analisis pengaruh faktor internal dan eksternal

advertisement
ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
TERHADAP RETURN REKSA DANA SAHAM BIG CAPS
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015
AGGY SAID
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Faktor Internal dan Eksternal terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Aggy Said
NIM H24144006
ABSTRAK
AGGY SAID. Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap
Return Reksa Dana Saham Big Caps di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.
Dibimbing oleh BUDI PURWANTO.
Tujuan penelitan ini untuk menguji pengaruh faktor internal yang terdiri dari
dana kelolaan dan risko, dan faktor eksternal yang terdiri dari inflasi, BI Rate,
IHSG, dan kurs Dollar terhadap return reksa dana saham big caps di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015. Penelitian ini menggunakan populasi reksa dana
saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan diawasi OJK. Sampel dari
penelitian ini adalah reksa dana saham big caps yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan diawasi OJK pada periode 2011-2015. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan analisis regresi berganda
dengan tingkat signifikansi 5% maka dihasilkan: (1) dana kelolaan, risiko, inflasi,
dan IHSG secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return (2) dana kelolaan
secara parsial tidak berpengaruh terhadap return (3) risiko secara parsial
berpengaruh terhadap return (4) inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap return, dan (5) IHSG secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
return reksa dana saham big caps di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Kata kunci: dana kelolaan, IHSG, inflasi, return, risiko.
ABSTRACT
AGGY SAID. Analysis of the Internal and External Factors that Affects the Big
Caps Equity Mutual Funds at the Indonesia Stock Exchange in the period 20112015. Supervised by BUDI PURWANTO
This study is to examine the effect of Asset Under Management, Risk,
Inflation, BI Rate, JCI, and Foreign Exchange (USD) to the return of big caps equity
mutual funds in Indonesia Stock Exchange (IDX). This research uses the entire
population of equity mutual funds listed at the Indonesia stock exchange. Using a
purposive sampling technique, the sample in this research is the big caps equity
mutual funds listed at the Indonesia Stock Exchange period 2011 to 2015. Based on
the result of multiple regression analysis with a significance level of 5%, the results
of the study is concluded as follows: (1) Asset Under Management, Risk, Inflation,
and JCI has significant effect simultaneously (2) AUM has no effect on return
partially (3) Risk has significant effect on return partially (4) Inflation has no
significant effect on return partially (5) JCI has significant effect on return partially
at the Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2011 to 2015.
Keywords: asset under management, inflation, JCI, return, risk
ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
TERHADAP RETURN REKSA DANA SAHAM BIG CAPS
DI BURSA EFEK INDONESIAPERIODE 2011-2015
AGGY SAID
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah kinerja
reksa dana, dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap
Return Reksa Dana Saham Big Caps di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Budi Purwanto, ME,
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran untuk menjadikan
penelitian ini lebih baik lagi. Terima kasih kepada kepada Program Sarjana Alih
Jenis Manajemen, Departemen Manajemen yang meliputi Dosen-dosen, Sekretariat
dan lain - lain atas bantuannya selama dua tahun penulis menuntut ilmu. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan motivasinya. Ungkapan terima kasih juga penulis disampaikan
kepada seluruh rekan-rekan Program Sarjana Alih Jenis Manajemen angkatan 12
atas doa, semangat, dukungan, dan kerja keras selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2016
Aggy Said
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Pengembangan Hipotesis
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Variabel dan Definisi Operasional
Metode Analisis Data
Uji Asumsi Klasik
Uji Regresi Linier Berganda
Uji Hipotesis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Penelitian
Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
4
4
4
5
5
7
9
12
12
13
14
14
14
14
15
16
17
17
18
18
18
19
23
24
25
29
DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan jumlah nilai aktiva bersih dan unit penyertaan reksa dana
2 Penelitian terdahulu
3 Hasil uji asumsi klasik
4 Hasil koefisien determinasi
5 Hasil uji hipotesis secara simultan (Uji F)
6 Hasil uji hipotesis secara parsial (Uji t)
1
7
18
19
20
20
DAFTAR GAMBAR
1 Perbandingan indeks reksa dana tahun 2011-2015
2 Perkembangan NAB per UP reksa dana saham big caps tahun 2011-2015
3 Kerangka pemikiran
2
3
13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji asumsi klasik
2 Hasil koefisien determinasi, uji f dan uji t
3 Glosarium
31
33
34
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dunia investasi di Indonesia merupakan salah satu topik yang
selalu menarik untuk dibahas. Investor domestik maupun asing berinvestasi di
Indonesia seraya mendapatkan imbal hasil yang menguntungkan. Investasi pada
hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim 2005).
Salah satu alternatif investasi yang menawarkan imbal hasil atau return yang
tinggi adalah melalui financial asset. Menurut Martalena dan Malinda (2011),
financial assets adalah investasi dalam bentuk surat berharga. Financial assets,
yang bersifat jangka pendek diperdagangkan di pasar uang, sedangkan yang bersifat
jangka panjang di pasar modal. Contohnya: commercial paper, sertifikat deposito,
saham, obligasi, dan reksa dana. Investasi dalam financial asset khususnya di pasar
modal, menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding dengan hanya
menyimpan dana di bank, akan tetapi diiringi dengan risiko yang tinggi pula.
Reksa dana adalah salah satu alternatif investasi yang mengimplementasikan
prinsip alokasi aset atau harta melalui penciptaan suatu portofolio aset dengan
menyebar dana investasi yang dimiliki ke dalam beberapa jenis aset yang berbeda.
Hal ini senada dengan nasihat Markowitz mengenai diversifikasi aset melalui
portofolio, ‘jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang’. Artinya, jangan
berinvestasi ke dalam satu jenis aset, karena jika aset tersebut gagal maka semua
dana yang kita investasikan akan habis. Oleh karena itu, reksa dana diciptakan
untuk mengalokasikan aset yang disebar ke dalam beberapa jenis portofolio aset.
Sementara itu, perkembangan investasi melalui instrumen keuangan di pasar
modal khususnya reksa dana, belakangan ini semakin berkembang dengan ditandai
oleh semakin beragamnya produk reksa dana yang ditawarkan kepada masyarakat
dan meningkatnya jumlah dana kelolaan. Berikut ini disajikan data perkembangan
dana kelolaan reksa dana di Indonesia pada Tabel 1:
Tabel 1 Pertumbuhan jumlah nilai aktiva bersih reksa dana tahun 2007-2016
Jumlah Nilai Aktiva
Jumlah UP
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Tahun
Reksa
Bersih
Beredar
NAB (%)
UP (%)
Dana
(Miliar Rp)
(Juta Unit)
2007
473
92.191
78,60
53.590
48,28
2008
567
74.066
-19,66
60.976
13,78
2009
610
112.983
52,54
69.978
14,76
2010
616
144.694
28,07
82.079
17,29
2011
671
167.232
15,58
98.982
20,59
2012
754
187.592
12,17
113.714
14,88
2013
794
192.545
2,64
120.886
6,31
2014
894
241.571
25,46
142.728
18,07
2015
1091
271.969
12,58
182.980
28,20
2016*
1102
277.101
1,89
187.007
2,20
Sumber: aria.bapepamlk.go.id (2016) diolah
* Periode Januari – Februari 2016
2
Di sisi lain, reksa dana saham merupakan produk investasi yang lebih
menjanjikan untuk memperoleh return dalam jangka panjang. Reksa dana saham
adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
aktivanya dalam efek yang bersifat ekuitas (Samsul 2006). Dari pengertian tersebut
potensi return yang akan diperoleh dalam investasi reksa dana saham lebih besar
dibandingkan reksa dana lainnya. Berikut disajikan data perbandingan return reksa
dana saham dibandingkan dengan reksa dana lainnya pada grafik berikut:
Sumber: infovesta.com (2016a) diolah
Gambar 1 Perbandingan indeks reksa dana tahun 2011-2015
Dana kelolaan reksa dana saham yang besar mencerminkan kepercayaan
investor kepada menajer investasi, sehingga investor mau mengalokasikan dananya
untuk dikelola. Semakin besar dana kelolaan yang dimiliki oleh reksa dana maka
tingkat risiko yang dimiliki oleh reksa dana tersebut akan semakin kecil. Hal ini
disebabkan oleh portofolio yang dimiliki akan semakin banyak dan beraneka
ragam.
Reksa dana saham khususnya reksa dana saham big caps memiliki kinerja
yang baik sejak krisis global tahun 2008, melalui peningkatan jumlah dana kelolaan
yang dicerminkan oleh Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB per UP).
