BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Perusahaan Sejak tahun 1977 lewat Dana APBN (DIP) Departemen Pekerjaan Umum di kota Klaten mulai dibangun Sistem Penyediaan Air Bersih atau dikenal dengan Proyek Penanggulangan Darurat yang bertujuan untuk mengenalkan sistem air bersih kepada masyarakat kota Klaten dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Sarana dan prasarana fisik yang dibangun meliputi: pengeboran sumur dalam satu buah yang berkapasitas 15 lt/dt dengan jaringan pipa transmisi dan distribusi sepanjang kurang lebih 12.000 m, pemasangan sambungan rumah 180 buah serta fasilitas hidrant umum sebanyak 14 buah. Master Plan dan Fasibility Study dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum dengan konsultan JMM (James Mongomery LTD) dari Kanada, Amerika Serikat dan BIEC dari Bandung. Seluruh Proyek dibiayai dengan Dana Pinjaman (kurang lebih 70 %) dan penyertaan Modal Pemerintah (kurang lebih 30 %). Untuk pembiayaan atas proyek tersebut maka Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia telah mengadakan Perjanjian Pinjaman (IBRD Loan 1709 IND) guna pembangunan Sistem Penyedia Air Bersih di kota Klaten PDAM Kabupaten Klaten dibentuk dan didirikan berdasarkan Perda No. 2 tahun 1 2 1977 yang telah disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. 1 Jawa Tengah No. HK.057/P/1977 tanggal 9 September 1977. 2. Tujuan dan Bidang Usaha PDAM Kabupaten Klaten didirikan dengan tujuan sebagai berikut. a. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah pada khususnya dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. b. Pembangunan perekonomian pada umumnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan rakyat serta ketenagakerjaan menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. c. Pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam penyediaan air bersih serta penyehatan lingkungan. Bidang Usaha PDAM Kabupaten Klaten adalah mengusahakan penyediaan air minum yang sehat. Penyediaan air minum tersebut harus memenuhi syarat-syarat bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Klaten. Selain itu bidang usaha PDAM Klaten juga berorientasi untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan. 3. Struktur Organisasi Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Klaten disusun berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Klaten No. 01/SD/Dir/PDAM/-KLT/IV/1983 tanggal 26 April 1983 yang telah disempurnakan dan disahkan oleh Bupati Kabupaten Klaten dengan Surat Keputusan No. 060/034/X/2001 tanggal 31 Oktober 2001 bahwa 3 Perusahaan Daerah Air Minum dipimpin oleh seorang Direktur Utama di bantu oleh Direktur Administrasi dan Keuangan serta Direktur Teknik. Tugas dan wewenang dari bagian struktur organisasi adalah sebagai berikut. a. Bupati Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap semua aktivitas perusahaan demi tercapainya tujuan perusahan. b. Badan Pengawas 1) Melakukan pengawasan secara umum atas jalannya PDAM. 2) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran PDAM serta menyampaikan hasil penilaiannya kepada Bupati Kepala Daerah dengan tembusan Kepala Direksi. 3) Enam bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir badan pengawas meneliti dan menilai hasil pekerjaan dan pertanggungjawaban Direksi untuk disampaikan kepada Bupati Kepala Daerah. c. Direktur Utama 1) Memimpin jalannya PDAM. 2) Menyelenggarakan pembinaan administrasi, organisasi, kepegawaian dan tata laksana seluruh unsur dalam lingkungan PDAM serta mengorganisasikan dan mengendalikan kegiatan di bidang produksi, distribusi, dan bidang peralatan teknis. 4 d. Direktur Administrasi dan Keuangan 1) Mengkoordinasikan dibidang dan administrasi, mengendalikan keuangan, kegiatan-kegiatan kepegawaian, dan kesekretariatan. 2) Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pengadaan serta pembelanjaan dan kekayaan bersih. 3) Mengendalikan uang pendapatan hasil penagihan rekening penggunaan air dari pelanggan. Direktur Bidang Administrasi dan Keuangan membawahi Kasi Keuangan dan Kasi Administrasi Umum dan Hubungan Langganan. Kasi Keuangan bertugas mengkoordinasi kerja sub-sub bagian yang ada di bawahnya yang meliputi : 1) Sub Seksi Perencanaan Keuangan Merencanakan dan membuat anggaran pendapatan dan belanja perusahaan secara menyeluruh. 2) Sub Seksi Pembukuan Bertanggung jawab dalam melakukan pembukuan atau pencatatan terhadap setiap transaksi yang terjadi di dalam perusahaan. 3) Sub Seksi Rekening Bertanggung jawab dalam menangani pembuatan rekening pelanggan. 5 4) Sub Seksi Penagihan Bertanggung jawab dalam melakukan penagihan secara langsung kepada pelanggan, khususnya pelanggan yang mengalami tunggakkan pembayaran. 5) Sub Seksi Kas/Pembayaran Bertanggung jawab dalam menangani pembayaran rekening pelanggan dan pembayaran rekanan (mitra bisnis) PDAM Klaten. Kasi Administrasi Umum dan Hubungan Langganan bertugas mengkoordinasi kerja sub-sub bagian yang ada di bawahnya yang meliputi : 1) Sub Seksi Administrasi Umum dan Personalia Bertanggung jawab dalam menangani gaji para pegawai perusahaan. 2) Sub Seksi Gudang Bertanggung jawab dalam mencatat keluar masuknya barang yang disimpan di dalam gudang. 3) Sub Seksi Pelayanan Pelanggan Bertanggung jawab dalam menerima pengaduan dari pelanggan dan melayani kebutuhan dari calon pelanggan. 4) Sub Seksi Pembacaan Meter Bertanggung jawab dalam melakukan pembacaan meter pada pelanggan dan berkewajiban menerima pengaduan pelanggan dan 6 melaporkan kejadian-kejadian atas kondisi instalasi saluran air minum pelanggan. e. Direktur Teknik 1) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang perencanaan teknik, produksi, distribusi, dan peralatan teknik. 2) Mengkoordinasikan dan mengendalikan pemeliharaan instalasi produksi sumber mata air tanah. 3) Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan peralatan teknik dan bahanbahan kimia. STRUKTUR ORGANISASI PDAM KABUPATEN KLATEN BUPATI BADAN PENGAWAS DIREKTUR UTAMA Direktur Bidang Administrasi & Keuangan Direktur Bidang Teknik Kasi Keuangan Kasi Adm. Umum dan Hub Langganan Kepala Unit Kasi Prod & Perencanaan Kasi Transdisbung Sub. Seksi Perenc. Keuangan Sub. Seksi Adm Umum & Personalia Pelaksana Administrasi Sub. Seksi Produksi & Lab Sub. Seksi Trandisbung Sub. Seksi Pembukuan Sub. Seksi Gudang Pelaksana Pel. Langganan Sub. Seksi Perenc & Pengawasan Sub. Seksi Meter Air Sub. Seksi Rekening Sub. Seksi Pelayanan langganan Pelaksana Teknik Sub. Seksi Pemeliharaan Sub. Seksi Penagihan Sub. Seksi Pembaca Meter Sub. Seksi Kas & Pembayaran 7 8 B. LATAR BELAKANG MASALAH Piutang usaha merupakan aktiva lancar yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Seiring dengan berkembangnya teknologi, persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Transaksi-transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit banyak ditawarkan oleh kaum penjual untuk merebut simpati dari masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen akan lebih memilih penjual yang mampu memberikan syarat penjualan secara kredit daripada penjual yang hanya mampu mensyaratkan penjualan tunai. Para penjualpun saling bersaing memberikan syarat kredit yang lebih mudah sebagai strategi pemasarannya. Piutang usaha merupakan pos yang penting untuk dilaporkan secara tepat di dalam laporan keuangan karena kemampuan penjualan secara kredit mempunyai tuntutan yang semakin besar. Piutang usaha mempunyai sifat yang unik karena mengandung unsur ketidakpastian dalam penagihannya di masa mendatang. Karena sifatnya yang mengandung unsur ketidakpastian tersebut, maka piutang yang disajikan dalam laporan keuangan harus menunjukkan jumlah yang benar-benar dapat direalisasi menjadi kas di masa yang akan datang. Piutang usaha tidak boleh dilaporkan terlalu besar dan kerugian yang mungkin timbul akibat ketaktertagihan piutang harus diantisipasikan dengan wajar, sehingga laporan keuangan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang relevan untuk mengambil keputusan. PDAM Klaten adalah perusahaan daerah yang kegiatan usahanya yang paling utama adalah Penyediaan dan Pelayanan Air Minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Klaten yang bersifat sosial dan disamping itu 9 untuk mendapatkan keuntungan. Penjualan air bersih dilakukan secara kredit sehingga piutang yang timbul dalam PDAM Klaten cukup besar. Untuk itu perlu dibuat suatu pencatatan akuntansi yang tepat agar piutang usaha yang dilaporkan dalam neraca benar-benar menunjukkan nilai yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat Tugas Akhir yang berjudul “ EVALUASI AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM ( PDAM ) KABUPATEN KLATEN “. C. