BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Organisasi Nirlaba
Menurut Jeff Madura (2007) organisasi nirlaba (nonprofit organization) adalah
organisasi yang melayani tujuan tertentu dan tidak dimaksudkan untuk mencari laba.
Ketika pendapatan malampaui bebannya di periode tertentu, laba tersebut diinvestasikan
kembali di organisasi tersebut.
II.2
Konsep Sektor Publik
II.2.1 Pengertian Sektor Publik
Secara sederhana, sektor publik (public sector) dapat diartikan sebagai sektor
pelayanan yang menyediakan barang/jasa bagi masyarakat umum dengan sumber dana
yang berasal dari pajak dan penerimaan negara lainnya, di mana kegiatannya banyak
diatur dengan ketentuan atau peraturan.
Manurut Broadbent dan Guthrie (1992) sektor publik diidentifikasikan dari segi
kegiatan (aktivitas) dan segi kepemilikan. Dilihat dari segi kegiatan (aktivitas), sektor
publik adalah keseluruhan kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah, baik dari hasil
pungutan pajak maupun penerimaan negara lain-lain, termasuk yang bersumber dari
utang. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah penyediaan pelayanan yang bersifat
monopolistic, yang dipandang sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat. Dilihat dari
8
segi kepemilikan, sektor publik adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh umum atau
masyarakat, bukan oleh pemegang saham atau sekelompok orang.
Peter Drucker (1975) dalam Malan, et al. (1984) memberikan cara yang lebih
mudah untuk membedakan antara organisasi pelayanan (service institution) dengan
organisasi bisnis (business enterprise) sebagai berikut.
“The one basis difference between a service institution and a business in the way
the service institution is paid. Business … are paid only when they produce what
costumer wants andwhat he is willing to exchange his purchasing power of …
service institution, by contrast, are typically paid out of a budget allocation …
their revenues are allocated from a general revenue stream which is not tied to
what they are doing, but obtained by tax, levy, or tribute.”
[“Suatu perbedaan mendasar antara organisasi pelayanan dan organisasi bisnis
adalah dalam hal memperoleh pembayaran. Organisasi bisnis… memperoleh
pembayaran ketika mereka memproduksi barang yang diinginkan konsumen dan
yang bersedia ditukarkan konsumen dengan daya belinya… Sebaliknya,
organisasi pelayanan pada umumnya memperoleh dana dari segi alokasi
anggaran… Pendapatan mereka dialokasikan dari bagian pendapatan umum yang
tidak terikat dengan apa yang mereka kerjakan, melainkan diperoleh dari pajak,
retribusi, atau hibah.”]
9
II.2.2 Produk Sektor Publik
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) tentang barang publik adalah :
Berdasarkan sudut pandang ekonomi, barang publik (public sector) adalah
barang dan jasa yang diadakan oleh sektor publik (pemerintah) untuk keperluan
masyarakat. Barang dan jasa ini harus diproduksi karena secara alamiah barang atau jasa
tersebut harus disediakan oleh negara dan/atau adanya kegagalan mekanisme pasar
(market failure) sehingga sektor privat tidak mau dan tidak mampu memproduksi barang
publik tersebut.
Terdapat dua sifat utama barang publik, yaitu nonexcludability dan nonrivalness
in consumption. Nonexcludability berarti bahwa barang tersebut dapat dinikmati oleh
semua orang tanpa mengorbankan kenikmatan orang lain. Sedangkan nonrivalness in
consumption berarti bahwa dalam menggunakan barang tersebut orang tidak perlu
bersaing untuk mendapatkannya.
II.3
Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) alasan yang mendasari pentingnya
pengukuran kinerja sektor publik terkait dengan tanggung jawabnya dalam memenuhi
akuntabilitas dan harapan masyarakat. Organisasi sektor publik bertangung jawab atas
penggunaan dana dan sumber daya dalam hal kesesuaiannya dengan prosedur, efisiensi,
dan ketercapaian tujuan. Pengukuran kinerja pada sektor publik memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut.
10
1. Menciptakan akuntabilitas publik. dengan melakukan pengukuran kinerja
akan diketahui apakah sumber daya digunakan secara ekonomis, efisien,
sesuai dengan peraturan, dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. Pengukuran kinerja
sangat penting untuk melihat apakah suatu organisasi berjalan sesuai dengan
yang direncanakan atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan.
3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya. Pengukuran kinerja akan
sangat membantu pencapaian tujuan organisasi dalam jangka panjang serta
membentuk upaya pencapaian budaya kerja yang lebih baik di masa
mendatang.
4. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. Dengan adanya pengukuran
atas kinerja pegawai, dapat diketahui apakah mereka telah bekerja dengan
baik atau sebaliknya. Pengukuran kinerja dapat menjadi media pembelajaran
bagi pegawai untuk meningkatkan kinerja di masa mendatang dengan melihat
cerminan kinerja di masa lalu dan evaluasi kinerja di masa sekarang.
5. Memotivasi pegawai. Pengukuran kinerja dapat dijadikan alat untuk
memotivasi pegawai dengan memberikan imbalan kepada pegawai yang
memiliki kinerja yang baik.
11
II.4
Badan Layanan Umum
II.4.1 Pengertian Badan Layanan Umum
Menurut Undang-undang RI Nomor 1 tahun 2004 pasal 1 tentang
Perbendaharaan Negara :
Badan Layanan Umum / BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
II.4.2 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum:
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 23 tahun 2005 pasal 1 ayat 2 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum :
Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU,
adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menetapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.
12
II.4.3 Tujuan Badan Layanan Umum
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 23 tahun 2005 pasal 2 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum :
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
II.5
Audit
II.5.1 Definisi Audit
Sejarahnya kata auditing berasal dari bahasa latin ”audite” yang berarti
mendengarkan dimaksudkan untuk menentukan kebenaran dari laporan keuangan
dengan mencari dan menemukan tindak kecurangan maupun kesalahan perhitungan.
Saat ini pengertian auditing lebih terarah kepada pemberian pendapat atas kewajiban
laporan keuangan dalam pemeriksaan laporan keuangan. Menurut Arens, Elder dan
Beasley (2010:4)
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.”
Menurut “Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American
Accounting Association” (Accounting review vol. 47) mendefinisikan auditing adalah :
13
“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan
derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya
serta
penyampaian
hasil-hasilnya
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan”.
II.5.2 Jenis-Jenis Audit
Menurut pendapat Bayangkara (2008), audit dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit laporan keuangan dilaksanakan oleh auditor eksternal yang bertujuan
untuk memeriksa dan menentukan laporan keuangan dari auditee telah sesuai
atau tidak dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Audit
laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti
manajemen, investor, kreditor dan pajak.
2. Audit ketaatan (compliance audit)
Audit ketaatan dilaksanakan oleh auditor eksternal maupun internal.
Pelaksanaan audit ketaatan bertujuan mendapatkan informasi untuk
memutuskan apakah kondisi, prosedur, dan peraturan atas entitas yang
diperiksa telah memenuhi tingkat kepatuhan yang ditetapkan oleh otoritas
yang berwenang. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dipublikasikan tetapi
ditujukan untuk manajemen perusahaan yang bersangkutan dan pemerintah.
14
3. Audit operasioanl (operational audit)
Pelaksanaan audit operasional dilakukan oleh auditor eksternal atau auditor
internal. Dalam audit opersional auditor diharapkan dapat menilai tingkat
keberhasilan manajemen dalam mengevaluasi penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif dan ekonomis. Laporan atas audit operasional ditujukan
kepada manajemen perusahaan maupun pihak-pihak yang terkait.
4. Audit internal (intern audit)
Audit internal dilaksanakan oleh auditor internal, yang bertujuan agar dapat
diketahui keandalan laporan keuangan, tingkat kepatuhan entitas terhadap
peraturan ataupun prosedur, pengendalian internal organisasi, penilaian
efisiensi dan efektivitas atas penggunaan sumber daya. Secara umum,
pelaksanaan audit internal merupakan kegiatan pemeriksaan menyeluruh
terhadap kegiatan internal suatu organisasi. Hal tersebut dilakukan karena
manajemen perusahaan ataupun pihak-pihak yang terkait membutuhkan
laporan tentang kinerja perusahaan.
II.6
Audit Sektor Publik
II.6.1 Pengertian Audit Sektor Publik
Mennurut I Gusti Agung Rai (2008) audit sektor publik adalah kegiatan yang
ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang
15
pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan
tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang
ditetapkan. Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara.
II.6.2 Karakteristik Audit Sektor Publik
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) ditinjau dari proses dan teknik audit, tidak
ada perbedaan mendasar anatara audit sektor publik dan sektor privat. Namun demikian,
karena karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan
pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-undangan, auditor sektor
publik harus memberikan perhatian yang memadai pada hal-hal tersebut.