Reksa dana saham big caps adalah reksa dana yang dibentuk dari kumpulan sahamsaham berfundamental baik dan umumnya berkapitalisasi besar. Reksa dana saham
big caps pada umumnya berkinerja baik dan konsisten melampaui kinerja indeks
yang menjadi acuannya dalam hal ini IHSG. Namun, sejak tahun 2011 peningkatan
kinerja tersebut tidak melanjutkan tren penguatan yang signifikan, sehingga
pertumbuhan dana kelolaan dan return secara jangka panjang cenderung tidak
sebesar sebelumnya dan fluktuatif dalam jangka pendek. Perkembangan NAB per
UP dari beberapa reksa dana saham big caps disajikan pada grafik berikut:
3
Sumber: infovesta.com (2016b) diolah
Gambar 2 Perkembangan NAB per UP reksa dana saham big caps tahun 20112015
Diduga hal ini disebabkan oleh belum pulihnya perekonomian dunia pasca
krisis global tahun 2008, ketidakpastian kebijakan suku bunga The Federal Reserve
Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi Cina yang berdampak pada
ketidakpastian iklim investasi dan mengingkatnya risiko pada produk pasar modal
di Indonesia khususnya reksa dana saham big caps. Sementara itu, dari dalam
negeri sentimen pasar memilih posisi wait and see dan melihat kinerja dari
pemerintahan yang baru berdampak pula terhadap kinerja reksa dana saham big
caps. Di sisi lain, inflasi yang disebabkan oleh penyesuaian subsidi bahan bakar
minyak oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2015 dan kurs Dollar AS
yang menguat tajam terhadap nilai tukar Rupiah, menyebabkan investor lebih
memilih berinvestasi pada aset berisiko rendah seperti deposito, Surat Utang
Negara, sukuk ritel, atau reksa dana pasar uang daripada produk reksa dana saham
khususnya reksa dana saham big caps.
Penelitian terhadap return reksa dana saham big caps ini sangat menarik
untuk dilakukan karena faktor internal dan faktor eksternal dapat memengaruhi
kinerja reksa dana saham sehingga dapat pula menghitung return reksa dana saham.
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam organisasi atau perusahaan itu
sendiri dan merupakan aspek manajerial yang mempengaruhi jumlah return
investasi yang terdiri dari dana kelolaan dan risiko. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang terdapat di luar organisasi atau lingkungan perusahaan
yang mempengaruhi jumlah return reksa dana, diantaranya inflasi, suku bunga,
indeks harga saham acuan, dan kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing
(Zahra 2011).
4
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari faktor internal dan
faktor eksternal terhadap return reksa dana saham big caps yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia secara simultan dan parsial. Beragamnya produk reksa dana saham
membuat investor harus teliti memilih reksa dana yang sesuai dengan tujuan
finansial yang ingin dicapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan guna
mengetahui hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal terhadap return
reksa dana saham big caps.
Rumusan Masalah
Reksa dana berkembang sangat pesat di Indonesia dan merupakan salah satu
instrumen investasi yang menjanjikan. Reksa dana saham big caps memiliki potensi
imbal hasil yang tinggi dan beriringan dengan risiko yang tinggi. Penulis ingin
mengetahui bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap
return reksa dana saham big caps, dimana permasalahan pokok dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh faktor internal terhadap return reksa dana saham big
caps di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh faktor eksternal terhadap return reksa dana saham big
caps di Bursa Efek Indonesia?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan terkait dengan pokok permasalahan yang
telah diuraikan adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor internal terhadap return reksa dana saham
big caps di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh faktor eksternal terhadap return reksa dana
saham big caps di Bursa Efek Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya:
1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dalam berinvestasi reksa dana saham big caps.
2. Bagi Manajer Investasi
Menjadi basis pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan
dana kelolaan reksa dana saham big caps.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khazanah ilmu yang lebih luas
khususnya dalam konteks keilmuan dan investasi reksa dana saham big caps.
5
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada reksa dana saham yang terdiri
dari kumpulan reksa dana saham big caps yang terdaftar di OJK dan masih aktif
hingga periode penelitian dilakukan. Faktor internal dan faktor eksternal menjadi
prediktor dalam penelitian ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Investasi
Menurut Tandelilin (2010), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana
atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memeroleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang
akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi
tersebut.
Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan investasi
adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan
(accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti,
dividen dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan
perdagangan.
Sedangkan menurut Sunariyah (2011), investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama
dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa mendatang
Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal menurut Tandelilin (2010) adalah pertemuan antara
pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana melalui
jual beli sekuritas. Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas
disebut dengan bursa efek.
Pasar Modal menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011), merupakan pasar
untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.
Reksa Dana
Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
menyebutkan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
6
Reksa Dana Saham
Menurut Widoatmodjo (2009), reksa dana saham merupakan reksa dana yang
khusus menggunakan dana yang dihimpunnya untuk dibelanjakan saham biasa.
Reksa dana saham menurut Samsul (2006), adalah reksa dana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek yang bersifat ekuitas.
Return
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Return merupakan
tingkat keuntungan investasi yang terdiri atas (Husnan 2005):
a. Expected return (return yang diharapkan) yaitu return yang diharapkan akan
didapat oleh investor di masa depan.
b. Realized return (return aktual) yaitu return yang sesungguhnya terjadi atau
didapat oleh investor.
Dana Kelolaan
Dana Kelolaan menurut Rudiyanto (2015) merupakan berapa jumlah dana
yang dikelola oleh suatu reksa dana. Jumlah dana yang dikelola tersebut mencakup
kas, deposito, saham, dan obligasi.
Menurut Peraturan Nomor IV.C.2 Tentang Nilai Pasar Wajar dari Efek dalam
Portofolio Reksa Dana, Nilai Aktiva Bersih per saham atau Unit Penyertaan
dihitung berdasarkan nilai aktiva bersih pada akhir hari yang bersangkutan, setelah
penyelesaian pembukuan Reksa Dana dilaksanakan, tetapi tidak termasuk
permohonan pembelian dan atau pelunasan yang diterima oleh Bank Kustodian
pada hari yang sama.
Risiko
Dalam berinvestasi terdapat unsur ketidakpastian yang akan menyebabkan
terjadinya risiko dimana investor tidak mengetahui dengan pasti apakah akan
memperoleh keuntungan atau sebaliknya mendapatkan kerugian dari investasi yang
dilakukannya. Menurut Samsul (2006) jenis risiko investasi dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu risiko sistematis (systematic risk / undiversifiable risk) dan
risiko tidak sistematis (unsystematic risk / diversifiable risk).
Inflasi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi merupakan kenaikan harga
barang dan jasa secara umum di mana barang dan jasa tersebut merupakan
kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara.
Sedangkan menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai
7
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu meluas
atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya.
Suku Bunga
Menurut Arifin (2007), Suku Bunga Bank Indonesia adalah suku bunga yang
diberlakukan Bank Indonesia. Pemerintah melalui Bank Indonesia akan menaikan
tingkat suku bunga guna mengontrol peredaran uang di masyarakat atau dalam arti
luas mengontrol perekonomian nasional.
Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Hartono (2013), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya
merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga
menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka yang diolah sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan membandingkan kejadian yang dapat berupa
perubahan harga saham dari waktu. Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan
waktu dasar (base period) dan waktu yang sedang berjalan (given parent period).
Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan beberapa ringkasan mengenai penelitian terdahulu pada Tabel 2:
Tabel 2 Ringkasan penelitian terdahulu
No Peneliti
1
Ali
(2012)
Judul
Analisis
Pengaruh
Variabel
Makroekonomi
Terhadap
Reksadana
Syariah di
Indonesia
Metode
Penelitian
Vector
Autoregression
dan Vector Error
Correction
Model (VECM)
Kesimpulan
Variabel SBI, SBIS,
KURS,
dan
IHSG
berpengaruh signifikan
terhadap NAB reksadana
syariah.
Sedangkan
variabel INF dan JII
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap NAB
reksadana syariah. SBI
dan SBIS memiliki
hubungan positif dengan
NAB reksadana syariah.
Sedangkan
variabel
KURS
dan
IHSG
memiliki
hubungan
negatif dengan NAB
reksadana syariah.
