JAMUR AKAR PUTIH DAN PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN

advertisement
JAMUR AKAR PUTIH DAN PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KARET
Oleh: Ir. Firdaus
Tanaman karet merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan di Provinsi
Jambi dan penghasil karet kedua di Indonesia setelah Sumatera Selatan. Luas tanaman
karet di Jambi mencapai 659.852 ha dengan produksi 322.044 ton dan terdapat 525.505
orang petani karet.
Permasalahan utama yang sering dijumpai dikebun karet rakyat yaitu kematian
tanaman karet akibat penyakit jamur akar putih/JAP (Rigidiporus microporus). Penyakit ini
menyebabkan kematian karet dalam jumlah banyak karena JAP mudah menular dari satu
tanaman ke tanaman lainnya, terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun.
Patogen menular melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan
akar tanaman sehat. Spora jamur dapat juga disebarkan oleh angin yang jatuh ditunggul
dan sisa kayu akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi di
pertanaman bekas hutan atau bekas kebun karet, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar
sakit yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber inokulum. Serangan dapat terjadi
dari pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai pada tanaman menghasilkan
(TM).
Mengenal Jamur Akar Putih (JAP)
Jamur akar putih disebabkan Rigidiporus microporus yang membentuk badan buah
mirip topi pada akar, pangkal batang, atau tunggul-tunggul tanaman. Badan buah berwarna
jingga kekuning-kuningan. Permukaan bawah badan buah terdapat lubang-lubang kecil
tempat spora. Badan buah yang tua akan mengering dan berwarna coklat. Jamur Akar
Putih membentuk tubuh buah seperti kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zona-zona
pertumbuhan dan sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang tipis.
Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya.
Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,84,5 μm, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal (Gambar 1).
Gambar 1. Tubuh buah jamur Rigidoporus microporus
Sumber :http://nad.litbang.deptan.go.id
Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecokelatan dengan
zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepinya berwarna
kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah menjadi
suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat dan permukaan bawahnya cokelat
kemerahan.
Lapisan atas tubuh buah yang berwarna muda terdiri atas benang-benang jamur
yang terjalin rapat. Dibawahnya terdapat lapisan pori kemerahan atau kecokelatan dengan
garis tengah 45-80 μm dengan panjang berbeda-beda berkisar 0,7-1,0 μm. Rigidoporus
microporus yang bersifat parasit fakultatif, artinya dapat hidup sebagai saprofit yang
kemudian menjadi parasit. Jamur R. microporus tidak dapat bertahan hidup apabila tidak
ada sumber makanan. Bila belum ada inang jamur ini bertahan pada sisa-sisa tunggul.
Tingkat Serangan JAP :


Serangan ringan, benang-benang jamur berwarna putih baru menempel di permukaan
akar atau kulit akar mulai membusuk
Serangan berat, kulit dan kayu akar sudah membusuk
Gejala Pada Karet Akibat JAP (Jamur Akar Putih)






Tanaman yang terserang JAP daun-daunya terlihat kusam, permukaan daun
menelungkup, layu dan gugur.
Tanaman karet bertajuk tipis, seringkali terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda
yang seharusnya belum cukup waktunya berbuah.
perakaran apabila dibuka. maka pada permukaan akar terdapat semacam benangbenang berwarna putih kekuningan, dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel
kuat dan sulit dilepas.
Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.
Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan.
Pada stadium lanjut, jamur akan membentuk badan buah yang berbentuk setengah
lingkaran di pangkal batang. Badan buah berwarna pink dengan tepi berwarna putih
kekuningan.
Gambar 2. Tanaman karet kena serangan berat JAP
Penyebab Terjadinya Penyakit Layu Jamur Akar Putih
 Lahan yang banyak terdapat sisa-sisa tanaman hutan, atau bekas tanaman karet yang
tidak dicabut, dan dikomposkan akan menjadi tempat yang cocok bagi koloni JAP.
Tanaman yang telah terinfeksi tidak diisolasi, sehingga akar yang terkena JAP dapat
kontak dengan akar karet lainnya yang sehat.
 Inokulum JAP di sekitar perkebunan terbawa air hujan, alat pertanian, sepatu, atau
hewan yang dapat menularkan ke tanaman karet lain.
 Klon karet yang rentan terhadap JAP.

