BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pembangunan Ekonomi Daerah
Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis
dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya
manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan
efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
Nugroho dan Dahuri (2004) perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai
upaya menghubungkan pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidan ilmiah
ke dalam praksis (praktik-praktik yang dilandasai oleh teori) dalam perspektif
kepentingan orang banyak atau publik.
Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010)
dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian
para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pembangunan
Dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan
pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral dengan
memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut.
Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam
atau dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi
berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu
Universitas Sumatera Utara
dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi untuk diarahkan
kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan fungsi terjadi
karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama pada masingmasing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung
penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang (Tarigan, 2006).
Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan
stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara
kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus
mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab
masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang
sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat
hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar
pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan
dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup
masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil
apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan
yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap
pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum
tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan
bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian
serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula
merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting
dipecahkan adalah : di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya
dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi
dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek
pertambangan dan sebagainya.
Sebelum
suatu
daerah
menyusun
berbagai
langkah-langkah
dalam
pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang
lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan
dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyekproyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan
sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.
Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena
perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,
Universitas Sumatera Utara
kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat
banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran proyekproyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah
yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju
masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah
pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian
yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai
menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah tersebut.
Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun
demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses
pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target
utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.
Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).
2.2.
Produk Domestik Regional Bruto
Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut : Gross National
Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu kesatuan
wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan sebagai Produk Nasional Kotor yang
Universitas Sumatera Utara
dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik pengertian
tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk Regional Kotor
yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu
wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor
produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto dapat
diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh
masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi
yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan
faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.
Mankiw (2006) dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan
dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Dalam
konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi
untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk
mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor
produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada
satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu (Prihatin, 1999).
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan
secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai sektor
primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses
Universitas Sumatera Utara
tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini
adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor
ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor
sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air
Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank
dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam sektor
tersier (Prihatin, 1999).
Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku
menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan
keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya
antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada
masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai
perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya hargaharga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor
perubahan harga (inflasi/deflasi).
Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap
suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan hargaharga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan
produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah
dikeluarkan. Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat
produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan
memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh
peningkatan produksi berbagai sektor.
Dari uraian-uraian tersebut dapat diperlihatkan adanya kenaikan PDRB
maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi
menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada
masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri,
perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.
2.3.
Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang
cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries
(Sjafrizal, 2008).
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah
lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
(multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas
sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis
pekerjaan lainnya. Sedangkan
kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum
perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas
tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara
keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik
Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut
secara nasional (Tarigan, 2007).
Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi
produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).
Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ
pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau
tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan
dari sisi produksinya.
Universitas Sumatera Utara
Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk disetiap
daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat
regional/nasional (pola permintaan secara geografis sama), produktivitas tenaga kerja,
dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad,
1999). Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang
antara).
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui
kecendrungan.
Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik
apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun
waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi
tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan
(Tarigan, 2005).
2.4.
Pengembangan Sektor Perekonomian Unggulan sebagai Strategi
Pembangunan Ekonomi Daerah
Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber
daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di
Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir
sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara,
termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan,
perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya
sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.
Tambunan (2001) menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan
ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya
lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat
tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus
dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan
terus.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam
sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa
sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball
effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan
ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan
pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam
struktur ekonomi.
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk
perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional.
Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu
Universitas Sumatera Utara
bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup
nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di
wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh
wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001).
Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah
memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan
potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan
kemakmuran masyarakat.
PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output
pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu
(provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya
sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu
grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan
kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan
lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama
dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.
Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi
perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu
daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu
akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi
Universitas Sumatera Utara
(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan
memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan
(Rachbini, 2001).
Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah
adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di
daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan
bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan
ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah
(Tarigan, 2005). Sedangkan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan
komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain
serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai
tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap
perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun
pasar ekspor.
2.5.
