BERITA TERKINI Efek dari Pemberian Bolus Epidural Dosis Tunggal Magnesium sebagai Terapi Tambahan Analgesia Pascaoperasi M emberikan terapi analgesik pascaoperasi yang adekuat merupakan tantangan untuk setiap dokter anestesi. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah pemberian epidural analgesia dan combined spinal epidural (CSE). Beberapa obat tambahan selain opioid yang diberikan secara epidural digunakan untuk memperpanjang analgesia dan mengurangi risiko kejadian efek samping akibat penggunaan opioid tunggal. Reseptor NMDA (N-methyl-d-aspartate) di bagian kornu dorsal sumsum tulang belakang memiliki peranan dalam memodulasi sensitivitas sentral dari stimulus nosiseptif. Influks kalsium dipercaya merupakan mekanisme utama yang menjadi target NMDA. Antagonis reseptor calcium channel blocker (CCB) dan NMDA telah terbukti dapat mencegah kejadian nyeri. Magnesium merupakan kation divalen yang memiliki mekanisme blok nonkompetitif pada reseptor NMDA secara voltage-dependent dan menghasilkan natural calcium antagonism. Pada studi preklinik dan klinik, penggunaan magnesium terbukti memiliki sifat antinosiseptif. Magnesium telah digunakan sebagai terapi tambahan yang dapat diberikan secara intravena, intratekal, dan epidural dengan rangkaian dosis. Sebuah studi acak terbaru mengevaluasi efikasi dan keamanan pemberian bolus epidural dosis tunggal magnesium sebagai terapi tambahan fentanyl epidural pada pasien yang menjalani THR (total hip replacement) dengan CSE. Sejumlah 60 pasien secara acak dibagi menjadi 2 kelompok dan diberi 1 μg/ kgBB fentanyl epidural di dalam 10 mL salin (kelompok F) atau 1 μg/kgBB fentanyl epidural di dalam 10 mL salin + 75 mg magnesium (kelompok FM). Seluruh pasien menjalani pembedahan dengan CSE dengan 2 mL 0,5% bupivacaine hiperbarik intratekal. Berikut hasil studi tersebut: 1. Blok sensorik dan motorik sebanding antara kedua kelompok (p>0,05). 2. Durasi analgesia secara bermakna lebih panjang pada kelompok FM dibandingkan kelompok F (p=0,001). 3. Frekuensi kebutuhan rescue analgesik (tramadol 50 mg) dalam 24 jam pascaoperasi secara bermakna lebih rendah pada kelompok FM dibandingkan kelompok F (p=0,001). 4. VRS (verbal rating scale) pada jam ke-2, 3, 4 pascaoperasi secara bermakna lebih rendah pada kelompok FM jika dibandingkan dengan kelompok F (p=0,001), akan tetapi jam ke-6-24 jam pascaoperasi lebih rendah pada kelompok F secara bermakna jika dibandingkan dengan kelompok FM (p<0,05). 5. Pada 24 jam pascaoperasi, VRS sebanding antara kedua kelompok (p>0,05). 6. Parameter hemodinamik, seperti tekanan darah dan denyut jantung, sebanding antara kedua kelompok (p>0,05). 7. Efek samping seperti sedasi berlebihan, PONV, atau pruritus sebanding antara kedua kelompok (p=1). Simpulannya, pemberian 75 mg magnesium sebagai terapi tambahan fentanyl (1 μg/ kgBB) pada analgesia pascaoperasi secara bermakna menurunkan VRS dengan durasi analgesia memanjang dibandingkan fentanyl tunggal. Selain itu, magnesium mengurangi kebutuhan rescue analgesik tanpa kenaikan risiko efek samping. (MAJ) REFERENSI: 1. Banwait S, Sharma S, Pawar M, Garg R, Sood R. Evaluation of single epidural bolus dose of magnesium as an adjuvant to epidural fentanyl for postoperative analgesia: A prospective, randomized, double-blind study. Saudi J Anaesth. 2012;6(3):273-8. 2. Levaux Ch, Bonhomme V, Dewandre PY, Brichant JF, Hans P. Effect of intra-operative magnesium sulphate on pain relief and patient comfort after major lumbar orthopaedic surgery. Anaesthesia 2003;58(2):131-5. 764 CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013