BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Belajar Belajar

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.
Pengertian Belajar
Belajar mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap
dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. (Udin S
Winataputra, 1995)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya. (Slameto, 2003)
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia,
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. (Thursan
Hakim, 2000).
2.
Faktor-Faktor Belajar
2.1 Faktor Pendukung Belajar
a.
Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah keinginan untuk belajar yang dapat
mempengaruhi bagaimana seorang pelajar. Motivasi ini pada
umumnya meningkat ketika seseorang mengenal kebutuhan
hidupnya dan merasa yakin kebutuhan terebut dapat terpeuhi
melalui belajar.
Universitas Sumatera Utara
b.
Kesiapan
Kesiapan untuk belajar adalah perilaku yang menunjukkan
motivasi pada waktu yang spesifik. Kesiapan merefleksikan
keinginan dan kemampuan seseorang untuk belajar. Peran petugas
kesehatan adalah mendorong perkembangan persiapan tersebut.
c.
Pelibatan Aktif (Actif Involvement)
Pelibatan aktif dalam pembelajaran sangat penting. Jika peseta
didik aktif dalam perencanaan dan diskusi, pemeblajaran akan
lebih cepat dan lebih baik. Sekali peserta didik telah berhasil,
dalam pencapaian tugas atau memahami konsep, mereka akan
memperoleh kepercayaan diri tentang kemampuannya dalam
belajar,
mengurangi
kecemasan
tentang
kegagalan
dan
memotivasi untuk belajar lebih baik.
d.
Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik adalah yang berhubungan dengan penampilan
peserta didik terhadap tujuan pembelajaran. Umpa balik positif
akan memberikan dukungan atau semangat peserta didik untuk
berbuat yang lebih baik, karena mereka merasa dihargai dan tahu
tentang cara lain/alternatif lain untk mencapai hasil yang lebih
baik lagi, sementara umpan balik yang negatif, seperti hukuman
dan kurangnya dukungan akan menurunkkan semangat peserta
didik serta mengundurkan diri dari pembelajaran.
e.
Dari yang Sederhana ke yang Kompleks
Belajar dilengkapi dengan materi yang sevara logika diolah dan
diproses dari yang sederhana ke yang kompleks, seperti: peserta
Universitas Sumatera Utara
didik mampu memahami informasi baru, mengasimilasikan
informasi baru dengan pelajaran yang lalu dan membentuk
pemahaman baru. Namun tentunya sederhana da kompleksnya
pembelajaran ini tergantung pada individu yang belajar. Bagi satu
individu, satu pelajaran terlalu sederhana, sementara bagi individu
lain dirasakan lebih kompleks.
f.
Pengulangan (Repitition)
Pengulangan konsep kunci dan fakta memfasilitasi penahanan
materi yang baru dipelajari. Praktek keterampilan psikomotor,
terutama
umpan
alik
dari
pengajar.,
akan
memperbaiki
penampilan dalam keterampilan dan memudakan pemindahan
mereka pada seting yang lain.
g.
Waktu (Timing)
Seseorang akan mepertahankan informasi dan keterampilan
psikomotornya secara baik, jika waktu antara pembelajaran dan
penggunaan tidak terlalu lama (waktu pendek), interval waktunya
lama, dan orang itu sering lupa.
h.
Lingkungan (Environment)
Lingkungan belajar yang optimal mendukung pembelajaran
dengan mengurangi distraksi dan memberikan perasaan nyaman,
baik secara fisik maupun psikologis, misalnya: cahaya ruangan
yang memadai, bebas dari suara bising, suhu ruangan yang sejuk
dan fentilasi yang baik.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Faktor Penghambat Belajar
a.
Emosi
Tingkat kecemaan yang tinggi dapat mengganggu pembelajaran.
Klien/keluarga yang sangat khawatir biasanya tidak dapat
mendengar
kata-kata
atau
hanya
memperthankan
sedikit
informasi yang dikomunikasikan.
b.
