c. evaluasi akuntansi piutang usaha pada pdam klaten

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah Perusahaan
Sejak tahun 1977 lewat Dana APBN (DIP) Departemen Pekerjaan
Umum di kota Klaten mulai dibangun Sistem Penyediaan Air Bersih atau
dikenal dengan Proyek Penanggulangan Darurat yang bertujuan untuk
mengenalkan sistem air bersih kepada masyarakat kota Klaten dalam
pemenuhan kebutuhan air bersih. Sarana dan prasarana fisik yang
dibangun meliputi: pengeboran sumur dalam satu buah yang berkapasitas
15 lt/dt dengan jaringan pipa transmisi dan distribusi sepanjang kurang
lebih 12.000 m, pemasangan sambungan rumah 180 buah serta fasilitas
hidrant umum sebanyak 14 buah.
Master Plan dan Fasibility Study dibuat oleh Departemen
Pekerjaan Umum dengan konsultan JMM (James Mongomery LTD) dari
Kanada, Amerika Serikat dan BIEC dari Bandung. Seluruh Proyek
dibiayai dengan Dana Pinjaman (kurang lebih 70 %) dan penyertaan
Modal Pemerintah (kurang lebih 30 %). Untuk pembiayaan atas proyek
tersebut maka Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia telah
mengadakan Perjanjian Pinjaman (IBRD Loan 1709 IND) guna
pembangunan Sistem Penyedia Air Bersih di kota Klaten PDAM
Kabupaten Klaten dibentuk dan didirikan berdasarkan Perda No. 2 tahun
1
2
1977 yang telah disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tk. 1 Jawa Tengah No. HK.057/P/1977 tanggal 9 September 1977.
2. Tujuan dan Bidang Usaha
PDAM Kabupaten Klaten didirikan dengan tujuan sebagai berikut.
a. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah pada khususnya dan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.
b. Pembangunan
perekonomian
pada
umumnya
dalam
rangka
meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan rakyat serta
ketenagakerjaan menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
c. Pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam penyediaan air bersih serta
penyehatan lingkungan.
Bidang Usaha PDAM Kabupaten Klaten adalah mengusahakan
penyediaan air minum yang sehat. Penyediaan air minum tersebut harus
memenuhi syarat-syarat bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Klaten.
Selain itu bidang usaha PDAM Klaten juga berorientasi untuk
memperoleh keuntungan bagi perusahaan.
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Klaten disusun berdasarkan
Surat Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Klaten
No. 01/SD/Dir/PDAM/-KLT/IV/1983 tanggal 26 April 1983 yang telah
disempurnakan dan disahkan oleh Bupati Kabupaten Klaten dengan Surat
Keputusan No. 060/034/X/2001 tanggal 31 Oktober 2001 bahwa
3
Perusahaan Daerah Air Minum dipimpin oleh seorang Direktur Utama di
bantu oleh Direktur Administrasi dan Keuangan serta Direktur Teknik.
Tugas dan wewenang dari bagian struktur organisasi adalah
sebagai berikut.
a. Bupati
Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap semua aktivitas
perusahaan demi tercapainya tujuan perusahan.
b. Badan Pengawas
1) Melakukan pengawasan secara umum atas jalannya PDAM.
2) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran PDAM serta
menyampaikan hasil penilaiannya kepada Bupati Kepala Daerah
dengan tembusan Kepala Direksi.
3) Enam bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir badan
pengawas
meneliti
dan
menilai
hasil
pekerjaan
dan
pertanggungjawaban Direksi untuk disampaikan kepada Bupati
Kepala Daerah.
c. Direktur Utama
1) Memimpin jalannya PDAM.
2) Menyelenggarakan
pembinaan
administrasi,
organisasi,
kepegawaian dan tata laksana seluruh unsur dalam lingkungan
PDAM serta mengorganisasikan dan mengendalikan kegiatan di
bidang produksi, distribusi, dan bidang peralatan teknis.
4
d. Direktur Administrasi dan Keuangan
1) Mengkoordinasikan
dibidang
dan
administrasi,
mengendalikan
keuangan,
kegiatan-kegiatan
kepegawaian,
dan
kesekretariatan.
2) Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pengadaan serta
pembelanjaan dan kekayaan bersih.
3) Mengendalikan uang pendapatan hasil penagihan rekening
penggunaan air dari pelanggan.
Direktur Bidang Administrasi dan Keuangan membawahi Kasi
Keuangan dan Kasi Administrasi Umum dan Hubungan Langganan.
Kasi Keuangan bertugas mengkoordinasi kerja sub-sub bagian yang
ada di bawahnya yang meliputi :
1) Sub Seksi Perencanaan Keuangan
Merencanakan dan membuat anggaran pendapatan dan belanja
perusahaan secara menyeluruh.
2) Sub Seksi Pembukuan
Bertanggung jawab dalam melakukan pembukuan atau pencatatan
terhadap setiap transaksi yang terjadi di dalam perusahaan.
3) Sub Seksi Rekening
Bertanggung jawab dalam menangani pembuatan rekening
pelanggan.
5
4) Sub Seksi Penagihan
Bertanggung jawab dalam melakukan penagihan secara langsung
kepada
pelanggan,
khususnya
pelanggan
yang
mengalami
tunggakkan pembayaran.
5) Sub Seksi Kas/Pembayaran
Bertanggung jawab dalam menangani pembayaran rekening
pelanggan dan pembayaran rekanan (mitra bisnis) PDAM Klaten.
Kasi Administrasi Umum dan Hubungan Langganan bertugas
mengkoordinasi kerja sub-sub bagian yang ada di bawahnya yang
meliputi :
1) Sub Seksi Administrasi Umum dan Personalia
Bertanggung
jawab
dalam
menangani
gaji
para
pegawai
perusahaan.
2) Sub Seksi Gudang
Bertanggung jawab dalam mencatat keluar masuknya barang yang
disimpan di dalam gudang.
3) Sub Seksi Pelayanan Pelanggan
Bertanggung jawab dalam menerima pengaduan dari pelanggan
dan melayani kebutuhan dari calon pelanggan.
4) Sub Seksi Pembacaan Meter
Bertanggung jawab dalam melakukan pembacaan meter pada
pelanggan dan berkewajiban menerima pengaduan pelanggan dan
6
melaporkan kejadian-kejadian atas kondisi instalasi saluran air
minum pelanggan.
e. Direktur Teknik
1) Mengkoordinasikan
dan
mengendalikan
kegiatan-kegiatan
dibidang perencanaan teknik, produksi, distribusi, dan peralatan
teknik.
2) Mengkoordinasikan dan mengendalikan pemeliharaan instalasi
produksi sumber mata air tanah.
3) Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan peralatan teknik dan bahanbahan kimia.
STRUKTUR ORGANISASI PDAM KABUPATEN KLATEN
BUPATI
BADAN PENGAWAS
DIREKTUR UTAMA
Direktur Bidang Administrasi
& Keuangan
Direktur
Bidang Teknik
Kasi
Keuangan
Kasi Adm. Umum dan
Hub Langganan
Kepala Unit
Kasi
Prod & Perencanaan
Kasi
Transdisbung
Sub. Seksi
Perenc. Keuangan
Sub. Seksi Adm
Umum & Personalia
Pelaksana
Administrasi
Sub. Seksi
Produksi & Lab
Sub. Seksi
Trandisbung
Sub. Seksi
Pembukuan
Sub. Seksi
Gudang
Pelaksana
Pel. Langganan
Sub. Seksi
Perenc & Pengawasan
Sub. Seksi
Meter Air
Sub. Seksi
Rekening
Sub. Seksi
Pelayanan langganan
Pelaksana
Teknik
Sub. Seksi
Pemeliharaan
Sub. Seksi
Penagihan
Sub. Seksi
Pembaca Meter
Sub. Seksi
Kas & Pembayaran
7
8
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Piutang usaha merupakan aktiva lancar yang sangat penting dalam
suatu perusahaan. Seiring dengan berkembangnya teknologi, persaingan di
dunia bisnis semakin ketat. Transaksi-transaksi penjualan yang dilakukan
secara kredit banyak ditawarkan oleh kaum penjual untuk merebut simpati dari
masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen akan lebih memilih penjual yang
mampu memberikan syarat penjualan secara kredit daripada penjual yang
hanya mampu mensyaratkan penjualan tunai. Para penjualpun saling bersaing
memberikan syarat kredit yang lebih mudah sebagai strategi pemasarannya.
Piutang usaha merupakan pos yang penting untuk dilaporkan secara
tepat di dalam laporan keuangan karena kemampuan penjualan secara kredit
mempunyai tuntutan yang semakin besar. Piutang usaha mempunyai sifat yang
unik karena mengandung unsur ketidakpastian dalam penagihannya di masa
mendatang. Karena sifatnya yang mengandung unsur ketidakpastian tersebut,
maka piutang yang disajikan dalam laporan keuangan harus menunjukkan
jumlah yang benar-benar dapat direalisasi menjadi kas di masa yang akan
datang. Piutang usaha tidak boleh dilaporkan terlalu besar dan kerugian yang
mungkin timbul akibat ketaktertagihan piutang harus diantisipasikan dengan
wajar, sehingga laporan keuangan dapat digunakan sebagai sumber informasi
yang relevan untuk mengambil keputusan.