Penelitian Terdahulu
Amir dan Riphat (2005) melakukan studi tentang Analisis Sektor Unggulan
untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel InputOutput 1994 dan 2000, menggunakan analisis input-output yang telah banyak
digunakan untuk menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan
angka pengganda (multiplier) sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antar sektor
perekonomian. Tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian akan diukur dengan
menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor
Universitas Sumatera Utara
lainnya sebagai penjumlahan atas angka daya penyebaran (backward linkage) dan daya
kepekaan (forward linkage). Hasil studi
menunjukkan bahwa selama periode
penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses
industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan
yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis
sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan
kerja) dan keterkaitan sektoral (pure total linkage) direkomendasikan untuk
menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan,
minuman dan tembakau), pusat perdagangan, dan pusat pertanian.
Supangkat (2002) melakukan studi tentang Analisis Penentuan Sektor Prioritas
dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan,
menggunakan
pendekatan sektor pembentuk PDRB. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor pertanian
dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi
peningkatan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor
perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.
Marhayanie (2003) melakukan studi tentang Identifikasi Sektor Ekonomi
Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan, menggunakan metode
analisis linkage. Hasil studi menunjukkan bahwa analisis angka pengganda diperoleh
bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan pembangunan Kota Medan
adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada
total PDRB Kota Medan pada tahun 2000 adalah sektor perdagangan, restoran dan
Universitas Sumatera Utara
hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan sedangkan yang terkecil adalah sektor
pertambangan dan galian sebesar 0,01%. Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun
2000,
sektor bangunan memiliki backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang
terkecil sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan
sktor yang memiliki forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu
sebesar 3,80 dan yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.
2.6.
Kerangka Pemikiran
Kabupaten Batu Bara yang merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara. Analisis mengenai faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Batu Bara dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan
ekonomi daerah di masa mendatang. Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor
tersebut, pembangunan daerah Kabupaten Batu Bara dapat diarahkan ke sektor-sektor
yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan
menciptakan pengembangan wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro
kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur
ekonomi
daerah,
peranan
sektor-sektor
ekonomi
dan
pergeserannya,
serta
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting
untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasilhasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali
Universitas Sumatera Utara
potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di
daerah.
Klasifikasi
mengidentifikasi
pertumbuhan
sektor
posisi perekonomian
yaitu
suatu
analisis
ini
diperlukan
daerah dengan
mengacu
untuk
pada
perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor
dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial
atau masih dapat berkembang, sektor relatif tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan.
Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan
pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah
yang menjadi referensi.
Sektor basis dan non basis merupakan kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan
teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non
basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang
bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan
daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensikonsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di
ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan
investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan
terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non
basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan dan pergeseran sektor dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran
sektor
pada
perekonomian
suatu
daerah.
Hasil
analisis
akan
menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan
wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam
PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.
Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral,
keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian
dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan perekonomian.
Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan
pembangunan suatu daerah.
Perencanaan
pembangunan
ekonomi
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sektor
ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan demikian,
sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu
sektor unggulan.
Sektor perekonomian unggulan yang dimiliki Kabupaten Batu Bara akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu
Bara, hal ini disebabkan akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif
yang selanjutnya akan mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.
Universitas Sumatera Utara
Sektor perekonomian unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi
dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Batu Bara di masa
mendatang dalam pengembangan wilayah. Adapun kerangka konseptual
yang
dijadikan dasar dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Perekonomian Kabupaten Batu Bara
Perta
P &P
Klasifikasi
Pertumbuhan Sektor
IP
LGA
Bgn
PHR
Sektor Basis dan Non
Basis
P&K
KPJ
JJ
Perubahan dan
Pergeseran Sektor
Sektor Konseptual
Unggulan Penelitian
GambarPenentuan
2.1. Kerangka
Keterangan :
Perta
PP
IP
LGA
Bgn
PHR
PK
KPJ
JJ
= Sektor Pertanian
= Sektor Pertambangan dan Penggalian
= Sektor Industri Pengolahan
= Sektor Listrik, Gas dan Air
= Sektor Bangunan
= Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
= Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
= Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
= Sektor Jasa-jasa
Universitas Sumatera Utara
Download