prosiding seminar nasional kebidanan dan call for paper.34.34

advertisement
HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN
RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN
Eny Sulistiyani1, Isri Nasifah S,SiT., M.Keb2, Puji Lestari, S.SiT3
1
Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
2
Staf Dosen Prodi DIII Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
3
Staf Dosen Prodi DIII Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
ABSTRAK
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di
Indonesia. Luka jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah
atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama Berat badan lahir
yang lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur
perineum. Tujuan penelitian untukmengetahui hubungan antara berat badan
bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum pada ibu bersalin spontan.
Desain penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu melahirkan di BPM Endang
Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak Simongan Semarang Barat Januari –
Desember tahun 2015 sebanyak 100 ibu bersalin. Sampel 100 ibu bersalin
dengan teknik sampling accidental sampling. Analisis data menggunakan uji
chi square. Hasil uji bivariat p=0,030 yang menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture
perineum pada ibu bersalin spontan di BPM Endang Minaharsi, Amd. Keb
Ngemplak Simongan Semarang Barat tahun 2015. Kesimpulan, Bidan
diharapkan mengetahui faktor yang berhubungan dengan ruptur perineum dan
mempersiapkan ibu sebaik-baiknya dalam menolong persalinan sesuai asuhan
untuk meminimalkan robekan perineum.
Kata Kunci: berat bayi lahit, rupture perineum
240 |
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu di Indonesia
sampai saat ini masih cukup tinggi,
menurut hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa AKI adalah 359
kematian
per
100.000
kelahiran
hidup dan AKB sebesar 32 per 1.000
kelahiran
hidup
(Profil
Kesehatan
Indonesia, 2014). Angka kematian ibu
Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
berdasarkan laporan dari kabupaten/kota
sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup,
mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan AKI pada tahun 2013 sebesar
118,62/100.000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Indonesia, 2015).
Data profil Kesehatan Kota Semarang
berdasarkan laporan seluruh Puskesmas
jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33
kasus dari 26.992 jumlah kelahiran hidup
atau sekitar 122,25 per 100.000 KH naik
jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu
29 kasus dari 26.547 jumlah kelahiran
hidup atau sekitar 109,2 per 100.000.
Kematian ibu tertinggi adalah karena
eklampsia (48,48%), Penyebab lainnya
adalah karena perdarahan (24,24%),
disebabkan karena penyakit sebesar
18,18%, Infeksi sebesar 3,03% dan lainlain sebesar 6,06%, dengan kondisi saat
meninggal waktu bersalin (27,2%) (Profil
Kesehatan Kota Semarang, 2014).
Perdarahan
postpartum
menjadi
penyebab utama 40% kematian ibu di
Indonesia. Luka jalan lahir merupakan
penyebab kedua perdarahan setelah atonia
uteri yang terjadi pada hampir persalinan
pertama. (Wiknjosastro, 2007). Penyebab
terjadinya ruptur perineum dapat dilihat
dari dua faktor yaitu faktor maternal dan
janin (Cunningham (2010), Wiknjosastro
(2009) & Saifuddin (2009)). Faktor janin
yang menjadi penyebab terjadinya ruptur
perineum adalah berat badan lahir, posisi
kepala yang abnormal, distosia bahu,
kelainan bokong dan lain-lain. Berat badan
lahir yang lebih dari 4000 gram dapat
meningkatkan resiko terjadinya ruptur
perineum hal ini disebabkan oleh karena
perineum tidak cukup kuat menahan
regangan kepala bayi dengan berat badan
bayi yang besar. (JNPK-KR, 2008
;Saifuddin, 2008; Wiknjosastro, 2007
;Cunningham, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan di BPM Endang Minaharsi,
Amd. Keb Ngemplak Simongan Semarang
Barat pada bulan Januari sampai dengan
Juni 2015 didapatkan 71 persalinan normal
dimana terdapat 50 (70,42%) ibu bersalin
mengalami ruptur perineum. Berat badan
bayi baru lahir pada ibu yang mengalami
rupture perineum, 22 ibu berat lahir
bayinya 2500 sampai 3000 gram, 27 ibu
berat lahir bayinya 3000-4000 gram dan 1
ibu berat lahir bayinya 2300 gram.
Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah
komplikasi pada ibu dengan cara
melakukan asuhan sayang ibu dimana
dilakukan pertolongan persalinan APN
dengan benar diharapkan dapat mencegah
terjadinya rupture perineum.
Dari uraian di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul hubungan berat badan bayi baru lahir
dengan kejadian rupture perineum pada ibu
bersalin spontan di Bidan Praktek Mandiri
(BPM) Endang Minaharsi, Amd. Keb
Ngemplak Simongan Semarang Barat tahun
2015.
| 241
METODE PENELITIAN
Desain penelitian korelasi. Penelitian
ini menggunakan pendekatan cross
sectional Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu melahirkan di BPM
Endang Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak
Simongan Semarang Barat Januari –
Desember tahun 2015 sebanyak 100 ibu
bersalin.
Teknik sampling yang digunakan
adalah
Accidental
Sampling.Hasil
penelitian
didapatkan sampel 100
responden. Instrumen yang digunakan
pengumpulan data dengan data sekunder.
Analisis data ini peneliti menggunakan
analisis univariate dan dinyatakan dalam
bentuk distribusi frekuensi dan persentase
dan analisis bivariat menggunakan uji chi
square
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober 2015 didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
c. Karakteristik Responden
1) Umur
Tabel 1 Distribusi frekuensi umur ibu bersalin spontan di BPM Endang Minaharsi, Amd.
Keb Ngemplak Simongan Semarang Barat tahun 2015
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
Total
Frekuensi Presentasi
Persentase (%)
5,0
81,0
14,0
100,0
5,0
81,0
14,0
100,0
5
81
14
100
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
besar umur responden antara 20-35 tahun
sebanyak 81 responden (81,0%), > 35 tahun
sebanyak 14 responden (14,0%) dan < 20
tahun sebanyak 5 responden (5,0%).
2) Paritas
Tabel 2 Distribusi frekuensi umur ibu bersalin spontan di BPM Endang Minaharsi,
Amd. Keb Ngemplak Simongan Semarang Barat tahun 2015
Umur
Primipara
Multipara
Grandemultipara
Total
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden adalah multipara sebanyak
89 responden (89,0%), primipara sebanyak
10 responden (10,0%) dan grandemultipara
sebanyak 1 responden (1,0%).
242 |
Frekuensi
10
89
1
100
Persentase (%)
10,0
89,0
1,0
100,0
d. Berat badan bayi baru lahir pada ibu
bersalin spontan di BPM Endang
Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak
Simongan Semarang Barat tahun 2015
Tabel 3 Distribusi frekuensi berat
badan bayi baru lahir pada ibu bersalin spontan di
BPM Endang Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak Simongan Semarang Barat tahun
2015
BBL
Kurang ( <2500)
Cukup ( 2500-4000)
Lebih (>4000)
Total
Frekuensi Presntase
5
5,0
94
94,0
1
1,0
100
100,0
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar cukup (2500-4000 gr) sebanyak 94
responden (94,0%), kurang sebanyak 5
responden (5,0%) dan lebih sebanyak 1
responden (1,0%).
Persentase (%)
5,0
94,0
1,0
100,0
e. Kejadian rupture perineum pada ibu
bersalin spontan di BPM Endang
Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak
Simongan Semarang Barat tahun 2015
Tabel 4 Distribusi frekuensi kejadian rupture perineum pada ibu bersalin spontan di BPM
Endang Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak Simongan Semarang Barat tahun 2015
Ruptur Perineum
Ruptur
Utuh
Total
71
29
100
Frekuensi Persentase
71,0
29,0
100,0
Tabel 4 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengalami ruptur
perineum saat bersalin sebanyak 71
responden (71,0%) dan utuh sebanyak 29
responden (29,0%).
Persentase (%)
71,0
29,0
100,0
2. Analisis Bivariat
Hubungan antara berat badan bayi baru
lahir dengan kejadian rupture perineum
pada ibu bersalin spontan di BPM
Endang
Minaharsi,
Amd.
