang artinya dalam setiap pembuatan rencana pembelajaran, guru bisa membuat
RPP tersebut hanya berlaku satu kali pertemuan yang berlangsung selama kurang
lebih dua jam pelajaran dengan mencamtumkan satu kompetensi dasar pada setiap
RPP. Tetapi guru juga bisa melakukan pengembangan dengan membuat RPP
tersebut berlaku dalam dua sampai tiga kali pertemuan tergantung pada seberapa
kreatif guru dalam menyusun proses pembelajran yang aktif dan menarik.Guru
mencantumkan model dan pendekatan strategi pembelajaran dalam RPP. Model
pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Khas berarti dalam proses
pembelajaran tersebut guru dalam menjelaskan materi memiliki ciri khusus yang
menjadikan peserta didik lebih memahami pembelajaran atau bahkan bisa
menyebabkan peserta didik tidak mengerti sama sekali. Untuk menghindari hal
tersebut guru perlu memperhatiakn kondisi dan kemampuan peserta didik dalam
menangkap pelajaran agar penggunaan model menjadi efektif. RPP berisi
kegiatan-kegiatan yang terstruktur dan sistematis. Dimulai dengan pengucapaan
salam diawal pertemuan, melakukan absensi, pembagian waktu dalam
menyampaikan materi, memberikan waktu pada peserta didik untuk mengerjakan
tugas, mengoreksi hingga membahas bersama dan melakukan evaluasi. Hal
tersebut harus direncanakan secara terstruktur dan benar, jika terjadi kesalahan
dalam penempatan urutan ataupun waktu pelaksanaan maka dapat dipastikan
proses pembelajaran akan terganggu dan menjadikan kondisi kelas yang gaduh
dan peserta didik tidak memperhatikan pelajaran. Terdapat langkah-langkah awal,
inti, akhir serta disertakan jenis penilaiannya. Hal ini berkaitan dengan poin
keempat yang menyebutkan bahwa kegiatan harus terstruktur dan sistematis.
Kegiatan awal, inti, dan akhir harus disusun secara struktur dan sistematis agar
setiap tahap penyampaian materi oleh guru dapat dimengerti oleh peserta didik.
Hal ini senada dengan pendapat Mulyasa (2007 : 102) menjelaskan bahwa
rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu sistem, yang
terdiri atas komponen yang berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan
memuat langkah-langkah pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan kompetensi.
Dengan demikian Inti dari perencanaan pembelajaran adalah proses memilih,
menetapkan dan mengembangkan, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran,
menawarkan bahan ajar, menyediakan pengalaman belajar yang bermakna, serta
mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran dalam mencapai hasil
pembelajarannya. Perencanaan pembelajaran merupakan pengambilan keputusan
yang diwujudkan dalam penyusunan langkah-langkah untuk pencapaian tujuan
pembelajaran agar peserta didik memiliki pengalaman belajar yang berarti. Dalam
proses perencanaan pembelajaran di SMA Negeri 1 Dringu, faktor yang paling
diperhatikan adalah kondisi peserta didik, karena dengan mengetahui kondisi dan
situasi peserta didik guru dapat mengetahui titik awal dimana guru harus
mengawali pembelajaran, dan memberikan memberikan pemahaman yang lebih
terhadap suatu materi yang kurang bisa dipahami oleh peserta didik dan dapat
menentukan metode apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran nanti.
Di SMA Negeri 1 Dringu, kondisi peserta didik rata-rata memiliki kemampuan
yang sama dalam menyerap materi yang diberikan guru, tetapi terdapat beberapa
peserta didik yang memiliki kemampuan lebih baik dalam menyerap pelajaran.
