12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Pengertian Semangat Kerja
Semangat kerja karyawan dapat digunakan untuk menggambarkan suasana
hati karyawan dalam melaksakan tugas-tugasnya. Semangat kerja karyawan yang
tinggi dihubungkan dengan motif dan hal yang baik. Sebaliknya semangat kerja
karyawan yang rendah dihubungkan dengan ketidaksenangan dan kejenuhan.
Menurut Hasibuan (2008:94) semangat kerja adalah kemauan melakukan
pekerjaan dengan lebih giat sehingga pekerjaan diharapkan dapat terselesaikan
lebih cepat dan lebih baik. Menurut Tohardi (2007:427) menyatakan bahwa
semangat kerja adalah kemampuan sekelompok orang-orang untuk bekerjasama
dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama.
Menurut Simamora (2008;416) semangat kerja adalah perasaan seorang
individu terhadap pekerjaan dan organisasinya. Jika semangat kerja rendah,
kemungkinan partisipasi hanya akan terbatas pada apa yang diperintahkan.
Sebaliknya, adanya semangat tinggi mencerminkan bahwa individu akan
berpatisipasi dengan antusias dengan penuh komitmen. Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut mengenai semangat kerja, maka dapat dikemukakan semangat
kerja adalah sikap mental dari individu dalam melakukan pekerjaan dengan lebih
giat sehingga diharapkan dapat diselesaikan tepat pada waktunya serta dapat
memperkecil kekeliruan-kekeliruan dalam pekerjaan. Berikut ini penjabaran
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan semangat kerja
12
2.1.1 Pentingnya semangat kerja
Semangat kerja memiliki arti penting dalam suatu organisasi agar mampu
bertahan dan bersaing dengan organisasi lainnya. Menurut Tohardi (2007:425),
ada beberapa alasan yang dikemukakan berkenaan dengan pentingnya semangat
kerja bagi suatu organisasi adalah sebagai berikut
1) Dengan adanya semangat kerja yang tinggi pekerjaan yang diberikan dan
ditugaskan kepada karyawan dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih
cepat.
2) Dengan semangat
kerja
yang
tinggi dapat
mengurangi tingkat
ketidakhadiran karyawan yang sering tidak bekerja karena malas.
3) Dengan semangat kerja yang tinggi pihak organisasi memperoleh
keuntungan dari sudut kecilnya kerusakan yang terjadi dalam penyelesaian
pekerjaan, karena sepeti yang diketahui semakin tidak puas dalam bekerja
maka semakin besar pula kerusakan yang akan ditimbulkan dalam
pekerjaan.
4) Dengan semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi resiko kecelakaan
dalam pekerjaan karena karyawan yang memiliki gairah dan semangat
kerja yang tinggi mempunyai kecenderungan sikap bekerja secara hati-hati
dan teliti.
2.1.2 Indikasi-indikasi turunnya semangat kerja
Indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja karyawan oleh organisasi
sangat penting untuk diketahui, karena dengan pengetahuan tentang indikasi
13
tersebut akan dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan turunnya semangat
kerja karyawan.
Menurut
Nitisemito
(2008:97)
terdapat
beberapa
indikasi
yang
menyebabkan turunnya semangat kerja karyawan;
1) Turun atau rendahnya produktivitas pekerja.
Salah satu indikasi turunnya semangat kerja adalah ditunjukkan dengan
menurunnya produktivitas kerja agar dapat diukur dan dibandingkan
dengan waktu sebelumnya. Menurunnya produktivitas kerja dapat
disebabkan karena karyawan malas dalam melaksanakan tugas-tugasnya
atau sengaja menunda melakukan tugasnya.
2) Tingkat absensi yang tinggi.
Tingkat absensi yang tinggi sebenarnya merupakan salah satu indikasi
menurunnya semangat kerja karyawan.
3) Tingkat perpindahan buruh yang tinggi.
Bila suatu perusahaan, tingkat keluar masuk karyawan naik daripada
sebelumnya, hal ini juga merupakan indikasi menurunnya semangat kerja
karyawan.
4) Tingkat kerusakan yang tinggi.
Naiknya tingkat kerusakan terhadap bahan baku, barang jadi maupun
peralatan
yang
menunjukkan
digunakan
bahwa
dalam
perhatian
melakukan pekerjaan,
karyawan
berkurang
dan
hal
ini
terjadi
kecerobohan dalam bekerja menunjukkan bahwa makin menurunnya
semangat kerja karyawan.
14
5) Kegelisahan yang terdapat dimana-mana.
Kegelisahan dimana-mana akan terjadi bila semangat dan kegairahan kerja
karyawan menurun.
6) Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan merupakan tindakan yang terjadi akibat ketidakpuasan karyawan
dalam bekerja. Sering kali terjadi tuntutan yang dilakukan karyawan dalam
organisasi menunjukkan makin turunnya semangat kerja yang dimiliki
karyawan.
7) Pemogokan
Indikasi paling kuat yang menunjukkan makin menurunnya semangat
kerja karyawan adalah terjadinya pemogokan kerja dalam perusahaan.
