1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hormon tiroid sangat

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hormon tiroid sangat penting dalam tubuh untuk meningkatkan laju
metabolisme basal. Hormon ini sangat berkaitan dengan nutrien, ion organik,
termogenesis dan merangsang pertumbuhan serta perkembangan berbagai
jaringan. Pada periode kritis juga mempengaruhi perkembangan susunan
syaraf pusat dan tulang. Hormon ini mempengaruhi beberapa jaringan dan sel
melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta reseptor yang
mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas. Fungsi tiroid yang normal
disebut eutiroidisme. Kelainan fungsi tiroid adalah salah satu gangguan
endokrin yang paling sering dijumpai. Salah satu kelainan tersebut adalah
hipotiroid (Sherwood, 2010).
Hipotiroid merupakan gangguan pada kelenjar tiroid berupa
penurunan produksi dan sekresi hormon tiroid. Kelenjar ini berperan
melepaskan hormon tiroid ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Pada
kasus hipotiroid, terjadi gangguan sintesis dan sekresi hormon tiroid,
sehingga kadar hormon tiroid menjadi rendah dan mengakibatkan penurunan
laju metabolisme tubuh (Soewondo dan Cahyanur, 2008).
Penyebab
hipotiroidisme terbanyak di dunia adalah akibat kekurangan iodium.
Prevalensinya diperkirakan cukup tinggi di Indonesia mengingat sebagian
besar penduduk bermukim di daerah defisiensi iodium (Soewondo dan
Cahyanur, 2008; Vaidya and Pearce, 2008). Kondisi hipotiroid menimbulkan
1
2
beberapa macam efek hambatan terhadap hampir setiap sistem organ, salah
satunya adalah sistem organ reproduksi jantan.
Testis merupakan organ yang berperan penting dalam proses
spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron pada hewan jantan.
Penurunan laju metabolisme tubuh karena kondisi hipotiroid diduga
mengakibatkan penurunan aktivitas gonad secara struktural dan fungsional
yang dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual. Disfungsi seksual
disebabkan banyak faktor, salah satunya disebabkan oleh penurunan kadar
hormon testosteron yang berperan dalam mengatur perilaku seksual (Masters
et al., 1998; Walsh et al., 1998). Insidensi hipotiroidisme pada gonad jantan
bervariasi tergantung kepada faktor geografik dan lingkungan seperti kadar
iodium dalam makanan, asupan makanan yang mengandung zat goitrogenik,
genetik, jenis kelamin dan variasi umur dalam populasi tersebut juga berperan
(Vaidya and Pearce, 2008). Sediaan yang biasa digunakan untuk terapi
hipertiroid
salah satunya adalah Propiltiourasil (PTU). Propiltiourasil
bekerja dengan cara menghambat sintesis hormon tiroid, yaitu dengan
menghambat oksidasi iodin dan menghambat sintesis tiroksin serta
triiodothyronin (Lacy et al., 2006). Induksi hipotiroidisme dengan
menggunakan PTU menyebabkan penurunan konversi tiroksin perifer (T4)
menjadi T3 sehingga mengurangi konsentrasi T3 serum (Tousson et al.,
2011).
Beberapa
penelitian
yang
ditujukan
untuk
terapi
hipotiroid,
memerlukan hewan coba dalam kondisi hipotiroid. Umumnya penggunaan
3
PTU pada penderita hipertiroid berlangsung dalam periode cukup lama.
Diduga hal ini menyebabkan terjadinya kondisi hipotiroid ataupun resistensi
terhadap PTU.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji respon gonad jantan tikus
putih dengan variasi umur juvenil (umur 4-5 minggu), pradewasa (umur 6
minggu) dan dewasa awal (umur 7 minggu), melalui induksi hipotiroid.
Selain itu, modikasi cara induksi diperlukan untuk mendapatkan kondisi
tersebut salah satunya dengan dengan cara dicekok. Dalam hal ini efek
samping lainnya juga mungkin terjadi.
B. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, disusun permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah aktivitas gonad jantan tikus putih (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) akibat induksi hipotiroid dengan PTU?
2. Bagaimanakah respon gonad jantan yang diinduksi pada umur yang
berbeda?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas gonad jantan tikus
putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) umur 4, 5, 6, dan 7 minggu pada
induksi hipotiroid menggunakan PTU dengan mengamati kadar hormon
testosteron, aktivitas spermatogenesis, indeks gonadosomatik, dan analisis
kualitas spermatozoa meliputi kecepatan gerak, viabilitas dan morfologi.
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :
1. Tambahan informasi ilmiah dibidang endokrinologi dan reproduksi
khususnya mengenai respon gonad jantan tikus putih (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) sebagai akibat penggunaan obat PTU.
2. Sebagai acuan untuk menghasilkan hewan model hipotiroid atau penelitian
lain yang terkait dengan hipotiroid.
3. Mengetahui hubungan kondisi hipotiroid dan penggunaan PTU terhadap
perkembangan gonad, khususnya pada reproduksi jantan.
4. Bahan pertimbangan pengobatan hipertiroid, dengan lama waktu
pemberian yang disesuaikan.
Download