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah akuntansi piutang usaha pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten ? 2. Apakah kelebihan dan kelemahan akuntansi piutang usaha pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten ? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui akuntansi piutang usaha pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten. 2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan akuntansi piutang usaha pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten. 10 E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini khususnya bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Klaten adalah untuk memberikan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan tentang akuntansi piutang usaha, agar perusahaan dapat menerapkan akuntansi piutang usaha sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, Prinsip Akuntansi Berterima Umum, serta teori yang tepat tentang akuntansi piutang usaha. 11 BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian dan Klasifikasi Piutang Menurut Harnanto (1995 : 159) piutang dalam arti luas meliputi segala macam tuntutan atau klaim kepada pihak ketiga yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Baridwan (2004 : 123) piutang diartikan sebagai klaim perusahaan atas uang, barang-barang atau jasa-jasa kepada pihak-pihak yang lain. Secara garis besar piutang dapat digolongkan menjadi beberapa jenis menurut : a. Sumber terjadinya piutang 1) Piutang dagang Piutang dagang yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari kegiatan utama perusahaan. 2) Piutang non dagang Piutang non dagang yaitu piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari kegiatan utama perusahaan. Piutang non dagang dapat timbul dari transaksi-transaksi berikut ini : 11 12 a) Perskot dalam kontrak pembelian. b) Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang yang rusak atau hilang. c) Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian-kerugian yang dipertanggungkan. d) Klaim terhadap pegawai perusahaan. e) Klaim terhadap restitusi pajak. f) Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang ( misal : botol, drum, dan lain-lain). g) Uang muka pada perusahaan anak. h) Uang muka pada pegawai perusahaan. i) Piutang deviden dan bunga. j) Piutang pesanan pembelian saham. b. Lamanya tanggal jatuh tempo 1) Piutang Jangka Pendek Piutang jangka pendek yaitu piutang yang diidentifikasikan dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam periode siklus kegiatan normal perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1, tentang Penyajian Laporan Keuangan, dijelaskan bahwa aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut : 13 a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan, atau b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca, atau c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. Aktiva yang tidak termasuk dalam kategori di atas diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. 2) Piutang Jangka Panjang Piutang jangka panjang yaitu piutang yang jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun. Piutang jangka panjang harus disajikan dalam neraca dalam kelompok aktiva tidak lancar, biasanya termasuk sebagai Investasi (jangka panjang). 2. Pengakuan Piutang Usaha Saat timbulnya piutang usaha harus ditentukan dengan tepat agar piutang usaha dapat disajikan pada periode yang tepat. Pengakuan piutang usaha sangat berhubungan dengan pengakuan pendapatan. Dalam PSAK No. 23 tentang Pendapatan, Ikatan Akuntan Indonesia mensyaratkan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut telah terpenuhi : 1) Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan, dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. 14 2) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian yang efektif atas barang yang dijual. 3) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. 4) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut. 5) Biaya terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Jurnal yang dibuat untuk mengakui adanya piutang usaha adalah sebagai berikut: Piutang Usaha Penjualan XXX XXX 3. Estimasi Piutang Tak Tertagih Penjualan secara kredit di samping mendatangkan keuntungan juga bisa mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian ini dikarenakan debitur tidak mau atau tidak mampu dalam melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini di dalam akuntansi dikenal dengan nama, seperti kerugian piutang dan biaya piutang tak tertagih. Kerugian semacam ini dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang normal dan merupakan resiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Menurut Jusup (1999 : 55) ditinjau dari sudut pandang manajemen, adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar menunjukkan bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan sudah tepat. Kerugian piutang yang terlalu rendah mengidentifikasikan bahwa kebijakan kredit 15 perusahaan terlalu ketat. Sebaliknya kerugian piutang yang terlalu tinggi diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar. Piutang usaha harus disajikan dalam jumlah bersih setelah memperhitungkan estimasi piutang tak tertagih, potongan penjualan, dan retur penjualan. Estimasi piutang tak tertagih perlu dibentuk dengan tujuan sebagai berikut : Memperhitungkan biaya-biaya yang bersangkutan dengan hasil penjualan, sehingga laba (rugi) periodik yang ditentukan menggambarkan ketelitian dan mendekati ketepatan. Menunjukkan (taksiran) nilai realisasi dari piutang dagang sebagai suatu sumber ekonomi yang potensial bagi perusahaan. Dalam menentukan besarnya kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode : a. Kerugian piutang dihitung berdasarkan jumlah penjualan. Kerugian piutang dihitung dengan mengalikan presentase tertentu dengan jumlah penjualan periode tersebut. Besarnya Cadangan Kerugian Piutang yang akan disajikan dalam laporan keuangan pada akhir periode dapat diperkirakan berdasarkan piutang tak tertagih pada masa lalu kemudian disesuaikan dengan keadaan tahun yang bersangkutan. Karena piutang usaha timbul dari penjualan kredit, maka untuk membuat estimasi piutang tak tertagih lebih tepat apabila dilakukan dengan menggunakan presentase dari penjualan secara kredit. Tetapi 16 karena jumlah penjualan terpisah menjadi penjualan tunai dan penjualan kredit menimbulkan kesulitan, maka untuk praktisnya presentase kerugian piutang bisa didasarkan pada jumlah penjualan periode yang bersangkutan. Taksiran kerugian piutang dapat dijurnal sebagai berikut: Kerugian Piutang XXX Cadangan Kerugian Piutang XXX Dasar dari metode jumlah penjualan ini mengakibatkan penandingan (matching) yang lebih baik antara pendapatan dan biaya, karena dalam metode ini lebih ditekankan pada Laporan Laba/Rugi. b. Kerugian piutang dihitung berdasarkan saldo Piutang Usaha. Ada tiga cara yang dilakukan dalam perhitungan kerugian piutang atas dasar saldo piutang, yaitu : 1) Jumlah cadangan dinaikkan sampai presentase tertentu dari saldo piutang. Jumlah kerugian piutang dapat dihitung dengan mengalikan saldo piutang dengan presentase tertentu kemudian dikurangi atau ditambah dengan saldo rekening Cadangan Kerugian Piutang. 2) Cadangan ditambah dengan presentase tertentu dari saldo piutang. Jumlah kerugian piutang dicatat dari hasil perkalian presentase kerugian piutang dan dikreditkan ke rekening Cadangan Kerugian Piutang tanpa memperhatikan saldo rekening Cadangan Kerugian Piutang 17 3) Jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur piutang. Dalam metode ini masing-masing piutang dianalisis untuk menentukan piutang mana yang telah jatuh tempo. Untuk piutang yang telah jatuh tempo, dibuat pengelompokan berdasarkan lewat waktu jatuh temponya. Setiap pengelompokan umur dianalisis untuk memperkirakan besarnya piutang tak tertagih. Agar saldo akhir Cadangan Kerugian Piutang yang disajikan di neraca adalah sebesar perhitungan tadi, maka harus dibuat penyesuaian terhadap saldo awal Cadangan Kerugian Piutang. Ayat jurnal yang harus di buat untuk menyesuaikan saldo Cadangan Kerugian Piutang adalah sebagai berikut : a) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo awal kredit besarnya sama dengan hasil perhitungan estimasi, maka tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian. b) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo kredit yang besarnya kurang dari perhitungan estimasi, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut: Kerugian Piutang XXX Cadangan Kerugian Piutang XXX (Keduanya sebesar selisih antara saldo awal cadangan dengan hasil perhitungan estimasi). 