2.1.3 Indikator-indikator untuk mengukur semangat kerja
Semangat kerja dalam suatu organisasi perlu diukur agar mengetahui
apakah terdapat peningkatan atau penurunan. Menurut Taufiq (2007:14) indikatorindikator yang digunakan untuk mengukur semangat kerja yaitu sebagai berikut;
1) Absensi, menunjukkan ketidakhadiran para karyawan dalam tugasnya. Hal
ini termasuk waktu yang hilang karena sakit, kecelakaan dan kepentingankepentingan pribadi baik diberi wewenang atau tidak dapat diperhitungkan
dalam
tingkat
absensi.
Yang
diperhitungkan
meliputi:
tingkat
ketidakhadiran karyawan selama bulan cuti, libur yang ditetapkan dan
tingkat ketidakhadiran karena sakit.
2) Kerjasama, merupakan suatu tindakan bersama-sama antara seseorang
dengan orang lain dimana setiap orang bekerja dan menyumbangkan
15
tenaganya secara sukarela dan sadar untuk saling membantu guna
mencapai tujuan bersama.
3) Disiplin, adalah ketaatan setiap karyawan terhadap tata tertib yang berlaku
dalam perusahaan tersebut meliputi: kepatuhan para karyawan pada jamjam kerja, kepatuhan karyawan kepada perintah pimpinan serta taat kepada
tata tertib yang berlaku, berpakaian seragam ke tempat kerja, penggunaan
perlengkapan kantor dengan hati-hati, bekerja sesuai dengan tanggung
jawab dan hasil kerja diharapkan menurut rencana yang telah ditentukan.
4) Kepuasan, adalah sikap para karyawan yang menunjang tingkat kepuasan
terhadap tugasnya, lingkungan perusahaan, serta jaminan-jaminan yang
diperolehnya meliputi tingkat kepuasan terhadap tugas dan pekerjaannya.
Menurut Tohardi (2007:433) indikator yang
dipergunakan untuk
mengukur semangat kerja karyawan adalah sebagai berikut;
1) Disiplin, pendisiplinan karyawan adalah suatu bentuk pelatihan yang
berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku
karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela bekerja secara
kooperatif dengan para karyawan lainnya serta meningkatkan prestasi
kerjanya.
2) Kepuasan kerja, kepuasan kerja adalah suatu cara pandang seseorang, baik
yang bersifat positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya.
3) Partisipasi, peningkatan partisipasi dapat meningkatkan rasa tanggung
jawab serta semangat dan kegairahan kerja.
16
4) Kerjasama, kerjasama merupakan tahap yang paling maju dan paling ideal
dalam hubungan industrial. Pada tahap ini serikat pekerja turut serta secara
aktif dalam peningkatan efisiensi, efektifitas, produktivitas, dan semangat
kerja.
2.1.4 Faktor-faktor yang dapat meningkatkan semangat kerja
Beberapa cara untuk meningkatkan semangat kerja menurut Nitisemito
(2008:10) antara lain sebagai berikut
1) Gaji yang cukup. Setiap organisasi seharusnya dapat memberikan gaji
yang cukup kepada karyawannya. Pengertian cukup ini sangat relatif.
Besarnya gaji yang diberikan kepada karyawan mempunyai pengaruh
terhadap kegairahan kerja.
2) Memperhatikan kebutuhan rohani. Indonesia memiliki bermacam-macam
agama dengan memberikan hari-hari libur suatu hari agama dan
mendirikan tempat-tempat ibadah atau sembahyang.
3) Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai. Suasana kerja yang rutin
seringkali menimbulkan kebosanan dan ketegangan bagi karyawan. Untuk
menghindari hal-hal seperti ini, perlu adanya suasana santai pada waktu
tertentu.
4) Harga diri perlu mendapatkan perhatian. Biasanya didalam suatu
organisasi terdapat karyawan ahli yang hasil kerjanya dapat diandalkan.
5) Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat. Setiap organisasi harus
mampu menmpatkan setiap karyawannya pada posisi yang tepat. Artinya
mereka pada posisi yang sesuai dengan keterampilan masing-masing.
17
6) Memberikan kesempatan untuk maju. Semangat dan kegairahan kerja
karyawan akan timbul jika mereka mempunyai harapan untuk maju.
Sebaliknya, jika mereka tidak mempunyai harapan untuk maju dalam
organisasi, semangat dan kegairahan kerjanya lama-kelamaan akan
menurun.
7) Perasaan aman menghadapi hari tua dan perlu diperhatikan. Semangat dan
kegairahan kerja akan terpuruk jika mereka mempunyai perasaan tidak
aman terhadap masa depan profesi mereka.
8) Usahakan karyawan mempunyai loyalitas. Kesetiaan atau loyalitas
karyawan terhadap organisasi dapat menimbulkan rasa tanggung jawab.
Tanggung jawab dapat menciptakan gairah dan semangat kerja.
9) Sekali-kali karyawan perlu diajak berunding. Dengan mengikut sertakan
mereka berunding, perasaan bertanggung jawab akan timbul sehingga
melaksanakan kebijakan baru tersebut dengan lebih baik.
