File - e-jurnal

advertisement
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan
Kader di Posyandu Balita
Mey Yanti1, Afzahul Rahmi2, dan Ery Wahyudi3
STIKes Alifah Padang, Sumatera Barat
e-mail: [email protected]
Abstract— The higher the number posyandu encourage the
development of a diverse variety of levels. There are some posyandu
have reached a very advanced level of development, on the other
hand are still a lot that goes posyandu faltered even then stay
nameplate. To answer this need has developed coaching tool known
as the study of independence posyandu (TKP). This study is a
survey research design with cross sectional analytic study. Samples
are posyandu toddler who was trained in Sub Kuranji Health
Center has many as 64 people. Data collection was conducted from
12 to 20 of December 2012 with the technique of direct interviews
using an interview guide. Data were analyzed with univariate and
bivariate using statistical test Chi-Square. The research found that
of the 64 respondents 31.3% had primary education, 46.9% had low
knowledge levels, 53.1% did not get the reward, and 43.8% were
not active as cadres. There is a significant relationship between the
level of education, level of knowledge and reward the active cadres
in IHC Toddler. It can be concluded that less than half of the
elementary education level of respondents, nearly half had low
knowledge levels, more than half of the volunteers were not
assigned the reward and less than half of the respondents were not
active on the IHC. Health promotion officers were expected to
improve their outreach to the cadres of the functions and duties of
cadres in activity in IHC.
Keywords: cadres, educational level, level of knowledge and reward
I. PENDAHULUAN
Kasus Posyandu merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk
masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan
mulai
diperkenalkan
sejak
tahun
1984.
Dalam
perkembangannya posyandu tumbuh dengan pesat hingga
sekitar tahun 1993, setelah itu mengalami penurunan fungsi
dan kegiatannya, yang tujuannya adalah melakukan
kategorisasi atau stratifikasi posyandu yang dikelompokan
menjadi empat tingkatan, yaitu ; posyandu pratama, posyandu
madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri (Depkes RI,
2000). Laporan Tahunan Puskesmas Belimbing tahun 2010,
jumlah kader Posyandu Balita di wilayah kerja Puskesmas
Belimbing Padang adalah 139 orang dengan jumlah posyandu
32 buah, dengan gambaran persentase untuk posyandu
pratama (0%), posyandu madya (0%), posyandu purnama
(90,63%) dan posyandu mandiri (9,38 %). Dimana kader yang
aktif baru mencapai 61 %, hal ini dibuktikan dengan jumlah
posyandu yang aktif baru mencapai 51,30 % (Puskesmas
Belimbing, 2010). Puskesmas Belimbing memiliki wilayah
kerja sebanyak 3 kelurahan yaitu kelurahan Gunung Sarik,
kelurahan Sungai Sapih dan kelurahan Kuranji. Posyandu
Balita terbanyak terdapat di kelurahan Kuranji yaitu 16
Posyandu Balita dengan jumlah kader yang pernah dilatih
sebanyak 64 orang. Namun saat pelaksanaan Posyandu Balita
kader yang datang ke Posyandu tidak sesuai yang diharapkan,
kadang datang kadang tidak. Kader adalah anggota
masyarakat yang membantu suatu kegiatan yang ada di dalam
masyarakat. Kader posyandu diharapkan mempunyai
pendidikan minimal SLTA ke atas. Ditinjau dari segi
posyandu diusahakan untuk tidak pernah ada pergantian kader
sedikitnya setahun dan jumlah kader tidak kurang dari 5 orang.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
perubahan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005). Menurut konsep
teori Green dalam Notoatmodjo (2005) yang menyatakan
bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap, keyakinan dan nilai. Pengetahuan adalah suatu
kemampuan untuk mengingat, memahami, menggunakan dan
menjabarkan serta kemampuan untuk menilai terhadap suatu
materi yang telah diterima atau dipelajari. Dengan melihat
faktor tersebut, akan didapat jika pengetahuan dapat
mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu tindakan
diantaranya mendapatkan pelayanan kesehatan.
