PEMBELAJARAN MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN

advertisement
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 2, No. 1, Januari 2017
ISSN 2477-2240 (Media Cetak).
2477-3921 (Media Online)
PEMBELAJARAN MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN
PULUHAN DAN SATUAN MELALUI ALAT PERAGA MANIKMANIK
Ngatilah
SD Negeri Kutayu 03, Tonjong, Brebes, Jawa Tengah
Abstrak
Pembelajaran matematika sampai saat ini belum menampakkan suasana yang menyenangkan,
keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa masih rendah. Hal dapat diketahui setelah dilakukan
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
peningkatan kemampuan siswa melalui alat peraga manik manik, dan yang menjadi subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas I SD yang berjumlah 15 siswa. Metode pengumpulan data
adalah data tentang kondisi awal sebelum proses, hasil belajar diperoleh dari pemberian evaluasi,
penilaian afektif dan psikomotorik diperoleh dari pengamatan melalui lembar observasi, data
analisis kuesioner diperoleh melalui lembar kuesioner. Hasil penelitian siklus I rata-rata nilai
mencapai 63, siklus II nilai rata-rata 67. Pada siklus I ketuntasan belajar secara klasikal mencapai
46% dan pada siklus II sebesar 80%. Hasil belajar afektif siklus I secara klasikal yang tuntas ada 8
siswa (46%), siklus II tuntas 100%. Hasil belajar psikomotorik pada siklus I tuntas 65% ada 11
peserta didik (73%). Siklus II tuntas ada 12 peserta didik (80%). Hasil analisis kuesioner peserta
didik, pada siklus I dan siklus II juga menunjukkan peningkatan.
© 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia
Kata Kunci: Pembelajaran Matematika, Alat Peraga Manik-Manik Dan Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Mata pelajaran matematika bagi sebagian besar peserta didik dianggap tidak menarik dan
membosankan karena mata pelajaran matematika dianggap pelajaran yang sulit. Proses pembelajaran
matematika di sekolah dasar sampai saat ini belum menampakkan suasana yang menyenangkan.
Motivasi dan hasil belajar peserta didik tampak masih rendah. Hal ini dapat diketahui setelah
dilakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu pada saat pembelajaran masih
banyak peserta didik yang tidak mengerjakan apa yang diminta oleh guru, hanya beberapa peserta
didik saja yang aktif, sedangkan yang lain bersikap pasif, kurang bersemangat dan sulit untuk
berkonsentrasi, sehingga suasana di di dalam kelas terasa mati dan kurang menggairahkan.
Rendahnya motivasi tersebut membawa dampak yang kurang menyenangkan pada kelas tersebut
yaitu memiliki rata-rata hasil belajar yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada
kondisi awal sebelum dilakukan tindakan memiliki rata-rata sebesar 60 yang masih berada di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Guru memegang peranan penting dalam proses belajar
PEMBELAJARAN MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PULUHAN DAN SATUAN
MELALUI ALAT PERAGA MANIK-MANIK
Ngatilah
1
melalui pembelajaran yang di kelolanya, untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar siswa dapat melakukan
berbagai aktivitas belajar dengan efektif dan nantinya hasil belajar yang diperoleh dapat memuaskan.
Salah satu tugas guru di dalam proses pembelajaran adalah membuat suasana di kelas senang, siswa
terlibat aktif, saling bekerja sama. Guru diharapkan dapat memberikan suasana emosional yang
positif kepada siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat
tercapai yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Sejalan dengan
permasalahan di atas, maka perlu dipilih tindakan yang tepat untuk meningkatkan motivasi serta hasil
belajar peserta didik agar proses pembelajaran matematika dapat optimal dan berkualitas. Adapun
tindakan yang dipilih peneliti adalah dengan menggunakan alat peraga yang menarik dan
menyenangkan yang dapat meningkatkan motivasi dan melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini menerapkan pembelajaran menggunakan
alat peraga manik-manik tersebut. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan
berikut ini : Bagaimana upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika materi
penjumlahan bilangan puluhan dan satuan melalui alat peraga manik-manik bagi peserta didik kelas
I sekolah dasar, dan seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika tersebut.