Setelah mengetahui secara umum kondisi pesera didik di SMA Negeri 1 Dringu,
RPP dibuat sesuai dengan kondisi yang terjadi di sekolah. Dalam membuat RPP
dikerjakan dengan kemampuan sendiri tanpa harus mencontoh kepada hasil dari
pengerjaan yang dilakukan oleh guru yang lain. Tentu saja masih ada guru yang
hanya bergantung pada contoh yang diperoleh dari orang lain dan kemudian
menirunya dengan tidak memperbaiki hal yang perlu ditambahkan atau dikurangi
yang sekiranya cocok dengan kondisi peserta didik di sekolah, karena orang yang
paling tahu dengan kondisi peserta didik di sekolah adala guru itu sendiri. Dalam
mengerjakan RPP, guru sering dibuat bingung dengan format RPP yang akan
dirancang, oleh sebab itu lebih baik guru mementingkan substansi yang ada dalam
RPP dibandingkan dengan lebih mementingkan formatnya, hal tersebut dapat
berakibat menyebabkan frustasi pada seorang guru karena dalam mengerjakan
RPP kemampuan guru untuk memahami bagaimana RPP yang baik dan benar itu
berbeda-beda. Dalam setiap proses pembelajaran terdapat berbagai metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Pada
RPP yang dirancang oleh Ibu Sri Sulastri, beliau menggunakan metode diskusi
dan ceramah bervariasi. Metode diskusi digunakan karena metode tersebut cocok
dengan kondisi peserta didik yang ada di SMA Negeri 1 Dringu. Selain itu,
metode diskusi juga dapat dipakai untuk mengurangi resiko kehilangan
konsentrasi belajar peserta didik yang dapat berakibat pada kondisi kelas yang
tenang menjadi gaduh. Dalam melaksanakan metode diskusi beliau memakai
Liquid Crystal Display (LCD) sebagai media dalam menyampaikan materi
ataupun hasil dari diskusi tersebut. Pada proses pembelajaran dengan metode
ceramah bervariasi, beliau menjelaskan materi menggunakan LCD karena
dianggap lebih mudah dalam menyampaikan materi dan sebagai bagian dari
keterbukaan guru dalam mengikuti perkembangan teknologi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan materi kepada pserta
didik , tetapi memberikan kemudahan belajar agar peserta didik bisa lebih baik
dalam memahami setiap materi yang diberikan. Hal ini hampir senada dengan
pendapat Mulyasa (2007: 53) yang menyatakan bahwa, tugas guru tidak hanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator
yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada
seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasanan yang
menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa metode
pembelajaran diskusi dan ceramah bervariasi dengan penggunaan media LCD
mampu memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik di SMA Negeri 1
Dringu, seperti lebih mudah memahami materi dan lebih mudah mencatat materi
yang disampaikan oleh guru. Dengan penyediaan media LCD, guru dinilai tidak
hanya cukup dengan pemberi materi pembelajaran tapi juga sebagai penyedia
fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
tentunya untuk menunjang proses pembelajaran di kelas.
Pelaksanaan Pembelajaran PKn Oleh Guru yang Tersertifikasi di SMAN 1
Dringu.
Pelaksanaan proses pembelajaran PKn oleh guru yang tersertifikasi di
SMAN 1 Dringu dimulai dengan kegiatan awal pembelajaran yaitu doa bersama
yang dilaksanakan oleh guru besama peserta didik di kelas. Setelah melaksanakan
doa, guru mulai mempersiapan pembelajaran dengan mengabsen peserta didik
untuk mengetahui jumlah peserta didik yang mengikuti kegiatan dan jumlah
peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan pembelajara. Kemudian kegiatan
dilanjutkan dengan memberikan motifasi dan pretest tentang tatap muka yang
dilakukan pada minggu yang lalu, pretest diberikan kepada peserta didik untuk
mengetahui sejauh mana kesiapan dan pemahaman peserta didik terhadap materi
sebelumnya, agar ketika guru melanjutkan materi peserta didik dapat dengan
mudah memahami materi yang diberikan oleh guru. Setelah guru memberikan
motifasi dan pretest, kemudian guru melaksanakan kegiatan inti pembelajaran.