Menurut hirarki Maslow dalam Notoatmodjo (2000)
yang menyatakan suatu disposisi dalam diri individu yang
harus di respon dan ditanggapi atau dipenuhi sesuai dengan
sifat, intensitas dan jenisnya. Kebutuhan penghargaan, ingin
dihargai di keluarga dan dimasyarakat hal ini dapat berupa
upah (honorium) atau balasan (dapat berupa pujian, hadiah
atau penghargaan).. Dengan melihat faktor tersebut, akan
didapat jika reward (imbalan) yang diterima sesorang karena
suatu pekerjaan yang dilakukan dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan diantaranya
keaktifan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
II.
METODA PENELITIAN
Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian
Survei Analitik, dengan menggunakan pendekatan penelitian
Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Balita
Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing
Padang yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai
dengan Februari 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kader Posyandu Balita Kelurahan Kuranji Wilayah
Kerja Puskesmas Belimbing Padang. Sampel yang diambil
secara total sampling yaitu seluruh kader berjumlah 64 orang.
Analisis data digunakan analisis univariat bertujuan untuk
memperoleh gambaran distribusi frekwensi dari semua
variabel yang akan diteliti, baik variabel independen maupun
variabel dependen. Analisis bivariat digunakan untuk melihat
hubungan antara dua variabel (variabel independen dan
variabel dependen). Analisis data dilakukan dengan uji
statistik Chi-Square Test dengan derajat kepercayaan 95%
(α=0,05). Hubungan dikatakan bermakna apabila p< 0,05.
III. HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Reward dan Keaktifan
Kader di Posyandu Balita Kelurahan Kuranji Wilayah
Kerja Puskesmas Belimbing Tahun 2012
No
1
2
3
1
2
1
2
1
2
Variabel
Frekuensi
Prosentase (%)
Tingkat Pendidikan
Pendidikan
20
31,3
Dasar
Pendidikan
34
53,1
Menengah
Pendidikan
10
15,6
Tinggi
Jumlah
64
100
Tingkat Pengetahuan
Rendah
30
46,9
Tinggi
34
53,1
Jumlah
64
100
Reward
Tidak Dapat
34
53,1
Dapat
30
46,9
Jumlah
64
100
Keaktifan Kader
Tidak Aktif
28
43,8
Aktif
36
56,2
Jumlah
64
100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kader posyandu
setengah dari responden memiliki pendidikan menengah
(53,1 %), setengah kader posyandu memiliki pengetahuan
tinggi (53,1 %), lebih dari setengah kader posyandu pernah
mendapatkan reward (53,1 %) dan lebih dari setengah kader
posyandu aktif ke posyandu (56,2 %). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kader posyandu lebih dari separoh
responden tidak aktif (43,8%).
Analisis Bivariat
Tabel 2
Hubungan Tingkat Pendidikan responden dengan
Keatifan Kader di Posyandu Balita Kelurahan Kuranji
Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Tahun 2012
Tingkat
Pendidikan
Dasar
Menengah
Tinggi
Jumlah
Keaktifan Kader
Tidak
Aktif
Aktif
n
%
n
%
16
80
4
20
10 29,4 24 70,6
2
20
8
80
28 43,8 36 56,2
Total
P
n
20
34
10
100
%
100
100
100
100
0,000
Dari tabel diatas kader yang aktif di posyandu banyak
ditemukan pada pendidikan menengah (70,6 %), sedangkan
kader yang tidak aktif di posyandu banyak ditemukan pada
pendidikan dasar (20 %).
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000
lebih kecil dari α = 0,05. Ada hubungan tingkat pendidikan
dengan keaktifan kader di posyandu balita kelurahan Kuranji
Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing tahun 2012.
Tabel 3
Hubungan Tingkat Pengetahuan responden dengan
Keatifan Kader di Posyandu Balita Kelurahan Kuranji
Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Tahun 2012
Keaktifan Kader
Tingkat
Pendidikan
Total
Rendah
Tidak
Aktif
n
%
18
16
n
12
%
40
n
30
%
100
Tinggi
Jumlah
10
28
24
36
70,6
56,2
34
100
100
100
29,4
43,8
P
Aktif
0,000
Dari tabel diatas kader yang aktif di posyandu banyak
ditemukan pada pengetahuan tinggi (70,6 %), sedangkan
kader yang tidak aktif di posyandu banyak ditemukan pada
pengetahuan rendah (60 %).