Tujuan Penelitian ini dapat dijabarkan berikut ini, yaitu untuk mengetahui peningkatan
motivasi dan hasil belajar matematika materi penjumlahan bilangan puluhan dan satuan melalui alat
peraga manik manik dan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika
materi penjumlahan bilangan puluhan dan satuan melalui alat peraga manik-manik bagi peserta didik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Masing-masing siklus
dilakukan kegiatan pembelajaran dua kali pertemuan, tempat penelitian dilakukan di kelas I. Dengan
subyek penelitian adalah peserta didik kelas I dengan jumlah 15 peserta didik, yang terdiri dari 8
perempuan dan 7 laki-laki.
Sumber data diperoleh dari: 1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari peserta didik, berupa
nilai tes tertulis peserta didik dan nilai kinerja dalam bentuk laporan tugas. Pada tiap siklus dilakukan
satu tes dan peserta didik mengumpulkan laporan tugas. 2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh
dari pengamatan peneliti dan kolaborator, berupa hasil diskusi dengan kolaborator yang dituangkan
dalam tiap-tiap siklus.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik penilaian tes tertulis dan non tes
berupa penilaian unjuk kerja. Teknik penilaian tertulis dilakukan pada akhir pelajaran, peserta didik
diminta mengerjakan soal tes. Teknik penilaian non tes berupa penilaian unjuk kerja dilakukan
dengan teknik pengamatan atau observasi terhadap motivasi belajar peserta didik.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1). Butir soal dalam bentuk
essay, Butir soal disesuaikan dengan materi penelitian, yaitu berkaitan dengan penjumlahan
Matematika. 2). Lembar observasi, lembar observasi disusun berdasarkan variabel yang diamati.
Validasi Data
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Instrumen yang valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa saja yang seharusnya diukur. Validasi instrumen
2
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 2, No. 1, Januari 2017
dilakukan dengan mengecek kebenaran instrumen dan kelengkapan aspeknya. Dengan instrumen
yang valid maka data yang dihasilkan juga valid.
Analisis data dilakukan dari hasil penilaian tes tertulis berupa ulangan harian pada matematika,
hasil observasi motivasi peserta didik dan dari hasil laporan tugas. Analisis data pada penelitian ini
adalah deskriptif komparatif, karena membandingkan hasil belajar antara kondisi awal dengan siklus
I, membandingkan hasil belajar antara siklus I dan siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan daftar nilai ulangan harian kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, hasil belajar
Matematika peserta didik juga rendah. Hal ini terlihat setelah diadakan ulangan harian, nilai
terendah yang diperoleh peserta didik adalah 40, nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah
75, nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik adalah 60 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) adalah 65. Ini menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang memperoleh nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berarti hasil belajar Matematika peserta didik
masih rendah, karena peserta didik tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil ulangan harian sebelum dilakukan penelitian pada kelas I untuk mata
pelajaran Matematika yaitu: a) Jumlah peserta ulangan harian 15 peserta didik, b) Jumlah peserta
didik yang memperoleh nilai < 65 sebanyak 12 orang, c) Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai
 65 sebanyak 3 orang, d) Nilai rata – rata kelas 60
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Matematika yang dicapai sebesar: 3/15 x
100% = 20%. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebesar 12/15 x 100% = 80%. Nilai tes ratarata peserta didik sebesar 60. Ringkasan hasil belajar aspek kognitif peserta didik sebelum
menggunakan alat peraga dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Tes Peserta didik Sebelum Penelitian
No
1.
2.
3.
4.