10) Pemberian insentif yang terarah. Agar organisasi dapat memperoleh hasil
secara langsung selain cara-cara yang telah disebutkan di atas dapat pula
ditempuh sistem pemberian insentif kepada karyawan.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
Semangat kerja karyawan merupakan hal yang harus dperhatikan
organisasi untuk kemajuan organisasi tersebut. Menurut Hasibuan (2007:13)
menyatakan bahwa ada beberapa faktor pokok yang mempengaruhi semangat
kerja karyawan diantaranya adalah sebagai berikut
18
1) Kepemimpinan
Kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut
bersedia secara ikhlas melaksanakan suatu pekerjaan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2) Motivasi
Dorongan terhadap seorang untuk melakukan tindakan guna mencapai
tujuan.
3) Komunikasi
Proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain.
4) Hubungan manusia
Keseluruhan rangkaian baik formal atau informal kearah keharmonisan.
5) Partisipasi
Pemberian kesempatan kepada karyawan untuk memberikan saran dan
pendapat guna kemajuan perusahaan.
6) Lingkungan fisik.
Segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam melakukan tugas.
7) Kompensasi
Balas jasa yang dinilai dengan uang dan memiliki kecenderungan
diberikan secara tetap.
8) Kesehatan dan keselamatan
Dimana lingkungan kerja yang sehat dan aman akan mengurangi rasa
bosan dan jenuh.
19
Menurut Nawawi ( 2007:112) menyatakan bahwa factor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah;
1) Faktor minat/perhatian terhadap pekerjaan
Karyawan yang memiliki perhatian atau berminat terhadap yang
dibebankan kepadanya akan memiliki modal dan semangat kerja yang
positif atau tinggi.
2) Faktor upah atau gaji
Upah atau gaji yang diperoleh sangat besar pengaruhnya terhadap modal
atau semangat kerja. Upah yang cukup besar dengan pekerjaan yang
relative ringan, dipandang sebagai salah satu penyebab yang besar
pengaruhnya terhadap peningkatan moral atau semangat kerja karyawan.
3) Faktor status sosial berdasarkan jabatan
Jenis jabatan dan pekerjaan yang dipangku oleh karyawan pada umumnya
berarti status social, baik di lingkungan kerjanya maupun di lingkungan
masyarakat. Pekerjaan atau jabatan yang diserahkan memberikan posisi
yang tinggi dan terhormat, cenderung atasan mempertinggi semangat kerja
karyawan.
4) Faktor tujuan mulia dan pengabdian
Karyawan yang bekerja dengan cita-cita mewujudkan tujuan yang mulia
menunjukan sikap bersedia dalam pekerjaan meskipun tidak memperoleh
penghasilan yang memadai.
20
5) Faktor suasana lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang menyenangkan karena bersih, teratur rapi, sejuk,
sirkulasi udara lancer, cukup luas dan tidak menghambat gerakan dalam
bekerja dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
6) Hubungan manusiawi yang dikembangkan
Kondisi hubungan sosial yang bersumber dari hubungan manusiawi, yang
dikembangkan antar pekerja dalam suatu organisasi kerja merupakan
faktor yang mempunyai pengaruh terhadap semangat kerja.
2.2
Pengertian Motivasi
Rivai (2009:837) menyatakan motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-
nilai yang memengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang
memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai
tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu: arah perilaku (kerja
untuk mencapai tujuan), dan kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu
dalam bekerja).
Menurut Gilley (2009:364) motivasi mendorong adanya perilaku yang
berakitan dengan peilaku yang spesifik, lebih cenderung mengenai kemmapuan
dan arahan. Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran, dan pengalaman masa lalu
yang merupakan bagian dari hubungan internal dan eksternal perusahaan. Selain
itu motivasi dapat pula diartikan sebagai dorongan individu untuk melakukan
tindakan karena mereka ingin melakukannya. Apabila individu termotivasi,
mereka akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu, karena dapat
21
memuaskan keinginan mereka. Menurut Mangkunegara (2007:93) motivasi
adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari
motifnya.
Hasibuan (2007:67) menyatakan
motivasi merupakan
suatu cara
bagaimana mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras
dengan
memberikan
semua
kemampuan
dan
keterampilannya
untuk
mengwujudkan tujuan perusahaan. Motivasi kerja merupakan suatu modal dalam
menggerakkan dan mengarahkan para karyawan atau pekerja agar dapat
melaksanakan tugasnya masing–masing dalam mencapai sasaran dengan penuh
kesadaran, kegairahan dan bertanggung jawab.
Motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan segala potensi
yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta meningkatkan
kebersamaan. Ada dua aspek motivasi, yaitu segi pasif dimana motivasi tampak
sebagai kebutuhan dan sekaligus pendorong, dan dari segi statis dimana motivasi
tampak sebagai satu usaha positif dalam menggerakkan daya dan potensi tenaga
kerja agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dari beberapa pengertian motivasi tersebut,dapat dikemukakan bahwa
motivasi adalah sesuatu yang dapat mengarahkan kepada sebuah tujuan atau
dorongan demi tercapainya tujuan dengan melakukan tindakan-tindakan.