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,027
lebih kecil dari α = 0,05. Ada hubungan tingkat pengetahuan
dengan keaktifan kader di posyandu balita Kelurahan Kuranji
Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing tahun 2012.
keaktifan kader di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Belimbing tahun 2012.
Lebih dari setengah kader posyandu di Puskesmas
Belimbing memiliki pengetahuan rendah (60 %), ini tentu
akan mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Puskesmas
Belimbing untuk aktif di posyandu. Hal ini dikarenakan kader
Keaktifan Kader
belum semuanya pernah mendapatkan penyuluhan tentang
Total
Reward
manfaat keberadaan posyandu di kelurahan untuk membantu
P
Tidak Aktif
Aktif
petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan di desa.
n
%
n
%
n
%
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
Tidak
20
58,8 14 41,2
34
10
dilakukan Diah (2005) yang menyatakan ada hubungan antara
Dapat
0
tingkat pengetahuan kader dengan keaktifan kader di
Dapat
8
26,7 22 73,3
30
10
Posyandu.Dengan melihat faktor tersebut, akan didapat jika
0,020
0
pengetahuan dapat mempengaruhi responden untuk untuk
Jumlah
28
43,8 36 56,2 100 10
melakukan tindakan.
0
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Purwanto (1999)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi ilmu pengetahuan
Dari tabel 4.4 diatas kader yang aktif di posyandu yang diperoleh seseorang akan dapat memberikan pengaruh
banyak ditemukan yang pernah mendapatkan reward (73,3 %), terhadap kemampuan dan daya pikir, serta sikap seseorang
sedangkan kader yang tidak aktif di posyandu banyak yang kemudian diwujudkan dalam perilaku.
ditemukan yang tidak mendapatkan reward (58,8 %).
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,020 3. Hubungan Reward Kader Posyandu dengan
lebih kecil dari α = 0,05 ada hubungan reward dengan
Keaktifan Kader.
keaktifan kader di posyandu balita Kelurahan Kuranji
Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Tahun 2012.
Berdasarkan penelitian di Puskesmas Belimbing dari 64
kader yang aktif ke posyandu banyak ditemukan yang pernah
mendapatkan reward (73,3 %), sedangkan kader yang tidak
IV. PEMBAHASAN
aktif ke posyandu banyak ditemukan yang belum pernah
mendapatkan reward (58,8 %). Hasil penelitian ini
1. Dari Hubungan Pendidikan Kader Posyandu dengan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara reward dengan
Keaktifan Kader.
keaktifan kader di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Belimbing tahun 2012.
Lebih dari setengah kader posyandu di Puskesmas
Masih ada kader posyandu di Puskesmas Belimbing
Belimbing memiliki pendidikan dasar (80 %), ini tentu akan belum pernah mendapatkan reward (45 %), ini tentu akan
mempengaruhi keaktifan kader posyandu balita di kelurahan mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Puskesmas
Kuranji wilayah kerja Puskesmas Belimbing untuk aktif di Belimbing untuk aktif di posyandu. Hal ini dikarenakan masih
posyandu. Hal ini dikarenakan ekonomi yang dimiliki terbatasnya dana anggaran yang dimiliki puskesmas untuk
keluarga kader masih terbatas dan belum dapat untuk memberikan reward kepada kader.
mebiayai pendidikan mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
Temuan ini juga sejalan dengan pendapat Hamzah (2008), dilakukan Diah (2005) yang menyatakan ada hubungan antara
yang menyatakan pendidikan (belajar) adalah pemerolehan reward kader dengan keaktifan kader di Posyandu.
pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap, oleh karenanya pendidikan
V. KESIMPULAN
yang tinggi akan mendorong sesorang untuk berbuat yang
lebih baik dalam meperoleh suatu kegiatan ataupun pemberian
pelayanan dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
2. Hubungan Pengetahuan Kader Posyandu dengan
1. Kurang dari separoh (31,3 %) kader memiliki tingkat
Keaktifan Kader.
pendidikan dasar di Posyandu Balita Kelurahan Kuranji
Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing tahun 2012.