Hasil Tes
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata nilai tes
Ketuntasan klasikal
Data Awal
75
40
60
20%
Deskripsi Tiap Siklus
Deskripsi Siklus 1
Proses pembelajaran dengan alat peraga manik manik.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah di deskripsikan, peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP), setelah RPP disusun, maka kegiatan selanjutnya adalah
menyiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam penelitian yaitu manik-manik.
Hasil Belajar pada Siklus I
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I menghasilkan data dan informasi sebagai berikut : a)
Jumlah peserta ulangan harian 15 peserta didik, b) Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai < 65
sebanyak 7 orang, c) Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai 65 sebanyak 8 orang, d) Nilai rata
– rata kelas 63
PEMBELAJARAN MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PULUHAN DAN SATUAN
MELALUI ALAT PERAGA MANIK-MANIK
Ngatilah
3
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Matematika yang dicapai sebesar: 7/15 x
100% = 46%. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebesar: 8/15 x 100% = 53%. Nilai tes ratarata peserta didik sebesar 63. Ringkasan hasil belajar kognitif peserta didik setelah menggunakan alat
peraga pada siklus I dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Peserta Didik Siklus I
No
1.
2.
3.
4.
Hasil Tes
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata nilai tes
Ketuntasan klasikal
Siklus I
80
45
63
46%
Hasil Belajar Pada Siklus II
Berdasarkan hasil belajar pada siklus II menghasilkan data dan informasi sebagai berikut: a)
Jumlah peserta ulangan harian 15 peserta didik, b) Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai < 65
sebanyak 3 orang, c) Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai  65 sebanyak 12 orang, d) Nilai
rata – rata kelas 67
Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar Matematika yang dicapai sebesar : 12/15
x 100% = 80%. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebesar 3/15 x 100% = 20%. Nilai tes ratarata peserta didik sebesar 67. Ringkasan hasil belajar kognitif peserta didik setelah menggunakan alat
peraga pada siklus II dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Peserta Didik Siklus II
No
Hasil Tes
Siklus II
1.
2.
3.
4.
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata nilai tes
Ketuntasan klasikal
85
50
67
80%
Pembahasan Tiap dan Antar Siklus
Setelah mengadakan penelitian tindakan kelas pada materi penjumlahan, diperoleh data hasil
belajar yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Data hasil belajar kognitif peserta didik
Ringkasan hasil belajar kognitif peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga.
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa (Data Awal), Siklus I dan Siklus II
No
1.
2.
3.
4.
4
Hasil Tes
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata nilai tes
Ketuntasan klasikal
Data Awal
75
40
60
20%
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 2, No. 1, Januari 2017
Siklus I
80
45
63
46%
Siklus II
85
50
67
80%
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai rata-rata tes peserta didik pada data awal (pra siklus) adalah
60, dan setelah menggunakan alat peraga meningkat menjadi 63 pada siklus I dan 67 pada siklus II.
Ketuntasan belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan, sebelum penggunaan alat peraga
ketuntasan belajar secara klasikal adalah 20%, dan setelah digunakan alat peraga meningkat menjadi
46% pada siklus I dan 80% siklus II. Peserta didik secara klasikal yang memperoleh nilai 65 ke atas
adalah 8 peserta didik dengan ketuntasan belajar 63% pada siklus I, dan 12 peserta didik dengan
ketuntasan belajar 80% pada siklus II.
Data hasil pengamatan ranah afektif
Penilaian afektif diperoleh dari lembar observasi meliputi sikap, minat, dan nilai. Kriteria sikap,
minat, dan nilai ditentukan sebagai berikut:
Skor peserta didik
Lebih besar dari 32
28 sampai 32
20 sampai 27
Kurang dari 20
Lebih besar dari 32
28 sampai 32
20 sampai 27
Kurang dari 20
Kategori sikap, minat, dan nilai
Sangat positif / sangat tinggi
Positif / tinggi
Negatif / rendah
Sangat negatif/ sangat rendah
Sangat positif / sangat tinggi
Positif / tinggi
Negatif / rendah
Sangat negatif/ sangat rendah
Berikut tabel presentasi dari penilaian afektif siklus I dan II.