Keb
Ngemplak Simongan Semarang Barat
tahun 2015
Tabel 5 Hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum
pada ibu bersalin spontan di BPM Endang Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak
Simongan Semarang Barat tahun 2015
BBL
Kurang
Cukup
Lebih
Jumlah
Ruptur Perineum
Utuh
%
F
20,0
4
73,4
25
100,0
0
71,0
29
Jumlah
Ruptur
F
1
69
1
71
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden
yang berat badan bayi lahirnya kurang
%
80,0
26,6
0
29,0
f
5
94
1
100
p
%
100,0
100,0
100,0
100,0
0,030
sebagian besar utuh perineumnya sebanyak
4 responden, BBL cukup sebagian besar
| 243
mengalami ruptur perineum sebanyak 69
responden (73,4%) dan yang berat
badannya lebih semuanya mengalami
ruptur perineum sebanyak 1 responden
(100,0%).
Berdasarkan uji chi square nilai p
0,030 <  =0,05 yang artinya Ha diterima
sehingga ada hubungan yang signifikan
antara antara berat badan bayi baru lahir
dengan kejadian rupture perineum pada ibu
bersalin spontan di BPM Endang
Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak Simongan
Semarang Barat tahun 2015.
PEMBAHASAN
Berat badan bayi baru lahir
Hasil
penelitian
menunjukkan
sebagian besar cukup (2500-4000 gr)
sebanyak 94 responden (94,0%), kurang
sebanyak 5 responden (5,0%) dan lebih
sebanyak 1 responden (1,0%). Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir pada
usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37-42 minggu,
dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, 2010).
Berat badan lahir adalah berat badan
bayi yang ditimbang 24 jam pertama
kelahiran. Semakin besar berat bayi yang
dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya
ruptur perineum. Bayi besar adalah bayi
yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari
4000 gram. Robekan perineum terjadi pada
kelahiran dengan berat badan bayi yang
besar. Hal ini terjadi karena semakin besar
berat badan bayi yang dilahirkan akan
244 |
meningkatkan risiko terjadinya ruptur
perineum karena perineum tidak cukup kuat
menahan regangan kepala bayi dengan
berat badan bayi yang besar (Saifuddin,
2008).
Kejadian rupture perineum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengalami ruptur
perineum saat bersalin sebanyak 71
responden (71,0%) dan utuh sebanyak 29
responden (29,0%). Perineum adalah
daerah yang terletak antara vulva dan anus,
panjangnya rata-rata 4 cm (Wiknjosastro,
2007). Perineum merupakan daerah tepi
bawah vulva dengan tepi depan anus.
Perineum meregang pada saat persalinan
kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah
robekan (Sumarah, dkk, 2008).
Hasil penelitian didapatkan hasil
robekan paling banyak pada derajat 2
dimana berat badannya antara 2500-4100
gram.
Laserasi
Perineum
diklasifisikan berdasarkan luas
robekan (JNPK-KR, 2008) dimana derajat
satu: robekan terjadi pada selaput lendir
(mukosa) vagina, komisura posterior,
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum
1-1,5 cm. Tidak perlu untuk dilakukan
penjahitan tetapi dipastikan bahwa luka
tidak menimbulkan perdarahan dan luka
masih baik dan beraturan dan derajat dua :
robekan terjadi pada mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum. Perlu untuk dilakukan jahitan
secara jelujur atau dengan teknik tertentu
yang dianjurkan.
Faktor-faktor penyebab ruptur ada
berbagai macam yaitu faktor maternal yang
terdiri dari partus presipitatus, mengejan
terlalu kuat, edema dan kerapuhan pada
perineum, primipara, kesempitan panggul
dan CPD (chepalo pelvic disproportional),
jaringan parut pada perineum dan vagina,
kelenturan Jalan Lahir dan persalinan
dengan tindakan (ekstraksi vakum,
ekstraksi forcep, versi ekstraksi, dan
embriotomi). Sedangkan faktor janin
meliputi lingkar kepala janin, Berat badan
bayi. presentasi defleksi, letak sungsang
dengan after coming head, distosia bahu,
kelainan congenital. (JNPK-KR, 2008).