Kejadian-Kejadian Psikologis
Belajar dapat dihimbat oleh kejadian-kejadian psikologis, seperti
penyakit yang kritis, nyeri atau gangguan pendengaran. Karena
klien tidak dapat berkonsentrasi dan menerapkan energinya
terhadap pelajaran, pembelajarannya sendiri terganggu. Petugas
kesehatan harus mencoba mengurangi rintangan psikologi
terhadap pembelajaran itu sebelum dimulai.
c.
Budaya
Ada pandangan unsur budaya yang dapat mempengaruhi
pembelajaran, seperti bahasa dan nilai-nilai. Misalnya klien tidak
memahami bahasa yang diajarkan oleh petugas kesehatan.
Petugas kesehatan harus menangani secara langsung konflik yang
dihadapi klien itu dengan menggunakan bahasa yang dapat
dipahami oleh klien. Selain itu, nilai-nilai yang berbeda akan
mempengaruhi
pembelajaran,
misalnya:
klien
yang
tidak
mempunyai nilai tentang tubuh langsing/kelebihan berat badan
(over weigh) yang berhubungan dengan makanan, sulit untuk
belajar tentang diet yang baik itu seperti apa.
Universitas Sumatera Utara
3.
Macam-Macam Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan suatu kombiasi dari bagaimana ia menyerap,
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya
berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis
dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekuensial, analitik,
global, atau otak kiri otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon
sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Michael Grinder pengarang “Righting The Education Conveyor Belt”,
telah
mengajarkan
gaya-gaya
belajar
dan
mengajar
kepada
banyakinstruktur. Dari penelitiannya, menurut Michael belajar terdapat
beberapa cara yang paling efektif, diantaranya adalah:
3.1 Gaya Belajar Visual
Visual menurut kamus bahasa Indonesia yang berarti dapat dilihat
dengan mata. Berarti gaya belajar visual merupakan gaya belajar
dengan cara melihat. Karakteristik gaya belajar visual ini berhubungan
dengan visualitas. Pertama, adalah kebuthan melihat sesuatu baik
informasi maupun pelajaran secara visual, lalu memperhatikan segala
sesuatu dan menjaga penampilan, dan yang terakhir adalah anak akan
lebih mudah mengingat jika dibantu gambar, serta lebih suka
membaca dari pada dibacakan.
Gaya belajar visual atau visual learner menitik beratkan ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti knkret harus diperlihatkan terlebih
dahulu agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar
visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap
informasi secara visual sebelum ia memahaminya. Siswa yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki gaya belajar visual menangkap pelajarannya lewat materi
bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,
disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistik. Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untk berdialog secara
langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti
anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau
ucapan. Selain itu, orang yang menyukai gaya belajar visual suka
membuat catatan-catatan yang baik dan rapi.
Gaya belajar ini dapat diterapkan dalam pembelajaran, dengan
menggunakan beberapa pendekatan: menggunaka beragam bentuk
grafis untuk menyampaikan informasi/materi pelajaran berupa film,
slide, ilustrasi, coretan atau kartu-kartu gambar berseri untuk
menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2004) ciri-ciri siswa
dengan belajar visual adalah: rapi dan teratur, berbicara dengan cepat,
mementingkan penampilan baik dalam pakaian maupun presentasi,
biasanya tidak terganggu oleh keributan, lebih suka membaca dari
pada
dibacakan,
mencoret-coret
tanpa
arti
saat
berbicara
ditelepon/kuliah, lebih suka mendemonstrasikan dari pada berpidato,
sering menjawab pertanyaan secara singkat, mempunyai masalah
untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, den seringkali
meminta bantuan orang untuk mengulanginya, mengingat apa yang
dilihat dari pada apa yang didengar.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Gaya Belajar Auditorial
Aditorial berasala dari kata audio yang berarti sesuatu yang
berhubungan denga pendengaran. Gaya belajar auditorial merupakan
gaya belajar dengan mendengarkan. Karakteristik model ini benarbenar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap
informasi atau pengetahuan. Artinya kita harus mendengar, baru
kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Ada
beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar bila kita
termasuk orang yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti
diatas. Pertama adalah menggunakan tape perekam sebagai alat bantu.
Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang
dibacakan atau ceramah pengajar didepan kelas untuk kemudian
didengarkan kembali. Pendekatan kedua yang bisa dilakukan adalah
dengan wawancara atau terlibat didalam kelompok diskusi. Sedangkan
pendekatan ketiga adalah dengan mencoba membaca informasi,
kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian
didengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah melakukan
review secara verbal dengan teman atau pengajar.
Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2004) ciri-ciri siswa
dengan gaya belajar auditorial adalah sebagai berikut: berbicara pada
dirir
sendiri saat
bekerja,
mudah terganggu oleh keributan,
menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku saat membaca,
merasa kesulitan untuk menulis, namun hebat dalam berbicara, lebih
Universitas Sumatera Utara
suka gurauan lisan dari pada komik, berbicara dalam irama terpola,
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
dari pada yang dilihat, suka menjelaskan sesuatu panjang lebar, dapat
menirukan warna, irama, dan nada suara lain.
3.3 Gaya Belajar Kinestetik
Gaya
belajar
ini
mengharuskan
individu
yang
bersangkutan
menyentuh sesuatu yang memberi informasi agar ia bisa mengingtnya.
Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang
tidak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa
terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang
yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus
membaca penjelasannya. Karakter berikutnya dicontohkan sebagai
orang yang tidak tahan duduk manis berlama-lama mendengarkan
penyampaian pembelajaran. Tidak heran kalau individu yang memiliki
gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya disertai
kegiatan
fisik.
Kelebihannya,
mengkoordinasikan
sebuah
mereka
tim
memiliki
disamping
kemampuan
kemampuan
mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang
cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan
memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk
kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Untuk
menerapkannya dalam pembelajaran, kepada siswa yang memiliki
karakteristik-karakteristi diatas dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai model peraga, misal bekerja di lab atau belajar yang
Universitas Sumatera Utara
membolehkannya bermain. Cara sederhana yang juga bisa ditempuh
adalah
secara
berkala
mengalokasikan
waktu
untuk
sejenak
beristirahat ditengah waktu belajarnya.
Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2004) ciri-ciri siswa
dengan gaya belajar kinestetik sebagai berikut: berbicara dengan
perlahan, menanggapi perhatin fisik, menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat bila berbicra dengan
orang, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, menghafal
dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk
saat membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, mempunyai
perkembangan awal otot-otot yang besar, sulit untuk mengingat peta
kecuali jika dirinya pernah berada ditempat itu, kemungkinan
tulisannya jelek, tidak dapat duduk diam dalam waktu lama, (Bobbi De
Porter dan Mike Hernacki, 2004).
4.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport (Poerwanto,1986)
Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya (Winkel, 1996)
Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut (S.Nasution,1996)
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau indeks prestasi setiap mata kuliah setelah
mengalami proses belajar mengajar. Indeks prestasi mahasiswa didapatkan
setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya indeks prestasi mahasiswa, (Sunarto, 2009).
4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern),
dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang
berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah,
masyarakat dan sebagainya.
A. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu
sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu
kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
Universitas Sumatera Utara
a. Kecerdasan/Intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan
ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang
normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak
yang lainnya, sehingga seorang anak pada usia tertentu sudah
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan teman sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor
intelengensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Kartono (1995), kecerdasan merupakan
“salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil
tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat
kecerdasan normal atau diatas normal maka secara potensi ia dapat
mencapai prestasi yang tinggi”. Slameto (1995) mengatakan bahwa
“tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah”. Muhibbin (1999)
berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan
intelegensi seseorang mahasiswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan
intelegensi seseorang mahasiswa maka semakin kecil peluangnya
untuk meraih sukses”. Dari pendapat diatas jelaslah bahwa
intelegensi yang
baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan
faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Universitas Sumatera Utara
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yng telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986) bahwa “bakat
dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang
berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan
tertentu”. Kartono (1995) mengatakan bahwa “bakat adalah potensi
atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata”. Syah
Muhibbin (1999) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan
individu untuk melakukan tugas tanpa bnyak bergantung pada
upaya pendidikan dan latihan”. Dari pendapat diatas jelaslah
bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat
ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat
ini dapat mempunyai tiggi rendahnya prestasi belajar bidang studi
tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat
memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan
prestasi yang baik. Apalagi eorang tenaga pengajar atau orang tua
memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat dala kecendrungan yang tetap untuk memperlihatkan dan
mengenai bebrapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Winkel (1996) minat adalah “ kecendrngan yang menetap dalam
Universitas Sumatera Utara
subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam bidang itu”. Selanjutnya Slameto
(1995) mengemukkan bahwa minat adalah “kecendrungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan,
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan
rasa sayang”. Sardiman (1992) mengemukakan minat
adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan
atau
Berdasarkan pendapat
kebtuhan-kebutuhannya
sendiri”.
diatas, jelaslah bahwa minat
besar
pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan peljaran yang
menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena
minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat
seeorang
didalam
menerima
pelajaran
diharapkan
dapat
mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar
yang telah dimiliki merupakn salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai
minat yang tinggi terhadap suatu hal maka akan terus berusaha
untuk melakukan sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai
sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk
melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik
akan
berhasil
jika
mempunyai
motivasi
untuk
belajar.
Nasution (1995) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sardiman (1992)
mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu”. Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu motivasi instrinsik yang dimaksudkan dengan motivasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran
sendiri untukmelakukan sesuatu pekerjaan belajar. Kemdian
motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya
dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut
melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang
tenaga pengajar harus berusaha dengan segala kemampuan yang
ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu.
Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif
dengan
alasan
mengapa
ia
menekuni
pelajaran.
Untuk
membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan
kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
B. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalamanpengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995) faktor
Universitas Sumatera Utara
ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga,
keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Slameto bahwa: “keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama dan utama. Keluarga yang seht besar artinya untuk
pedidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar
yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”. Adanya rasa aman
dalam keluaga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu
kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk
belajar. Dalam hal ini Hasbullah (1994) mengatakan “keluarga
merupakan lingkngan pendidikan yang pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan,
sedangkan
tugas
utama
dalam
keluarga
bagi
pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan
ahklak dan pandangan hidup keagamaan”. Oleh karena itu orang
tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.
Sedangkan intitusi merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan
pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara orang tua dan tenaga pengajar sebagai
pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar. Jalan kerjasama
yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh
Universitas Sumatera Utara
perhatian yang serius tentang cara belajar anak dirumah. Perhatian
orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak
dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu,
tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa,
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk
belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara
penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang
baik
akan
mempengaruhi
hasil-hasil
belajarnya.
Menurut Kartono (1995) mengemukakan “guru dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki
tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru
harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan,
dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor
yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm
proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak,
sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul
dengan
lingkungan
dimana
anak
Dalam
hal
Kartono
(1995)
ini
itu
berada.
berpendapat:
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar
anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang
sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan
terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anakanak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang
berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan
demikian
dapat
dikatakan
lingkungan
membentuk
kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak
akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat
tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka
kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada
dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
5.
Hubungan Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar
Penemuan-penemuan oleh ilmuwan pendidikan, salah satunya Dryden
dan Vos (2001) mengingatkan bahwa telah banyak pebelajar yang “drop
out” hanya karena gaya belajar mereka tidak cocok dengan gaya
pengajaran yang diterapkan oleh pembelajar di kelas. Hal ini berarti
dibutuhkan juga pengajar yang mampu menyesuaikan gaya mengajarnya
terhadap gaya belajar anak didiknya.