18 c) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo kredit besarnya lebih dari hasil perhitungan estimasi, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut: Cadangan Kerugian Piutang XXX Kerugian Piutang XXX (Keduanya sebesar selisih antara saldo awal Cadangan Kerugian Piutang dengan hasil perhitungan estimasi). d) Apabila Cadangan Kerugian Piutang memiliki saldo debet, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut: Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang XXX XXX (Keduanya sebesar hasil perhitungan estimasi ditambah saldo debet tersebut). Dasar dari metode saldo piutang usaha akan menghasilkan penaksiran yang lebih baik tentang nilai tunai piutang usaha yang dapat direalisasi. Dalam metode ini akan lebih ditekankan pada penyajian piutang usaha di Neraca. 4. Akuntansi Piutang Tak Tertagih Piutang usaha merupakan aktiva lancar yang diharapkan akan dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal. Akan tetapi karena satu atau beberapa hal tertentu, piutang usaha tidak mungkin dapat ditagih. Untuk itu perlu dibuat pencatatan untuk membebankan kerugian akibat piutang yang tak dapat ditagih tersebut. 19 Ada dua metode untuk membebankan kerugian piutang, yaitu: a. Metode penghapusan langsung Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening Cadangan Kerugian Piutang. Metode penghapusan langsung terjadi jika piutang dari debitur benarbenar dinyatakan tidak tertagih dan dihapuskan. Ketaktertagihan piutang usaha bisa disebabkan karena debitur mengalami kepailitan, kematian, kegagalan untuk memaksakan penagihan secara hukum atau adanya halangan penagihan akibat keterbatasan daya upaya. Ayat jurnal yang dibuat dengan metode penghapusan langsung adalah : Kerugian Piutang XXX Piutang Usaha XXX Dalam metode ini tidak mencoba membebankan adanya kerugian piutang yang timbul dari penjualan kredit sebagai biaya dalam periode dimana penjualan itu terjadi. Dengan demikian jelas akan berakibat kurang adanya ketelitian di dalam proses penentuan laba (rugi) periodik dan piutang dagang yang disajikan di neraca tidak menggambarkan sebesar nilai realisasinya. Hal ini dikarenakan pada metode ini tidak dibentuk Cadangan Kerugian Piutang sebagai rekening penilaiannya dalam piutang dagang. 20 Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus dengan menggunakan metode penghapusan langsung diatur sebagai berikut. 1) Jika kepastian bahwa piutang yang telah dihapuskan akan diterima pembayarannya, terjadi dalam tahun buku yang sama dengan penghapusanya, maka rekening yang dikredit adalah Kerugian Piutang. Jurnal untuk mencatat apabila debitur menyatakan akan membayar adalah : Piutang Usaha XXX Kerugian Piutang XXX Jurnal untuk mencatat pada saat diterima pembayaran dari debitur adalah : Kas XXX Piutang Usaha XXX 2) Jika kepastian bahwa piutang yang telah dihapuskan akan diterima pembayarannya terjadi dalam periode tahun buku berikutnya sejak piutang itu dihapuskan, maka diberlakukan sebagai Pendapatan Lain-lain. Jurnal untuk mencatat apabila debitur menyatakan akan membayar adalah : Piutang Usaha Pendapatan Lain-lain XXX XXX 21 Jurnal untuk mencatat pada saat diterima pembayaran dari debitur adalah : Kas XXX Piutang Usaha XXX b. Metode Cadangan Dalam metode ini, setiap akhir periode akan dibuat estimasi mengenai besarnya piutang yang tidak dapat tagih. Apabila dalam suatu periode telah ditemukan bukti yang kuat mengenai ketaktertagihan sebagian atau seluruh piutang, maka piutang tersebut harus dihapuskan. Penghapusan piutang ini merupakan suatu kerugian, pencatatannya tidak dibebankan pada kerugian piutang melainkan ke rekening Cadangan Kerugian Piutang. Hal ini disebabkan karena kerugian piutangnya sudah diatur pada periode sebelumnya. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah : 1) Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan (matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya penjualan. 2) Jumlah piutang yang ditaksir tidak dapat ditagih dicatat dengan jurnal : Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang XXX XXX 22 3) Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dapat dihapus dengan jurnal sebagai berikut : Cadangan Kerugian Piutang XXX Piutang Usaha XXX Metode ini merupakan metode yang disyaratkan dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum karena melaporkan piutang pada nilai bersih yang dapat direalisasikan. Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus dengan menggunakan metode cadangan dapat dicatat dalam jurnal sebagai berikut : Piutang Usaha XXX Cadangan Kerugian Piutang XXX (Untuk mencatat apabila debitur menyatakan akan membayar) Kas XXX Piutang Usaha XXX (Untuk mencatat pada saat diterima pembayaran dari debitur) Kerugian piutang dilaporkan dalam Laporan Laba/Rugi sebagai biaya operasi (biasanya dikelompokkan sebagai biaya penjualan). Sedangkan Cadangan Kerugian Piutang akan dilaporkan sebagai pengurang atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan pada jumlah yang dapat direalisasi. 5. Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha 23 Piutang usaha disajikan di dalam neraca dalam kelompok Aktiva Lancar. Piutang usaha di dalam neraca dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa untuk melaporkan piutang di dalam neraca adalah sebesar jumlah yang akan direalisasikan yaitu jumlah yang diharapkan akan dapat ditagih. Karena piutang disusun setiap akhir periode, maka setiap akhir tahun perlu dihitung jumlah kerugian dari piutang-piutang. Kerugian piutang ini dibebankan pada periode yang bersangkutan sehingga dapat dihubungkan antara kerugian piutang dengan penjualan-penjualan yang mengakibatkan timbulnya piutang tersebut. Untuk dapat menyajikan piutang secara tepat di dalam neraca, maka prinsip akuntansi berterima umum telah memberikan suatu pedoman sebagai berikut. a. Piutang usaha harus disajikan di dalam neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang. b. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih (neto). c. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca harus disajikan rinciannya dalam neraca. 24 d. Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang) pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar. e. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha. B. AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PDAM KLATEN 1. Klasifikasi Piutang PDAM Klaten. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No. 8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM, PDAM Kabupaten Klaten membagi piutang yang dimiliki menjadi: a. Piutang Usaha Tagihan yang termasuk dalam piutang usaha ini adalah semua bentuk tagihan yang berasal dari kegiatan utama PDAM Klaten. Piutang usaha ini kemudian dibagi lagi menjadi Piutang Rekening Air dan Piutang Rekening Non Air. Selain itu PDAM Klaten juga mengklasifikasikan piutang usaha berdasarkan golongan pelanggan. Kelompok pelanggan PDAM Klaten meliputi Pelanggan Sosial, Pelanggan Rumah Tangga, Pelanggan Instansi Pemerintah, Pelanggan Niaga, dan Pelanggan Industri. b. Piutang Lain-lain Kelompok piutang lain-lain ini terdiri dari semua piutang yang timbul bukan dari pendapatan usaha pokok PDAM Klaten. 25 Piutang lain-lain ini meliputi Tagihan Non Usaha, Piutang Pajak, Pendapatan yang belum diterima, dan Rupa-rupa Piutang lainnya. Dalam Rupa-rupa piutang lainnya di dalamnya terdapat piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi. Piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi ini merupakan piutang jangka panjang. Piutang kepada pegawai jangka waktu penagihannya 2 tahun sampai dengan 3 tahun, sedangkan piutang kepada koperasi jangka waktu penagihannya adalah 8 tahun. Jadi kedua jenis piutang ini merupakan piutang jangka panjang. 