Hasil penelitian didapatkan sebagian
besar responden adalah multipara sebanyak
89 responden (89,0%), primipara sebanyak
10 responden (10,0%) dan grandemultipara
sebanyak 1 responden (1,0%). Perineum
akan berkurang elastisitasnya saat wanita
lanjut
usia.
Untuk
menentukannya
dilakukan dengan menggerakkan jari dalam
vagina ke bawa dan samping vagina.
Dengan cara ini dapat diketahui pula otot
levator ani. Pada keadaan normal akan
teraba elastis seperti kalau kita meraba tali
pusat (Wiknjosastro, 2007).
Hubungan antara berat badan bayi baru
lahir dengan kejadian rupture perineum
pada ibu bersalin spontan di BPM
Endang Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak
Simongan Semarang Barat tahun 2015
Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara antara
berat badan bayi baru lahir dengan kejadian
rupture perineum pada ibu bersalin spontan
di BPM Endang Minaharsi, Amd. Keb
Ngemplak Simongan Semarang Barat tahun
2015. Hal ini ditunjukan dengan responden
yang berat badan bayi lahirnya kurang
sebagian besar utuh perineumnya sebanyak
4 responden, BBL cukup sebagian besar
mengalami ruptur perineum sebanyak 69
responden (73,4%) dan yang berat
badannya lebih semuanya mengalami
ruptur perineum sebanyak 1 responden
(100,0%).
Hasil penelitian ini ada kesesuaian
dengan teori menurut Saifuddin (2008),
semakin besar berat bayi yang dilahirkan
meningkatkan risiko terjadinya ruptur
perineum. Hal ini terjadi karena semakin
besar berat badan bayi yang dilahirkan akan
meningkatkan risiko terjadinya ruptur
perineum karena perineum tidak cukup kuat
menahan regangan kepala bayi dengan
berat badan bayi yang besar, sehingga pada
proses kelahiran bayi dengan berat badan
bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur
perineum.
Berdasarkan teori yang ada, robekan
perineum terjadi pada kelahiran dengan
berat badan lahir yang besar. Hal ini terjadi
karena semakin besar bayi yang dilahirkan
akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur
perineum dikarenakan berat badan lahir
yang besar berhubungan dengan besarnya
janin yang dapat mengakibatkan perineum
tidak cukup kuat menahan regangan kepala
bayi dengan berat badan lahir yang besar
sehingga pada proses kelahiran bayi dengan
berat badan lahir yang besar sering terjadi
ruptur perineum.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Rofiasari (2009) dengan judul
hubungan berat badan bayi baru lahir
dengan derajat ruptur perineum pada
persalinan normal di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Surakarta dengan hasil
persalinan normal tahun 2008 sebanyak
1.246, sehingga rata – rata persalinan
normal satu bulan sebanyak 100 persalinan.
Persalinan normal dengan ruptur perineum
pada bulan Januari sampai Maret 2008
| 245
sebanyak 92 (67,2%) dari 137 persalinan
normal. Berat badan bayi baru lahir lebih
2500 sampai 4000 gram sebanyak 80 (87%)
persalinan dan berat badan bayi baru lahir
1500-2500 gram sebanyak 12(13%)
persalinan sehingga ada hubungan dan hal
tersebut juga di dukung oleh penelitian
Rahmawati (2011) dengan judul hubungan
berat badan lahir dengan derajat ruptur
perineum pada persalinan normal di RSIA
Kumala
Siwi
Pecangaan
Jepara
menunjukkan hasil bahwa mayoritas ibu
bersalin melahirkan bayi dengan berat
badan lahir cukup (antara 2500-4000 gram)
sebanyak 75 orang (91,5 %) dan mayoritas
ibu bersalin mengalami laserasi derajat I
sebanyak 44 orang (53,7 %). Sedangkan uji
statistik dengan nilai ρ value sebesar 0,016
menunjukkan bahwa Ha diterima, yang
berarti ada hubungan secara bermakna
antara berat badan lahir dengan derajat
ruptur perineum pada persalinan normal.