22
2.2.1 Jenis- Jenis Motivasi
Hasibuan (2007:150) mengatakan bahwa jenis-jenis motivasi adalah
sebagai berikut:
1) Motivasi Positif (Insentif Positif)
Motivasi Positif adalah Manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar.
2) Motivasi Negatif (Insentif Negatif)
Motivasi Negatif adalah Manajer memotivasi bawahan dengan standar
mereka akan mendapatkan hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat
bekerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat karena mereka takut
dihukum, tetapi untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik.
2.2.2 Teori-teori Motivasi
Pada dasarnya proses motivasi dapat digambarkan jika seseorang tidak
puas akan mengakibatkan ketegangan, pada akhirnya akan mencari jalan atau
tindakan untuk memenuhi dan terus mencari kepuasan yang menurut ukurannya
sendiri sudah sesuai dan harus terpenuhi. Beberapa teori motivasi yang dikenal,
yaitu:
1) Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory)
Menurut Maslow (Robbins and Judge, 1990: 223) bahwa pada setiap diri
manusia itu terdiri atas lima kebutuhan yaitu:
(1) Aktualisasi diri meliputi kebutuhan untuk menggunakan kemampuan,
skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ideide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
23
(2) Penghargaan diri meliputi kebutuhan akan harga diri, kebutuhan
dihormati, dan dihargai orang lain.
(3) Kepemilikan sosial meliputi kebutuhan merasa memiliki, kebutuhan
untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai.
(4) Rasa aman meliputi kebutuhan rasa aman, kebutuhan perlindungan dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
(5) Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan makan,
minum, perlindungan fisik, seksual, sebagai kebutuhan terendah.
Semakin ke atas kebutuhan seseorang semakin sedikit jumlah atau
kuantitas manusia yang memiliki kriteria kebutuhannya. Jika dilihat dari struktur
dan keadaan masyarakat Indonesia, sumber daya manusia kita masih banyak pada
peringkat kebutuhan fisiologis.
2) McClelland Theory of Needs
David McCelland (Robbins and Judge, 1990: 230) menganalisis tentang tiga
kebutuhan manusia yang sangat penting di dalam organisasi atau perusahaan
tentang motivasi mereka. McCelland theory of needs memfokuskan kepada
tiga hal, yaitu:
(1) Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Needs for achievement) /
Prestasi
Kebutuhan untuk mencapai hubungan kepada standar perusahaan yang
telah ditentukan juga perjuangan karyawan untuk menuju keberhasilan.
24
(2) Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja (Needs for power)/
Kedudukan
Kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang
wajar dan bijaksana di dalam tugasnya masing-masing.
(3) Kebutuhan untuk merafiliasi (Needs for affiliation)/ Afiliasion
3) “Theory X and Theory Y”
McGregor (dalam Umar,2000) mengajukan dua pandangan yang berbeda
tentang manusia, yaitu negative dengan tanda label X dan positif dengan
tanda label Y. Setelah melakukan penyelidikan tentang perjanjian seorang
manajer dan karyawan, McGregor (dalam Umar,2000) merumuskan asumsiasumsi dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai berikut:
Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti:
(1) Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia
akan menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja.
(2) Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya,
mereka harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk
menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
(3) Karyawan akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan
formal sebisa mungkin.
(4) Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor lainnya
yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya
dengan sedikit ambisi.
25
Teori Y (positif) merumuskan asumsi seperti:
(1) Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar,
lumrah, dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian
berdiskusi atau sekedar teman bicara.
(2) Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika
mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
(3) Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif
adalah tersebar secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya melulu
di kalangan top management atau dewan direksi.
Jadi, teori McGregor (dalam Umar,2000) ini lebih memihak kepada asumsiasumsi Y atau positive side dari perilaku sumber daya manusia di dalam
organisasi. Boleh jadi, ide-ide secara partisipasi dalam mengambil keputusan, dan
tanggung jawab atau grup relasi sebagai pendekatan untuk memotivasi karyawan
dalam keputusan kerjanya.
2.2.3 Proses Motivasi
Hasibuan (2007:151), mengatakan bahwa proses motivasi adalah sebagai
berikut
1) Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi.
Baru kemudian para karyawan dimotivasi kearah tujuan.
2) Mengetahui kepentingan
Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan
karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepntingan pimpinan atau
perusahaan saja.
26
3) Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan
bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan
syarat apa saja yang
harus dipenuhinya supaya insentif tersebut
diperolehnya.
4) Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan
kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk
memperoleh laba serta perluasan perusahaan. Sedangkan tujuan individu
karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi
dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya
penyesuaian motivasi.
5) Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan
individu karyawan yang akan mendukung
kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
6) Team Work
Manajer harus membentuk Team work yang terkoordinasi baik yang bisa
mencapai tujuan perusahaan. Team Work penting karena dalam suatu
perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
27
2.3
Pengertian Komunikasi
Menurut Supardi dan Syaiful (2007:81) mengatakan bahwa komunikasi
adalah usaha untuk mendorong orang lain menginterpretasikan pendapat seperti
apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut, sehingga
diharapkan diperoleh titik kesamaan saling pengertian. Redding dan Sanborn
(2009:65) mengemukakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Katz dan Khan (2009:65)
mengemukakan komunikasi organisasi adalah arus informasi, pertukaran
informasi dan pemindahan arti dalam organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian atau pemindahan informasi dari seseorang kepada
orang lain sehingga menimbulkan adanya interaksi antara kedua pihak untuk
dapat saling mengerti dan mencapai suatu tujuan organisasi. Siagian (2008:20)
menyatakan bahwa pemimpin memerlukan sarana dan prasarana yang bagus
untuk menunjang proses komunikasi dimana pemimpin harus mampu menjadi
komunikator yaitu mampu mengelola suatu informasi dan menciptakan cara
penyampaian informasi tersebut, dalam hal ini informasi yang dimaksud adalah
informasi yang berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan sehingga
informasi itu mudah diterima dan dimengerti.
Komunikasi sangat berkaitan dengan semangat kerja, karena komunikasi
merupakan hal sangat penting di dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang
memimpin suatu organisasi perlu memiliki keterampilan dalam berkomunikasi.
Manajer harus berkomunikasi dan mempunyai hubungan yang dekat dengan
28
karyawan agar karyawan bekerja dengan semangat. Dalam memberikan tugas
kepada karyawannya, seorang manajer harus mampu berkomunikasi dengan baik
sehingga tidak menyebabkan ketersinggungan dengan karyawan.
2.3.1 Bentuk dan jenis komunikasi
Jenis-jenis komunikasi menurut Handoko (2008:89) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu sebagai berikut;
1) Komunikasi informal adalah komunikasi yang dilaksanakan tidak
berdasarkan atas ketentuan dalam struktur organisasi atau peraturanperaturan di lingkungan organisasi.
2) Komunikasi formal
adalah komunikasi
yang
terjadi
berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam suatu organisasi yang berupa komunikasi
vertikal maupun komunikasi horisontal.
Siagian (2008:308) menyatakan bahwa dalam suatu organisasi terdapat
empat arus atau empat bentuk komunikasi yaitu sebagai berikut;
1) Komunikasi vertikal ke bawah merupakan wahana bagi manajemen untuk
menyampaikan berbagai hal kepada bawahannya seperti perintah,
instruksi, kebijakan baru, pengarahan, pedoman kerja, nasehat dan teguran.
2) Komunikasi vertikal ke atas yaitu menyangkut keinginan para anggota
komunikasi untuk menyampaikan berbagai hal seperti laporan hasil
pekerjaan, masalah yang dihadapi baik yang sifatnya kedinasan maupun
yang sifatnya pribadi kepada atasannya.
3) Komunikasi horisontal yaitu berlangsung antara orang-orang yang berada
pada tingkat hirarki organisasi, akan tetapi melaksanakan kegiatan yang
29
berbeda. Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif dan
merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi yang dapat membantu
koordinasi kegiatan-kegiatan operasional karyawan, juga menghindari
pemecahan masalah yang lambat.
4) Komunikasi diagonal yaitu berlangsung antara dua satuan kerja yang
berbeda, tetapi menyelenggarakan kegiatan yang sejenis.
2.3.2 Fungsi komunikasi
Menurut Hasibuan (2008:194) komunikasi mempunyai empat fungsi
utama yaitu sebagai berikut;
1) Fungsi Kendali
Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku karyawan dalam
beberapa cara, misalnya mengkomunikasikan setiap keluhan yang berkaitan
dengan pekerjaan kepada atasan langsung, sesuai dengan tugas sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya, atau sesuai dengan kebijakan
perusahaan, dan selanjutnya atasan mengambil berbagai langkah-langkah
untuk memecahkan keluhan karyawan tersebut, maka dalam hal ini
komunikasi itu menjalankan fungsi kendali (kontrol).
2) Fungsi motivasi
Komunikasi membantu perusahaan untuk mengembangkan motivasi dengan
menjelaskan kepada karyawan apa yang harus dikerjakan, bagaimana
mereka bekerja dengan baik, dan apa yang dapat dikerjakan untuk
memperbaiki kinerja yang dibawah standar.
30
3) Fungsi pengungkapan emosional
Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber pertama
interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok merupakan
mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan
kekecewaan dan rasa puas mereka. Oleh karena itu komunikasi menyiarkan
ungkapan-ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan
sosial.
4) Fungsi informasi
Komunikasi
berhubungan
pengambilan
keputusan.
dengan
perannya
Komunikasi
dalam
memberikan
mempermudah
informasi
yang
diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan
meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif.
2.4
Pengertian Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2007:138) lingkungan kerja fisik adalah semua
yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik
secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Robbins (2008) lingkungan
kerja fisik juga merupakan faktor penyebab stress kerja pegawai yang
berpengaruh pada prestasi kerja. Menurut Sarwono (2007:85) lingkungan kerja
fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik
mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan.