2. Pengakuan Piutang Usaha PDAM Klaten Piutang Usaha PDAM Klaten adalah semua bentuk tagihan yang berasal dari kegiatan usaha utama PDAM Klaten, yang meliputi Piutang Rekening Air dan Piutang Rekening Non Air. Untuk mengetahui besarnya Piutang Rekening Air, maka dilakukan pembacaan meter air setiap bulan. Petugas melakukan pembacaan meter dan mencatat hasil pembacaan meter dalam Kartu Meter Pelanggan (KMP), kemudian merekap jumlahnya dalam Daftar Stand Meter Pelanggan (DSMP). DSMP hasil pembacaan meter pelanggan diserahkan kepada unit kerja yang menangani pembuatan rekening, kemudian membukukan DSMP ke dalam Kartu Perhitungan rekening (KPR). Dari KPR ini akan dilakukan penghitungan pemakaian air secara cermat dan benar. Setelah dilakukan penghitungan, akan dibuat Rekening dan Daftar Rekening Air yang Harus Ditagih (DRD) serta rekapitulasi per blok atau 26 golongan pelanggan. DRD ini dicocokkan kebenarannya dengan KPR dan kemudian disahkan oleh Direksi. Salah satu salinan DRD dan rekapitulasi per blok atau golongan yang telah disahkan ini diserahkan kepada bagian akuntansi. Pengakuan piutang rekening air adalah saat diterbitkan Daftar Rekening Air yang Harus Ditagih (DRD). Pengakuan piutang rekening air ini dicatat sebagai berikut : Piutang rekening air XXX Pendapatan penjualan air XXX Pada saat menerima pembayaran atas piutang rekening air, berdasarkan Laporan Penerimaan Penagihan Air (LPP-A) dibuat jurnal sebagai berikut : Kas/Bank XXX Piutang rekening air XXX Cadangan Dana Meter XXX Pendapatan penjualan air diakui berdasarkan rekening tagihan air yang diterbitkan. Rekening air yang ditagihkan setiap bulan kepada pelanggan terdapat salah satu komponen/item rekening air yang disebut sebagai Biaya Dana Meter. Biaya Dana Meter dimaksudkan untuk pemeliharaan dan penggantian meter air pelanggan. Oleh PDAM Klaten penerimaan tersebut tidak dapat diakui sebagai pendapatan akan tetapi diakui sebagai sebagai kewajiban dalam perkiraan Cadangan Dana Meter. 27 Cadangan Dana Meter yang dihimpun dari pelanggan tersebut digunakan untuk mengganti meter air pelanggan setiap 5 tahun sekali. Pengakuan pendapatan piutang rekening non air adalah sebagai berikut. a. Pengakuan pendapatan non air dari pembayaran biaya pendaftaran. Untuk mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM Klaten, seseorang dapat melakukan permohonan untuk berlangganan. Pada saat mengajukan permohonan untuk berlangganan, pemohon harus membayar biaya pendaftaran. Salah satu salinan kuitansi pembayaran ini disampaikan ke bagian pembukuan untuk dicatat. Bagian pembukuan kemudian mencatat dalam Jurnal Penerimaan Kas sebagai berikut. Kas/Bank Pendapatan non air XXX XXX b. Pengakuan pendapatan non air dari kontrak pemasangan sambungan baru. Setelah menerima permohonan dari calon pelanggan, petugas pelayanan pelanggan akan melakukan pemeriksaan mengenai lokasi pemohon. Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dibuatlah perencanaan teknik dan taksiran biaya pemasangan. Perencanaan teknik dan taksiran biaya pemasangan yang telah disahkan Diretur Teknik, akan disampaikan kepada pemohon. Setelah menerima taksiran biaya, pemohon harus menandatangani Surat Pernyataan 28 Pelanggan (SPP). SPP ini merupakan kontrak yang berisi pernyataan kesanggupan pelanggan untuk menanggung biaya pemasangan sambungan baru. Setelah pemasangan sambungan baru terselesaikan, maka pembayarannya dapat dilakukan baik secara tunai maupun kredit. 1) Pengakuan pendapatan non air untuk pembayaran tunai. Jika dalam SPP pemohon menyatakan bahwa setelah pemasangan sambungan baru selesai pemohon akan membayar secara tunai, maka bagian pembukuan langsung mengakui pendapatan berdasarkan SPP dan membukukan dalam jurnal sebagai berikut : Piutang rekening non air XXX Pendapatan non air XXX Pada saat menerima pembayaran dari pelanggan, maka bagian pembukuan akan melakukan pencatatan dalam Jurnal Penerimaan Kas sebagai berikut : Kas/Bank Piutang rekening non air XXX XXX 2) Pengakuan pendapatan untuk pembayaran secara kredit. Jika dalam SPP pemohon menyatakan akan membayar secara kredit, maka pemohon harus membayar uang muka yang besarnya minimal 30 % dari total pemasangan sambungan baru. Uang muka ini harus dibayarkan setelah pemasangan sambungan 29 baru selesai. Pada saat menerima SPP, PDAM Klaten mengakui pendapatan non air sebesar biaya yang disetujui oleh pemohon dan mengakui piutang rekening non air sebesar uang muka yang akan diterima, sedangkan sisa biaya yang akan dibayar pemohon yaitu sebesar 70 %, belum diakui sebagai Piutang rekening non air, tetapi sebagai Sambungan baru yang akan diterima. Berdasarkan salinan SPP tersebut, yaitu sebesar 30 % yang akan dibayarkan oleh pelanggan sebagai uang muka, bagian pembukuan mencatat dalam jurnal sebagai berikut : Piutang rekening non air XXX Pendapatan non air XXX Biaya pemasangan sambungan baru yang telah disepakati dapat dibayar secara angsuran, yaitu sebesar 70 % akan dibukukan dalam Jurnal Umum sebagai berikut. Sambungan baru yang akan diterima XXX Pendapatan non air XXX Setelah menerima SPP, setiap bulan Direktur Administrasi dan Keuangan akan menerbitkan dokumen tagihan angsuran. Kemudian berdasarkan kuitansi tagihan dan Bukti Jurnal Umum di atas akan dibuat pembukuan dalam Jurnal Umum dengan jumlah sebesar angsuran setiap bulan. Jurnal tersebut adalah : Piutang rekening non air Sambungan baru yang akan diterima XXX XXX 30 Setelah dibuat jurnal di atas, maka pada saat PDAM Kabupaten Klaten menerima pembayaran angsuran dibuat ayat jurnal dalam Jurnal Penerimaan Kas/Bank sebagai berikut. Kas / Bank XXX Piutang Rekening non air XXX 3. Estimasi Piutang Tak Tertagih pada PDAM Klaten Dalam menentukan besarnya penyisihan untuk piutang tak tertagih, perusahaan membuat pengelompokan piutang menurut umurnya (aging schedule) pada tiap akhir tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000, tentang Pedoman Akuntansi PDAM, besarnya presentase untuk penyisihan piutang ditentukan sebagai berikut. a. Di atas 3 bulan s.d 6 bulan : 30 % b. Di atas 6 bulan s.d 1 tahun : 50 % c. Di atas 1 tahun s.d 2 tahun : 75 % d. Di atas 2 tahun : 100 % Piutang yang telah berumur diatas 1 tahun sampai dengan 2 tahun dan piutang yang telah berumur di atas 2 tahun digolongkan sebagai piutang tak tertagih dan dapat diusulkan kepada Badan Pengawas untuk dihapus, serta dikeluarkan dari pembukuan, tetapi tetap dicatat secara extra comptable dan diusahakan penagihannya. Penyisihan piutang tersebut di atas dikecualikan bagi tagihan kepada seluruh instansi pemerintah dan TNI / POLRI. Hal itu dilakukan, 31 karena PDAM Kabupaten Klaten merasa yakin bahwa piutang yang berasal dari Instansi Pemerintah pasti akan terbayarkan suatu saat nanti. Dalam hal kejadian-kejadian khusus, misalnya ada pembongkaran daerah pemukiman tertentu untuk pembangunan, tagihan-tagihan tersebut sudah dapat diusulkan penghapusannya walaupun belum memenuhi ketentuan di atas. 4. Akuntansi Piutang Tak Tertagih pada PDAM Klaten Pembentukan Penyisihan piutang rekening air dilakukan pada akhir tahun setelah perusahaan melakukan opname rekening air dan membuat Daftar Umur Piutang berdasarkan ketentuan yang berlaku. Kemudian berdasarkan Daftar Umur Piutang yang telah dibuat, bagian pembukuan akan membukukan penyesuaian Penyisian piutang rekening air dalam Jurnal Umum sebagai berikut : Biaya penyisihan piutang XXX Penyisihan piutang rekening air XXX Sedangkan untuk penyesuaian piutang rekening non air dibukukan sebagai berikut: Biaya penyisihan piutang Penyisihan piutang rekening non air XXX XXX Sebesar 75 % dari piutang yang telah berumur di atas 1 tahun sampai dengan 2 tahun dan sebesar 100 % dari piutang yang telah berumur di atas 2 tahun, diklasifikasikan sebagai piutang ragu-ragu dan dibuat jurnal sebagai berikut. 32 Piutang ragu-ragu XXX Piutang rekening air XXX Sedangkan untuk piutang rekening non air adalah sebagai berikut. Piutang ragu-ragu XXX Piutang rekening non air XXX Khusus untuk piutang yang telah berumur di atas 2 tahun yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai piutang ragu-ragu, dimasukkan ke dalam Daftar Normatif dan diajukan kepada Badan Pengawas untuk dihapus. Kemudian apabila penghapusan piutang berdasarkan Daftar Normatif tersebut telah disetujui Badan Pengawas, maka akan dibuatkan Surat Keputusan Direksi tentang penghapusan piutang. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi tersebut, dibuat ayat jurnal sebagai berikut. Penyisihan piutang rekening air XXX Piutang ragu-ragu XXX Sedangkan untuk penghapusan piutang rekening non air adalah sebagai berikut : Penyisihan piutang rekening non air XXX Piutang ragu-ragu Piutang Kabupaten Klaten XXX ragu-ragu sebagai digunakan rekening oleh PDAM sementara untuk mengklasifikasikan piutang yang mempunyai kemungkinan besar tidak 33 tertagih. Jika pengajuan penghapusan piutang kepada Badan Pengawas tidak disetujui, maka piutang ragu-ragu yang telah dimunculkan dalam jurnal pada waktu pengklasifikasian piutang ragu-ragu tetap dicatat tidak dihapus dan akan diajukan lagi pada tahun berikutnya. Jika terdapat pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan, PDAM Klaten memperlakukan penerimaan tersebut sebagai Pendapatan Lain-lain tahun berjalan. Kemudian berdasarkan Daftar Piutang yang telah dihapuskan dan kuitansi pembayaran piutang yang telah dihapus tersebut, bagian pembukuan akan mencatat penerimaan kas tersebut dalam Jurnal Penerimaan Kas sebagai berikut. Kas/Bank Pendapatan lain-lain XXX XXX 5. Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha pada PDAM Klaten Piutang usaha PDAM Klaten disajikan dalam laporan keuangan sebesar nilai tunai yang dapat direalisasi. Untuk menentukan besarnya nilai tunai yang dapat direalisasi, PDAM Klaten membuat penyisihan untuk piutang yang mempunyai kemungkinan tidak tertagih. PDAM Klaten menyajikan piutang usaha yang terlihat dalam Tabel 2.1. 34 Tabel 2.1 PDAM KABUPATEN KLATEN NERACA ( Bagian Aktiva Lancar ) Tanggal 31 Desember 2004 NO NAMA PERKIRAAN AKTIVA LANCAR Kas 1 dan Bank Investasi 2 Jangka Pendek Piutang 3 Usaha Penyisihan Piutang Usaha Nilai Buku Piutang Usaha Piutang 4 Lain-lain Persediaan 5 Bahan Pembayaran 6 di Muka JUMLAH AKTIVA LANCAR Sumber : Data Primer JUMLAH ( Rp ) 224.385.746 5.203.000.000 559.949.900 (21.044.634) 528.905.266 126.532.800 75.635.951 6.527.550 6.174.897.313 C. EVALUASI AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PDAM KLATEN 1. Evaluasi Klasifikasi Piutang Usaha PDAM Kabupaten Klaten mengklasifikasikan seluruh piutang usaha yang ada menjadi dua berdasarkan sumber terjadinya, yaitu Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain. Piutang Usaha meliputi semua bentuk tagihan yang bersal dari kegiatan utama PDAM Klaten. Piutang Usaha disubklasifikasikan menjadi Piutang rekening air dan Piutang rekening non air. Piutang rekening air adalah adalah piutang yang berasal dari penjualan air dan unsur pendapatan lainnya yang termasuk dalam tagihan rekening air. Piutang rekening air diakui pada saat Rekening Air diterbitkan. Piutang rekening non air adalah semua bentuk tagihan yang bukan berasal dari piutang rekening penjualan air. 35 Klasifikasi piutang yang dibuat oleh PDAM Klaten sudah wajar, Piutang rekening air dan Piutang rekening non air berasal dari kegiatan utama perusahaan yaitu dari penjualan air. Oleh karena itu piutang tersebut layak untuk digolongkan sebagai Piutang Usaha. PDAM Klaten juga menggolongkan piutangnya berdasarkan kelompok pelanggan, antara lain sebagai berikut : a. Piutang pelanggan sosial. b. Piutang pelanggan rumah tangga. c. Piutang pelanggan Instansi Pemerintah. d. Piutang pelanggan niaga. e. Piutang pelanggan industri. Penggolongan piutang usaha yang dilakukan PDAM Klaten berdasarkan kelompok pelanggan memang tidak disyaratkan dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Akan tetapi penggolongan ini harus dilakukan oleh PDAM Klaten untuk menentukan tarif dari masing-masing kelompok pelanggan tersebut, mengingat tarif dari masing-masing kelompok pelanggan tersebut berbeda-beda. Oleh karena itu, penggolongan ini boleh-boleh saja dilakukan oleh PDAM Klaten. Di samping Piutang Usaha, PDAM Klaten juga memiliki Piutang Lain-lain. Piutang Lain-lain adalah piutang yang timbul bukan dari kegiatan usaha utama perusahaan. Piutang Lain-lain ini terdiri dari : 36 a. Tagihan Non Usaha Piutang ini terdiri dari tagihan-tagihan kepada pihak ketiga yang bukan berasal dari kegiatan utama PDAM Klaten, tetapi tagihan mengakibatkan suatu pendapatan pada PDAM Klaten. Tagihan non usaha ini seperti tagihan atas penjualan barang-barang bekas dan sebagainya. b. Piutang Pajak Piutang pajak ini merupakan selisih lebih (PPh Pasal 31) antara pembayaran di muka Pajak Penghasilan dengan Pajak Penghasilan Badan yang terkena atas Laba Kena Pajak menurut ketentuan pajak. c. Pendapatan yang Belum Diterima Piutang ini meliputi pendapatan periodik (sewa, bunga, dan sebagainya) yang telah menjadi hak PDAM Klaten akan tetapi belum diterima pembayarannya sampai pada saat penyusunan neraca. d. Rupa-Rupa Piutang Lainnya Piutang ini meliputi piutang yang mungkin timbul dan tidak mungkin dikelompokkan secara tepat ke dalam piutang-pitang yang telah disebutkan di atas. Dalam rupa-rupa piutang lain ini terdapat piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi. Kedua piutang tersebut tergolong sebagai piutang jangka panjang karena jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun. Klasifikasi yang telah dilakukan PDAM Klaten atas Piutang Lainlain ini sudah wajar. Piutang yang timbul dari transaksi di luar usaha 37 utama perusahaan telah diklasifikasikan secara tepat di dalam Piutang Lain-lain. Seluruh piutang yang dimiliki PDAM Klaten baik itu Piutang Usaha maupun Piutang Lain-lain adalah piutang jangka pendek, yang jangka waktu penagihannya kurang dari satu tahun. Namun kenyataannya di dalam Piutang lain-lain tersebut terdapat piutang jangka panjang yang tergolong dalam Rupa-rupa piutang lainnya yaitu piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi. Untuk lebih baiknya, maka perusahaan seharusnya tidak memasukkan piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi ke dalam Rupa-rupa piutang lainnya. Alangkah baiknya kalau perusahaan mengklasifikasikan tersendiri untuk kedua piutang tersebut ke dalam kelompok Piutang jangka panjang mengingat jangka waktu penagihan dari kedua piutang tersebut adalah lebih dari satu tahun 2. Evaluasi Pengakuan Piutang Usaha Dalam menyediakan, menjalankan menjual, dan usahanya PDAM mendistribusikan Kabupaten air bersih Klaten kepada pelanggannya. Dari kegiatan usahanya ini, akan diperoleh Piutang Usaha. Piutang Usaha dikelompokkan menjadi Piutang rekening air dan Piutang rekening non air. a. Pengakuan Piutang Rekening Air Piutang rekening air berasal dari penjualan air dan unsur pendapatan lain yang termasuk dalam tagihan rekening air. Piutang rekening air diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan 38 penjualan air yaitu pada saat rekening air diterbitkan. Rekening air menunjukkan besarnya uang yang harus dibayar oleh pelanggan. Dalam rekening air ini terdapat empat unsur pendapatan, antara lain : 1) Harga air Harga air adalah biaya untuk menghasilkan air ditambah dengan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. 2) Jasa Administrasi Jasa administrasi adalah biaya yang berkaitan dengan pencetakan rekening air dan sebagainya. 3) Tunjangan Beban Air Tunjangan beban air adalah biaya tetap yang dibebankan kepada pelanggan setiap bulan. 4) Pendapatan Penjualan Air lainnya Pendapatan penjualan air lainnya adalah pendapatan yang berasal dari denda atas keterlambatan pembayaran rekening oleh pelanggan. Semua unsur pandapatan di atas diakui sebagai unsur piutang usaha. Pengakuan semua unsur pendapatan tersebut sudah wajar karena semua unsur pendapatan tadi berkaitan langsung dengan penjualan air. Keempat unsur pandapatan yang ditagihkan kepada pelanggan tersebut sudah wajar untuk laporkan sebagai piutang usaha. Piutang rekening air diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan, yaitu setelah air telah diberikan dan rekening air 39 diterbitkan. Dalam PSAK No. 23 tentang Pendapatan, Ikatan Akuntan Indonesia mensyaratkan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut telah terpenuhi : 1) Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan, dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. 2) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian yang efektif atas barang yang dijual. 3) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. 4) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut. 5) Biaya terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Praktik Pengakuan piutang yang bersamaan dengan pengakuan pendapatan sudah tepat sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Prinsip Akuntansi Berterima Umum mensyaratkan bahwa pendapatan atas penjualan barang secara kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan, diakui apabila syarat-syarat pengakuan pendapatan atas penjualan barang dipenuhi seluruhnya. PDAM Kabupaten Klaten mengakui piutang rekening air saat rekening air diterbitkan, hal ini dilakukan oleh bagian pembukuan untuk mencatat piutang yang akan ditagihkan. Pengakuan pendapatan yang dilakukan tersebut sudah tepat apabila dilakukan pada saat rekening air diterbitkan. Kelima syarat pengakuan pendapatan yang disyaratkan 40 oleh IAI, telah dipenuhi setelah Daftar Rekening yang Harus Ditagih disahkan oleh Direksi yang kemudian diterbitkan. Dokumen sumber yang digunakan adalah Daftar Rekening yang Harus Ditagih. Dalam Rekening air yang ditagihkan tiap-tiap bulan kepada pelanggan terdapat salah satu komponen atau item dari rekening air yaitu Biaya Dana Meter. Biaya Dana Meter memang tepat diakui oleh PDAM Kabupaten Klaten sebagai kewajiban dalam perkiraan Cadangan Dana Meter dan bukan diakui sebagai pendapatan. Hal ini disebabkan karena Cadangan Dana Meter merupakan suatu biaya yang dibebankan kepada pelanggan, dimana suatu saat biaya ini akan dikembalikan lagi kepada pelanggan untuk mengganti meter air pelanggan setiap 5 tahun sekali. Dengan kata lain, Cadangan Dana Meter merupakan pendapatan diterima di muka yang dibayarkan pelanggan kepada PDAM Klaten untuk mengganti meter air pelanggan. Pada saat mencatat penerimaan pembayaran atas piutang rekening air, pencatatan yang dilakukan oleh PDAM Klaten sudah tepat. Ayat jurnal yang dibuat PDAM Klaten telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. b. Pengakuan Piutang Rekening Non Air Piutang rekening non air meliputi tagihan-tagihan di luar piutang rekening air. PDAM Klaten menentukan bahwa piutang rekening non air timbul dari pemasangan sambungan baru. Atas dasar 41 permintaan dari pelanggan untuk berlangganan, petugas pelayanan pelanggan akan mensurvey lokasi calon pelanggan. Setelah dilakukan survey lokasi, dibuatlah taksiran biaya pemasangan sambungan baru. Taksiran biaya pemasangan sambungan baru akan diberikan kepada pemohon. Setelah pemohon menyetujui taksiran biaya pemasangan sambungan baru tersebut pemohon harus membuat Surat Pernyataan Pelanggan. Dalam SPP itu pelanggan menandatangani kontrak yang berisi kesanggupan dari pemohon untuk membayar biaya pemasangan sambungan baru. Biaya pemasangan sambungan baru harus dibayar oleh pemohon setelah proses pemasangan sambungan baru tersebut telah terselesaikan. 1) Pengakuan pendapatan untuk pembayaran secara tunai. Apabila pemohon menyetujui untuk membayar biaya pemasangan sambungan baru tersebut secara tunai, maka perusahaan akan mengakui Piutang rekening non air. Pengakuan piutang ini adalah pada saat ditandatanganinya kontrak dalam SPP. Praktik pengakuan piutang pada PDAM Klaten ini kurang tepat dan tidak sesuai dengan syarat pengakuan pendapatan yang disyaratkan oleh IAI. Pada saat kontrak ditandatangani, syarat pengakuan pendapatan tersebut belum sepenuhnya terpenuhi. Perusahaan belum memindahkan risiko signifikan dan belum memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pemohon. 42 Perusahaan masih mengelola atau masih melakukan pengendalian secara efektif atas barang yang dijual. Seharusnya perusahaan mengakui pendapatan bersamaan juga dengan pengakuan piutang, yaitu pada saat perusahaan telah selesai dalam pemasangan sambungan baru. Sedangkan Jurnal Umum yang di buat pada saat mengakui timbulnya piutang rekening non air yang pembayarannya dilakukan secara tunai tersebut sudah benar, hanya saja waktu pencatatannya saja kurang tepat. 2) Pengakuan pendapatan untuk pembayaran secara kredit Apabila pemohon setuju untuk melakukan pembayaran atas pemasangan sambungan baru tersebut secara kredit, maka perusahaan langsung melakukan pengakuan terhadap pendapatan atas uang muka yang akan diterima setelah pemasangan selesai dilaksanakan. Hal ini juga kurang tepat, seperti pada pembayaran tunai. Pada saat mengakui pendapatan ini, perusahaan mengakui Sambungan baru yang akan diterima. Jurnal untuk mengakui pendapatan ini adalah : Sambungan baru yang akan diterima Pendapatan non air XXX XXX Angsuran biaya pemasangan sambungan baru akan ditagih setiap bulan oleh petugas penagihan. Setiap bulan PDAM Klaten menerbitkan Surat Tagihan Pembayaran Biaya Pemasangan Sambungan Baru. Piutang rekening non air diakui pada saat Surat 43 Tagihan Pembayaran Biaya Pemasangan Sambungan Baru diterbitkan. Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut. Piutang rekening non air XXX Sambungan baru yang akan diterima XXX Kesalahan yang dilakukan oleh PDAM Klaten adalah pada saat mengakui pendapatan. IAI mensyaratkan lima kondisi yang harus dipenuhi apabila pendapatan akan diakui. Pengakuan pendapatan lebih tepat diakui pada saat pemasangan sambungan baru telah selesai dilakukan. Pada waktu pencatatan timbulnya piutang yang akan dibayarkan oleh pelanggan secara angsuran dengan mengakui rekening Sambungan baru yang akan diterima sudah tepat. Rekening Sambungan baru yang akan diterima tersebut pada PDAM Kabupaten Klaten masuk di neraca dalam kelompok Aktiva lain-lain. Hal ini disebabkan karena piutang yang akan dibayarkan oleh pelanggan tersebut jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun. Pada saat mencatat penerimaan kas pembayaran Piutang rekening non air, ayat jurnal yang dibuat oleh PDAM Klaten adalah sebagai berikut. Kas/Bank XXX Piutang rekening non air Jurnal tersebut telah Akuntansi Berterima Umum. memenuhi XXX ketentuan Prinsip 44 3. Evaluasi Estimasi Piutang Tak Tertagih Untuk menentukan besarnya penyisihan untuk mengantisipasi adanya piutang tak tertagih, pada tiap akhir tahun PDAM Klaten membuat pengelompokan piutang usaha berdasarkan umurnya sebagai dasar perhitungannya. Dalam Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No. 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM, besarnya penyisihan untuk piutang tak tertagih pada akhir tahun ditentukan sebagai berikut : a. Di atas 3 bulan s.d 6 bulan : 30 % b. Di atas 6 bulan s.d 1 tahun : 50 % c. Di atas 1 tahun s.d 2 tahun : 75 % d. Di atas 2 tahun : 100 % Perhitungan besarnya penyisihan berdasarkan ketentuan tersebut dapat dirinci seperti yang terlihat dalam Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Tabel 2.2. Penyisihan untuk Piutang Rekening Air UMUR PIUTANG PIUTANG PENYISIHAN JUMLAH REKENING AIR 1 2 3 2X3 x ≤1 bulan 459.887.300 1 bulan < x ≤ 3 bulan 61.690.600 3 bulan < x ≤6 bulan 13.780.750 30 % 4.134.225 6 bulan < x ≤ 1 tahun 4.688.375 50 % 2.344.187 1 tahun < x ≤ 2 tahun 3.778.950 75 % 2.834.213 x > 2 tahun 8.987.625 100 % 8.987.625 Jumlah Sumber : Data Olahan 552.813.600 18.300.250 45 Tabel 2.3 Penyisihan untuk Piutang Rekening Non Air UMUR PIUTANG PIUTANG PENYISIHAN REKENING NON AIR 1 2 3 x ≤1 bulan 465.450 1 bulan < x ≤ 3 bulan 217.450 3 bulan < x ≤6 bulan 112.500 30 % 6 bulan < x ≤ 1 tahun 717.500 50 % 1 tahun < x ≤ 2 tahun 1.802.500 75 % x > 2 tahun 3.820.900 100 % Jumlah 7.136.300 Sumber : Data Olahan JUMLAH 2x3 33.750 358.750 1351.875 3.820.900 5.565.275 Dalam Laporan Tahunan PDAM Klaten, jumlah penyisihan untuk piutang tak tertagih untuk rekening air adalah sebesar Rp 15.539.359, sedangkan dalam perhitungan yang telah dibuat oleh penulis adalah sebesar Rp 18.300.250. Jadi terdapat selisih sebesar Rp 2.760.891. Dalam laporan tahunan PDAM Klaten disajikan Penyisihan untuk Piutang rekening non air adalah sebesar Rp 5.505.275, sedangkan dalam perhitungan yang dilakukan oleh penulis, besarnya Penyisihan untuk Piutang rekening non air adalah sebesar Rp 5.565.275. Jadi selisihnya adalah Rp 60.000. PDAM Klaten terdapat kesalahan dalam penghitungan besarnya penyisihan baik untuk Piutang rekening air dan Piutang rekening non air. Penyisihan yang dilaporkan dalam Neraca PDAM Klaten terlalu kecil Rp 2.820.891. Kesalahan ini akan mengakibatkan Piutang yang dilaporkan PDAM Klaten terlalu besar, akibatnya Aktiva yang dilaporkan juga terlalu besar. Kesalahan tersebut juga mengakibatkan Kerugian Piutang yang 46 dilaporkan terlalu kecil, akibatnya laba yang dilaporkan pada PDAM Klaten menjadi terlalu besar. PDAM Klaten mengakui kerugian akibat piutang tak tertagih dengan menggunakan metode cadangan. Metode yang digunakan oleh PDAM Klaten tersebut telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum, karena membandingkan pendapatan dengan beban periode berjalan dengan tepat daripada menggunakan metode penghapusan langsung. Untuk menentukan besarnya cadangan kerugian piutang adalah berdasarkan piutang yang beredar. PDAM Klaten membuat penetapan umur piutang untuk digunakan sebagai dasar dalam menentukan besarnya cadangan kerugian piutang. Piutang yang dimiliki digolongkan berdasarkan umurnya sejak piutang tersebut telah diakui. Tiap-tiap kelompok piutang ditentukan cadangan kerugian piutang untuk piutang yang tidak dapat ditagih Metode analisis umur piutang akan dapat memberikan pendekatan yang lebih memuaskan untuk menilai piutang pada jumlah bersih yang dapat direaliasikan. Data yang dikembangkan melalui analisis umur piutang sangat berguna bagi manajemen untuk tujuan analisis kredit dan pengendalian kredit. 