8
Lanjutan Tabel 2
No
Peneliti
Judul
2
Maulana
(2013)
Pengaruh SBI, Jumlah
Uang Beredar, Inflasi
Terhadap Kinerja Reksa
Dana Saham Di
Indonesia Periode
2004-2012
3
Utami
(2014)
Faktor Eksternal dan
Internal yang
Mempengaruhi Return
Investasi Produk Reksa
Dana Campuran di
Indonesia
4
Sholihat
(2015)
Pengaruh Inflasi,
Tingkat Suku Bunga
Sertifikat Bank
Indonesia & Indeks
Harga Saham
Gabungan Terhadap
Tingkat Pengembalian
Reksadana Saham
(Studi Pada Bursa Efek
Indonesia Periode 2011
- 2013)
Metode
Penelitian
Regresi
Linier
Berganda
Kesimpulan
Secara simultan atau
bersama-sama
suku
bunga SBI, inflasi dan
jumlah uang beredar
berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan reksa
dana saham.
Secara parsial suku
bunga SBI, berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja indeks Jensen
perusahaan reksa dana.
Secara parsial Inflasi,
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja indeks
Jensen perusahaan reksa
dana.
Secara parsial Jumlah
Uang Beredar, tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja indeks
Jensen perusahaan reksa
dana saham.
Regresi
Inflasi dan SBI memiliki
Linier
pengaruh
negatif
Berganda signifikan
terhadap
return
reksa
dana
campuran. Jumlah dana
kelolaan dan umur reksa
dana tidak berpengaruh
terhadap return reksa
dana
Regresi Secara parsial faktor
Linier
makro ekonomi berupa
Berganda inflasi, suku bunga SBI
dan IHSG memiliki
pengaruh
signifikan.
Secara simultan bersama
– sama variabel inflasi,
suku bunga SBI dan
IHSG memiliki pengaruh
signifikan dengan nilai
0,000 terhadap return
reksadana saham.
9
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Dana Kelolaan terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Menurut Elton dan Gruber (2009) kekayaan reksa dana dapat dinilai dari
besarnya Total Net Assets yang dimiliki. Kekayaan yang dimiliki perusahaan pada
umumnya menunjukkan skala ekonomi suatu perusahaan. Semakin besar skala
ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Besar
kecilnya suatu reksa dana akan mempresentasikan jumlah kapitalisasi pasar reksa
dana. Dalam banyak penelitian yang dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh
ukuran terhadap excess return, mengindikasikan bahwa ukuran yang besar akan
menyebabkan risiko yang dihadapi perusahaan yang lebih kecil dibanding risiko
yang dihadapi perusahaan yang lebih kecil.
Rudiyanto (2015) menyatakan selama ini investor dan manajer investasi
beranggapan bahwa semakin besar jumlah dana kelolaan reksa dana, maka kinerja
reksa dana juga akan cenderung semakin berkurang karena dengan jumlah dana
kelolaan semakin besar, kegiatan pengelolaan menjadi semakin pasif sehingga sulit
untuk menghasilkan return yang tinggi. Dalam mengelola dana, umumnya manajer
investasi menggunakan 2 strategi, yaitu Strategi Investasi Aktif dan Strategi
Investasi Pasif. Strategi investasi pasif adalah strategi Buy and Hold dimana
pengelola dana berinvestasi pada sekelompok saham dengan bobot tertentu yang
dianggap paling optimal dan berusaha mempertahankan komposisi tersebut dengan
transaksi jual beli yang tidak terlalu aktif. Sedangkan strategi investasi aktif adalah
strategi dimana pengelola secara aktif melakukan transaksi jual beli saham atau
dikenal juga dengan istilah Market Timing. Dengan demikian, hipotesis yang dapat
diajukan adalah:
H01: Dana Kelolaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Reksa Dana
Saham big caps.
H11: Dana Kelolaan secara parsial berpengaruh terhadap Return Reksa Dana
Saham big caps.
Pengaruh Risiko terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Risiko merupakan kemungkinan atau potensi terjadinya suatu kerugian.
Apabila risiko tersebut direalisasikan, maka akan menjadi suatu kerugian. Dalam
dunia investasi, terdapat trade-off atau hubungan positif antara risiko dan return.
Jika menginginkan return yang besar, maka akan beriringan dengan risiko yang
besar pula, demikian sebaliknya jika menginginkan return yang rendah maka risiko
yang rendah juga akan mengiringi (Keown 2011). Perubahan kondisi perekonomian
dan politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan khususnya di bidang pasar
uang dan pasar modal merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suku
bunga dari bank, return penerbit instrumen surat berharga dan laba dari perusahaanperusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi return portofolio
reksa dana.
Nurcahya dan Bandi (2010) dan Pradhipta (2015) membuktikan bahwa
variabel kebijakan alokasi aset, pemilihan saham dan tingkat risiko berpengaruh
terhadap kinerja reksadana saham. Pengujian tersebut menghasilkan kesimpulan
berupa tingkat risiko (risk level) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja, semakin tinggi risiko suatu reksa dana maka akan semakin tinggi pula imbal
10
hasil (return) yang diperoleh, sehingga makin baik kinerja suatu reksa dana.
Dengan demikian, hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H02: Risiko secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham
big caps.
H12: Risiko secara parsial berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham big
caps.
Pengaruh Inflasi terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Inflasi yang meningkat membuat investor menuntut return yang lebih tinggi
guna mengompensasi berkurangnya nilai aset yang mereka miliki. Kenaikan laju
inflasi akan menaikkan tingkat suku bunga nominal yaitu sebagai kompensasi dan
penyesuaian dalam perekonomian atas penurunan daya beli karena kenaikan laju
inflasi. Selanjutnya kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan menurunnya
investasi karena tabungan (suplai dana) turun dan karena imbal hasil investasi yang
diharapkan oleh investor naik. Pada akhirnya, menurunnya kegiatan investasi akan
berdampak pada menurunnya return investasi yang diperoleh (Purwanto 2004).
Sedangkan menurut hasil penelitian Hersanto (2003) menyatakan indikasi
signifikan inflasi berpengaruh negatif terhadap return reksa dana saham. Kondisi
inflasi tinggi menyebabkan harga barang meningkat, sehingga jumlah permintaan
turun, penjualan menurun, yang berakibat pada penurunan pendapatan perusahaan.
Kemudian berdampak pada kinerja perusahaan yang tercermin oleh penurunan
harga saham perusahaan dan secara langsung ikut berkontribusi pada penurunan
return reksa dana saham. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan adalah:
H03: Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham
big caps.
H13: Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham big
caps.
Pengaruh IHSG terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai tempat diperdagangkannya
ekuitas yang terdiri dari saham dan obligasi. Baik buruknya kinerja saham dapat
tercermin dari IHSG. Menurut Sunariyah (2011), IHSG adalah suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan sampai tanggal
tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja
suatu saham gabungan di bursa efek.
Menurut Sholihat et al. (2009) Indeks Harga Saham Gabungan merupakan
cerminan dari kondisi bursa efek, karena IHSG merupakan gabungan dari nilai
saham yang tercatat dan diperdagangkan di bursa efek. Kenaikan IHSG
menunjukkan bahwa sebagian besar atau semua saham mengalami kenaikan.
Sebaliknya, penurunan IHSG menunjukkan sebagian besar atau semua saham
sedang mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan IHSG akan
berpengaruh positif terhadap return reksadana saham. Sebaliknya, penurunan IHSG
akan berpengaruh negatif terhadap return reksadana saham. Dengan demikian,
hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H04: IHSG secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham
big caps.
H14: IHSG secara parsial berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham big
caps.
11
Pengaruh BI Rate terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Sujoko (2009) mengungkapkan bahwa tingkat suku bunga memiliki dampak
berantai terhadap kondisi perekonomian secara keseluruhan. Dengan meningkatnya
suku bunga akan menjadi halangan bagi emiten. Hal ini disebabkan beban bunga
kredit perusahaan akan meningkat yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat
laba. Sementara bagi kalangan investor, kenaikan suku bunga akan mendorong
mereka untuk menjual saham dan menginvestasikannya kepada instrumen pasar
uang. Semakin banyak investor yang menjual saham mereka akan berdampak
kepada penurunan nilai saham yang pada akhirnya akan berimbas kepada
penurunan imbal hasil reksa dana saham.
Sedangkan menurut Maulana (2013) BI Rate atau suku bunga SBI
berpengaruh signifikan secara negatif terhadap kinerja reksa dana saham. Pemicu
berkurangnya nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana saham pada jangka pendek
ketika SBI meningkat, disebabkan oleh peningkatan SBI membuat sebagian besar
masyarakat mengalihkan dananya dari reksa dana saham ke instrumen SBI yang
lebih aman, walaupun SBI menggunakan sistem bunga. Hal ini mengindikasikan
bahwa perilaku investasi sebagian besar investor yang masih menjadikan return
sebagai alat ukur investasi. Selain itu, kondisi makro yang membaik dan penurunan
SBI menyebabkan para investor mencari alternatif instrumen investasi yang
menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi namun dengan tingkat risiko
yang terminimalisasi, sehingga berimbas pada industri reksa dana yang ditunjukkan
oleh indeks Jensen reksa dana saham yang cukup signifikan. Dengan demikian,
hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H05: BI Rate secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham
big caps.