Sedangkan Handoko (2008:22),
lingkungan kerja fisik
keseluruhan atau setiap aspek dari segala fisik yang
adalah
mengelilingi atau
mempengaruhi individu. Secara umum lingkungan kerja fisik di dalam suatu
31
perusahaan merupakan lingkungan dimana karyawan tersebut melaksanakan tugas
dan pekerjaan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa
lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat
mempengaruhi
dirinya
didalam
melaksanakan
tugas-tugasnya.
Masalah
lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan dapat menyangkut kebersihan,
keamanan, musik dan lain sebagainya.
2.4.1
Arti penting lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik penting mendapat perhatian dari perusahaan karena
dilihat dari peranannya lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap sumber daya manusia dalam suatu
perusahaan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Menurut Sarwono (2007:185) peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan
prestasi kerja tetapi dapat pula malah menurunkan prestasi kerja. Kenaikan suhu
pada batas tertentu menimbulkan semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi
setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai
mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja.
Ahyari (2007:122) menyebutkan lingkungan kerja fisik yang memuaskan
bagi para karyawan yang bersangkutan akan meningkatkan gairah mereka,
demikian pula sebaliknya lingkungan kerja fisik yang sangat tidak memuaskan
akan dapat menurunkan gairah kerja dan menurunkan tingkat produktivitas kerja
para karyawan.
32
2.4.2
Indikator-indikator yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik
Menurut
Robbins
(2008:327)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
lingkungan kerja fisik adalah:
1) Suhu
Suhu adalah suatu variabel dimana terdapat perbedaan individual yang
besar. Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, adalah
penting bahwa pegawai bekerja di suatu lingkungan dimana suhu diatur
sedemikian rupa sehingga berada diantara rentang kerja yang dapat diterima
setiap individu.
2) Kebisingan
Bukti dari telaah-telaah tentang suara menunjukkan bahwa suara-suara yang
konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak
menyebabkan
penurunan prestasi kerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat
diramalkan memberikan pengaruh negatif dan mengganggu konsentrasi
pegawai.
3) Penerangan
Bekerja pada ruangan yang gelap dan samara-samar akan menyebabkan
ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu
pegawai dalam mempelancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari
intensitas cahaya juga tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi
kerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk
pegawai yang lebih tua dibanding yang lebih muda.
33
4) Mutu Udara
Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika menghirup udara
yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan pribadi.
Udara yang tercemar dapat menggangu kesehatan pribadi pegawai. Udara
yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala, mata
perih, kelelahan, lekas marah, dan depresi.
Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan
ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan kenyamanan
bagi pegawai di tempat kerjanya. Faktor-faktor dari rancangan ruang kerja
tersebut menurut Robbins (2008:283) terdiri atas;
1) Ukuran ruang kerja
Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Ruang kerja yang
sempit dan membuat pegawai sulit bergerak akan menghasilkan prestasi
kerja yang lebih rendah jika dibandingkan dengan karyawan yang memiliki
ruang kerja yang luas
2) Pengaturan ruang kerja
Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per pegawai, pengaturan
merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu
penting karena sangat dipengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin
berinteraksi dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena
itu lokasi kerja karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.
34
3) Privasi
Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan-sekatan fisik lainnya.
Kebanyakan pegawai menginginkan tingkat privasi yang besar dalam
pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi manajerial, dimana privasi
diasosiasikan
dalam
status).
Namun
kebanyakan
pegawai
juga
menginginkan peluang untuk berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi
dengan meningkatnya privasi. Keinginan akan privasi itu kuat dipihak
banyak orang. Privasi membatasi gangguan yang terutama sangat
menyusahkan orang-orang yang melakukan tugas-tugas rumit.
Beberapa indikator yang termasuk lingkungan kerja fisik dalam suatu
perusahaan menurut Ahyari (2007:149) adalah sebagai berikut
1) Penerangan
Yaitu cukupnya sinar yang masuk di dalam ruang kerja masing-masing
karyawan perusahaan. Syarat-syarat penerangan yang baik yaitu sinar yang
cukup terang dan tidak menyilaukan mata dan distribusi cahaya yang
merata. Sumber penerangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu;
(1) Penerangan alami adalah sistem penerangan atau cahaya yang
bersumber dari sinar matahari. Pemakaian penerangan matahari dapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan masuknya sinar matahari
dengan menggunakan kaca-kaca pada jendela plafon, serta dinding.
(2) Penerangan buatan adalah penerangan atau cahaya yang bersumber dari
bola lampu dengan bantuan listrik. Pemakaian penerangan buatan harus
memperhatikan biaya dan pengaruh lampu terhadap orang yang bekerja.