Dalam hal proses politik, auditor harus secara jelas dapat membedakan hal-hal
yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan dan dapat dikendalikan oleh auditor
(controllable factor) serta kebijakan yang ditetapkan di luar organisasi (uncontrollable
factor). Dalam hal ketentuan yang harus ditaati, auditor sektor publik dalam
melaksanakan pekerjaannya banyak terikat dengan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku mengingat hampir semua kegiatan pada sektor publik diatur
dengan undang-undang dan ketentuan. Oleh karena itu, aspek kepatuhan terhadap
peraturan sangat menonjol pada setiap pelaksanaan audit sektor publik.
II.6.3 Tujuan Audit Sektor Publik
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) informasi yang diperoleh dari audit sektor
publik dapat digunakan oleh pihak internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan
16
perbaikan internal. Disamping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (di
luar entitas yang diaudit) untuk mengevaluasi apakah :
1. Sektor
publik
mengelola
sumber
daya
publik
dan
menggunakan
kewenangannya secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan;
2. Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan;
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis dan
berkeadilan.
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini
menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya
pengelolaan keuangan negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
II.6.4 Jenis Audit Sektor Publik
Berdasarkan UU No.15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit
keuangan negara, yaitu audit keuangan, audit kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu,
yang akan diperjelas sebagai berikut.
1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam hal yang material
17
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Audit Kinerja
Audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis
terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit
dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas
publik.
3. Audit dengan Tujuan Tertentu
Audit dengan tujuan tertentu adalah audit khusus, di luar audit keuangan dan
audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang
diaudit.
Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination, reviu
(review), atau prosedur yang disepakatii (agreed-upon procedures). Audit
dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan,
audit investigasi, dan audit atas sistem pengendalian internal.
18
II.7
Audit Kinerja
II.7.1 Pengertian Audit Kinerja
Secara etimologi, istilah audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan
“kinerja”. Dengan demikian, terlebih dahulu perlu memahami definisi “audit” dan
“kinerja”.
Definisi audit menurut Arens, et al (2006) adalah sebagai kegiatan pengumpulan
data dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang
ditemukan dan kriteria yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Stephen P. Robbins (1986) kinerja merupakan hasil evaluasi
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan bersama.
Menurut B. N. Ahuya (1996) mendefinisikan kinerja adalah :
“Performance is the way of job or task is done by an individual, a group of an
organization.”
[“Kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas.”]
Dari kedua definisi tersebut terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal,
yaitu proses dan hasil yang dicapai.
19
Definisi yang cukup komprehensif tentang audit kinerja diberikan oleh Malan,
Fountain, Arrowsmith, dan Lockridge (1984) sebagai berikut.
“Performance auditing is a systematic process of objectively obtaining and
evaluating evidence regarding the performance of an organization, program,
function, or activity. Evaluation is made in terms of its economy and efficeiency
of operations, effectiveness in achieving desired results, and compliance with
relevant policies, law, and regulations, for the purposes of ascertaining the
degree of correspondence between performance and established criteria and
communicating the results to interested users. The performance audit function
provides an independent, third-party review of managements performance and
the degree to which the performance of the audited entity meets pre-stated
expectations.”
[“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan
mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi,
atau kegiatan. Evaluasi dilakukan berdasarkan aspek ekonomi dan efisiensi
operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan
terhadap peraturan, hokum, dan kebijakan yang terkait. Tujuan evaluasi adalah
untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan kriteria yang ditetapkan
serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Fungsi audit kinerja adalah memberikan review independen dari pihak ketiga
atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi
harapan.”]
20
Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Negara, mendefinisikan audit kinerja sebagai audit
atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit aspek ekonomi dan efisiensi
serta audit aspek efektivitas.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit kinerja
mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan dengan
penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian internal,
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bagaimana cara
untuk meningkatkan efektivitas.
II.7.2 Perbedaan Antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) terdapat lima perbedaan mendasar antara
audit kinerja dan audit kinerja keuangan sebagai berikut.
1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit
kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan
metodologi audit.
2. Audit keuangan merupakan audit regular, sedangkan audit kinerja bukan
merupakan audit regular karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau
secara berkala.
21
3. Opini/pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku, yaitu
unqualified, qualified, adverse, atau disclaimer; sedangkan audit kinerja
bukan merupakan audit dengan jenis opini yang sudah ditentukan (formalized
opinion).
4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat
multidisiplin dan lebih banyak menekankan pada kemampuan analisis
daripada hanya sebatas pengetahuan akuntansi.