H15: BI Rate secara parsial berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham big
caps.
Pengaruh Kurs Dollar terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Permata (2009) yang menemukan bahwa nilai tukar USD tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksa dana pendapatan tetap dan Ulinnuha
(2014) yang menemukan bahwa nilai tukar USD tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai aktiva bersih reksa dana campuran.
Hasil penelitian ini didukung oleh temuan Kurniasih dan Johannes (2015)
menemukan bahwa pengaruh Kurs USD terhadap kinerja reksa dana campuran
tidak signifikan. Hal ini menandakan bahwa naik turunnya Kurs USD tidak
mempengaruhi minat investor menanamkan dananya pada instrumen reksa dana
campuran. Depresiasi Rupiah tidak diikuti perubahan portofolio investasi,
khususnya investasi di rekasadana. Kemungkinan investor reksa dana tidak
mempertimbangkan return dari kurs ketika melakukan investasi pada reksa dana
campuran. Dengan demikian ketika Rupiah mengalami perubahan nilai tukar
khususnya terhadap USD, hal tersebut tidak mempengaruhi investor. Dengan
demikian, hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H06: Kurs Dollar secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Reksa Dana
Saham big caps.
H16: Kurs Dollar secara parsial berpengaruh terhadap Return Reksa Dana Saham
big caps.
12
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Investasi merupakan pengalokasian dana pada saat ini dengan harapan untuk
memeroleh pendapatan dari keuntungan di masa depan. Terdapat tiga pertimbangan
yang melatarbelakangi perlunya melakukan investasi, yakni kebutuhan di masa
depan atau kebutuhan di masa kini yang belum terpenuhi, kedua adanya keinginan
untuk melipatgandakan dan melindungi aset yang dimiliki, dan ketiga karena
adanya faktor investasi yang secara tidak langsung dapat mengurangi daya beli dan
nilai aset.
Investor atau seseorang yang memiliki surplus dana yang tidak terpakai dan
ingin berinvestasi, dapat menentukan dan memutuskan tipe aset keuangan seperti
apa yang dipilih. Salah satunya melalui investasi tidak langsung (indirect
investment), yaitu investor yang tidak memiliki waktu untuk menganalisis pasar
atau kurang memiliki pengetahuan akan investasi dapat mempercayakan
sepenuhnya terhadap dana yang dimiliki ke pasar modal yang kemudian dikelola
oleh Manajer Investasi. Manajer investasi secara profesional mengelola dana yang
dihimpun dari masyarakat khusnya investor untuk kemudian dialokasikan pada aset
keuangan seperti pasar uang atau pasar modal, dengan dibawah pengawasan
Otoritas Jasa Keuangan. Reksa dana menjadi produk investasi yang diterbitkan oleh
manajer investasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana
pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. Reksa dana saham
merupakan reksa dana yang memiliki potensi return yang tinggi juga diiringi
dengan risiko yang tinggi.
Terdapat dua pertimbangan dalam pemilihan suatu produk reksa dana, seperti
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat
dalam organisasi atau perusahaan itu sendiri dan merupakan aspek manajerial yang
mempengaruhi jumlah return investasi yang terdiri dari dana kelolaan dan risiko.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar organisasi
atau lingkungan perusahaan yang mempengaruhi jumlah return reksa dana
diantaranya inflasi, suku bunga, dan indeks harga saham acuan, dan kurs mata uang
domestik terhadap mata uang asing (Zahra 2011). Adapun kerangka pemikiran yang
telah disusun dapat dilihat di Gambar 3 berikut:
13
Investor
Investasi
Reksa Dana Saham
Pertimbangan Pemilihan Reksa Dana
Return Reksa Dana dengan NAB per UP Terbesar
Faktor Eksternal
Faktor Internal
NAB
Risiko
Inflasi
BI
Rate
IHSG
Kurs
Regresi Linier Berganda
Hasil Analisis
Implikasi Manajerial
Gambar 3 Kerangka pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada reksa dana saham, dengan menetapkan kriteria
reksa dana yang dipilih yakni reksa dana saham yang memiliki dana kelolaan
terbesar (big caps) di Indonesia dengan dana kelolaan lebih dari 1 Triliun Rupiah
dan telah beroperasi lebih dari 7 tahun. Penelitian ini dilakukan selama bulan MaretMei 2016 dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BapepamLK,
(sekarang OJK) dan Bursa Efek Indonesia.
14
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang berasal dari hasil publikasi. Berkaitan dengan
penelitian ini data yang diperoleh berupa Nilai Aktiva Bersih masing–masing reksa
dana saham, tingkat risiko reksa dana saham, tingkat inflasi, Indeks Harga Saham
Gabungan, BI Rate dan Kurs Dollar yang diperoleh dari Bank Indonesia, Badan
Pusat Statistik, Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah reksa dana
saham yang masih aktif hingga penelitian berlangsung, berdenominasi Rupiah dan
terdaftar di OJK. Sampel yang digunakan adalah reksa dana saham yang berusia
minimal 7 tahun, NAB per UP rata-rata Rp10.000,00 per Unit Penyertaan dan
memiliki dana kelolaan rata-rata lebih dari 1 triliun Rupiah. Sampel tersebut adalah
Batavia Dana Saham, BNP Paribas Ekuitas, BNP Paribas Pesona, Manulife Dana
Saham, Panin Dana Maksima, Schroder Dana Prestasi, dan Schroder Dana Prestasi
Plus.
Teknik Pengumpulan Data
Dari segi waktu pengumpulan data, data yang digunakan adalah data panel.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Teknik purposive sampling menurut Sugiyono (2010) adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan bersama definisi operasionalnya adalah sebagai
berikut:
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return investasi reksa dana
saham di Indonesia yang dihitung dengan menggunakan rumus return sebagai
berikut:
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘…π‘’π‘˜π‘ π‘Ž π·π‘Žπ‘›π‘Ž =
𝑁𝐴𝐡𝑑 −𝑁𝐴𝐡𝑑−1
𝑁𝐴𝐡𝑑−1
..................................................... (1)
Keterangan:
NABt = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan periode saat ini.
NABt-1 = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan periode sebelumnya.
Frensidy (2007) menjelaskan bahwa return riil adalah return nominal
dikurangi tingkat inflasi, atau yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› 𝑅𝑖𝑖𝑙 = π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘›π‘œπ‘šπ‘–π‘›π‘Žπ‘™ − π‘‡π‘–π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘‘ πΌπ‘›π‘“π‘™π‘Žπ‘ π‘–
........................... (2)
15
Oleh karena itu, perhitungan return yang digunakan dalam penelitian ini adalah
return riil.
2.
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel, yaitu:
a. Dana kelolaan, menurut Rudiyanto (2015) merupakan berapa jumlah dana
yang dikelola oleh suatu reksa dana. Jumlah dana yang dikelola tersebut
mencakup kas, deposito, saham, dan obligasi. Nilai Aktiva Bersih reksa
dana menunjukkan dana yang dikelola oleh manajer investasi pada reksa
dana tersebut. Perhitungan NAB dapat dihitung dengan rumus berikut:
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝑁𝐴𝐡 = π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘Šπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘Ÿ 𝐴𝑠𝑒𝑑 πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘Žπ‘ π‘– − π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘‚π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘–π‘œπ‘›π‘Žπ‘™ (3)
b.
Risiko, merupakan standar deviasi dari total risiko yaitu risiko sistematis
dan risiko non sistematis, yang melekat pada beberapa reksa dana saham
yang dijadikan acuan dalam penelitian ini (Keown 2011). Risiko reksa
dana saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝜎 = √∑𝑛𝑖=1
(π‘₯𝑖 −π‘₯Μ… )2
𝑛−1
........................................................................ (4)
Keterangan:
σ = Standar Deviasi atau simpangan baku
Xi = Realized Return ke-i reksa dana saham i
X = Rata-rata Realized Return reksa dana saham i
n = jumlah Realized Return saham i
c.
d.
e.
f.
Inflasi, merupakan kenaikan harga atau perubahan harga setiap bulannya
dalam bentuk persen.