PDAM Klaten adalah perusahaan daerah yang kegiatan usahanya yang
paling utama adalah Penyediaan dan Pelayanan Air Minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Kabupaten Klaten yang bersifat sosial dan disamping itu
9
untuk mendapatkan keuntungan. Penjualan air bersih dilakukan secara kredit
sehingga piutang yang timbul dalam PDAM Klaten cukup besar. Untuk itu
perlu dibuat suatu pencatatan akuntansi yang tepat agar piutang usaha yang
dilaporkan dalam neraca benar-benar menunjukkan nilai yang dimiliki. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk membuat Tugas Akhir yang berjudul “
EVALUASI AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM ( PDAM ) KABUPATEN KLATEN “.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah akuntansi piutang usaha pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kabupaten Klaten ?
2. Apakah kelebihan dan kelemahan akuntansi piutang usaha pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui akuntansi piutang usaha pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kabupaten Klaten.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan akuntansi piutang usaha pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten.
10
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini khususnya
bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten adalah untuk
memberikan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan tentang akuntansi
piutang usaha, agar perusahaan dapat menerapkan akuntansi piutang usaha
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, Prinsip Akuntansi Berterima
Umum, serta teori yang tepat tentang akuntansi piutang usaha.
11
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian dan Klasifikasi Piutang
Menurut Harnanto (1995 : 159) piutang dalam arti luas meliputi
segala macam tuntutan atau klaim kepada pihak ketiga yang pada
umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan
datang. Sedangkan menurut Baridwan (2004 : 123) piutang diartikan
sebagai klaim perusahaan atas uang, barang-barang atau jasa-jasa kepada
pihak-pihak yang lain.
Secara garis besar piutang dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis menurut :
a. Sumber terjadinya piutang
1) Piutang dagang
Piutang dagang yaitu piutang yang timbul dari penjualan
barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari kegiatan utama
perusahaan.
2) Piutang non dagang
Piutang non dagang yaitu piutang yang timbul bukan dari
penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari
kegiatan utama perusahaan. Piutang non dagang dapat timbul dari
transaksi-transaksi berikut ini :
11
12
a) Perskot dalam kontrak pembelian.
b) Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang
yang rusak atau hilang.
c) Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian-kerugian
yang dipertanggungkan.
d) Klaim terhadap pegawai perusahaan.
e) Klaim terhadap restitusi pajak.
f) Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat
barang ( misal : botol, drum, dan lain-lain).
g) Uang muka pada perusahaan anak.
h) Uang muka pada pegawai perusahaan.
i) Piutang deviden dan bunga.
j) Piutang pesanan pembelian saham.
b. Lamanya tanggal jatuh tempo
1) Piutang Jangka Pendek
Piutang jangka pendek yaitu piutang yang diidentifikasikan
dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam periode
siklus kegiatan normal perusahaan. Dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 1, tentang Penyajian Laporan Keuangan,
dijelaskan bahwa aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika
aktiva tersebut :
13
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan
dalam
jangka
waktu
siklus
operasi
normal
perusahaan, atau
b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek
dan diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu dua
belas bulan dari tanggal neraca, atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Aktiva yang tidak termasuk dalam kategori di atas
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.
2) Piutang Jangka Panjang
Piutang jangka panjang yaitu piutang yang jangka waktu
pelunasannya lebih dari satu tahun. Piutang jangka panjang harus
disajikan dalam neraca dalam kelompok aktiva tidak lancar,
biasanya termasuk sebagai Investasi (jangka panjang).
2. Pengakuan Piutang Usaha
Saat timbulnya piutang usaha harus ditentukan dengan tepat
agar piutang usaha dapat disajikan pada periode yang tepat. Pengakuan
piutang usaha sangat berhubungan dengan pengakuan pendapatan.
Dalam PSAK No. 23 tentang Pendapatan, Ikatan Akuntan Indonesia
mensyaratkan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui
bila seluruh kondisi berikut telah terpenuhi :
1) Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan, dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
14
2) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian
yang efektif atas barang yang dijual.
3) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
4) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.
5) Biaya terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.
Jurnal yang dibuat untuk mengakui adanya piutang usaha adalah
sebagai berikut:
Piutang Usaha
Penjualan
XXX
XXX
3. Estimasi Piutang Tak Tertagih
Penjualan secara kredit di samping mendatangkan keuntungan juga
bisa mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian ini dikarenakan
debitur tidak mau atau tidak mampu dalam melaksanakan kewajibannya.
Kerugian ini di dalam akuntansi dikenal dengan nama, seperti kerugian
piutang dan biaya piutang tak tertagih. Kerugian semacam ini dalam dunia
usaha dianggap sebagai hal yang normal dan merupakan resiko yang sudah
selayaknya bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit.
Menurut Jusup (1999 : 55) ditinjau dari sudut pandang manajemen,
adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar menunjukkan bahwa
kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan sudah tepat. Kerugian piutang
yang terlalu rendah mengidentifikasikan bahwa kebijakan kredit
15
perusahaan terlalu ketat. Sebaliknya kerugian piutang yang terlalu tinggi
diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar.
Piutang usaha harus disajikan
dalam jumlah bersih setelah
memperhitungkan estimasi piutang tak tertagih, potongan penjualan, dan
retur penjualan. Estimasi piutang tak tertagih perlu dibentuk dengan tujuan
sebagai berikut :
Memperhitungkan biaya-biaya yang bersangkutan dengan hasil penjualan,
sehingga laba (rugi) periodik yang ditentukan menggambarkan
ketelitian dan mendekati ketepatan.
Menunjukkan (taksiran) nilai realisasi dari piutang dagang sebagai suatu
sumber ekonomi yang potensial bagi perusahaan.
Dalam menentukan besarnya kerugian piutang dapat dilakukan
dengan dua metode :
a. Kerugian piutang dihitung berdasarkan jumlah penjualan.
Kerugian piutang dihitung dengan mengalikan presentase
tertentu dengan jumlah penjualan periode tersebut. Besarnya Cadangan
Kerugian Piutang yang akan disajikan dalam laporan keuangan pada
akhir periode dapat diperkirakan berdasarkan piutang tak tertagih pada
masa lalu kemudian disesuaikan dengan keadaan tahun yang
bersangkutan.
Karena piutang usaha timbul dari penjualan kredit, maka untuk
membuat estimasi piutang tak tertagih lebih tepat apabila dilakukan
dengan menggunakan presentase dari penjualan secara kredit. Tetapi
16
karena jumlah penjualan terpisah menjadi penjualan tunai dan
penjualan kredit menimbulkan kesulitan, maka untuk praktisnya
presentase kerugian piutang bisa didasarkan pada jumlah penjualan
periode yang bersangkutan.
Taksiran kerugian piutang dapat dijurnal sebagai berikut:
Kerugian Piutang
XXX
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
Dasar dari metode jumlah penjualan ini mengakibatkan
penandingan (matching) yang lebih baik antara pendapatan dan biaya,
karena dalam metode ini lebih ditekankan pada Laporan Laba/Rugi.
b. Kerugian piutang dihitung berdasarkan saldo Piutang Usaha.
Ada tiga cara yang dilakukan dalam perhitungan kerugian
piutang atas dasar saldo piutang, yaitu :
1) Jumlah cadangan dinaikkan sampai presentase tertentu dari saldo
piutang.
Jumlah kerugian piutang dapat dihitung dengan mengalikan saldo
piutang dengan presentase tertentu kemudian dikurangi atau
ditambah dengan saldo rekening Cadangan Kerugian Piutang.
2) Cadangan ditambah dengan presentase tertentu dari saldo piutang.
Jumlah kerugian piutang dicatat dari hasil perkalian
presentase kerugian piutang dan dikreditkan ke rekening Cadangan
Kerugian Piutang tanpa memperhatikan saldo rekening Cadangan
Kerugian Piutang
17
3) Jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung
dengan menganalisis umur piutang.
Dalam metode ini masing-masing piutang dianalisis untuk
menentukan piutang mana yang telah jatuh tempo. Untuk piutang
yang telah jatuh tempo, dibuat pengelompokan berdasarkan lewat
waktu jatuh temponya. Setiap pengelompokan umur dianalisis
untuk memperkirakan besarnya piutang tak tertagih. Agar saldo
akhir Cadangan Kerugian Piutang yang disajikan di neraca adalah
sebesar perhitungan tadi, maka harus dibuat penyesuaian terhadap
saldo awal Cadangan Kerugian Piutang. Ayat jurnal yang harus di
buat untuk menyesuaikan saldo Cadangan Kerugian Piutang adalah
sebagai berikut :
a) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo awal
kredit besarnya sama dengan hasil perhitungan estimasi, maka
tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian.
b) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo kredit
yang besarnya kurang dari perhitungan estimasi, maka perlu
dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Kerugian Piutang
XXX
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
(Keduanya sebesar selisih antara saldo awal cadangan
dengan hasil perhitungan estimasi).
18
c) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo kredit
besarnya lebih dari hasil perhitungan estimasi, maka perlu
dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
Kerugian Piutang
XXX
(Keduanya sebesar selisih antara saldo awal Cadangan
Kerugian Piutang dengan hasil perhitungan estimasi).
d) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo debet,
maka perlu dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Kerugian Piutang
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
XXX
(Keduanya sebesar hasil perhitungan estimasi ditambah
saldo debet tersebut).
Dasar dari metode saldo piutang usaha akan menghasilkan
penaksiran yang lebih baik tentang nilai tunai piutang usaha yang
dapat direalisasi. Dalam metode ini akan lebih ditekankan pada
penyajian piutang usaha di Neraca.
4. Akuntansi Piutang Tak Tertagih
Piutang usaha merupakan aktiva lancar yang diharapkan akan
dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi
normal. Akan tetapi karena satu atau beberapa hal tertentu, piutang usaha
tidak mungkin dapat ditagih. Untuk itu perlu dibuat pencatatan untuk
membebankan kerugian akibat piutang yang tak dapat ditagih tersebut.