Tabel Hasil Penilaian Afektif Siklus I dan Siklus II
Siklus I
Kategori sikap,
minat, dan nilai
Sangat positif /
sangat tinggi
Positif/tinggi
Negatif/rendah
Sangat negatif /
sangat rendah
Siklus II
Jumlah peserta
didik
(%)
Jumlah peserta
didik
(%)
5
33
10
66
9
1
60
66
5
0
33
0
0
0
0
0
Pada siklus I peserta didik secara klasikal yang memperoleh nilai 65 ke atas adalah 8 peserta
didik dan dinyatakan tuntas, peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 65 adalah 7 peserta didik
dan dinyatakan belum tuntas. Dengan demikian ketuntasan klasikal (penilaian afektif) adalah 80%.
Pada siklus II seluruh peserta didik memperoleh nilai 65 ke atas dan dinyatakan tuntas 100%
(penilaian afektif).
Data hasil pengamatan ranah psikomotorik
Penilaian psikomotorik diperoleh dari hasil observasi. Hasil penilaian psikomotorik siklus I
dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.
PEMBELAJARAN MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PULUHAN DAN SATUAN
MELALUI ALAT PERAGA MANIK-MANIK
Ngatilah
5
Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Penilaian Psikomotorik Siklus I dan Siklus II
No
1.
2.
3.
4.
Hasil Penilaian Psikomotorik
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Tuntas
Tidak tuntas
Siklus I
80
50
11
5
Siklus II
85
55
12
3
100
80
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
60
40
20
0
Siklus I Siklus II
Pada siklus I peserta didik secara klasikal yang memperoleh nilai 65 ke atas adalah 11 peserta
didik dan dinyatakan tuntas. Peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 65 adalah 4 peserta didik
dan dinyatakan belum tuntas. Dengan demikian ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 73%. Pada
siklus II peserta didik secara klasikal yang memperoleh nilai 65 ke atas adalah 12 peserta didik dan
dinyatakan tuntas. Peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 65 adalah 3 peserta didik dan
dinyatakan belum tuntas. Dengan demikian ketuntasan klasikal pada siklus II adalah 80%.
Tabel 4.7. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I dan Siklus II
No
1.
2.
3.
Aspek Penilaian
Kognitif
Afektif
Psikomotorik
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I
46%
65%
73%
Siklus II
80%
80%
80%
Kognitif
Siklus I Siklus II
Pada siklus I hasil belajar kognitif peserta didik belum memenuhi indikator yang telah
ditetapkan sehingga dilanjutkan dengan siklus II untuk memenuhi indikator yang telah ditetapkan
6
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 2, No. 1, Januari 2017
dalam penelitian. Sedangkan penilaian afektif peserta didik sudah memenuhi indikator yang telah
ditetapkan, hasil belajar psikomotorik peserta didik juga sudah memenuhi indikator yang telah
ditetapkan. Pada siklus II hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik sudah
memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian.
SIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Penggunaan alat
peraga manik-manik dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan
psikomotorik. 2). Hasil analisis kuesioner peserta didik menunjukkan adanya minat, ketertarikan dan
tanggapan yang baik dari peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan persentase setiap
pertanyaan yang dijawab oleh peserta didik pada siklus I dan Siklus II.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih peneliti tujukan kepada Kepala Sekolah, Guru, Observer, teman sejawat,
dan Murid Kelas I SD Negeri Kutayu 03, Tonjong, Brebes, Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional, Dirjen Dikdasmen.
Hamalik, Oemar. 2008. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Algesindo.
Rokhim, Fathur. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Rosdakarya.
Sanjaya. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
PEMBELAJARAN MATERI AJAR PENJUMLAHAN BILANGAN PULUHAN DAN SATUAN
MELALUI ALAT PERAGA MANIK-MANIK
Ngatilah
7
Download