35
2) Suhu udara
Mengadakan pengaturan atau pengawasan atas suhu udara dalam
perusahaan atau pabrik yang sering berhubungan dengan keadaan tempat
atau ruangan dari perusahaan atau pabrik tersebut. Suhu udara yang terlalu
panas bagi karyawan perusahaan akan dapat menjadi penyebab turunnya
semangat kerja para karyawan yang bersangkutan. Agar semangat kerja
karyawan dan produktivitas
perusahaan
dapat
dipertahankan
atau
ditingkatkan sedapat mungkin suhu udara dalam ruangan dipertahankan
dibawah suhu normal tubuh manusia yaitu 32˚C. Pengaturan suhu udara
dalam lingkungan tempat kerja dapat dilakukan dengan memilih beberapa
alternatif antara lain:
(1) Ventilasi yang cukup pada gedung / pengaturan suhu udara
(2) Pemasangan kipas angin
(3) Pemasangan AC
(4) Pemasangan Humadifer
3) Penggunaan warna
Penggunaan warna dalam ruang kerja mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pekerja dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan, lebih
lanjut penggunaan warna dalam ruang kerja dapat mempengaruhi
kegairahan kerja dan semangat kerja karyawan. Pemilihan warna ini juga
akan dipengaruhi oleh sistem penerangan yang dipergunakan dalam
perusahaan yang bersangkutan. Untuk kepentingan pembauran sinar (yang
dipergunakan di dalam sistem penerangan buatan dengan cara penerangan
36
tidak langsung), maka warna-warna cerah akan dapat membantu tercapainya
pembauran sinar tersebut dengan baik.
Masalah penggunaan warna harus memperhatikan faktor-faktor:
(1) Pemilihan warna
(2) Komposisi warna
(3) Hubungan warna-warna yang dipakai dalam masalah penyinaran.
(4) Suara dalam ruang kerja
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakna untuk pengaturan dan
pengendalian suara bising yang terdapat di dalam perusahaan adalah sebagai
berikut;
(1) Pengendalian sumber suara.Pengendalian sumber suara dapat dilakukan
dengan jalan mengadakan pemeliharaan yang baik dan teratur terhadap
mesin.
(2) Isolasi dari suara.Isolasi suara ini dilaksanakan dengan jalan menutup
rapat sumber suara sehingga suara yang ditimbulkan dapat diisolasi
dengan baik.
(3) Penggunaan peredam suara.Peredam suara yang dipasang di dalam
ruang kerja para karyawan ini akan menyerap getaran suara dan tidak
memantulkannya.
(4) Penggunaan sistem akustik.Pemasangan sistem akustik yang baik di
dalam ruang kerja para karyawan perusahaan tersebut akan dapat
mengurangi suara bising yang terdapat di dalam ruang kerja para
karyawan tersebut.
37
(5) Pemakaian alat pelindung telinga.Dengan menggunakna alat pelindung
telingan ini, maka karyawan tidak khawatir terkena dampak negative
dari suara bising yang ditimbulkan.
4) Kebersihan
Kebersihan dalam perusahaan terutama pada ruang kerja sebaiknya dijaga,
sebab kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan dan kejiwaan
seseorang. Lingkungan kerja penuh debu, sampah, bau tidak jelas akan
menimbulkan perasaan
yang kurang
menyenangkan bahkan dapat
mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, perusahaan hendaknya menunjang
dengan kontruksi yang memudahkan kerja pembersihan, pemeliharaan
bahan yang tidak cepat menjadi kotor dan apabila kotor mudah dibersihkan.
Di samping itu, perusahaan harus menyediakan
peralatan-peralatan
kebersihan seperti tempat sampah pada tempat-tempat yang mudah
dijangkau dan terlihat oleh karyawan.
5) Ruang gerak yang diperlukan
Ruang gerak karyawan bekerja juga perlu mendapat perhatian, karena
dengan ruang gerak yang mencukupi karyawan dapat bekerja dengan baik
dan dapat berpengaruh terhadap keselamatan para karyawan tersebut. ruang
gerak yang disediakan oleh perusahaan hendaknya jangan terlalu sempit,
karena ruang gerak yang terlalu sempit dapt mengakibatkan pemborosan
baik pemborosan dalam bekerja maupun dalam gerak.
38
6) Keamanan
Keamanan lingkungan kerja adalah keamanan terhadap keseluruhan jiwa
dan milik harta pribadi karyawan. Dengan keamanan kerja yang baik maka
karyawan akan menjadi lebih tenang dan memilki gairah yang tinggi dalam
melaksanakan pekerjaannya. Apabila keamanan kerja didalam perusahaan
tidak terjamin akan menyebabkan menurunnya semangat dan kegairahan
kerja dari para karyawan.
Dalam penelitian ini lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada
disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan perusahaan misalnya kebersihan, keamanan, musik, ruang gerak,
suhu udara dan sebagainya di dalam menciptakan lingkungan kerja fisik agar
dapat meningkatkan aktivitas organisasi maka diperlukan pengaturan lingkungan
kerja fisik seperti udara, suara, cahaya dan warna.
2.5
Hipotesis Penelitian
2.5.1 Pengaruh Motivasi terhadap Semangat Kerja Karyawan
Menurut Hasibuan (2008:128) motivasi adalah sesuatu yang dapat
mengarahkan kepada sebuah tujuan atau dorongan demi tercapainya tujuan
dengan melakukan tindakan-tindakan. Menurut Gagne (2009:217) menyatakan
bahwa motivasi sangat penting dalam pengelolaan sumber daya manusia.