19
Ada dua metode untuk membebankan kerugian piutang, yaitu:
a. Metode penghapusan langsung
Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan
langsung, maka jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam
pembukuan tidak digunakan rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Metode penghapusan langsung terjadi jika piutang dari debitur benarbenar dinyatakan tidak tertagih dan dihapuskan. Ketaktertagihan
piutang usaha bisa disebabkan karena debitur mengalami kepailitan,
kematian, kegagalan untuk memaksakan penagihan secara hukum atau
adanya halangan penagihan akibat keterbatasan daya upaya.
Ayat jurnal yang dibuat dengan metode penghapusan langsung
adalah :
Kerugian Piutang
XXX
Piutang Usaha
XXX
Dalam metode ini tidak mencoba membebankan adanya
kerugian piutang yang timbul dari penjualan kredit sebagai biaya
dalam periode dimana penjualan itu terjadi. Dengan demikian jelas
akan berakibat kurang adanya ketelitian di dalam proses penentuan
laba (rugi) periodik dan piutang dagang yang disajikan di neraca tidak
menggambarkan sebesar nilai realisasinya. Hal ini dikarenakan pada
metode ini tidak dibentuk Cadangan Kerugian Piutang sebagai
rekening penilaiannya dalam piutang dagang.
20
Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus dengan
menggunakan metode penghapusan langsung diatur sebagai berikut.
1)
Jika kepastian bahwa piutang yang telah dihapuskan akan diterima
pembayarannya, terjadi dalam tahun buku yang sama dengan
penghapusanya, maka rekening yang dikredit adalah Kerugian
Piutang.
Jurnal untuk mencatat apabila debitur menyatakan akan
membayar adalah :
Piutang Usaha
XXX
Kerugian Piutang
XXX
Jurnal untuk mencatat pada saat diterima pembayaran dari
debitur adalah :
Kas
XXX
Piutang Usaha
XXX
2) Jika kepastian bahwa piutang yang telah dihapuskan akan diterima
pembayarannya terjadi dalam periode tahun buku berikutnya sejak
piutang itu dihapuskan, maka diberlakukan sebagai Pendapatan
Lain-lain.
Jurnal untuk mencatat apabila debitur menyatakan akan
membayar adalah :
Piutang Usaha
Pendapatan Lain-lain
XXX
XXX
21
Jurnal untuk mencatat pada saat diterima pembayaran dari
debitur adalah :
Kas
XXX
Piutang Usaha
XXX
b. Metode Cadangan
Dalam metode ini, setiap akhir periode akan dibuat estimasi
mengenai besarnya piutang yang tidak dapat tagih. Apabila dalam
suatu
periode
telah
ditemukan
bukti
yang
kuat
mengenai
ketaktertagihan sebagian atau seluruh piutang, maka piutang tersebut
harus dihapuskan. Penghapusan piutang ini merupakan suatu kerugian,
pencatatannya tidak dibebankan pada kerugian piutang melainkan ke
rekening Cadangan Kerugian Piutang. Hal ini disebabkan karena
kerugian piutangnya sudah diatur pada periode sebelumnya.
Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penerapan
metode ini adalah :
1) Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui
taksiran dan ditandingkan (matched) dengan penjualan pada
periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya penjualan.
2) Jumlah piutang yang ditaksir tidak dapat ditagih dicatat dengan
jurnal :
Kerugian Piutang
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
XXX
22
3) Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dapat dihapus dengan
jurnal sebagai berikut :
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
Piutang Usaha
XXX
Metode ini merupakan metode yang disyaratkan dalam Prinsip
Akuntansi Berterima Umum karena melaporkan piutang pada nilai
bersih yang dapat direalisasikan.
Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus dengan
menggunakan metode cadangan dapat dicatat dalam jurnal sebagai
berikut :
Piutang Usaha
XXX
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
(Untuk mencatat apabila debitur menyatakan akan membayar)
Kas
XXX
Piutang Usaha
XXX
(Untuk mencatat pada saat diterima pembayaran dari debitur)
Kerugian piutang dilaporkan dalam Laporan Laba/Rugi sebagai
biaya operasi (biasanya dikelompokkan sebagai biaya penjualan).
Sedangkan Cadangan Kerugian Piutang akan dilaporkan sebagai
pengurang atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan pada
jumlah yang dapat direalisasi.
5. Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha
23
Piutang usaha disajikan di dalam neraca dalam kelompok Aktiva
Lancar. Piutang usaha di dalam neraca dinyatakan sebesar jumlah bruto
tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa untuk melaporkan piutang di
dalam neraca adalah sebesar jumlah yang akan direalisasikan yaitu jumlah
yang diharapkan akan dapat ditagih.
Karena piutang disusun setiap akhir periode, maka setiap akhir
tahun perlu dihitung jumlah kerugian dari piutang-piutang. Kerugian
piutang ini dibebankan pada periode yang bersangkutan sehingga dapat
dihubungkan antara kerugian piutang dengan penjualan-penjualan yang
mengakibatkan timbulnya piutang tersebut.
Untuk dapat menyajikan piutang secara tepat di dalam neraca,
maka prinsip akuntansi berterima umum telah memberikan suatu pedoman
sebagai berikut.
a. Piutang usaha harus disajikan di dalam neraca sebesar jumlah yang
diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang
usaha disajikan di neraca
dalam jumlah bruto dikurangi dengan
taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
b. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha,
harus dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang
usaha tersebut adalah jumlah bersih (neto).
c. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca harus
disajikan rinciannya dalam neraca.
24
d. Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang)
pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar.
e. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah
dari piutang usaha.
B. AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PDAM KLATEN
1. Klasifikasi Piutang PDAM Klaten.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No. 8
Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM,
PDAM Kabupaten Klaten membagi piutang yang dimiliki menjadi:
a. Piutang Usaha
Tagihan yang termasuk dalam piutang usaha ini adalah
semua bentuk tagihan yang berasal dari kegiatan utama PDAM Klaten.
Piutang usaha ini kemudian dibagi lagi menjadi Piutang Rekening Air
dan Piutang Rekening Non Air. Selain itu PDAM Klaten juga
mengklasifikasikan piutang usaha berdasarkan golongan pelanggan.
Kelompok pelanggan PDAM Klaten meliputi Pelanggan Sosial,
Pelanggan Rumah Tangga, Pelanggan Instansi Pemerintah, Pelanggan
Niaga, dan Pelanggan Industri.
b. Piutang Lain-lain
Kelompok piutang lain-lain ini terdiri dari semua piutang
yang
timbul bukan dari pendapatan usaha pokok PDAM Klaten.
25
Piutang lain-lain ini meliputi Tagihan Non Usaha, Piutang Pajak,
Pendapatan yang belum diterima, dan Rupa-rupa Piutang lainnya.
Dalam Rupa-rupa piutang lainnya di dalamnya terdapat
piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi. Piutang kepada
pegawai dan piutang kepada koperasi ini merupakan piutang jangka
panjang. Piutang kepada pegawai jangka waktu penagihannya 2 tahun
sampai dengan 3 tahun, sedangkan piutang kepada koperasi jangka
waktu penagihannya adalah 8 tahun. Jadi kedua jenis piutang ini
merupakan piutang jangka panjang.
2. Pengakuan Piutang Usaha PDAM Klaten
Piutang Usaha PDAM Klaten adalah semua bentuk tagihan yang
berasal dari kegiatan usaha utama PDAM Klaten, yang meliputi Piutang
Rekening Air dan Piutang Rekening Non Air. Untuk mengetahui besarnya
Piutang Rekening Air, maka dilakukan pembacaan meter air setiap bulan.
Petugas melakukan pembacaan meter dan mencatat hasil pembacaan meter
dalam Kartu Meter Pelanggan (KMP), kemudian merekap jumlahnya
dalam Daftar Stand Meter Pelanggan (DSMP). DSMP hasil pembacaan
meter pelanggan diserahkan kepada unit kerja yang menangani pembuatan
rekening, kemudian membukukan DSMP ke dalam Kartu Perhitungan
rekening (KPR). Dari KPR ini akan dilakukan penghitungan pemakaian air
secara cermat dan benar.
Setelah dilakukan penghitungan, akan dibuat Rekening dan Daftar
Rekening Air yang Harus Ditagih (DRD) serta rekapitulasi per blok atau
26
golongan pelanggan. DRD ini dicocokkan kebenarannya dengan KPR dan
kemudian disahkan oleh Direksi. Salah satu salinan DRD dan rekapitulasi
per blok atau golongan yang telah disahkan ini diserahkan kepada bagian
akuntansi.
Pengakuan piutang rekening air adalah saat diterbitkan Daftar
Rekening Air yang Harus Ditagih (DRD). Pengakuan piutang rekening air
ini dicatat sebagai berikut :
Piutang rekening air
XXX
Pendapatan penjualan air
XXX
Pada saat menerima pembayaran atas piutang rekening air,
berdasarkan Laporan Penerimaan Penagihan Air (LPP-A) dibuat jurnal
sebagai berikut :
Kas/Bank
XXX
Piutang rekening air
XXX
Cadangan Dana Meter
XXX
Pendapatan penjualan air diakui berdasarkan rekening tagihan air
yang diterbitkan. Rekening air yang ditagihkan setiap bulan kepada
pelanggan terdapat salah satu komponen/item rekening air yang disebut
sebagai Biaya Dana Meter. Biaya Dana Meter dimaksudkan untuk
pemeliharaan dan penggantian meter air pelanggan. Oleh PDAM Klaten
penerimaan tersebut tidak dapat diakui sebagai pendapatan akan tetapi
diakui sebagai sebagai kewajiban dalam perkiraan Cadangan Dana Meter.