4. Evaluasi Akuntansi Piutang Tak Tertagih PDAM Klaten mencatat pembentukan penyisihan atau cadangan kerugian piutang untuk piutang tak tertagih pada tiap akhir tahun. Pembentukan penyisihan piutang rekening air dilakukan setelah 47 perusahaan melakukan opname rekening air dan membuat Daftar Umur Piutang. Pembentukan penyisihan piutang rekening air dicatat dalam jurnal umum sebagai berikut : Biaya penyisihan piutang XXX Penyisihan piutang rekening air XXX Sedangkan untuk penyisihan piutang rekening non air adalah sebagai berikut : Biaya penyisihan piutang XXX Penyisihan piutang rekening non air Pada tiap-tiap akhir tahun, bagian XXX pembukuan akan mengklasifikasikan piutang yang mempunyai kemungkinan besar tidak tertagih yaitu sebesar 75 % dari piutang usaha yang telah berumur di atas 1 tahun sampai dengan 2 tahun dan sebesar 100 % dari piutang yang berumur lebih dari 2 tahun, dengan membuat jurnal untuk piutang rekening air sebagai berikut. Piutang ragu-ragu XXX Piutang rekening air XXX Untuk piutang rekening non air dibuat jurnal sebagai berikut. Piutang ragu-ragu Piutang rekening non air XXX XXX Pengakuan piutang ragu-ragu yang diterapkan pada PDAM Klaten tersebut tidak disyaratkan oleh Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Oleh sebab itu, untuk lebih efisiennya maka pada waktu pengklasifikasian 48 piutang yang mempunyai kemungkinan besar tidak tertagih tidak perlu dibuat jurnal seperti di atas, cukup dengan mencatatnya dalam Daftar Normatif. Khususnya untuk piutang yang berumur di atas 2 tahun. Jika badan pengawas menyetujui untuk menghapus dibuat jurnal sebagai berikut. Penyisihan piutang rekening air XXX Piutang rekening air XXX Untuk penghapusan piutang rekening non air jurnalnya adalah : Penyisihan piutang rekening non air XXX Piutang rekening non air XXX Jika terdapat pembayaran yang diterima dari piutang yang telah dihapuskan, PDAM Klaten memperlakukan pembayaran yang diterimanya tersebut sebagai Pendapatan Lain-lain tahun berjalan. Penerimaan tersebut oleh bagian pembukuan dicatat sebagai berikut : Kas/Bank Pendapatan Lain-lain XXX XXX Pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh PDAM Klaten ini kurang tepat. Piutang yang diterima pembayarannya tersebut sudah diakui sebagai pendapatan pada saat piutang itu timbul. Penerimaan piutang yang telah dihapuskan tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan lain-lain tahun berjalan. Prinsip Akuntansi Berterima Umum tidak mensyaratkan adanya pengakuan pendapatan dari penerimaan pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan. Untuk mencatat penerimaan kembali dari piutang 49 yang telah dihapuskan, terlebih dahulu dimunculkan kembali piutang yang telah dihapuskan sebesar jumlah pembayaran yang diterima. Untuk memunculkan kembali piutang rekening air yang telah dihapus perlu dibuat ayat jurnal sebagai berikut. Piutang rekening air XXX Penyisihan piutang tak tertagih XXX Sedangkan untuk piutang rekening non air piutang yang telah dihapuskan dimunculkan sebagai berikut : Piutang rekening non air XXX Penyisihan piutang tak tertagih XXX Kemudian setelah piutang dimunculkan kembali, dilakukan pencatatan penerimaan kas sebagai berikut : Kas/Bank XXX Piutang rekening air XXX Untuk piutang rekening non air dicatat sebagai berikut : Kas/Bank XXX Piutang rekening non air XXX 5. Evaluasi Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha PDAM Klaten melaporkan piutang pada nilai tunai yang dapat direalisasikan. Untuk melaporkan piutang usaha pada nilai yang dapat direalisasi, maka dibuatlah penyisihan untuk piutang yang mempunyai kemungkinan tak tertagih. Penerapan kebijakan akuntansi yang dilakukan PDAM Klaten ini sudah wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima 50 Umum. PDAM Klaten tidak mengantisipasikan potongan dagang dan retur penjualan, karena baik potongan penjualan maupun retur penjualan hampir tidak mungkin terjadi dalam transaksi yang dilakukan oleh PDAM Klaten. Piutang Usaha disajikan dalam Neraca PDAM Kabupaten Klaten. PDAM Kabupaten Klaten mengklasifikasikan seluruh piutang usaha yang dimiliki sebagai piutang jangka pendek, maka seluruh piutang yang timbul pada PDAM Klaten disajikan di bawah judul Aktiva Lancar. Padahal PDAM Kabupaten Klaten memiliki Piutang jangka panjang. Oleh karena itu sebaiknya piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang yang dimiliki PDAM Kabupaten Klaten disajikan secara terpisah dalam laporan keuangan. Pada penjelasan Pos-pos Neraca dan Laporan Laba/Rugi, PDAM Klaten menyajikan rincian piutang usaha berdasarkan kelompok pelanggan seperti yang terlihat dalam Tabel 2.4. Kemudian Pos-pos Neraca dan Laporan Laba/Rugi tersebut juga dijelaskan pengelompokkan piutang usaha berdasarkan kelompok umur, yang dapat dilihat dalam Tabel 2.5. Tabel 2.4 Piutang Usaha Berdasarkan Kelompok Pelanggan Tanggal 31 Desember 2004 KELOMPOK AIR NON AIR JUMLAH PELANGGAN Sosial 13.294.100 13.294.100 Rumah tangga 383.295.675 5.898.800 389.194.475 Instansi Pemerintah 57.439.875 60.000 57.499.875 Niaga 87.231.400 480.000 87.711.400 Industri 11.552.550 697.500 12.250.050 Sub Jumlah 552.813.600 7.136.300 559.949.900 Penyisihan Piutang (15.539.359) (5.505.275) (21.044.634) Jumlah 573.274.241 1.631.025 538.905.266 Sumber : Data Primer % 2,37 69.51 10,27 15,66 2,19 100 (3,76) 96,24 51 Tabel 2.5 Piutang Usaha Berdasarkan Kelompok Umur Tanggal 31 Desember 2004 KELOMPOK UMUR AIR NON AIR JUMLAH % x ≤1 bulan 459.887.300 465.450 460.352.750 82,21 1 bulan < x ≤ 3 bulan 61690.600 217.150 61.908.050 11,05 3 bulan < x ≤ 6 bulan 13.780.750 112.500 13.893.250 2,48 6 bulan < x ≤ 1 tahun 4.688.375 717.500 5.405.875 0,97 1 tahun < x ≤ 2 tahun 3.778.950 1.802.500 5.581.450 1,00 x > 2 tahun 8.987.625 3.820.900 12.808.525 2,29 Sub Jumlah 552.813.600 7.136.300 559.949.900 100 Penyisihan (15.539.359) (5.505.275) (21.044.634) (3,76) Jumlah 537.274.241 1.631.025 538.905.266 96,24 Sumber : Data Primer 52 BAB III TEMUAN Dari hasil Evaluasi Akuntansi Piutang Usaha pada PDAM Kabupaten Klaten, penulis menemukan adanya beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut. A. Kelebihan 1. Piutang rekening air diakui pada saat rekening air diterbitkan. Bersamaan ini pula diakui pendapatan penjualan air. Praktik pengakuan piutang yang bersamaan dengan pengakuan pendapatan sudah tepat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hal ini disebabkan karena kelima syarat pengakuan pendapatan yang disyaratkan oleh IAI, dalam PSAK No. 23 tentang Pendapatan, telah terpenuhi setelah Daftar Rekening Air yang Harus Ditagih disahkan oleh Direksi dan kemudian diterbitkan. 2. Jurnal-jurnal yang dibuat oleh PDAM Kabupaten Klaten untuk mencatat penerimaan atas pembayaran piutang rekening air dan piutang rekening non air telah memenuhi ketentuan prinsip akuntansi berterima umum. 3. PDAM Kabupaten Klaten telah mengakui kerugian akibat piutang tak tertagih dengan menggunakan metode cadangan. Metode ini telah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, karena telah membandingkan antara pendapatan dan beban periode berjalan dan melaporkan piutang pada nilai bersih yang dapat direalisasi. 