Terdapat tiga proses pembelajaran dalam kegiatan inti, yang pertama ialah
eksplorasi. Kegitan ekplorasi meliputi memberikan pemahaman materi yang
sedang dibahas di kelas. Dalam kegiatan eksplorasi guru memberikan
pemahaman dengan berbagai cara, selain menjelaskan guru juga memberikan
sebuah pertanyaan kepada peserta didik yang bertujuan mengetahui sejauh mana
pengertian dasar tentang materi yang sedang dibahas. Setelah kegiatan eksplorasi
dilaksanakan, guru melanjutkan kegiatan inti yang kedua, yaitu elaborasi. Dalam
kegiatan elaborasi guru melaksanakan sebuah metode agar kegiatan pembelajarn
tidak membosankan dan juga para peserta didik dapat ikut aktif dalam
pembelajaran. Guru pkn di SMA Negeri 1 Dringu menggunakan metode diskusi,
guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, kemudian guru
memberikan suatu pokok bahasan untuk didiskusikan dalam kelompok tersebut.
Setelah selesai melaksanakan diskusi siswa diwajibkan mempresentasikan hasil
diskusi yang dilaksanakan di depan kelas secara bergantian dengan kelompok
lain. Kemudian kelompok lain menanggapi dan melakukan tanya jawab tentang
hasil diskusi dari kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. Kegiatan yang
ketiga adalah konfirmasi, dalam kegiatan konfirmasi guru mengkonfirmasi
mengenai hasil diskusi yang dirasa masih kurang menjelaskan tentang suatu
pokok pembahasan. Kemudian bersama dengan peserta didik melakukan
pembahasan ulang tentang hasil diskusi yang kurang dimengerti oleh peserta didik
terkait dengan materi yang disampaikan. Kegiatan pembelajaran kemudian ditutup
dengan membuat kesimpulan hasil belajar yang dilakukan guru bersama peserta
didik tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk mengetahui
daya serap peserta didik terhadap materi yang disampaikan guru memberikan post
test dan tugas rumah berupa pengerjaan LKS. Hal ini sesuai dengan pendapat
Zarkasi (2009: 77) tentang metode diskusi yang merupakan sebuah proses tukar
menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas, lebih teliti
tentang sesuatu atau mempersiapkan dan menyelesaikan kesimpulan/ pernyataan/
keputusan. Hal tersebut juga senada dengan pendapat Suryosubroto (2002: 179)
yang menjelaskan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa)
untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
Jadi, penggunaan metode diskusi pada pembelajaran di SMA Negeri 1 Dringu
bisa berlangsung efektif dikarenakan peserta didik yang selalu dituntut aktif dalam
setiap kegiatan. Adanya kegiatan diskusi, presentasi, dan tanya jawab hal tersebut
menunjang peseta didik lebih bisa memahami materi dengan mudah. Oleh sebab
itu penggunaan metode diskusi oleh guru PKn yang tersertifikasi di SMA Negeri
1 Dringu dinalai cukup efektif.
SARAN
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang diajukan sebagai berikut. Untuk
mengetahui proses pembelajaran di sekolah-sekolah agar bisa menjadi bekal
ketika menduduki profesi guru Seyogyanya calon guru harus lebih banyak turun
ke lapangan. Agar siswa bisa tertarik untuk aktif dalam proses pembelajaran
seyogyanya guru hendaknya melakukan inovasi dalam melakukan pembelajaran.
Dalam melakukan pembelajaran dalam perkembangan teknologi saat ini
seyogyanya guru bisa menyesesuaikan diri dengan perubahan jaman dan
teknologi. Agar budaya bertanya dan menghargai keanekaragaman cara belajar
siswa di kelas agar siswa menjadi kritis dan merasa nyaman seyogyanya guru
dapat mengkreasi pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Oetomo, B. S. D. 2007. E-Education konsep, teknologi, dan aplikasi internet
pendidikan. Yogyakarta: Penerbi ANDI Yogyakarta.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Tukiman, 2013. Profesionalisme guru pendidikan kewarganegaraan dan
peranannya dalam membangun kesadaran berkonstitusi. (online)
http://tukimanpu.blogspot.com/2013/02/profesionalisme-guru-pendidikan.html,
diakses 20 februari 2013
Zarkasi, Firdaus. M. 2009. Belajar cepat dengan diskusi. Malang : INDAH
Surabaya.
Download