27
Cadangan Dana Meter yang dihimpun dari pelanggan tersebut digunakan
untuk mengganti meter air pelanggan setiap 5 tahun sekali.
Pengakuan pendapatan piutang rekening non air adalah sebagai
berikut.
a. Pengakuan pendapatan non air dari pembayaran biaya pendaftaran.
Untuk mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM Klaten,
seseorang dapat melakukan permohonan untuk berlangganan. Pada
saat mengajukan permohonan untuk berlangganan, pemohon harus
membayar biaya pendaftaran. Salah satu salinan kuitansi pembayaran
ini disampaikan ke bagian pembukuan untuk dicatat. Bagian
pembukuan kemudian mencatat dalam Jurnal Penerimaan Kas sebagai
berikut.
Kas/Bank
Pendapatan non air
XXX
XXX
b. Pengakuan pendapatan non air dari kontrak pemasangan sambungan
baru.
Setelah menerima permohonan dari calon pelanggan, petugas
pelayanan pelanggan akan melakukan pemeriksaan mengenai lokasi
pemohon. Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dibuatlah
perencanaan teknik dan taksiran biaya pemasangan. Perencanaan
teknik dan taksiran biaya pemasangan yang telah disahkan Diretur
Teknik, akan disampaikan kepada pemohon. Setelah menerima
taksiran biaya, pemohon harus menandatangani Surat Pernyataan
28
Pelanggan (SPP). SPP ini merupakan kontrak yang berisi pernyataan
kesanggupan pelanggan untuk menanggung biaya pemasangan
sambungan baru. Setelah pemasangan sambungan baru terselesaikan,
maka pembayarannya dapat dilakukan baik secara tunai maupun
kredit.
1) Pengakuan pendapatan non air untuk pembayaran tunai.
Jika dalam SPP pemohon menyatakan bahwa setelah
pemasangan sambungan baru selesai pemohon akan membayar
secara tunai, maka bagian pembukuan langsung mengakui
pendapatan berdasarkan SPP dan membukukan dalam jurnal
sebagai berikut :
Piutang rekening non air
XXX
Pendapatan non air
XXX
Pada saat menerima pembayaran dari pelanggan, maka
bagian pembukuan akan melakukan pencatatan dalam Jurnal
Penerimaan Kas sebagai berikut :
Kas/Bank
Piutang rekening non air
XXX
XXX
2) Pengakuan pendapatan untuk pembayaran secara kredit.
Jika dalam SPP pemohon menyatakan akan membayar
secara kredit, maka pemohon harus membayar uang muka yang
besarnya minimal 30 % dari total pemasangan sambungan baru.
Uang muka ini harus dibayarkan setelah pemasangan sambungan
29
baru selesai. Pada saat menerima SPP, PDAM Klaten mengakui
pendapatan non air sebesar biaya yang disetujui oleh pemohon dan
mengakui piutang rekening non air sebesar uang muka yang akan
diterima, sedangkan sisa biaya yang akan dibayar pemohon yaitu
sebesar
70 %, belum diakui sebagai Piutang rekening non air,
tetapi sebagai Sambungan baru yang akan diterima. Berdasarkan
salinan SPP tersebut, yaitu sebesar 30 % yang akan dibayarkan
oleh pelanggan sebagai uang muka, bagian pembukuan mencatat
dalam jurnal sebagai berikut :
Piutang rekening non air
XXX
Pendapatan non air
XXX
Biaya pemasangan sambungan baru yang telah disepakati
dapat dibayar secara angsuran, yaitu sebesar 70 % akan dibukukan
dalam Jurnal Umum sebagai berikut.
Sambungan baru yang akan diterima
XXX
Pendapatan non air
XXX
Setelah menerima SPP, setiap bulan Direktur Administrasi
dan Keuangan akan menerbitkan dokumen tagihan angsuran.
Kemudian berdasarkan kuitansi tagihan dan Bukti Jurnal Umum di
atas akan dibuat pembukuan dalam Jurnal Umum dengan jumlah
sebesar angsuran setiap bulan. Jurnal tersebut adalah :
Piutang rekening non air
Sambungan baru yang akan diterima
XXX
XXX
30
Setelah dibuat jurnal di atas, maka pada saat PDAM
Kabupaten Klaten menerima pembayaran angsuran dibuat ayat
jurnal dalam Jurnal Penerimaan Kas/Bank sebagai berikut.
Kas / Bank
XXX
Piutang Rekening non air
XXX
3. Estimasi Piutang Tak Tertagih pada PDAM Klaten
Dalam menentukan besarnya penyisihan untuk piutang tak
tertagih, perusahaan membuat pengelompokan piutang menurut umurnya
(aging schedule) pada tiap akhir tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000,
tentang Pedoman Akuntansi PDAM, besarnya presentase untuk penyisihan
piutang ditentukan sebagai berikut.
a. Di atas 3 bulan s.d 6 bulan : 30 %
b. Di atas 6 bulan s.d 1 tahun : 50 %
c. Di atas 1 tahun s.d 2 tahun : 75 %
d. Di atas 2 tahun
: 100 %
Piutang yang telah berumur diatas 1 tahun sampai dengan 2 tahun
dan piutang yang telah berumur di atas 2 tahun digolongkan sebagai
piutang tak tertagih dan dapat diusulkan kepada Badan Pengawas untuk
dihapus, serta dikeluarkan dari pembukuan, tetapi tetap dicatat secara extra
comptable dan diusahakan penagihannya.
Penyisihan piutang tersebut di atas dikecualikan bagi tagihan
kepada seluruh instansi pemerintah dan TNI / POLRI. Hal itu dilakukan,
31
karena PDAM Kabupaten Klaten merasa yakin bahwa piutang yang
berasal dari Instansi Pemerintah pasti akan terbayarkan suatu saat nanti.
Dalam hal kejadian-kejadian khusus, misalnya ada pembongkaran daerah
pemukiman tertentu untuk pembangunan, tagihan-tagihan tersebut sudah
dapat diusulkan penghapusannya walaupun belum memenuhi ketentuan di
atas.
4. Akuntansi Piutang Tak Tertagih pada PDAM Klaten
Pembentukan Penyisihan piutang rekening air dilakukan pada akhir
tahun setelah perusahaan melakukan opname rekening air dan membuat
Daftar Umur Piutang berdasarkan ketentuan yang berlaku. Kemudian
berdasarkan Daftar Umur Piutang yang telah dibuat, bagian pembukuan
akan membukukan penyesuaian Penyisian piutang rekening air dalam
Jurnal Umum sebagai berikut :
Biaya penyisihan piutang
XXX
Penyisihan piutang rekening air
XXX
Sedangkan untuk penyesuaian piutang rekening non air dibukukan
sebagai berikut:
Biaya penyisihan piutang
Penyisihan piutang rekening non air
XXX
XXX
Sebesar 75 % dari piutang yang telah berumur di atas 1 tahun
sampai dengan 2 tahun dan sebesar 100 % dari piutang yang telah berumur
di atas 2 tahun, diklasifikasikan sebagai piutang ragu-ragu dan dibuat
jurnal sebagai berikut.
32
Piutang ragu-ragu
XXX
Piutang rekening air
XXX
Sedangkan untuk piutang rekening non air adalah sebagai berikut.
Piutang ragu-ragu
XXX
Piutang rekening non air
XXX
Khusus untuk piutang yang telah berumur di atas 2 tahun yang
sebelumnya diklasifikasikan sebagai piutang ragu-ragu, dimasukkan ke
dalam Daftar Normatif dan diajukan kepada Badan Pengawas untuk
dihapus.
Kemudian apabila penghapusan piutang berdasarkan Daftar
Normatif tersebut telah disetujui Badan Pengawas, maka akan dibuatkan
Surat Keputusan Direksi tentang penghapusan piutang. Berdasarkan Surat
Keputusan Direksi tersebut, dibuat ayat jurnal sebagai berikut.
Penyisihan piutang rekening air
XXX
Piutang ragu-ragu
XXX
Sedangkan untuk penghapusan piutang rekening non air adalah
sebagai berikut :
Penyisihan piutang rekening non air
XXX
Piutang ragu-ragu
Piutang
Kabupaten
Klaten
XXX
ragu-ragu
sebagai
digunakan
rekening
oleh
PDAM
sementara
untuk
mengklasifikasikan piutang yang mempunyai kemungkinan besar tidak
33
tertagih. Jika pengajuan penghapusan piutang kepada Badan Pengawas
tidak disetujui, maka piutang ragu-ragu yang telah dimunculkan dalam
jurnal pada waktu pengklasifikasian piutang ragu-ragu tetap dicatat
tidak dihapus dan akan diajukan lagi pada tahun berikutnya.
Jika terdapat pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan,
PDAM Klaten memperlakukan penerimaan tersebut sebagai Pendapatan
Lain-lain tahun berjalan. Kemudian berdasarkan Daftar Piutang yang telah
dihapuskan dan kuitansi pembayaran piutang yang telah dihapus tersebut,
bagian pembukuan akan mencatat penerimaan kas tersebut dalam Jurnal
Penerimaan Kas sebagai berikut.