4. PDAM Kabupaten Klaten telah melaporkan piutang pada nilai yang dapat direalisasi. Untuk melaporkan piutang 52 usaha pada nilai yang dapat 53 direalisasi ini, maka dibuatlah penyisihan untuk piutang usaha yang mempunyai kemungkinan tidak dapat ditagih. Dalam menentukan besarnya penyisihan piutang yang tidak dapat ditagih, PDAM Kabupaten Klaten menggunakan analisis umur piutang. B. Kelemahan 1. PDAM Kabupaten Klaten tidak mengklasifikasikan piutang yang dimilikinya berdasarkan jangka waktunya. Padahal PDAM Kabupaten Klaten tidak hanya memiliki piutang jangka pendek tapi juga memiliki piutang jangka panjang, yaitu piutang kepada koperasi dan piutang kepada pegawai. Perusahaan mengelompokkan piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi ke dalam kelompok Rupa-rupa piutang lainnya, dimana rupa-rupa piutang lainnya ini masuk ke dalam Piutang lain-lain. Dalam piutang lain-lain ini masih bersatu antara piutang jangka pendek dan jangka panjang. 2. Dalam praktik pengakuan piutang tentang pemasangan sambungan baru yang pembayarannya dilakukan secara tunai kurang tepat dilakukan oleh perusahaan dan tidak sesuai dengan syarat pengakuan pendapatan yang disyaratkan oleh IAI. Karena pada saat pemohon untuk membayar biaya kontrak tentang kesanggupan pemasangan sambungan baru ditandatangani, syarat pengakuan pendapatan belum seluruhnya dipenuhi. Perusahaan belum memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pemohon dan perusahaan masih melakukan pengendalian secara efektif atas barang yang dijual, karena pada saat itu pemasangan sambungan baru belum selesai dilakukan. 54 3. PDAM Kabupaten Klaten telah salah dalam melakukan perhitungan besarnya penyisihan untuk piutang tak tertagih baik untuk rekening air maupun rekening non air di tahun 2004 ini. Kesalahan ini mengakibatkan penyisihan untuk piutang tak tertagih yang dilaporkan di neraca terlalu kecil. 4. PDAM Kabupaten Klaten kurang tepat dalam melakukan pencatatan terhadap pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan. Perusahaan memperlakukan pembayaran yang diterimanya tersebut sebagai pendapatan lain-lain tahun berjalan. Pengakuan pendapatan yang dilakukan PDAM Kabupaten Klaten tidak tepat, karena piutang yang diterima pembayarannya tersebut sudah diakui sebagai pendapatan pada saat piutang tersebut timbul. 5. PDAM Kabupaten Klaten tidak membuat cadangan kerugian piutang untuk piutang yang berasal dari Instansi Pemerintah, karena perusahaan yakin bahwa piutang yang berasal dari pemerintah suatu saat pasti akan terbayarkan. Hal ini kurang tepat dilakukan oleh PDAM Kabupaten Klaten karena Instansi Pemerintah juga bisa saja tidak melunasi hutangnya kepada PDAM Klaten karena faktor-faktor tertentu yang tidak dapat diprediksi sehingga menyebabkan piutang tersebut tidak dapat ditagih. Oleh karena itu, maka setiap kelompok pelanggan harus tetap dicadangkan sesuai dengan umur piutang masing-masing, sehingga keakuratan dari akuntansi piutang usaha pada PDAM Kabupaten Klaten dapat terjaga dan Piutang Usaha dapat dilaporkan secara tepat di dalam laporan keuangan. 55 BAB IV REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab sebelumnya, penulis berusaha menarik kesimpulan dari Evaluasi Akuntansi Piutang Usaha pada PDAM Kabupaten Klaten. Secara keseluruhan akuntansi piutang usaha pada PDAM Kabupaten Klaten sudah baik. Pencatatan akuntansi yang telah dilakukan pada umumnya sudah mengikuti Prinsip Akuntansi Berterima Umum. 1. PDAM Kabupaten Klaten telah memisahkan antara piutang yang berasal dari kegiatan utama perusahaan dengan piutang yang berasal dari luar kegiatan utama perusahaan. PDAM Kabupaten Klaten mengklasifikasikan piutang yang berasal dari kegiatan utama perusahaan sebagai Piutang usaha dan piutang yang berasal dari luar kegiatan utama perusahaan sebagai Piutang lain-lain. Piutang usaha disubklasifikasikan menjadi Piutang rekening air dan Piutang rekening non air. PDAM Kabupaten Klaten tidak mengklasifikasikan piutang yang dimilikinya berdasarkan lamanya tanggal jatuh tempo. 2. Pengakuan piutang rekening air PDAM Kabupaten Klaten bersamaan dengan pengakuan pendapatan yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Rekening Air yang Harus Ditagihkan. Pengakuan piutang rekening non air dilakukan tidak bersamaan dengan pengakuan pedapatan. Pengakuan piutang rekening non air dilakukan pada saat diterbitkannya Surat Tagihan 55 56 Pembayaran Biaya Pemasangan Sambungan Baru yang diterbitkan setiap bulan. 3. Pada saat pembentukan penyisihan piutang tak tertagih, PDAM Kabupaten Klaten mengakui Biaya penyisihan piutang tak tertagih sebagai berikut. a. Sebesar 75 % dari piutang yang telah berumur di atas 1 tahun sampai dengan 2 tahun dan sebesar 100 % dari piutang yang telah berumur di atas 2 tahun diklasifikasikan sebagai Piutang ragu-ragu. b. Khusus piutang yang telah berumur lebih dari 2 tahun yang sebelumnya telah diklasifikasikan sebagai Piutang ragu-ragu, diusulkan kepada Badan Pengawas untuk dihapuskan. Apabila terdapat pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan, maka perusahaan akan mendebit Kas/Bank dan mengkredit Pendapatan lain-lain sebesar pembayaran yang akan diterima. 4. Piutang Usaha PDAM Kabupaten Klaten dilaporkan di neraca pada nilai tunai yang dapat direalisasikan. Seluruh piutang yang dimilki PDAM Kabupaten Klaten dilaporkan di bawah judul Aktiva Lancar. 5. Untuk melaporkan piutang usaha pada nilai yang dapat direalisasikan, PDAM Kabupaten Klaten membuat penyisihan piutang berdasarkan prosentase piutang. Besarnya piutang ditentukan melalui analisis umur piutang. Piutang dikelompokkkan berdasarkan lamanya piutang tersebut dimiliki kemudian masing-masing kelompok umur piutang ditentukan prosentase ketaktertagihannya. 57 B. Saran Adanya beberapa kelemahan dalam akuntansi piutang usaha pada PDAM Kabupaten Klaten yang telah diungkapkan oleh penulis pada bab sebelumnya, maka penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan alternatif solusi bagi perusahaan guna memperbaiki akuntansi piutang usaha untuk masa yang akan datang. Haal ini bertujuan agar piutang usaha pada PDAM Kabupaten Klaten dapat dilaporkan secara tepat berdasarkan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan antara lain sebagai berikut. 1. PDAM Kabupaten Klaten seharusnya mengklasifikasikan piutang yang dimilikinya berdasarkan lamanya tanggal jatuh tempo. Piutang kepada pegawai dan piutang kepada koperasi sebaiknya dikeluarkan dari perkiraan Rupa-rupa piutang lainnya dan diklasifikasikan tersendiri ke dalam Piutang Jangka Panjang. 2. Piutang rekening air tetap diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan air yaitu pada saat Daftar Piutang yang ditagihkan diterbitkan. Piutang rekening non air diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan non air yaitu pada saat pemasangan sambungan baru telah selesai dilaksanakan. 3. PDAM Kabupaten Klaten seharusnya lebih teliti dalam melakukan perhitungan terhadap besarnya penyisihan untuk piutang tak tertagih, 58 karena hal ini sangat berpengaruh terhadap Neraca dan laporan Laba / Rugi. 4. Apabila menerima pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan, terlebih dahulu dilakukan pencatatan dalam Jurnal Umum untuk memunculkan kembali piutang yang telah dihapuskan. Untuk memunculkan kembali piutang yang telah dihapuskan maka dibuat jurnal sebagai berikut. Piutang Usaha XXX Cadangan Kerugian Piutang XXX Setelah itu dilakukan pencatatan untuk mencatat penerimaan kas dalam Jurnal Penerimaan Kas sebagai berikut. Kas / Bank Piutang Usaha XXX XXX Kedua jurnal tersebut dibuat dengan jumlah sebesar pembayaran yang akan diterima. 5. Piutang Usaha dari kelompok pelanggan Instansi Pemerintah haruslah tetap dicadangkan sesuai dengan ketentuan yang ada untuk mengantisipasi adanya kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, yang tidak dapat diprediksikan sehingga menyebabkan piutang tersebut tidak dapat ditagih. Hal ini dilakukan agar keakuratan dari pencatatan akuntansi dapat terjaga. 59 DAFTAR PUSTAKA Harnanto. 1995. Akuntansi Keuangan Intermediet, Edisi 2. Liberty. Yogyakarta. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi 8. BPFE. Yogyakarta. Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi, Jilid 2 Edisi 6. STIE YKPN. Yogyakarta. Mulyadi. 2002. Auditing, Buku 2 Edisi 6. Salemba Empat. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. IAI. Jakarta. Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No. 8 Tahun 2000 Tanggal 10 Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM. 60