Motivasi dapat dikatakan sebagai bentuk dorongan yang berasal dari dalam diri
atau luar diri individu untuk melakukan sesuatu. Karyawan dalam pekerjaannya
memiliki
berbagai
motivasi
dalam
melaksanakan
tanggungjawabnya
pekerjaannya. Motivasi tidak hanya berasal dari dalam diri saja yang besar, tetapi
39
motivasi dari luar yang berupa dukungan dapat menjadi suatu titik untuk
meningkatkan semangat kerja karyawan. Kompensasi dan kepuasan kerja
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan
motivasi
kerja
(Danish,2010).Pimpinan atau manajemen dapat memberikan motivasi bagi para
karyawannya agar ada dorongan yang positif bagi karyawan. Wulan (2011)
mengemukan melalui hasil penelitiannya bahwa motivasi kerja dan lingkungan
kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan dalam efektivitas kinerja.
Asumsi bahwa karyawan akan lebih semangat apabila mendapat perhatian
dari pimpinan serta karyawan akan melakukan pekerjaannya dengan efektif dan
efisien mendorong manajemen untuk memberikan motivasi positif. Karyawan
dengan visi yang jelas akan memiliki motivasi yang tinggi dalam pekerjaannya,
hal ini berhubungan dengan semangat kerja yang tinggi pula. Kinerja karyawan
akan terlihat dari kualitas pekerjaan akibat dorongan motivasi yang tinggi,
Menurut Djumino dan M. wahyudin (2002) motivasi berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan, sejalan dengan pernyataan dari Mahesa (2010) bahwa motivasi
mendorong semangat kerja yang tinggi sehingga akan menghasilkan kinerja yang
baik. Hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan atas penjabaran tersebut adalah
H1 : Motivasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan
2.5.2 Pengaruh Komunikasi terhadap Semangat Kerja Karyawan
Komunikasi
adalah
usaha
untuk
mendorong
orang
lain
menginterpretasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang yang
mempunyai pendapat tersebut, sehingga diharapkan diperoleh titik kesamaan
saling pengertian. Komunikasi sangat penting dalam aktifitas perusahaan, karena
40
komunikasi yang baik akan memperlancar arahan dalam pekerjaan. Komunikasi
dengan menjabarkan secara rinci berbagai kegiatan dalam perusahaan dapat
meningkatkan efektivitas kinerja perusahaan (Baker and Kim,2010). Menurut
Oliveira (2013) untuk menghadapi krisis dalam organisasi akan sulitnya interaksi,
maka dibutuhkan kualitas komunikasi yang ditingkatkan serta budaya organisasi
yang baik. Komunikasi sangat berkaitan dengan semangat kerja, karena
komunikasi merupakan hal sangat penting di dalam suatu organisasi. Pimpinan
atau manajemen yang baik harus dapat berkomunikasi dengan baik terhadap
karyawannya sehingga ada timbal balik yang jelas. Komunikasi yang lancar akan
menimbulkan efek terhadap semangat kerja karyawan, karena terjadi arah
informasi yang jelas.
Aulina (2010) menyatakan bahwa adanya komunikasi yang baik antara
pimpinan dengan bawahan mempengaruhi semangat kerja bawahan, dalam hal ini
terjadi komunikasi yang efektif. Karyawan dapat menyampaikan keluhan dan
permasalahan secara efektif kepada atasan, sehingga ada solusi yang mendorong
semangat kerjanya. Menurut Prayogi (2010) komunikasi berperan penting dalam
meningkatkan semangat dan kinerja karyawan, ada pengaruh positif signifikan
antara komunikasi terhadap semangat kerja karyawan. Hipotesis yang dapat
dirumuskan atas penjabaran tersebut adalah
H2 : Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan
41
2.5.3 Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik terhadap Semangat Kerja
Karyawan
Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja
yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan.
Yuni (2005) juga mengemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan
positif terhadap semangat kerja karyawan, semakin baik dan nyaman kondisi
suatu lingkungan kerja akan membawa dampak positif terhadap semangat kerja.
Lingkungan kerja fisik
penting mendapat perhatian dari perusahaan
karena dilihat dari peranannya lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap sumber daya manusia dalam suatu
perusahaan. Lingkungan kerja yang memadai akan membawa kenyamanan bagi
karyawan sehingga akan mempengaruhi semangat karyawan. Pratama (2008)
mendukung hasil penelitian yang mengemukan bahwa kepemimpinan dan
lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap semangat kerja, dimana semakin
baik kepemiminan seorang pimpinan dan semakin baik kondisi lingkungan kerja
akan berpengaruh pada semakin tingginya semangat kerja. Parlinda dan
Wahyudin (2004) menyatakan bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh
signifikan terhadap semangat kerja. Lingkungan kerja fisik yang baik, bersih,
memadai membuat para karyawan semangat untuk melakukan pekerjaan.
Lingkungan kerja fisik menyangkut sirkulasi udara, kondisi suhu, keasrian
menambah daya tarik dan semangat kerja karyawan selama bekerja. Ariesto
(2010) mengungkapkan bahwa rendahnya kualitas lingkungan kerja fisik akan
42
menurunkan tingkat semangat kerja karyawan. Hipotesis yang dapat dirumuskan
atas penjabaran tersebut adalah
H3 : Lingkungan kerja fisik berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja
karyawan .
43
Download