IHSG, merupakan Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks ini menjadi
acuan penilaian saham atau benchmark pasar modal di Indonesia.
BI Rate, merupakan suku bunga acuan yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia, dalam bentuk persen.
Kurs Dollar, merupakan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar AS
dalam bentuk satuan nominal Rupiah.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda, sehingga diperlukan beberapa data yang nantinya akan digunakan
dalam penelitian, yaitu:
1. Data return, dana kelolaan dan risiko periode 2011 sampai dengan periode
2015 dari 7 reksa dana saham yang akan digunakan sebagai sampel dalam
penelitian. Sumber data return, dana kelolaan dan risiko reksa dana saham
tersebut diperoleh dari www.bapepam.go.id yang merupakan situs dari
Otoritas Jasa Keuangan (sebelumnya bernama Bapepam-LK)
16
2.
Data IHSG di Bursa Efek Indonesia yang kemudian digunakan sebagai tolak
ukur dalam penelitian ini. Data tersebut juga diperoleh dari periode yang sama,
yaitu periode 2011 hingga periode 2015. Data tersebut diperoleh dari situs
Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
3. Data tingkat suku bunga BI Rate bulanan dari periode 2011 hingga periode
2015. Data tersebut diperoleh dari situs Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.
4. Data kurs tengah Dollar terhadap mata uang Rupiah dan Inflasi. Data tersebut
diperoleh dari situs BPS, yaitu www.bps.go.id.
Sebelum berlanjut kepada analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu
dilakukan sejumlah uji asumsi klasik pada variabel yang digunakan, yaitu uji
normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model regresi dan seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, maka sebelumnya dilakukan pengujian
atau analisis awal sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji tentang kenormalan distribusi
data. Pengujian ini digunakan karena pada statistik parametrik harus memenuhi
asumsi data yang diteliti harus normal. Cara untuk mengetahui normalitas
residual adalah melalui uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Jika
hasil pengujian menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov dengan nilai
Asymp.sig (2-tailed) atau probabilitasnya melebihi batas 0,05 maka data yang
diteliti memenuhi asumsi normalitas (Ghozali 2016)
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk melihat apakah ada variabel yang
saling berkorelasi pada variabel independen. Jika variabel independen terjadi
korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas sehingga model regresi tidak
dapat digunakan.
Mengukur multikolinearitas dapat dilihat dari seberapa besar nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dari masing-masing variabel atau nilai toleransi
(Tolerance). Jika nilai VIF < 10 atau nilai toleransi > 0,10 , maka tidak terdapat
multikolineartias, sehingga data tersebut dapat digunakan (Ghozali 2016).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual pengamatan satu ke
pengamatan lain (Ghozali 2016). Apabila varians dari residual pengamatan
satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Pemodelan regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas
dapat diketahui melalui Scatterplot (Gujarati 2003).
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antara
kesalahan pengganggu (error) pada periode t dengan error pada periode t-1
(sebelumnya) dalam model regresi tersebut. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul akibat observasi yang
17
berurutan selama waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul akibat
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya
(Ghozali 2016). Runs-Test digunakan untuk menentukan apakah data residual
cukup random atau tidak.
Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan untuk mencari
adanya hubungan dan pengaruh antara dua variabel independen atau lebih terhadap
satu variabel dependen. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
π‘Œ = π‘Ž + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + 𝑏3 𝑋3 + 𝑏4 𝑋4 + 𝑏5 𝑋5 + 𝑏6 𝑋6 + 𝑒
Keterangan: Y
a
b
X1
X2
X3
X4
X5
X6
e
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
........................... (5)
Return reksa dana saham
konstanta regresi
koefisien regresi
Dana Kelolaan
Risiko
Inflasi
IHSG
BI Rate
Kurs Dollar
error
Uji Hipotesis
Uji hipotesis berguna untuk membantu untuk pengambilan keputusan
terhadap hipotesis yang diajukan, seperti ada atau tidaknya perbedaan perbedaan
atau hubungan dua variabel tersebut cukup meyakinkan untuk ditolak atau tidak
ditolak. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama terhadap satu variabel
dependen (Ghozali 2016). Tujuan pengujian ini untuk mengetahui apakah
variabel independen secara simultan atau bersama-sama memengaruhi variabel
dependen secara signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji F atau F test yaitu
membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel.
2. Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing dari variabel
independen memengaruhi variabel dependen secara individual dengan
signifikan. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen (Ghozali 2016). Pengujian ini dilakukan dengan cara
membandingkan nilai signifikansi t dengan tingkat α (Alpha). Dalam penelitian
ini menggunakan tingkat α sebesar 5%.
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel 7 reksa dana yang terdiri dari reksa dana
saham, yang merupakan reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dan
bersifat terbuka (open-end funds). Reksa dana yang dipilih telah memenuhi kriteria
sebagai sampel penelitian. Objek penelitian ini telah terdaftar di OJK mulai periode
2011 hingga periode 2015.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan pengujian regresi linier berganda, terlebih dahulu perlu
dipenuhinya persyaratan uji asumsi klasik, yakni normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Persyaratan ini harus dipenuhi agar
pemodelan yang nantinya digunakan dapat membentuk sebuah estimasi yang
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Hasil uji asumsi klasik yang telah
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji asumsi klasik
No
Uji
Kriteria
Hasil
Normalitas
Nilai
KolmogorovSmirnov,
dengan
signifikansi
lebih dari 0,05
Nilai Asymp
Sig 0,200 >
0,05
2
Multikolinearitas
Nilai
Tolerance
lebih dari 0,10
dan VIF
kurang dari 10
Nilai
Tolerance >
0,10 dan
VIF < 10
3
Heteroskedastisitas
Uji Scatterplot
Plotting
tersebar
merata
Autokorelasi
Nilai Asymp
Sig.pada Runs
Test, lebih dari
0,05
Nilai Asymp
Sig 0,996 >
0,05
1
4
Sumber: data olahan SPSS (2016)
Keterangan
Data yang
digunakan dalam
penelitian
memenuhi kriteria
terdistribusi normal
(dapat dilihat di
lampiran 1)
Tidak terdapat
gejala
multikolinearitas,
variabel yang
digunakan saling
independen
(dapat dilihat di
lampiran 1).
Tidak terdapat
gejala
heteroskedastisitas
(dapat dilihat di
lampiran 2)
Tidak terdapat
gejala autokorelasi
(dapat dilihat di
lampiran 2)
19
Berdasarkan hasil dari Tabel 3 di atas, data yang digunakan dalam penelitian
telah memenuhi uji asumsi klasik karena data yang digunakan terdistribusi normal,
kemudian homoskedastisitas yang artinya semua residual memiliki varian yang
sama, bebas dari autokorelasi sehingga penarikan kesimpulan menjadi akurat.
Namun terdapat gejala multikolinearitas pada variabel BI Rate dan Kurs Dollar,
sehingga kedua variabel tersebut tidak disertakan dalam analisis regresi lebih lanjut
dan tidak dapat dilakukan uji F, uji t serta pembahasan. Hal ini terjadi karena kedua
variabel tersebut memiliki hubungan yang saling dependen satu sama lain.
Variabel - variabel independen lain bebas dari gejala multikolinearitas atau
saling independen satu sama lain. Kemudian data yang digunakan cukup random
dan error pada data bersifat independen sehingga nilai dari pengaruh variabelvariabel yang diteliti konsisten dan tidak bias. Hasil uji asumsi klasik yang lebih
rinci dapat dilihat pada lampiran 1.
Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Variabel independen berupa Dana Kelolaan, Risiko, Inflasi, dan IHSG dapat
dijelaskan pengaruhnya terhadap return yang ditunjukkan pada Tabel 4:
Tabel 4 Hasil koefisien determinasi
Model Summaryb
Model
1
R
,549a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,302
,209
,04579
R Square
DurbinWatson
2,685
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1, X4
b. Dependent Variable: RETURN
Sumber: data olahan SPSS (2016)
Berdasarkan pada Tabel 4, nilai koefisien korelasi (R) memiliki nilai sebesar
0,549 yang menunjukkan bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara variabel
independen terhadap variabel dependen sebesar 54,9%. Artinya, koefisien Dana
Kelolaan, Risiko, Inflasi, dan IHSG memiliki hubungan yang cukup kuat dengan
variabel Return.
Sedangkan koefisien determinasi memiliki nilai Adjusted R2 sebesar 0,209.