Kas/Bank
Pendapatan lain-lain
XXX
XXX
5. Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha pada PDAM Klaten
Piutang usaha PDAM Klaten disajikan dalam laporan keuangan
sebesar nilai tunai yang dapat direalisasi. Untuk menentukan besarnya
nilai tunai yang dapat direalisasi, PDAM Klaten membuat penyisihan
untuk piutang yang mempunyai kemungkinan tidak tertagih. PDAM
Klaten menyajikan piutang usaha yang terlihat dalam Tabel 2.1.
34
Tabel 2.1
PDAM KABUPATEN KLATEN
NERACA ( Bagian Aktiva Lancar )
Tanggal 31 Desember 2004
NO
NAMA PERKIRAAN
AKTIVA LANCAR
Kas
1 dan Bank
Investasi
2
Jangka Pendek
Piutang
3
Usaha
Penyisihan Piutang Usaha
Nilai Buku Piutang Usaha
Piutang
4
Lain-lain
Persediaan
5
Bahan
Pembayaran
6
di Muka
JUMLAH AKTIVA LANCAR
Sumber : Data Primer
JUMLAH
( Rp )
224.385.746
5.203.000.000
559.949.900
(21.044.634)
528.905.266
126.532.800
75.635.951
6.527.550
6.174.897.313
C. EVALUASI AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PDAM KLATEN
1. Evaluasi Klasifikasi Piutang Usaha
PDAM Kabupaten Klaten mengklasifikasikan seluruh piutang
usaha yang ada menjadi dua berdasarkan sumber terjadinya, yaitu Piutang
Usaha dan Piutang Lain-lain. Piutang Usaha meliputi semua bentuk
tagihan yang bersal dari kegiatan utama PDAM Klaten. Piutang Usaha
disubklasifikasikan menjadi Piutang rekening air dan Piutang rekening non
air. Piutang rekening air adalah adalah piutang yang berasal dari penjualan
air dan unsur pendapatan lainnya yang termasuk dalam tagihan rekening
air. Piutang rekening air diakui pada saat Rekening Air diterbitkan.
Piutang rekening non air adalah semua bentuk tagihan yang bukan berasal
dari piutang rekening penjualan air.
35
Klasifikasi piutang yang dibuat oleh PDAM Klaten sudah wajar,
Piutang rekening air dan Piutang rekening non air berasal dari kegiatan
utama perusahaan yaitu dari penjualan air. Oleh karena itu piutang tersebut
layak untuk digolongkan sebagai Piutang Usaha.
PDAM Klaten juga menggolongkan
piutangnya berdasarkan
kelompok pelanggan, antara lain sebagai berikut :
a. Piutang pelanggan sosial.
b. Piutang pelanggan rumah tangga.
c. Piutang pelanggan Instansi Pemerintah.
d. Piutang pelanggan niaga.
e. Piutang pelanggan industri.
Penggolongan piutang usaha yang dilakukan PDAM Klaten
berdasarkan kelompok pelanggan memang tidak disyaratkan dalam Prinsip
Akuntansi Berterima Umum. Akan tetapi penggolongan ini harus
dilakukan oleh PDAM Klaten untuk menentukan tarif dari masing-masing
kelompok pelanggan tersebut, mengingat tarif dari masing-masing
kelompok
pelanggan
tersebut
berbeda-beda.
Oleh
karena
itu,
penggolongan ini boleh-boleh saja dilakukan oleh PDAM Klaten.
Di samping Piutang Usaha, PDAM Klaten juga memiliki Piutang
Lain-lain. Piutang Lain-lain adalah piutang yang timbul bukan dari
kegiatan usaha utama perusahaan. Piutang Lain-lain ini terdiri dari :
36
a. Tagihan Non Usaha
Piutang ini terdiri dari tagihan-tagihan kepada pihak ketiga
yang bukan berasal dari kegiatan utama PDAM Klaten, tetapi tagihan
mengakibatkan suatu pendapatan pada PDAM Klaten. Tagihan non
usaha ini seperti tagihan atas penjualan barang-barang bekas dan
sebagainya.
b. Piutang Pajak
Piutang pajak ini merupakan selisih lebih (PPh Pasal 31) antara
pembayaran di muka Pajak Penghasilan dengan Pajak Penghasilan
Badan yang terkena atas Laba Kena Pajak menurut ketentuan pajak.
c. Pendapatan yang Belum Diterima
Piutang ini meliputi pendapatan periodik (sewa, bunga, dan
sebagainya) yang telah menjadi hak PDAM Klaten akan tetapi belum
diterima pembayarannya sampai pada saat penyusunan neraca.
d. Rupa-Rupa Piutang Lainnya
Piutang ini meliputi piutang yang mungkin timbul dan tidak
mungkin dikelompokkan secara tepat ke dalam piutang-pitang yang
telah disebutkan di atas. Dalam rupa-rupa piutang lain ini terdapat
piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi. Kedua piutang
tersebut tergolong sebagai piutang jangka panjang karena jangka
waktu penagihannya lebih dari satu tahun.
Klasifikasi yang telah dilakukan PDAM Klaten atas Piutang Lainlain ini sudah wajar. Piutang yang timbul dari transaksi di luar usaha
37
utama perusahaan telah diklasifikasikan secara tepat di dalam Piutang
Lain-lain. Seluruh piutang yang dimiliki PDAM Klaten baik itu Piutang
Usaha maupun Piutang Lain-lain adalah piutang jangka pendek, yang
jangka waktu penagihannya kurang dari satu tahun. Namun kenyataannya
di dalam Piutang lain-lain tersebut terdapat piutang jangka panjang yang
tergolong dalam Rupa-rupa piutang lainnya yaitu piutang kepada pegawai
dan piutang kepada koperasi.
Untuk
lebih
baiknya,
maka
perusahaan
seharusnya
tidak
memasukkan piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi ke
dalam Rupa-rupa piutang lainnya. Alangkah baiknya kalau perusahaan
mengklasifikasikan tersendiri untuk kedua piutang tersebut ke dalam
kelompok Piutang jangka panjang mengingat jangka waktu penagihan dari
kedua piutang tersebut adalah lebih dari satu tahun
2. Evaluasi Pengakuan Piutang Usaha
Dalam
menyediakan,
menjalankan
menjual,
dan
usahanya
PDAM
mendistribusikan
Kabupaten
air
bersih
Klaten
kepada
pelanggannya. Dari kegiatan usahanya ini, akan diperoleh Piutang Usaha.
Piutang Usaha dikelompokkan menjadi Piutang rekening air dan Piutang
rekening non air.
a. Pengakuan Piutang Rekening Air
Piutang rekening air berasal dari penjualan air dan unsur
pendapatan lain yang termasuk dalam tagihan rekening air. Piutang
rekening air diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan
38
penjualan air yaitu pada saat rekening air diterbitkan. Rekening air
menunjukkan besarnya uang yang harus dibayar oleh pelanggan.
Dalam rekening air ini terdapat empat unsur pendapatan, antara lain :
1) Harga air
Harga air adalah biaya untuk menghasilkan air ditambah
dengan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan.
2) Jasa Administrasi
Jasa administrasi adalah biaya yang berkaitan dengan
pencetakan rekening air dan sebagainya.
3) Tunjangan Beban Air
Tunjangan beban air adalah biaya tetap yang dibebankan
kepada pelanggan setiap bulan.
4) Pendapatan Penjualan Air lainnya
Pendapatan penjualan air lainnya adalah pendapatan yang
berasal dari denda atas keterlambatan pembayaran rekening oleh
pelanggan.
Semua unsur pandapatan di atas diakui sebagai unsur piutang
usaha. Pengakuan semua unsur pendapatan tersebut sudah wajar
karena semua unsur pendapatan tadi berkaitan langsung dengan
penjualan air. Keempat unsur pandapatan yang ditagihkan kepada
pelanggan tersebut sudah wajar untuk laporkan sebagai piutang usaha.
Piutang rekening air diakui bersamaan dengan pengakuan
pendapatan, yaitu setelah air telah diberikan dan rekening air
39
diterbitkan. Dalam PSAK No. 23 tentang Pendapatan, Ikatan Akuntan
Indonesia mensyaratkan bahwa pendapatan dari penjualan barang
harus diakui bila seluruh kondisi berikut telah terpenuhi :
1) Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan, dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
2) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian
yang efektif atas barang yang dijual.
3) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
4) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.
5) Biaya terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.
Praktik Pengakuan piutang yang bersamaan dengan pengakuan
pendapatan sudah tepat sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima
Umum. Prinsip Akuntansi Berterima Umum
mensyaratkan bahwa
pendapatan atas penjualan barang secara kredit yang diberikan oleh
perusahaan kepada pelanggan, diakui apabila syarat-syarat pengakuan
pendapatan atas penjualan barang dipenuhi seluruhnya. PDAM
Kabupaten Klaten mengakui piutang rekening air saat rekening air
diterbitkan, hal ini dilakukan oleh bagian pembukuan untuk mencatat
piutang yang akan ditagihkan. Pengakuan pendapatan yang dilakukan
tersebut sudah tepat apabila dilakukan pada saat rekening air
diterbitkan. Kelima syarat pengakuan pendapatan yang disyaratkan
40
oleh IAI, telah dipenuhi setelah Daftar Rekening yang Harus Ditagih
disahkan oleh Direksi yang kemudian diterbitkan. Dokumen sumber
yang digunakan adalah Daftar Rekening yang Harus Ditagih.
