BABI PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian dewasa ini telah menunjukkan tanda-tanda kearah pemuliban, hal ini dapat terlihat dari kemampuan nilai tukar rupiah untulc dapat bertahan terhadap kondisi ekonomi global dan gejolak gangguan keamanan di dalam negeri. Disisi lain Bank Indonesia telah melakukan upaya wttuk menumnkan suku bwtga SBI secara langswtg yang nantinya akan berdampak terbadap penurunan suku bwtga kredit investasi. Penurunan suku btmga SBI yang secara langswtg berdampak: pada tunmnya bwtga deposito yang telah menyebabkan para pemilik dana (deposan) perorangan maupun badan untuk beralib pada investasi sektor riel yang menjanjikan return lebih pasti dan lebib besar daripada sulcu bunga deposito (Djoni Tanupruwito. 2005). Investor yang menginvestasikan dananya di pasar modal bertujuan wttuk memperoleh imbalan atau pendapatan dari dana yang diinYeStasikan tersebut baik berupa dividen atau capital gain. Dividen merupakan bagian keunnmgan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang sabam sedangkan capital gain merupakan bagian keuntungan perusahaan yang abn ditahan untuk reinvestasi (Suad Husnan: 2000, 65). Sebingga perubahan kebijakan dividen sekecil apapun dianggap mampu mempengaruhi reaksi in"VeStor dan akhimya dapat mempengaruhi harga saham. ~ILll. piJ.PUIT~ . t - ----' Jndones~& .'* ....... .•ltlm1 ~UliiJ.UM .., sn~llllAYA __ - .__ _ 1 ............( STlES ......... . JC I . •. '-'"'"~··....,. -v.~~ ~:~-~ .•- . : . . - - - - 2 Menurut (Veno Ajie, 2003) seorang investor di pasar modal yang ingin memelihara keuntungan haruslah memiliki pereucanaan iuvestasi yang efektif Perencanaan investasi yang efektif iui selalu dimulai dari adanya I perbatian terhadap optimalisasi keseimbangan antara tingkat risiko (risk) yang ingin ditanggung dan jumlah return yang diimpikan dari setiap transaksi, semakin tinggi resiko yang dihadapi semakin tinggi pu1a tingkat return yang disyaratkan. Saat ini sebagian besar pelaku bisnis dan akademisi setuju dengan pandangan bahwa Net Present Value (NPV) dari aliran kas masa depan merugikan kekayaan pemegang saham, selain itu, kebanyakan mereka setuju bahwa arus kas yang berperan disini adalah arus kas bebas.. Arus kas bebas adalah kas dari operasi yang tersedia untuk: di distribusikan kepada kreditur dan pemegang saham, dalam menentukan NPV dari arus kas iui suku bunga diskonto yang dipakai adalah biaya modal lata- rata tertimbang ( Wighted Average Cost ofCapital- WACC),. yang mengandmJ.g biaya dari huta.ng biaya dari ekuitas teotu saja, biaya. dari huta.ng hams disesuaikan dengan pajak karena biaya hutang bersifat biaya keoa pajak (Allen, 2000 dalam Ida Bagus Dharmadiaksa, 2003), jib NPV dari arus butang bebas merupakan ukuran terbaik dari kebijakan pemegang sabam, para investor bisa mendeteksi dari NPV setiap tahun deogan mengguoakan acuan kas bebas tahunan. Menurut (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2004) para analis keuangan mengembangkan dua indikator alat ukur kine.rja keuaogan, yaitu Market 3 Value Added (MV A) dan Nilai Tambah Ekonomis(Ecom.wics Value AddedEVA). Nilai tambah ekonomis adalah ukuran yang semestinya meojadi perbatian manajer dan para investor (Allen, 2000, dalam Ida Bagus Dhannadiaksa). Nilai sebenamya dari sebuah perusabaan dipasar secara wnwn dikaburkan oleh ukuran laba perusahaan di pasar prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (Generally Accepted AcaJflnting Principles- GAAP), sebagai contoh, saat membangun fasilitas manufaktur, perusahaan dapat berharap untuk menerima pengembalian dari ~tas produktifuya tersebut selama beberapa tahun. Tujuan utama dari k:eputusan-keputusan ke~ adalah untuk: memaksimumk:an kemakmuran pemilik perusahaan, bagi perusahaan yang terdaftar di Kemakmuran bursa, harga saham bisa diperguoakan pemegang saham dapat sebagai acuan. dimaksimumkan dmgan memaksimumkan perbedaan antara mlai pasar ekuitas dellgan ekuitas (moda1 sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oJeh para pemegmg saham(pemilik perusahaan), perbedaan ini disebut sebagai Market Value Added (MVA), (Suad Husnan dan Etmy Pudjiastuti, 2004). Wimba Respatia, (2003) memapartan bahwa pengukuran kinerja pada saat ini terdapat berbagai aJat ukur oJeh para