Penularan
Penularan jamur akar putih terjadi melalui persinggungan antara akar karet dengan
sisa-sisa akar tanaman lama, tunggul-tunggul atau pohon yang sakit. Selain persinggungan,
penyebarannya bisa terjadi karena hembusan angin yang membawa spora jamur ini. Spora
yang jatuh di tunggul atau sisa kayu akan tumbuh dan membentuk koloni. Kemudian jamur
akan merambat ke akar cabang tunggul dan pindah ke akar tanaman di dekatnya melalui
pertautan akar. Stum atau bahan tanaman sebagai bibit juga dapat menjadi sebab
tersebarnya pnyakit di areal kebun karet.
Penyebaran JAP yang paling efektif yaitu melalui kontak akar. Apabila akar-akar
tanaman sehat saling bersinggungan dengan akar tanaman karet yang sakit, maka Rizomorf
JAP akan menjalar pada tanaman yang sehat kemudian menuju leher akar dan selanjutnya
menginfeksi akar lateral lainnya. Tanaman yang terinfeksi ini akan menjadi sumber infeksi
pada tanaman disekitarnya, sehingga perkembangan penyakit semakin lama semakin
meluas.
Pengendalian Penyakit Layu JAP
Pengendalian penyakit JAP saat ini dititik beratkan pada pengendalian hama/penyakit
terpadu (PHT). Hal ini sejalan dengan peraturan pemerintah, yaitu dengan menggabungkan
beberapa komponen pengendalian seperti kultur teknik, biologi, dan kimiawi.
 Secara Kultur Teknik
Pengendalian secara kultur teknik dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu
pengolahan lahan, seleksi bibit, pemeliharaan tanaman dan penanaman kacangan penutup
tanah.
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan secara mekanik bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi,
menyingkirkan tunggul dan sisa-sisa akar tanaman sebelumnya yang dapat menjadi sumber
infeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar karet berdiameter 1 cm dengan panjang 4
cm dapat menjadi cadangan makanan R. Microporus hingga kurang lebih 4 bulan di tanah.
Lubang penanaman diberi belerang100 – 200 gram per lubang.
b. Seleksi Bibit
Seleksi bibit sebagai bahan tanam merupakan pekerjaan penting yang harus
dilakukan. Hal ini dikombinasikan dengan pemilihan klon karet unggul dan tahan terhadap
penyakit seperti klon: BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, BPM 109, IRR 104, PB 217,
PB 340, PBM 1, PR 261, RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118.
c.Pemeliharaan Tanaman
Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat untuk meningkatkan intensitas penyinaran
matahari, yang dapat mengurangi populasi inokulum JAP. Cabang/ranting yang telah mati
dipotong dan dimusnahkan. Pemupukan berimbang meningkatkan kesehatan tanaman.
Pembuatan saluran drainase yang menghilangkan genangan di pangkal batang tanaman
karet, dapat mengurangi resiko serangan JAP. Pada pertanaman muda kurang dari 2 tahun,
ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit, dan Lengkuas.
d. Penanaman Kacangan Penutup Tanah
Kacangan penutup tanah dapat mengurangi serangan JAP karena mempercepat
pembusukan sisa-sisa akar, dan dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang
bersifat antagonis terhadap R.microporus.Selain itu dapat mengurangi dampak negatif
akibat erosi air hujan.
 Secara Biologi
Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi campuran biakan jamur Trichoderma sp.
dengan kompos sebanyak 200 gram/lubang tanam (1 kg Trichoderma sp. dicampur dengan
50 kg kompos).
Jika terdapat tanaman sakit, maka tanaman tersebut dan 4 tanaman di sekitarnya
ditaburi 200 g dengan Trichoderma sp.+ kompos. Demikian pula jika terdapat tanaman sakit
yang harus dibongkar, maka bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya diperlakukan sama.
 Secara Kimiawi
Pada tanaman yang bergejala ringan, masih dapat diselamatkan dengan cara
membuka perakaran, permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak
melukai akar. Bagian yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi
ter, kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan
(misal Bubur Bordo, Calixin 750 EC, Antico F-96, Delsene, bayleton 250 EC). Setelah
mengering, ditutup kembali dengan tanah. Periksa kembali 6 bulan kemudian, jika masih
terdapat jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida.
Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus dibongkar, bagian
pangkal batang dan akarnya dikubur di luar areal pertanaman, menggunakan wadah agar
tanah tidak tercecer di dalam kebun.
Sumber: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan – Balitbangtan
Download