Dalam Rekening air yang ditagihkan tiap-tiap bulan kepada
pelanggan terdapat salah satu komponen atau item dari rekening air
yaitu Biaya Dana Meter. Biaya Dana Meter memang tepat diakui oleh
PDAM Kabupaten Klaten sebagai kewajiban dalam perkiraan
Cadangan Dana Meter dan bukan diakui sebagai pendapatan. Hal ini
disebabkan karena Cadangan Dana Meter merupakan suatu biaya yang
dibebankan kepada pelanggan, dimana suatu saat biaya ini akan
dikembalikan lagi kepada pelanggan untuk mengganti meter air
pelanggan setiap 5 tahun sekali. Dengan kata lain, Cadangan Dana
Meter merupakan pendapatan diterima di muka yang dibayarkan
pelanggan kepada PDAM Klaten untuk mengganti meter air
pelanggan.
Pada saat mencatat penerimaan pembayaran atas piutang
rekening air, pencatatan yang dilakukan oleh PDAM Klaten sudah
tepat. Ayat jurnal yang dibuat PDAM Klaten telah sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum.
b. Pengakuan Piutang Rekening Non Air
Piutang rekening non air meliputi tagihan-tagihan di luar
piutang rekening air. PDAM Klaten menentukan bahwa piutang
rekening non air timbul dari pemasangan sambungan baru. Atas dasar
41
permintaan dari pelanggan untuk berlangganan, petugas pelayanan
pelanggan akan mensurvey lokasi calon pelanggan. Setelah dilakukan
survey lokasi, dibuatlah taksiran biaya pemasangan sambungan baru.
Taksiran biaya pemasangan sambungan baru akan diberikan kepada
pemohon.
Setelah pemohon menyetujui taksiran biaya pemasangan
sambungan baru tersebut pemohon harus membuat Surat Pernyataan
Pelanggan. Dalam SPP itu pelanggan menandatangani kontrak yang
berisi kesanggupan dari pemohon untuk membayar biaya pemasangan
sambungan baru. Biaya pemasangan sambungan baru harus dibayar
oleh pemohon setelah proses pemasangan sambungan baru tersebut
telah terselesaikan.
1) Pengakuan pendapatan untuk pembayaran secara tunai.
Apabila pemohon menyetujui untuk membayar biaya
pemasangan sambungan baru tersebut secara tunai, maka
perusahaan akan mengakui Piutang rekening non air. Pengakuan
piutang ini adalah pada saat ditandatanganinya kontrak dalam SPP.
Praktik pengakuan piutang pada PDAM Klaten ini kurang tepat
dan tidak sesuai dengan syarat pengakuan pendapatan yang
disyaratkan oleh IAI. Pada saat kontrak ditandatangani, syarat
pengakuan pendapatan tersebut belum sepenuhnya terpenuhi.
Perusahaan belum memindahkan risiko signifikan dan belum
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pemohon.
42
Perusahaan masih mengelola atau masih melakukan pengendalian
secara efektif atas barang yang dijual. Seharusnya perusahaan
mengakui pendapatan bersamaan juga dengan pengakuan piutang,
yaitu pada saat perusahaan telah selesai dalam pemasangan
sambungan baru. Sedangkan Jurnal Umum yang di buat pada saat
mengakui
timbulnya
piutang
rekening
non
air
yang
pembayarannya dilakukan secara tunai tersebut sudah benar, hanya
saja waktu pencatatannya saja kurang tepat.
2) Pengakuan pendapatan untuk pembayaran secara kredit
Apabila pemohon setuju untuk melakukan pembayaran atas
pemasangan sambungan baru tersebut secara kredit, maka
perusahaan langsung melakukan pengakuan terhadap pendapatan
atas uang muka yang akan diterima setelah pemasangan selesai
dilaksanakan. Hal ini juga kurang tepat, seperti pada pembayaran
tunai. Pada saat mengakui pendapatan ini, perusahaan mengakui
Sambungan baru yang akan diterima. Jurnal untuk mengakui
pendapatan ini adalah :
Sambungan baru yang akan diterima
Pendapatan non air
XXX
XXX
Angsuran biaya pemasangan sambungan baru akan ditagih
setiap bulan oleh petugas penagihan. Setiap bulan PDAM Klaten
menerbitkan Surat Tagihan Pembayaran Biaya Pemasangan
Sambungan Baru. Piutang rekening non air diakui pada saat Surat
43
Tagihan Pembayaran Biaya Pemasangan Sambungan Baru
diterbitkan. Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Piutang rekening non air
XXX
Sambungan baru yang akan diterima
XXX
Kesalahan yang dilakukan oleh PDAM Klaten adalah pada
saat mengakui pendapatan. IAI mensyaratkan lima kondisi yang
harus dipenuhi apabila pendapatan akan diakui. Pengakuan
pendapatan lebih tepat diakui pada saat pemasangan sambungan
baru telah selesai dilakukan.
Pada waktu pencatatan timbulnya piutang yang akan
dibayarkan oleh pelanggan secara angsuran dengan mengakui
rekening Sambungan baru yang akan diterima sudah tepat.
Rekening Sambungan baru yang akan diterima tersebut pada
PDAM Kabupaten Klaten masuk di neraca dalam kelompok Aktiva
lain-lain. Hal ini disebabkan karena piutang yang akan dibayarkan
oleh pelanggan tersebut jangka waktu pelunasannya lebih dari satu
tahun.
Pada saat mencatat penerimaan kas pembayaran Piutang
rekening non air, ayat jurnal yang dibuat oleh PDAM Klaten
adalah sebagai berikut.
Kas/Bank
XXX
Piutang rekening non air
Jurnal
tersebut
telah
Akuntansi Berterima Umum.
memenuhi
XXX
ketentuan
Prinsip
44
3. Evaluasi Estimasi Piutang Tak Tertagih
Untuk menentukan besarnya penyisihan untuk mengantisipasi
adanya piutang tak tertagih, pada tiap akhir tahun PDAM Klaten membuat
pengelompokan piutang usaha berdasarkan umurnya sebagai dasar
perhitungannya. Dalam Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No. 8
Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM, besarnya penyisihan
untuk piutang tak tertagih pada akhir tahun ditentukan sebagai berikut :
a. Di atas 3 bulan s.d 6 bulan : 30 %
b. Di atas 6 bulan s.d 1 tahun : 50 %
c. Di atas 1 tahun s.d 2 tahun : 75 %
d. Di atas 2 tahun
: 100 %
Perhitungan besarnya penyisihan berdasarkan ketentuan tersebut
dapat dirinci seperti yang terlihat dalam Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2.
Penyisihan untuk Piutang Rekening Air
UMUR PIUTANG
PIUTANG
PENYISIHAN JUMLAH
REKENING
AIR
1
2
3
2X3
x ≤1 bulan
459.887.300
1 bulan < x ≤ 3 bulan
61.690.600
3 bulan < x ≤6 bulan
13.780.750
30 %
4.134.225
6 bulan < x ≤ 1 tahun
4.688.375
50 %
2.344.187
1 tahun < x ≤ 2 tahun
3.778.950
75 %
2.834.213
x > 2 tahun
8.987.625
100 %
8.987.625
Jumlah
Sumber : Data Olahan
552.813.600
18.300.250
45
Tabel 2.3
Penyisihan untuk Piutang Rekening Non Air
UMUR PIUTANG
PIUTANG PENYISIHAN
REKENING
NON AIR
1
2
3
x ≤1 bulan
465.450
1 bulan < x ≤ 3 bulan
217.450
3 bulan < x ≤6 bulan
112.500
30 %
6 bulan < x ≤ 1 tahun
717.500
50 %
1 tahun < x ≤ 2 tahun
1.802.500
75 %
x > 2 tahun
3.820.900
100 %
Jumlah
7.136.300
Sumber : Data Olahan
JUMLAH
2x3
33.750
358.750
1351.875
3.820.900
5.565.275
Dalam Laporan Tahunan PDAM Klaten, jumlah penyisihan untuk
piutang tak tertagih untuk rekening air adalah sebesar Rp 15.539.359,
sedangkan dalam perhitungan yang telah dibuat oleh penulis adalah
sebesar Rp 18.300.250. Jadi terdapat selisih sebesar Rp 2.760.891. Dalam
laporan tahunan PDAM Klaten disajikan Penyisihan untuk Piutang
rekening non air adalah sebesar Rp 5.505.275, sedangkan dalam
perhitungan yang dilakukan oleh penulis, besarnya Penyisihan untuk
Piutang rekening non air adalah sebesar Rp 5.565.275. Jadi selisihnya
adalah Rp 60.000.
PDAM Klaten terdapat kesalahan dalam penghitungan besarnya
penyisihan baik untuk Piutang rekening air dan Piutang rekening non air.
Penyisihan yang dilaporkan dalam Neraca PDAM Klaten terlalu kecil
Rp 2.820.891. Kesalahan ini akan mengakibatkan Piutang yang dilaporkan
PDAM Klaten terlalu besar, akibatnya Aktiva yang dilaporkan juga terlalu
besar. Kesalahan tersebut juga mengakibatkan Kerugian Piutang yang
46
dilaporkan terlalu kecil, akibatnya laba yang dilaporkan pada PDAM
Klaten menjadi terlalu besar.
PDAM Klaten mengakui kerugian akibat piutang tak tertagih dengan
menggunakan metode cadangan. Metode yang digunakan oleh PDAM
Klaten tersebut telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum,
karena membandingkan pendapatan dengan beban periode berjalan dengan
tepat daripada menggunakan metode penghapusan langsung.
Untuk menentukan besarnya cadangan kerugian piutang adalah
berdasarkan piutang yang beredar. PDAM Klaten membuat penetapan
umur piutang untuk digunakan sebagai dasar dalam menentukan besarnya
cadangan
kerugian
piutang.