Berdasarkan penelitian di Puskesmas Belimbing dari 64
2. Hampir separoh (46,9 %) kader memiliki tingkat
kader yang aktif ke posyandu banyak ditemukan pada
pengetahuan rendah di Posyandu Balita Kelurahan
pengetahuan tinggi (70,6 %),
sedangkan kader yang
Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing tahun
tidak aktif ke posyandu banyak ditemukan pada
2012.
pengetahuan rendah (60 %). Hasil penelitian ini menunjukkan
3. Lebih dari separoh (53,1 %) kader tidak mendapatkan
bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan
reward di Posyandu Balita Kelurahan Kuranji Wilayah
Kerja Puskesmas Belimbing tahun 2012.
Tabel 4
Hubungan reward responden dengan Keatifan Kader di
Posyandu Balita Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja
Puskesmas Belimbing Tahun 2012
4. Kurang dari separoh (43,8 %) kader tidak aktif di
Posyandu Balita Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja
Puskesmas Belimbing tahun 2012.
5. Ada hubungan yang bermakna (signifikan) tingkat
pendidikan dengan keaktifan kader di Posyandu Balita
Kelurahan Kuranji Wilayah kerja Puskesmas Belimbing
tahun 2012.
6. Ada hubungan yang bermakna (signifikan) tingkat
pengetahuan dengan keaktifan kader di Posyandu Balita
Kelurahan Kuranji Wilayah kerja Puskesmas Belimbing
tahun 2012.
7. Ada hubungan yang bermakna (signifikan) reward
dengan keaktifan kader di Posyandu Balita Kelurahan
Kuranji Wilayah kerja Puskesmas Belimbing tahun 2012.
Berdasarkan kesimpulan diatas penelitian yang telah
dilakukan di Posyandu Balita Kelurahan Kuranji Wilayah
Kerja Puskesmas Belimbing, peneliti menyarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas Belimbing
Pihak Puskesmas Belimbing melalui petugas promosi
kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan
penyuluhan kepada para kader posyandu tentang fungsi
dan tugas kader dalam kegiatan yang ada di posyandu,
sehingga diharapakan keberadaan posyandu di dalam
masyarakat dapat berjalan dengan baik.
2. Bagi Kader Posyandu
Kader posyandu agar dapat aktif dalam kegiatan
posyandu tanpa mengharapkan adanya imbalan.
Sehingga nantinya posyandu yang ada di masyarakat
dapat terus dipertahankan dan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT
Reneka Cipta, Jakarta.
[2] Davenport, 2007, Manajemen Pengetahuan di akses dari artikel
Google.Com tanggal 4 September 2012.
[3] Departemen Kesehatan, RI. 2000, ARIME Pedoman Manajeman Peran
Serta Masyarakat, Jakarta.
[4] __________
2001, ARRIFE Pedoman Manajeman Peran Serta
Masyarakat, Jakarta.
[5] __________ 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Jakarta.
[6] __________ 2003, Undang – Undang Tentang Kesehatan, Jakarta.
[7] Departemen Pendidikan Nasional, RI. 2003, Undang – Undang Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
[8] Dinas Kesehatan Kota Padang. 2011
[9] Jhon, 2006, Posyandu, Sebuah Pendekatan Hak Anak dan Perempuan di
akses dari artikel Google.Com tanggal 4 September 2012.
[10] Machfoedz, I, 2006 Statistik Diskriftik Kesehatan Masyarakat, PT
Fitramaya, Yogyakarta.
[11] Mardalis, M, 2008 Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT
Bumi Aksara, Jakarta.
[12] Murti, B, 2006 Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
[13] Notoatmodjo, S, 2002 Metodelogi Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.
[14] __________, 2003 Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Arti
Pendidikan, PT Andi Offset, Yogyakarta.
[15] Puskesmas Belimbing, 2007, Profil Puskesmas Belimbing, Belimbing
Download