manajer keuangan, waJaupw1 kadang berbeda ant313 satu industri dengan industri Jainnya_ Alat ukur kinelja yang Jazim digunakan adalah anaJisis rasio financial, pada saat ini pula telah muncul konsep yang dapat menilai konsep yang dapat menilai kinerja perusahaan yaitu Elwnomic Value Added (EVA) atau Nitmli (Nilai Tambah 4 Mumi) dan Market Value Added (MVA). EVA merupabn suatu perangbt financial untuk meugukur keuntungan nyata operasi penrsabaan. Feoomeoa ini yang membuat EVA berbeda dengan perhitungan konveosionallain adalah digunakannya biaya modal operasi dalam pemih•npnnya yang tidak clilakukan dalam penghitungan konvensional. EVA diharapkan mampu menjadi "KUDntitatifyard.Vid.,. seberapa efektif pencapaian tujuan (Objective Archivement) diukur. altematif performance measurement yang ditawarkan Stem Stewart Co nampal:nya menjanjikan banyak kelebiban., namun apak:ab semua itu dapat diterapbn dan bennanfaat bagi Indonesia investor serta emiten di Indonesia, hal inilab mendoroog penulis untuk melakukan penelitian tentaog EVA. kbususnya pada kelompok industri manufaktur yang sudah Listing di BES. Menurut Allen (2000) dalam Ida Bagus Dhannactiaksa (2003) mlai tambah ekonomis di definisikari sebagai Jaba kurang biaya modal tertimbang .kali jmnJah modal yang digunakan (EVA = E-WACC XC~ dimana E adaJah 1aba yang telah disesuaikan modal yang digunakm). EVA merupakan perangkat yang sangat berguna dalam mentransaksikm peningkatan NPV korporasi ke dalam harga pasar dari saham karena jumlah nilai tambah ekonomis (EVA) pasca disconto sama dengan NPV dari perusahaan. NiJai Tambah Ekonomis dan ukuran-ukuran yang sama berguna dalam membaotu para manajer menentukan jumJah niJai aktuaJ-bubn akWltansi yang ditambahkan atas kekayaan sabam selama periode tertenlu oleb suatu wit 5 opern.si atau oleh korporasi secara keseluruhan (All~ 2000. Dalam Ida Bagus Dbannadiaksa). Sistem manajemen keuangan EVA dimaksudkan llllh& mendomng para maoajer untuk bekesja lebih giat sebagaimana yang diinginkan pemitik: dengan membantu manajer mengadakan perbaikan operasi. keputusan di bidang keuangan dan investasi. Pembuktian yang dilakulam oleh Wallace (1 WI) menyatakan bahwa imbalan manajer yang berdasarkan EVA (pengganti earning) dilakukan koosisten dengan EVA yang berd.asarkan insentif panitia khusus AJCPA untuk laporan keuangan (1994) The Jenkins Commitee, menyarankan untuk perbaikan laporan keuaogan yang konsisten dengan usaha yang mengunakan EVA untuk: membuat keputusan intema1 dan 1aporan ekstemal (Ida Bagus Dharmadiksa.. 2003). Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya.. Return merupakau salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbaJan atas keberanian investor menanggung risiko allis investasi yang dllakukan menwut Jogiyanto (2000), retum merupakan .basil yang diperoleh dari iuvestasi. Return dapat berupa realisasi yang sudah teijadi atau return ekspekstasi yang belum teijadi tetapi yang diharapbn akan teijadi di masa mendatang, selain return saham yang menjadi harapan investor adalah kemungkinan investor untuk memperoleh dividen yang akan dapat menambah kekayaan investor. 6 Sebubwtgan dengan itu. investor memerluk:an alat pemlai uk:uran efisiensi operasi perusahaan yang menghasilkan keuntungna dari asset-asetuya sebelum pengaruh pembiayaan. Alat penguk:ur untuk menilai kemampuan pemsahaan dalam efisiensi operasi perusahan untuk mengbasilkan suatu tingkat keunnmgan tertentu dari asset-asetnya yang dimilikinya disebut Return On Asset (ROA). (Ida Bagus Dbarmadiaksa, 2003). Penelitian ini ingin membuk:tik:an apakah EVA sebagai variabel yang moderasi berpengaruh terhadap hubwgan antara kebijabn Dividen dengan return saham (studi kasus pada industri Manufaktur yang listing di BES). Penelitian serupa pemah dilakukan oleh Ida Bagus Dbann.adiaksa pada lahun 2003. namun industri yang dijadikan obyek penelitian adalah dengan cara acak dan hanya menggunakan data selama kurun waktu 3 tahun dimasa dimana Indonesia masih terkurung oleh himpitan krisis moneter. Peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian wang dengan cara mengeJompokkan perusahaan yang jenisnya sama agar dapat memberikan gambaran yang lebih obyektif, karena unsur-wsur penetitiannya sama. dan dengan jumlah