Piutang
yang
dimiliki
digolongkan
berdasarkan umurnya sejak piutang tersebut telah diakui. Tiap-tiap
kelompok piutang ditentukan cadangan kerugian piutang untuk piutang
yang tidak dapat ditagih
Metode analisis umur piutang akan dapat memberikan pendekatan
yang lebih memuaskan untuk menilai piutang pada jumlah bersih yang
dapat direaliasikan. Data yang dikembangkan melalui analisis umur
piutang sangat berguna bagi manajemen untuk tujuan analisis kredit dan
pengendalian kredit.
4. Evaluasi Akuntansi Piutang Tak Tertagih
PDAM Klaten mencatat pembentukan penyisihan atau cadangan
kerugian piutang untuk piutang tak tertagih pada tiap akhir tahun.
Pembentukan penyisihan piutang rekening air dilakukan setelah
47
perusahaan melakukan opname rekening air dan membuat Daftar Umur
Piutang. Pembentukan penyisihan piutang rekening air dicatat dalam
jurnal umum sebagai berikut :
Biaya penyisihan piutang
XXX
Penyisihan piutang rekening air
XXX
Sedangkan untuk penyisihan piutang rekening non air adalah
sebagai berikut :
Biaya penyisihan piutang
XXX
Penyisihan piutang rekening non air
Pada
tiap-tiap
akhir
tahun,
bagian
XXX
pembukuan
akan
mengklasifikasikan piutang yang mempunyai kemungkinan besar tidak
tertagih yaitu sebesar 75 % dari piutang usaha yang telah berumur di atas 1
tahun sampai dengan 2 tahun dan sebesar 100 % dari piutang yang
berumur lebih dari 2 tahun, dengan membuat jurnal untuk piutang
rekening air sebagai berikut.
Piutang ragu-ragu
XXX
Piutang rekening air
XXX
Untuk piutang rekening non air dibuat jurnal sebagai berikut.
Piutang ragu-ragu
Piutang rekening non air
XXX
XXX
Pengakuan piutang ragu-ragu yang diterapkan pada PDAM Klaten
tersebut tidak disyaratkan oleh Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Oleh
sebab itu, untuk lebih efisiennya maka pada waktu pengklasifikasian
48
piutang yang mempunyai kemungkinan besar tidak tertagih tidak perlu
dibuat jurnal seperti di atas, cukup dengan mencatatnya dalam Daftar
Normatif. Khususnya untuk piutang yang berumur di atas 2 tahun. Jika
badan pengawas menyetujui untuk menghapus dibuat jurnal sebagai
berikut.
Penyisihan piutang rekening air
XXX
Piutang rekening air
XXX
Untuk penghapusan piutang rekening non air jurnalnya adalah :
Penyisihan piutang rekening non air
XXX
Piutang rekening non air
XXX
Jika terdapat pembayaran yang diterima dari piutang yang telah
dihapuskan, PDAM Klaten memperlakukan pembayaran yang diterimanya
tersebut sebagai Pendapatan Lain-lain tahun berjalan. Penerimaan tersebut
oleh bagian pembukuan dicatat sebagai berikut :
Kas/Bank
Pendapatan Lain-lain
XXX
XXX
Pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh PDAM Klaten ini
kurang tepat. Piutang yang diterima pembayarannya tersebut sudah diakui
sebagai pendapatan pada saat piutang itu timbul. Penerimaan piutang yang
telah dihapuskan tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan lain-lain
tahun berjalan. Prinsip Akuntansi Berterima Umum tidak mensyaratkan
adanya pengakuan pendapatan dari penerimaan pembayaran atas piutang
yang telah dihapuskan. Untuk mencatat penerimaan kembali dari piutang
49
yang telah dihapuskan, terlebih dahulu dimunculkan kembali piutang yang
telah dihapuskan sebesar jumlah pembayaran yang diterima. Untuk
memunculkan kembali piutang rekening air yang telah dihapus perlu
dibuat ayat jurnal sebagai berikut.
Piutang rekening air
XXX
Penyisihan piutang tak tertagih
XXX
Sedangkan untuk piutang rekening non air piutang yang telah
dihapuskan dimunculkan sebagai berikut :
Piutang rekening non air
XXX
Penyisihan piutang tak tertagih
XXX
Kemudian setelah piutang dimunculkan kembali, dilakukan
pencatatan penerimaan kas sebagai berikut :
Kas/Bank
XXX
Piutang rekening air
XXX
Untuk piutang rekening non air dicatat sebagai berikut :
Kas/Bank
XXX
Piutang rekening non air
XXX
5. Evaluasi Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha
PDAM Klaten melaporkan piutang pada nilai tunai yang dapat
direalisasikan. Untuk melaporkan piutang usaha pada nilai yang dapat
direalisasi, maka dibuatlah penyisihan untuk piutang yang mempunyai
kemungkinan tak tertagih. Penerapan kebijakan akuntansi yang dilakukan
PDAM Klaten ini sudah wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima
50
Umum. PDAM Klaten tidak mengantisipasikan potongan dagang dan retur
penjualan, karena baik potongan penjualan maupun retur penjualan hampir
tidak mungkin terjadi dalam transaksi yang dilakukan oleh PDAM Klaten.
Piutang Usaha disajikan dalam Neraca PDAM Kabupaten Klaten.
PDAM Kabupaten Klaten mengklasifikasikan seluruh piutang usaha yang
dimiliki sebagai piutang jangka pendek, maka seluruh piutang yang timbul
pada PDAM Klaten disajikan di bawah judul Aktiva Lancar. Padahal
PDAM Kabupaten Klaten memiliki Piutang jangka panjang. Oleh karena
itu sebaiknya piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang yang
dimiliki PDAM Kabupaten Klaten disajikan secara terpisah dalam laporan
keuangan.
Pada penjelasan Pos-pos Neraca dan Laporan Laba/Rugi, PDAM
Klaten menyajikan rincian piutang usaha berdasarkan kelompok pelanggan
seperti yang terlihat dalam Tabel 2.4. Kemudian Pos-pos Neraca dan
Laporan Laba/Rugi tersebut juga dijelaskan pengelompokkan piutang
usaha berdasarkan kelompok umur, yang dapat dilihat dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.4
Piutang Usaha Berdasarkan Kelompok Pelanggan
Tanggal 31 Desember 2004
KELOMPOK
AIR
NON AIR
JUMLAH
PELANGGAN
Sosial
13.294.100
13.294.100
Rumah tangga
383.295.675
5.898.800 389.194.475
Instansi Pemerintah
57.439.875
60.000
57.499.875
Niaga
87.231.400
480.000
87.711.400
Industri
11.552.550
697.500
12.250.050
Sub Jumlah
552.813.600
7.136.300 559.949.900
Penyisihan Piutang
(15.539.359) (5.505.275) (21.044.634)
Jumlah
573.274.241
1.631.025 538.905.266
Sumber : Data Primer
%
2,37
69.51
10,27
15,66
2,19
100
(3,76)
96,24
51
Tabel 2.5
Piutang Usaha Berdasarkan Kelompok Umur
Tanggal 31 Desember 2004
KELOMPOK UMUR
AIR
NON AIR
JUMLAH
%
x ≤1 bulan
459.887.300
465.450
460.352.750 82,21
1 bulan < x ≤ 3 bulan
61690.600
217.150
61.908.050 11,05
3 bulan < x ≤ 6 bulan
13.780.750
112.500
13.893.250
2,48
6 bulan < x ≤ 1 tahun
4.688.375
717.500
5.405.875
0,97
1 tahun < x ≤ 2 tahun
3.778.950
1.802.500
5.581.450
1,00
x > 2 tahun
8.987.625
3.820.900
12.808.525
2,29
Sub Jumlah
552.813.600
7.136.300
559.949.900
100
Penyisihan
(15.539.359) (5.505.275) (21.044.634) (3,76)
Jumlah
537.274.241
1.631.025
538.905.266 96,24
Sumber : Data Primer
52
BAB III
TEMUAN
Dari hasil Evaluasi Akuntansi Piutang Usaha pada PDAM Kabupaten
Klaten, penulis menemukan adanya beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan dan kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut.
A. Kelebihan
1. Piutang rekening air diakui pada saat rekening air diterbitkan. Bersamaan
ini pula diakui pendapatan penjualan air. Praktik pengakuan piutang yang
bersamaan dengan pengakuan pendapatan sudah tepat sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum. Hal ini disebabkan karena kelima
syarat pengakuan pendapatan yang disyaratkan oleh IAI, dalam PSAK No.
23 tentang Pendapatan, telah terpenuhi setelah Daftar Rekening Air yang
Harus Ditagih disahkan oleh Direksi dan kemudian diterbitkan.
2. Jurnal-jurnal yang dibuat oleh PDAM Kabupaten Klaten untuk mencatat
penerimaan atas pembayaran piutang rekening air dan piutang rekening
non air telah memenuhi ketentuan prinsip akuntansi berterima umum.
3. PDAM Kabupaten Klaten telah mengakui kerugian akibat piutang tak
tertagih dengan menggunakan metode cadangan. Metode ini telah sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum, karena telah membandingkan
antara pendapatan dan beban periode berjalan dan melaporkan piutang
pada nilai bersih yang dapat direalisasi.
4. PDAM Kabupaten Klaten telah melaporkan piutang pada nilai yang dapat
direalisasi. Untuk melaporkan piutang
52
usaha pada nilai yang dapat
53
direalisasi ini, maka dibuatlah penyisihan untuk piutang usaha yang
mempunyai kemungkinan tidak dapat ditagih. Dalam menentukan
besarnya penyisihan piutang yang tidak dapat ditagih, PDAM Kabupaten
Klaten menggunakan analisis umur piutang.