Mayoritas ibu bersalin mengalami laserasi
derajat I dengan berat badan lahir bayi
cukup (antara 2500-4000 gram) sebanyak
40 orang (48,8 %), sedangkan paling
sedikit ibu bersalin mengalami laserasi
derajat IV dengan berat badan lahir bayi
lebih (lebih dari 4000 gram) sebanyak 1
orang (1,2 %).
PENUTUP
Kesimpulan
4. Berat badan bayi lahir di BPM Endang
Minaharsi,
Amd.Keb
Ngemplak
Simongan Semarang Barat sebagian
besar cukup (2500-4000 gr) sebanyak
94 responden (94,0%)
5. Sebagian besar responden mengalami
ruptur perineum saat bersalin sebanyak
246 |
71 responden (71,0%) dan utuh
sebanyak 29 responden (29,0%).
6. Ada hubungan yang bermakna antara
berat badan bayi baru lahir dengan
kejadian rupture perineum pada ibu
bersalin spontan di BPM Endang
Minaharsi, Amd. Keb Ngemplak
Simongan Semarang Barat tahun 2015
(p 0,030)
Saran
1. Bagi Responden
Responden
diharapkan
lebih
mengetahui penyebab kejadian rupture
perineum sehingga responden dapat
memahami
dan
mempersiapkan
kehamilannya dengan peningkatan
berat badan yang tidak berlebihan saat
hamil serta mengikuti senam hamil
untuk mencegah ruptur.
2. Bagi Bidan
Bidan
diharapkan
mencegah
kejadian ruptur perineum dengan cara
mempersiapkan ibu sebelum persalinan
dengan senam hamil, pijat perineum,
menolong persalinan sesuai APN untuk
meminimalkan robekan perineum.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi
dasar untuk melakukan penelitian
sejenis
tentang faktor lain yang
berhubungan dengan ruptur perineum
seperti paritas, umur kehamilan dan
pertolongan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Prosedur penelitian Suatu
Pendekatan. Jakarta : Rhineka
Cipta ; 2010.
Bobak.
Buku
Ajar
Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC ; 2010.
Dewi. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : Salemba Medika ;
2010.
Errol R dan John O. Schorge. Persalinan
Prematur. Jakarta: Erlangga ; 2007.
Cunningham. Obstetri Williams. Jakarta:
EGC ; 2007.
Harry, William. Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yayasan Essent ; 2010.
Hidayat. Riset Keperawatan dan Tehnik
penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika ; 2012.
JNPK_KR. APN. Yayasan Bina Pustaka
Prawiroharjo. Jakarta : 2008.
Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta : EGC ; 2008.
Martadjisoebrata, D. Obstetri Patologi.
Bandung. Bagian Obstetri Dan
Ginekologi FK UNPAD ; 2005.
Mochtar, R. Sinopsis Obstetri. Jakarta :
EGC ; 2011.
Musbikin. Panduan bagi ibu hamil &
melahirkan,
Yogyakarta
:
Mitra Pustaka ; 2006.
Notoatmodjo . Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta :
2010
Penny dan Ancheta Ruth. Buka Saku
Persalinan. Jakarta: ECG ; 2008.
Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI 2014.
Profil kesehatan Jawa tengah 2014. Jawa
Tengah
Profil Kesehatan Kota Semarang 2014.
Semarang
Risanto dan Emilia Ova. Obstetri Fisiologi.
Yogyakarta : Pustaka Cendikia
Press ; 2008.
Riwidikdo. Statiksik kesehatan. Jogjakarta:
Mitra Cendekia Press; 2009
Rukiyah. Asuhan Kebidanan II. CV.
Jakarta: Trans Info Media ; 2009.
Saifuddin, A.B., Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta ; 2008.
Sumarah. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Yogyakarta : Fitramaya ; 2010.
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.
Jakarta: Alfabeta ; 2010.
Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 2. Jakarta. EGC; 2008.
Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2007
| 247
Download