Makna dari angka 0,209 yaitu sebesar 20,9% perubahan-perubahan dalam variabel
Return dapat dijelaskan oleh variabel Dana Kelolaan, Risiko, Inflasi, dan IHSG
Hasil Uji Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui bagaimana dampak dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan. Jika nilai Fhitung > Ftabel,
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dan sebaliknya jika apabila nilai Fhitung < Ftabel,
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil uji F secara simultan dapat dilihat pada
Tabel 5:
20
Tabel 5 Hasil uji hipotesis secara simultan
ANOVAa
Sum of
Model
Df
Mean Square
Squares
1
Regression
,027
4
,007
Residual
,063
30
,002
Total
,090
34
F
3,244
Sig.
,025b
a. Dependent Variable: RETURN
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
Sumber: data olahan SPSS (2016)
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5 diperoleh Fhitung sebesar 3,244
dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%, maka diperoleh nilai Ftabel sebesar
2,42. Sedangkan tingkat signifikansi sebesar 0,025 lebih kecil dari 0,05. Hasil dari
nilai Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik Dana Kelolaan,
Risiko, Inflasi, dan IHSG berpengaruh signifikan secara simultan terhadap return
reksa dana saham big caps pada periode 2011 hingga 2015.
Hasil Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh suatu variabel
independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen. Kriteria
pengambilan keputusan Uji t adalah jika signifikansi < alpha maka H0 ditolak dan
H1 diterima atau probabilitas signifikansi > alpha maka H0 diterima dan H1 ditolak
(Ghozali 2016). Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji
hipotesis parsial dapat dilihat pada Tabel 6:
Tabel 6 Hasil uji hipotesis secara parsial (Uji t)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-,210
,085
X1
-2,277E-17
,000
-,001
X2
,080
,031
,399
X3
-,008
,004
-,358
X4
4,977E-5
,000
,453
t
-2,469
-,009
2,586
-2,015
2,544
Sig.
,019
,993
,015
,053
,016
Sumber: data olahan SPSS (2016)
Berdasarkan hasil kalkulasi statistik dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS v.23, diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
π‘Œ = −0,210 − (2,277𝐸 − 17)𝑋1 + 0,080𝑋2 − 0,008𝑋3 + (4,977𝐸 − 5)𝑋4 + 𝑒
........................................................ (6)
Persamaan regresi di atas memiliki makna:
1. Konstanta (a) sebesar -0,210 bermakna apabila semua variabel independen
sama dengan nol maka return reksa dana saham big caps bernilai sebesar 0,210.
21
2.
Dana Kelolaan (X1) memiliki koefisien regresi dengan arah negatif sebesar 2,277E-17 bermakna apabila dana kelolaan naik sebesar satu satuan, maka
return reksa dana saham big caps turun sebesar -2,277E-17 satuan dengan
asumsi ceteris paribus.
3. Risiko (X2) memiliki koefisien regresi dengan arah positif sebesar 0,080
bermakna apabila risiko naik sebesar satu satuan, maka return reksa dana
saham big caps naik sebesar 0,080 satuan dengan asumsi ceteris paribus.
4. Inflasi (X4) memiliki koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0,008
bermakna apabila inflasi naik sebesar satu satuan, maka return reksa dana
saham big caps turun sebesar -0,008 satuan dengan asumsi ceteris paribus.
5. IHSG (X4) memiliki koefisien regresi dengan arah positif sebesar 4,977E-5
bermakna apabila dana kelolaan naik sebesar satu satuan, maka return reksa
dana saham big caps turun sebesar 4,977E-5 satuan dengan asumsi ceteris
paribus.
Dilihat dari hasil regresi tersebut, dapat dilihat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen penelitian secara parsial sebagai berikut:
Pengaruh Dana Kelolaan (X1) terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah dana kelolaan berpengaruh
terhadap return. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa tingkat signifikansi 0,993 >
0,05. Hal ini berarti bahwa X1 tidak berpengaruh secara parsial terhadap return,
oleh karena itu secara statistik hipotesis H01 diterima dan H11 ditolak.
Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa mendatang. Indikator ini penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi mampu memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang disyaratkan (Tandelilin 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Dana kelolaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Tidak
signifikannya dana kelolaan disebabkan oleh gaya investasi dari manajer investasi
yang menggunakan strategi pasif buy and hold dimana kebijakan ini
mengalokasikan dana pada saham-saham blue chip yang tentunya memerlukan
volume transaksi yang banyak untuk menghasilkan return saham yang besar
sehingga berdampak pada kenaikan dana kelolaan reksa dana saham. Dengan
strategi buy and hold, manajer investasi membeli saham ketika harga saham lebih
rendah dibandingkan kondisi fundamentalnya sehingga ketika terjadi kenaikan
harga saham yang tinggi, dari transaksi penjualan saham tersebut mendapatkan
return yang tinggi pula. Strategi ini memerlukan waktu yang lama dengan volume
transaksi yang lebih besar, sehingga berdampak pada kenaikan return reksa dana
saham tidak setinggi dibanding dengan strategi aktif.
Umumnya semakin besar jumlah dana kelolaan, manajer investasi akan lebih
memilih strategi Buy and Hold dibandingkan Market Timing. Meski demikian,
tidak jarang pula manajer investasi menggabungkan kedua konsep tersebut dengan
komposisi menurut pertimbangan keahlian masing-masing. Hal ini disebabkan
karena jika dana kelolaannya besar, saham yang bisa ditransaksikan juga semakin
terbatas. Umumnya saham yang dipilih adalah saham perusahaan besar (blue chip)
dan ditransaksikan dalam volume yang besar serta likuid. Saham yang tidak likuid,
meskipun berkinerja baik, harganya bisa menurun tajam jika terjadi penjualan
dalam jumlah besar, oleh karena itu hal tersebut dihindari oleh manajer investasi
yang memiliki jumlah dana kelolaan yang besar (Rudiyanto 2015).
22
Hasil ini bertolak belakang dengan temuan Elton dan Gruber (2009) yang
menghasilkan kesimpulan bahwa semakin besar ukuran asset yang dikelola akan
memberikan fleksibilitas, meningkatkan posisi tawar serta memudahkan
terciptanya skala ekonomi yang dapat berdampak pada penurunan biaya sehingga
akan berdampak positif terhadap kinerja dan kenaikan return reksa dana saham.
Temuan ini menunjukkan bahwa besarnya dana kelolaan merupakan indikasi
bahwa tingginya kepercayaan masyarakat pada produk reksa dana saham big caps
tersebut, akan tetapi tingkat kepercayaan tersebut belum tentu memengaruhi return
investasi reksa dana saham big caps secara signifikan. Strategi investasi yang
digunakan oleh manajer investasi dalam menyusun dan mengelola portofolio reksa
dana merupakan faktor yang memengaruhi return reksa dana itu sendiri.
Pengaruh Risiko (X2) terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Hipotesis kedua yang diajukan adalah X2 berpengaruh terhadap return reksa
dana saham. Hasil dari kalkulasi pada Tabel 6 menunjukkan bahwa koefisien B X2
bernilai positif sebesar 0,08 dengan signifikansi 0,015 < 0,05. Hal ini berarti
variabel X2 berpengaruh secara parsial terhadap Return, oleh karena itu secara
statistik hipotesis H02 ditolak dan H12 diterima. Berpengaruhnya faktor risiko
terhadap return karena secara teori, risiko berhubungan positif dengan kinerja
portofolio dalam hal ini reksa dana. Tingkat risiko adalah prospek dari suatu hasil
yang kurang menguntungkan, yang diukur melalui standar deviasi (Keown 2011).
Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurcahya dan Bandi
(2010) dan Pradhipta (2015) yang menyatakan bahwa tingkat risiko berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja reksa dana, semakin tinggi risiko suatu reksa
dana maka akan semakin tinggi pula imbal hasil (return) yang diperoleh, sehingga
makin baik kinerja suatu reksa dana. Sehingga hasil analisis yang dapat diberikan
adalah X2 berpengaruh secara signifikan terhadap return secara parsial. Hal ini
menunjukkan bahwa risiko tidak berdampak pada return investasi reksa dana
saham.
Pengaruh Inflasi (X3) terhadap Return Reksa Dana Saham Big Caps
Hipotesis ketiga yang diajukan adalah Inflasi berpengaruh terhadap return
reksa dana saham. Dilihat dari Tabel 6, hasil kalkulasi menunjukkan koefisien B X3
bernilai negatif sebesar -0,008 dengan signifikansi 0,053 > 0,05. Hal ini berarti
bahwa X3 tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return, oleh karena
itu secara statistik hipotesis H03 diterima dan H13 ditolak. Pengaruh dari tingkat
inflasi sesuai prediksi karena pengelolaan dana kelolaan reksa dana saham big caps
oleh manajer investasi sudah optimal karena return yang dihasilkan dapat melebihi
tingkat inflasi dan tidak terpengaruh efek inflasi.