B. Kelemahan
1. PDAM Kabupaten Klaten tidak mengklasifikasikan piutang yang
dimilikinya berdasarkan jangka waktunya. Padahal PDAM Kabupaten
Klaten tidak hanya memiliki piutang jangka pendek tapi juga memiliki
piutang jangka panjang, yaitu piutang kepada koperasi dan piutang kepada
pegawai. Perusahaan mengelompokkan piutang kepada pegawai dan
piutang kepada koperasi ke dalam kelompok Rupa-rupa piutang lainnya,
dimana rupa-rupa piutang lainnya ini masuk ke dalam Piutang lain-lain.
Dalam piutang lain-lain ini masih bersatu antara piutang jangka pendek
dan jangka panjang.
2. Dalam praktik pengakuan piutang tentang pemasangan sambungan baru
yang pembayarannya dilakukan secara tunai kurang tepat dilakukan oleh
perusahaan dan tidak sesuai dengan syarat pengakuan pendapatan yang
disyaratkan oleh IAI. Karena pada saat
pemohon
untuk
membayar
biaya
kontrak tentang kesanggupan
pemasangan
sambungan
baru
ditandatangani, syarat pengakuan pendapatan belum seluruhnya dipenuhi.
Perusahaan belum memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada
pemohon dan perusahaan masih melakukan pengendalian secara efektif
atas barang yang dijual, karena pada saat itu pemasangan sambungan baru
belum selesai dilakukan.
54
3. PDAM Kabupaten Klaten telah salah dalam melakukan perhitungan
besarnya penyisihan untuk piutang tak tertagih baik untuk rekening air
maupun rekening non air di tahun 2004 ini. Kesalahan ini mengakibatkan
penyisihan untuk piutang tak tertagih yang dilaporkan di neraca terlalu
kecil.
4. PDAM Kabupaten Klaten kurang tepat dalam melakukan pencatatan
terhadap pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan. Perusahaan
memperlakukan
pembayaran
yang
diterimanya
tersebut
sebagai
pendapatan lain-lain tahun berjalan. Pengakuan pendapatan yang
dilakukan PDAM Kabupaten Klaten tidak tepat, karena piutang yang
diterima pembayarannya tersebut sudah diakui sebagai pendapatan pada
saat piutang tersebut timbul.
5. PDAM Kabupaten Klaten tidak membuat cadangan kerugian piutang
untuk piutang yang berasal dari Instansi Pemerintah, karena perusahaan
yakin bahwa piutang yang berasal dari pemerintah suatu saat pasti akan
terbayarkan. Hal ini kurang tepat dilakukan oleh PDAM Kabupaten Klaten
karena Instansi Pemerintah juga bisa saja tidak melunasi hutangnya kepada
PDAM Klaten karena faktor-faktor tertentu yang tidak dapat diprediksi
sehingga menyebabkan piutang tersebut tidak dapat ditagih. Oleh karena
itu, maka setiap kelompok pelanggan harus tetap dicadangkan sesuai
dengan umur piutang masing-masing, sehingga keakuratan dari akuntansi
piutang usaha pada PDAM Kabupaten Klaten dapat terjaga dan Piutang
Usaha dapat dilaporkan secara tepat di dalam laporan keuangan.
55
BAB IV
REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab
sebelumnya, penulis berusaha menarik kesimpulan dari Evaluasi Akuntansi
Piutang Usaha pada PDAM Kabupaten Klaten. Secara keseluruhan akuntansi
piutang usaha pada PDAM Kabupaten Klaten sudah baik. Pencatatan
akuntansi yang telah dilakukan
pada umumnya sudah mengikuti Prinsip
Akuntansi Berterima Umum.
1. PDAM Kabupaten Klaten telah memisahkan antara piutang yang berasal
dari kegiatan utama perusahaan dengan piutang yang berasal dari luar
kegiatan utama perusahaan. PDAM Kabupaten Klaten mengklasifikasikan
piutang yang berasal dari kegiatan utama perusahaan sebagai Piutang
usaha dan piutang yang berasal dari luar kegiatan utama perusahaan
sebagai Piutang lain-lain. Piutang usaha disubklasifikasikan
menjadi
Piutang rekening air dan Piutang rekening non air. PDAM Kabupaten
Klaten tidak mengklasifikasikan piutang yang dimilikinya berdasarkan
lamanya tanggal jatuh tempo.
2. Pengakuan piutang rekening air PDAM Kabupaten Klaten bersamaan
dengan pengakuan pendapatan yaitu pada saat diterbitkannya Daftar
Rekening Air yang Harus Ditagihkan. Pengakuan piutang rekening non air
dilakukan tidak bersamaan dengan
pengakuan pedapatan. Pengakuan
piutang rekening non air dilakukan pada saat diterbitkannya Surat Tagihan
55
56
Pembayaran Biaya Pemasangan Sambungan Baru yang diterbitkan setiap
bulan.
3. Pada saat pembentukan penyisihan piutang tak tertagih, PDAM Kabupaten
Klaten mengakui Biaya penyisihan piutang tak tertagih sebagai berikut.
a. Sebesar 75 % dari piutang yang telah berumur di atas 1 tahun sampai
dengan 2 tahun dan sebesar 100 % dari piutang yang telah berumur di
atas 2 tahun diklasifikasikan sebagai Piutang ragu-ragu.
b. Khusus piutang yang telah berumur lebih dari 2 tahun yang
sebelumnya
telah
diklasifikasikan
sebagai
Piutang
ragu-ragu,
diusulkan kepada Badan Pengawas untuk dihapuskan. Apabila terdapat
pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan, maka perusahaan
akan mendebit Kas/Bank dan mengkredit Pendapatan lain-lain sebesar
pembayaran yang akan diterima.
4. Piutang Usaha PDAM Kabupaten Klaten dilaporkan di neraca pada nilai
tunai yang dapat direalisasikan. Seluruh piutang yang dimilki PDAM
Kabupaten Klaten dilaporkan di bawah judul Aktiva Lancar.
5. Untuk melaporkan piutang usaha pada nilai yang dapat direalisasikan,
PDAM Kabupaten Klaten membuat penyisihan piutang berdasarkan
prosentase piutang. Besarnya piutang ditentukan melalui analisis umur
piutang. Piutang dikelompokkkan berdasarkan lamanya piutang tersebut
dimiliki kemudian masing-masing kelompok umur piutang ditentukan
prosentase ketaktertagihannya.
57
B. Saran
Adanya beberapa kelemahan dalam akuntansi piutang usaha pada
PDAM Kabupaten Klaten yang telah diungkapkan oleh penulis pada bab
sebelumnya, maka penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yang
mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan alternatif solusi
bagi perusahaan guna memperbaiki akuntansi piutang usaha untuk masa yang
akan datang. Haal ini bertujuan agar piutang usaha pada PDAM Kabupaten
Klaten dapat dilaporkan secara tepat berdasarkan Prinsip Akuntansi Berterima
Umum. Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan antara lain sebagai
berikut.
1. PDAM Kabupaten Klaten seharusnya mengklasifikasikan piutang yang
dimilikinya berdasarkan lamanya tanggal jatuh tempo. Piutang kepada
pegawai dan piutang kepada koperasi
sebaiknya dikeluarkan dari
perkiraan Rupa-rupa piutang lainnya dan diklasifikasikan tersendiri ke
dalam Piutang Jangka Panjang.
2. Piutang rekening air tetap diakui bersamaan dengan pengakuan
pendapatan air yaitu pada saat Daftar Piutang yang ditagihkan diterbitkan.
Piutang rekening non air diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan
non air yaitu pada saat
pemasangan sambungan baru telah selesai
dilaksanakan.
3. PDAM Kabupaten Klaten seharusnya lebih teliti dalam melakukan
perhitungan terhadap besarnya penyisihan untuk piutang tak tertagih,
58
karena hal ini sangat berpengaruh terhadap Neraca dan laporan Laba /
Rugi.
4. Apabila menerima pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan,
terlebih dahulu dilakukan pencatatan dalam Jurnal Umum untuk
memunculkan
kembali
piutang
yang
telah
dihapuskan.
Untuk
memunculkan kembali piutang yang telah dihapuskan maka dibuat jurnal
sebagai berikut.
Piutang Usaha
XXX
Cadangan Kerugian Piutang
XXX
Setelah itu dilakukan pencatatan untuk mencatat penerimaan kas
dalam Jurnal Penerimaan Kas sebagai berikut.
Kas / Bank
Piutang Usaha
XXX
XXX
Kedua jurnal tersebut dibuat dengan jumlah sebesar pembayaran
yang akan diterima.
5. Piutang Usaha dari kelompok pelanggan Instansi Pemerintah haruslah
tetap dicadangkan sesuai dengan ketentuan yang ada untuk mengantisipasi
adanya kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, yang tidak dapat
diprediksikan sehingga menyebabkan piutang tersebut tidak dapat ditagih.
Hal ini dilakukan agar keakuratan dari pencatatan akuntansi dapat terjaga.
59
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto. 1995. Akuntansi Keuangan Intermediet, Edisi 2. Liberty. Yogyakarta.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi 8. BPFE. Yogyakarta.
Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi, Jilid 2 Edisi 6. STIE YKPN.
Yogyakarta.
Mulyadi. 2002. Auditing, Buku 2 Edisi 6. Salemba Empat. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. IAI.
Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No. 8 Tahun 2000 Tanggal 10
Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM.
60
Download