sample yang lebih banyak sehingga mampu mencerminkan kondisi yang Jebih nyata, dengan ditambahkannya MVA sebagai variable moderasi mendampingi variable moderasi EVA, dimana basil penelitian tersebut akan beiDlanfaat wttuk dapat dijadikan aruan bagi para investor daJam mengambil keputusan investasi. dan yang menjadi motivasi peneliti dengan memilih lndustri Manufaktur sebagai obyek penelitian adalah disebabkan dalatn dunia persaingan pada industri manufilktur sekarang ini 1 semakin kompetiti( dengan semakin banyaknya pabrikasi maka den~ otomatif jumlah produk dipasaran juga semakin hera~ bal ini bisa kita buktikan dengan menghitung jumlah salah satu produk. di rak salah satu super market • kita bisa membedakan jumlah dan jenis produk tersebut pada tahun J990-an dengan tahun 2000-an, pasti perbedaannya san~t signifikan, hal ini dipelkuat dengan semakin banyaknya kawasan-kawasan industri yang dibuat oleb beberapa daerah di Indonesia, seperti contoh di Kabupaten Lamoogan Dan Kabupateo Gresik. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka akan menuntut perusahaanperusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur untuk mampu bersaing dan tetap bisa bertahan hidup dalam kompetisi pasar yang sedemikian ketat, karena untuk membiayai operasional perusahaan agar tetap bertahan dan exist serta berkembang pasti akan membutuhkan dana abw modal yang tidak sedikit Kebutuban akan dana ini dapat dipeuub.i dari alternative sumber pendanaan yang baik dari modal ekstemal (laba ditaban), dengan demikian pemsahaan hams pandai-pandai menarik investor uotok JDeDginvestasikan dananya dipasar modal khususnya pada perusahaan yang bersangkutan. Suatu variabel moderator adalah sebagai salah satu yang mempeogaruhi kelwatan hubungan antara satu independen variabel dan satu dependen variabel (Bron and Kenny, 1986 dalam Ida Bagus Dbarmadiaksa, 2003 ). Secara statistik, fungsi moderasi diungkapkan dalam model linier biasa sebagai bagian yang berinteraksi, tennasuk treament X moderator, treatment 8 X mediator, dan treatment X moderator X mediator, suatu anggapan mutlak dari pengaruh moderator adalah berperanan penting untuk memperkuat model tinier biasa (March. 1998 dalam Ida Bagus Dharmadiaksa. 2003 ). Pendapat Baron dan Kenny (1986) yang dikutip Ida Bagus Dhannadiaksa (2003 ), bahwa suatu variabel moderator adalah seba~ salah satu yang mempengaruhi kekuatan hubungan antara satu indepcndcu variabel dan satu depeuden variabel, maka EVA sebagai variabel modC'ICilor akan d.ibuktikan memiliki pengaruh terhadap hubungan antara kebijabm dividen dengan return saham.. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjad.i pokok masalah dalam penelitian ini adalah : l. Apakah EVA (Economic Value Added) sebagai variabel moderator dapat mempengaruhi hubungan antara kebijakan dividen terbadap return s:abam pada perusahaan I industri manufilktur. 2. Apakah MV A (Market Value Added) sebagai variable moderator dapat mempengaruhi hubungan antara kebijakan dividen terbadap return s:abam pada perusahaan I industri manufilktur. C. Tujuan PmditiaD Sesuai dengan pokok masalah yang d.inunuskan. maka yang meujadi tujuan penelitian ini adalah : 9 l. Untuk menganalisa secara empiris tentang pengaruh EVA dalam menilai hubungan antara kebijakan dividen dengan return sabam pada Jndustri Manufilktur. 2. Untuk menganalisa secara empiris tentang MV A dalam menilai h~ antara kebijakan dividen dengan return saham pada lndustri ManufaJ..-rur. D. Manfaat Penelitian I. Penelitian ini diharapkan bennanfaat untuk: : a Pada investor, khususnya yang ingin menanamkan modal pada Iudustri mauufaktur, yaitu memberikau buL:ti empiris tentang hubungan antara kebijakan dividen dengan return sabam b. Para pembuat keputusan yang mungkin tertarik terbadap EVA dan MV A sebagai pengganti terbadap earning dan Cash Flow Operation (CFO) sebagai tolok ukur kinelja perusahaan. 2. Untuk Kepentingan llmiah a Sebagai bahan untuk memperkaya Khasanah kqM&akaan yang akan dijadikau perbandingan bagi penelitiau lebih lanjut terhadap materi yangsama. b. Dapat diperguuakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang selama ini di bangku kuliah secara formal deogan praktek yang aplikatif dalam perusahaan khususnya pada Industri Mauufaktur.