5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist. Kompleksitas dan
keragaman pertanyaan dalam audit kinerja mensyaratkan agar auditor
dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.
II.7.3 Manfaat Audit Kinerja
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) manfaat utama audit kinerja adalah untuk
meningkatkan kinerja dan akuntabilitas publik
1. Peningkatan Kinerja
Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit dengan
cara sebagai berikut.
i. Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.
22
ii. Mengidentifikasi sebab-sebab aktual (tidak hanya gejala atau
perkiraan-perkiraan) dari suatu permasalahan yang dapat diatasi oleh
kebijakan manajemen dan tindakan lainnya.
iii. Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi
ketidakefisienan.
iv. Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujuan organisasi.
v. Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal
vi. Menyediakan jalur komunikasi antara tataran operasional dan
manajemen.
vii. Melaporkan ketidakberesan.
2. Peningkatan Akuntabilitas Publik
Pada
sektor
publik,
audit
kinerja
dilakukan
untuk
meningkatkan
akuntabilitas, berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada
lembaga perwakilan; pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas;
perbaikan indikator kinerja; perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi
sejenis yang diperiksa; serta penyajian informasi yang lebih jelas dan
informatif. Perubahan dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau
rekomendasi
audit. Umumnya, rekomendasi dapat menjadi kunci untuk
mencapai perubahan dan perbaikan tersebut. Oleh karena itu, penyusunan
rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.
23
II.7.4 Standar Umum Audit Kinerja
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) standar umum terdiri atas 4 pernyataan
sebagai berikut.
1. “Pemeriksaan secara kolektif harus memiliki kecakapan professional yang
memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.”
2. “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat
memengaruhi independensinya.”
3. “Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil
pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan seksama.”
4. “Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang
memadai dan sistem penegndalian mutu tersebut harus di-review oleh pihak
lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).”
II.7.5 Siklus Audit Kinerja
Menurut International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI)
siklus audit kinerja mencakup tiga tahap, yaitu:
24
1. Tahap perencanaan yang terdiri atas tahap perencanaan strategis dan tahap
persiapan.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan kegiatan utama.
3. Tahap tindak lanjut.
Di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) siklus audit kinerja
mencakup tiga tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap pelaksanaan (3) tahap
pelaporan.
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) siklus audit kinerja terdiri dari tiga tahap
sebagai berikut.
1. Perencanaan atau Survei Pendahuluan
Tujuan utama survey pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi
yang bersifat umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang
diaudit serta kegiatan dan kebijakan entitas, dalam waktu yang relative
singkat.
Kegiatan survey pendahuluan meliputi :
i. Memahami entitas yang diaudit
ii. Mengidentifikasi area kunci
iii. Menetapkan tujuan dan lingkup audit
25
iv. Menetapkan kriteria audit
v. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti
vi. Menyusun laporan survey pendahuluan
vii. Mempersiapkan program pengujian terinci.
2. Pelaksanaan Audit Kinerja
Pelaksanaan audit kinerja juga dikenal sebagai pengujian terinci. Tahap
pengujian terinci merupakan kelanjutan dari survey pendahuluan. Tujuan
utama pengujian terinci adalah adalah :
i.
Menilai apakah kinerja entitas yang diaudit sesuai dengan kriteria.
ii.
Menyimpulkan apakah tujuan-tujuan audit tercapai
iii.
Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki
kinerja
entitas
yang
diaudit,
yang akan
dituangkan
dalam
rekomendasi kepada auditee.
Kegiatan pada tahap pengujian terinci meliputi :
i.
Mengumpulkan dan menguji bukti audit yang kompeten dan relevan.
ii.
Menyusun kertas kerja.
iii.
Menyusun dan mengomunikasikan temuan audit.
iv.
Menyusun dan mendistribusikan laporan hasil audit.
26
3. Tindak Lanjut Audit
Audit kinerja dilaksanakan untuk mengadakan perbaikan terhadap kinerja
entitas yang diaudit melalui pemberian rekomendasi. Auditor bertanggung
jawab memantau sejauh mana rekomendasi dilaksanakan oleh auditee.
Tujuan utama tindak lanjut audit adalah untuk meyakinkan auditor bahwa
auditee telah memperbaiki kelemahan yang telah diidentifikasi. Kegiatan
tindak lanjut dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut :
i.
Pemutakhiran (update) informasi
ii.
Tindak lanjut di kantor
iii.
Tindak lanjut di lapangan
27
Download