Temuan ini bertentangan dengan hasil penelitian Hersanto (2003) dan
Purwanto (2004) yang menyatakan indikasi signifikan inflasi berpengaruh negatif
terhadap return reksa dana saham. Hasil analisis yang dapat diberikan adalah inflasi
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return secara parsial. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor inflasi tidak memiliki dampak terhadap return reksa
dana saham big caps.
23
Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (X4) terhadap Return Reksa Dana
Saham Big Caps
Hipotesis keempat yang diajukan adalah IHSG berpengaruh terhadap return
reksa dana saham. Dilihat dari Tabel 6, hasil kalkulasi menunjukkan signifikansi
0,016 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel X4 berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap return, oleh karena itu secara statistik hipotesis H14 diterima dan
H04 ditolak. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pergerakan nilai reksa
dana saham big caps beriringan dengan IHSG sebagai acuannya, karena sebagian
besar saham big caps yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar merupakan
cerminan cari indeks acuan itu sendiri. Mayoritas saham dalam penyusunan
portofolio reksa dana saham big caps teridiri dari saham-saham berkapitalisasi
besar. Indikasi ini ditandai dengan terdapat hubungan yang kuat antara IHSG
dengan return.
Oleh karena itu, penelitian ini senada dengan hasil dari penelitian Sholihat et
al. (2009) menyatakan pengaruh IHSG terhadap tingkat pengembalian reksa dana
saham yaitu adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap return reksa dana
saham. IHSG berpengaruh positif yang berarti jika tingkat IHSG naik maka tingkat
pengembalian reksadana saham pun akan naik. IHSG merupakan variabel
independen yang paling dominan dibandingkan kedua variabel lainnya. Sehingga
hasil analisis yang dapat diberikan adalah IHSG tidak berpengaruh terhadap return
secara parsial.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi strategi yang dilakukan
oleh tim manajemen agar suatu reksa dana saham dapat meningkatkan return
investasi yang diharapkan oleh investor. Berikut ini merupakan langkah-langkah
strategis agar manajer investasi dapat meningkatkan return reksa dana saham:
1. Manajemen harus mempertimbangkan untuk berinvestasi pada portofolio yang
sedikit terimbas fluktuasi pasar atau saham-saham defensif ketika terjadi
penurunan tren harga saham, seperti saham perusahaan farmasi, infrastruktur
dan konsumer dapat menjadi pertimbangan untuk memeroleh portofolio
investasi reksa dana saham yang baik dengan risiko yang minimum, sehingga
dapat memberikan return yang optimal terhadap reksa dana saham.
2. Manajemen hendaknya menyusun strategi investasi aktif berupa strategi
growth investing seraya memanfaatkan market timing yang tepat pada sahamsaham lapis dua yang dapat memberikan return lebih tinggi dalam waktu yang
relatif lebih cepat daripada menggunakan strategi value investing yang
memerlukan waktu lebih lama untuk mendapatkan return yang sangat besar.
Bagi investor yang akan menginvestasikan dananya, hendaknya
memerhatikan beberapa pertimbangan agar mendapatkan hasil yang optimal sesuai
apa yang diinginkan. Adapun beberapa faktor-faktor untuk menjadi bahan
pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:
1. Faktor fundamental berupa menganalisis laporan keuangan, fund fact sheet dan
prospektus dengan menyertakan faktor inflasi sebagai indikator kinerja reksa
dana saham secara riil yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
24
2.
Faktor non fundamental seperti risiko sistematik, kondisi politik, fluktuasi
ekonomi, dan kebijakan pemerintah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka
penelitian ini membuktikan bahwa:
1. Dari faktor-faktor internal hanya faktor risiko yang berpengaruh terhadap
return reksa dana saham big caps.
2. Dari faktor-faktor eksternal, hanya faktor IHSG yang berpengaruh terhadap
return reksa dana saham big caps.
Saran
1.
2.
3.
Manajer Investasi diharapkan lebih mempertimbangkan faktor risiko dan IHSG
dalam proses pengambilan keputusan investasi dan pembentukan portofolio
produk reksa dana saham yang dikelola, sehingga dapat memberikan return
investasi yang maksimal. Lebih lanjut lagi, manajer investasi hendaknya
meningkatkan kinerja dari reksa dana saham dengan kebijakan investasi yang
lebih agresif berupa strategi investasi aktif yaitu strategi market timing dengan
membeli saham-saham lapis dua berfundamental kuat, sehingga dapat
meningkatkan return yang berdampak pada peningkatan jumlah investor. Hal
tersebut juga akan memengaruhi setiap pertimbangan investor dalam
menginvestasikan dananya pada reksa dana saham. Selain itu, manajer
investasi diharapkan mampu meningkatkan profesionalitas serta menjaga
kehati-hatian dalam membentuk portofolio reksa dana saham dari dana yang
dikelolanya.
Investor diharapkan mempertimbangkan faktor risiko dan inflasi yang
berpengaruh terhadap return reksa dana saham Big Caps. Selain itu, investor
juga hendaknya mempertimbangkan faktor internal dan faktor eksternal secara
komprehensif ketika ingin berinvestasi jangka panjang melalui reksa dana
saham big caps. Karena reksa dana saham big caps dibentuk oleh komposisi
portofolio yang terdiri dari saham-saham big caps berfundamental kuat dengan
strategi value investing. Strategi ini cocok untuk investasi jangka panjang yang
tidak mementingkan pertumbuhan return dalam jangka pendek, namun hasil
pertumbuhan return tersebut akan terlihat setelah masa investasi yang sudah
melalui periode yang panjang.
Jumlah pengamatan ditambah menjadi periode triwulanan atau bulanan, agar
dapat lebih mengetahui keadaan return reksa dana saham secara akurat dan
ukuran sampel lebih mendekati populasi. Diharapkan ada penambahan variabel
lain yang diteliti, sehingga dapat lebih menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap return reksa dana saham big caps.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ali K. 2012. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Reksa Dana
Syariah Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tersedia
pada http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57452. Diakses 3 April
2016.
Arifin A. 2007. Membaca Saham: Panduan Dasar Seni Berinvestasi dan Teori
Permainan Saham. Kapan sebaiknya Membeli, Kapan sebaiknya Menjual.
Yogyakarta (ID): ANDI.
[BAPEPAMLK] Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2016.
Pertumbuhan Jumlah Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana [Internet]. [diunduh
2016 April 1]. Dapat diunduh dari www.bapepam.go.id
[BAPEPAMLK] Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2016.
Statistik Pasar Modal [Internet]. [diunduh 2016 April 1]. Dapat diunduh dari
www.bapepam.go.id
[BAPEPAMLK] Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2016.
Reksa Dana Yang Aktif Berdasarkan Manajer Investasi 2006–2015.
[Internet]. [diunduh 2016 April 1]. Dapat diunduh dari www.bapepam.go.id
[BAPEPAMLK] Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 2016.
Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana 2011–2015. [Internet]. [diunduh 2016 April
1]. Dapat diunduh dari www.bapepam.go.id
[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2016. Data IHSG. 2011 - 2015 [Internet]. [diunduh
pada 2016 April 1]. Dapat diunduh dari : www.idx.co.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Inflasi Indonesia 2011 - 2015 [Internet].
[diunduh pada 2016 April 1]. Tersedia pada www.bps.go.id
Darmadji T. dan Fakhrudin HM. 2001. Pasar Modal Indonesia. Jakarta (ID):
Salemba Empat.
Elton EJ, Gruber MJ. (2009). Modern Portfolio Theory & Investments Analysis.
New York (US): John Wiley & Sons.
Frensidy B. 2007. Alternatif Pengukuran Return Dan Manfaatnya. Manajemen dan
Usahawan Indonesia Oktober 2007.
Ghozali I. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang
(ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. 4th Edition. New York (US):
McGraw-Hill.
Halim A. 2005. Analisis Investasi Edisi Kedua. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Hartono J. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan.
Yogyakarta (ID): BPFE.
Hersanto P. 2003. Analisis Kondisi Perekonomian dan Kondisi Perusahaan
terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Dasar dan
Kimia di Bursa Efek Jakarta) [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Husnan S. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta
(ID): UPP AMP YKPN.