Setelah seseorang menemukan gaya belajarnya, orang tersebut akan
mengalami kecocokan yang akan berdampak positif terhadapa penampilan
dan keberhasilan belajar si pembelajar. Permasalahan yang perlu
dipaparkan disini adalah “apakah terdapat hubungan antara gaya belajar
terhadapa hasil belajar”
Universitas Sumatera Utara
Mengenali gaya belajar sendiri belum tentu membuat seseorang
menjadi lebih pandai. Tetapi dengan mengenali gaya belajar, seseorang
dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Agar seseorang
mengetahui
bagaimana
memanfaatkan
kemampuan
belajar
secara
maksimal , sehingga hasil belajarnya menjadi optimal.
Perlu diperhatikan bahwa tidak ada strategi efektif yang sama untuk
semua orang. Strategi yang efektif untuk seseorang, mungkin tidak efektif
untuk orang lain, bahkan tidak untuk semua orang. Oleh sebab itu, gaya
belajar memiliki hubungan terhadap hasil belajar yang akan dicapai.
Rahasia belajar seseorang ditentukan oleh kemampuannya untuk
mengembangkan strategi yang paling efektif untuknya, yang sesuai
dengan gaya/style orang tersebut, (Ida, 2007).
6.
Pengertian Indeks Prestasi
Indeks prestasi adalah nilai rata-rata yang merupakan satuan nilai
akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi.
Indeks prestasi dihitung, baik pada setiap akhir semester dengan hasil yang
disebut indeks prestasi semester, maupun pada akhir program pendidikan
lengkap satu jenjang, dengan hasil yang disebut indeks prestasi komulatif.
Nilai yang diperunakan untuk menghitung indeks prestasi adalah nilai
yang pernah dicapainya. Bagi mahasiswa yang memperbaiki nilai
ujiannya, maka nilai yang diperhitungkan adalah nilai tertinggi yang
pernah dicapainya, indeks prestasi yang dicapai seseorang mahasiswa
adalah nilai hasil perkalian nilai kredit (k) dengan tafsiran nilai (N) dari
tiap mata kuliah, dibagi dengan jumlah nilai kredit seluruhnya.
Universitas Sumatera Utara
Rumus:
IP = (k x N) / k
Indeks prestasi semester adalah nilai evaluasi studi mahasiswa
dilakukan pada setiap akhir semester dengan menghitung indeks prestasi.
Indeks prestasi komulatif merupakan penghitungan dengan cara yang
sama dengan indeks prestasi semester. Indeks prestasi komulatif
menunjukkan kualitas belajar keseluruhan dari materi program studi yag
merupakan hasil studi mahasiswa dari awal sampai dengan semester
tertentu, (Ali, 2010).
7.
Hubungan Gaya Belajar Dengan Indeks Prestasi
Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui lebih awal agar memudahkan
bagi pelajar untuk belajar maupun pembelajaran untuk mengajar dalam
proses pembelajaran. Mahasiswa akan dapat belajar baik dan hasil
belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya karena gaya belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap indeks prestasi mahasiswa,
(Sawitri, 2009).
8.
Penggolongan Indeks Prestasi
Penggolongan prestasi belajar mehasiswa digunakan sesuai dengan
yang terdapat dalam buku panduan pendidikan akademik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
8.1 Berdasarkan penggolongan prestasi keberhasilan
a. Sangat baik: 4,00
b. Baik : 3,00-3,50
c. Cukup : 2,00-2,50
d. Kurang : 1,00
e. Gagal : 0,00
8.2 Berdasarkan peraturan akademik Program Sarjana (S1) Universitas
Sumatera Utara pada pasal 8 tentang yudisium yaitu:
a. Memuaskan : 2,00-2,75
b. Sangat memuaskan : 2,76-3,50
c. Cumlaude: ≥ 3,51
Universitas Sumatera Utara
Download