[Infovesta] Infovesta. 2016a. Data NAB per UP Reksa Dana Saham. 2011 - 2015
[Internet]. [diunduh pada 2016 April 6]. Dapat diunduh dari :
www.infovesta.co.id.
26
[Infovesta] Infovesta. 2016b. Data Indeks Reksa Dana Saham. 2011 - 2015
[Internet]. [diunduh pada 2016 April 6]. Dapat diunduh dari :
www.infovesta.co.id.
Keown AJ. 2011. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Jakarta (ID):
Penerbit Indeks.
Kurniasih A, Johannes L. 2015. Analisis Variabel Makroekonomi terhadap Kinerja
Reksadana Campuran. Jurnal Manajemen [internet]. [diunduh pada 2016
April 8], 19 (1): 136-151. Tersedia pada: digilib.mercubuana.ac.id/manager/
n!@file_skripsi/ Isi4856188198523.pdf
Martalena, Malinda M. 2011. Pengantar Pasar Modal Edisi Pertama. Yogyakarta
(ID): Andi.
Maulana A. 2013. Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Terhadap Kinerja
Reksa Dana Saham di Indonesia Periode 2004- 2012. Jurnal Ilmu Manajemen
[internet]. [diunduh 2016 April 15] 1 (3): 970-984.
Nurcahya, Bandi. 2010. Reksa Dana di Indonesia: Analisis Kebijakan Alokasi Aset,
Pemilihan Saham, dan Tingkat Risiko. Jurnal Simposium Nasional Akuntans
XIII [internet]. [diunduh 2016 April 5], 13: 1-21. Tersedia pada:
asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/AKPM_24.pdf.
Permata R. 2009. Analisis Pengaruh Indeks Obligasi, Suku Bunga SBI, Inflasi,
Nilai Kurs USD dan Harga Minyak Bumi terhadap Kinerja Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Pendapatan Tetap [tesis]. Yogyakarta (ID): Program Pasca
Sarjana UGM.
Pradhipta A. 2015. Pengaruh Alokasi Aset, Tingkat Risiko dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) terhadap Kinerja Reksadana Saham yang terdaftar
di BAPEPAM-LK [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri
Yogyakarta.
Purwanto A. 2004 Agustus 18. Pengaruh Inflasi terhadap Iklim Investasi. Suara
Pembaruan.
Rudiyanto. 2015. Sukses Finansial dengan Reksa Dana. Jakarta (ID): Gramedia.
Samsul M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta (ID): Erlangga.
Sholihat F, AR Dzulkirom, Topowijono. 2015. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia & Indeks Harga Saham Gabungan Terhadap
Tingkat Pengembalian Reksadana Saham (Studi pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2011 - 2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) [internet]. [diunduh
2016 April 4], 21 (1): 1-7.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung (ID):
Penerbit Alfabeta.
Sujoko. 2009. Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG dan
Dana Kelolaan terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham. DIE – Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Manajemen 5 (2): 133-166.
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta (ID): UPP
STIM YKPN.
Tandelilin E. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Ulinnuha A. 2014. Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Nilai Tukar Rupiah
dan Serifikat Bank Indonesia terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana
Campuran pada PT Manulife Asset Manajemen Indonesia [skripsi]. Jember
(ID): Universitas Jember.
27
Utami ML, Dharmastuti CF. 2014 Faktor Eksternal dan Internal yang
Mempengaruhi Return Investasi Produk Reksa Dana Campuran di Indonesia
[Internet].
[diunduh
2016
April
3].
Tersedia
pada:
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=196951
UU Pasar Modal. 1995. UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 Ayat 27.
Jakarta.
Widoatmodjo S. 2009. Pasar Modal Indonesia Pengantar & Studi Kasus. Jakarta
(ID): Ghalia Indonesia.
Zahra P. 2011. Appraising the Effect of Internal and External Organization Factors
on Investment Mutual Funds’ Return In Iran. International Journal of
Finance, Accounting, and Economics Studies Vol.1/No.1/Winter 2011:123133.
LAMPIRAN
31
Lampiran 1 Hasil uji asumsi klasik
Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal
35
Parametersa,b
Mean
,0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
,04301479
Absolute
,114
Positive
,114
Negative
-,109
Test Statistic
,114
,200c,d
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Uji multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
NAV
,980
1,021
RISK
,976
1,024
INFLASI
,738
1,355
IHSG
,733
1,364
32
Lanjutan Lampiran 1
Uji heteroskedastisitas
Uji autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea
-,00050
Cases < Test Value
17
Cases >= Test Value
18
Total Cases
35
Number of Runs
19
Z
,005
Asymp. Sig. (2-tailed)
,996
a. Median
33
Lampiran 2 Hasil uji koefisien determinasi, uji f dan uji t
Uji koefisien determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
,549a
1
Adjusted R Square
,302
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
,209
,04579
2,685
a. Predictors: (Constant), IHSG, NAV, RISK, INFLASI
b. Dependent Variable: RETURN
Uji f
ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Regression
,027
4
,007
Residual
,063
30
,002
Total
,090
34
Sig.
3,244
,025b
a. Dependent Variable: RETURN
b. Predictors: (Constant), IHSG, NAV, RISK, INFLASI
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
Std. Error
-,210
,085
NAV
-2,277E-17
,000
RISK
,080
INFLASI
IHSG
Collinearity Statistics
t
Sig.
Beta
Tolerance
VIF
-2,469
,019
-,001
-,009
,993
,980
1,021
,031
,399
2,586
,015
,976
1,024
-,008
,004
-,358
-2,015
,053
,738
1,355
4,977E-5
,000
,453
2,544
,016
,733
1,364
a. Dependent Variable: RETURN
34
Lampiran 3 Glosarium
Buy and Hold
Metode investasi yang digunakan investor dalam berinvestasi kemudian
mendiamkannya dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa terlalu peduli adanya
kenaikan atau penurunan harga di pasar dengan asumsi investasi dalam jangka
panjang akan menguntungkan.
Growth Investing
Gaya investasi yang difokuskan pada pertumbuhan modal investor. Mereka yang
mengikuti pertumbuhan biasanya berinvestasi di saham yang sedang bertumbuh
atau perusahaan yang pendapatannya diperkirakan akan tumbuh pada tingkat atas
rata-rata dibandingkan dengan industri atau pasar secara keseluruhan.
Market Timing
Aksi bergerak masuk dan keluar dari pasar atau beralih kepada kelas aset lain
berdasarkan penggunaan alat prediksi seperti indikator teknis atau data ekonomi.
Karena sangat sulit untuk memprediksi arah pasar di masa depan, investor yang
mencoba teknik ini khususnya investor reksa dana, cenderung underperform atau
tidak mendapat return yang optimal.
Reksa dana saham Big Caps
Reksa dana saham big caps adalah reksa dana yang dibentuk dari kumpulan sahamsaham berfundamental baik dan umumnya berkapitalisasi besar. Reksa dana saham
big caps umumnya berkinerja baik dan konsisten melampaui kinerja indeks yang
menjadi acuannya
Value Investing
Strategi investasi dimana saham yang dipilih memiliki nilai saham yang kurang dari
nilai intrinsik mereka. Value investor aktif mencari saham dan mereka percaya
pasar telah undervalued atau murah. Investor yang menggunakan strategi ini
percaya bahwa pasar bereaksi berlebihan terhadap berita baik dan buruk, sehingga
pergerakan harga saham yang tidak sesuai dengan fundamental jangka panjang
perusahaan. Hal ini memberi kesempatan untuk mendapatkan keuntungan saat
harga turun drastis.
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Majalengka pada tanggal 8 Mei 19.. dan merupakan
anak kedua dari pasangan H. Sukar Said dan Hj. Heny Soeganda. Penulis lulus
pendidikan dasar pada tahun 2003 di SD Negeri 1 Panawuan, pendidikan tingkat
menengah pertama tahun 2006 di SMP Negeri 1 Cilimus dan tingkat menengah atas
pada tahun 2009 di SMA Negeri 1 Kuningan. Pada tahun 2012 penulis lulus dari
program Diploma III Manajemen Keuangan, Kementerian Perindustrian RI
Akademi Pimpinan Perusahaan, Jakarta. Penulis pernah bekerja di PT. Jagaraga,
Kuningan. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2014 di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB.
Selama kuliah di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB, penulis aktif
di organisasi Executive Of Management sebagai staf Divisi Pengembangan Bisnis
dan Ekonomi periode 2015-2016. Penulis juga aktif sebagai penanggung jawab
beberapa mata kuliah, aktif sebagai panitia di beberapa kepanitiaan dan komunitas
ekstra kampus.
Download