III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Sementara itu, Debertin (1986) menyatakan bahwa kejadian berisiko adalah kejadian dimana peluang dan hasil dari kejadian tersebut dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Risiko dapat pula diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Basyib (2007), risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Ada tiga unsur penting dari suatu kegiatan yang dianggap masih sebagai risiko: 1) merupakan suatu kejadian, 2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, dan 3) jika terjadi, maka akan menimbulkan kerugian (Kountur 2004). Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar antara risiko dan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987), risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluang dari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Djohanputro (2006) menyatakan risiko sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Menurut Kountur (2004) ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. 21 Darmawi (2008) menyimpulkan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian. Dan ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Dalam memilih strategi yang akan diterapkan, perusahaan akan memilih strategi yang dapat meminimalkan risiko yang dihadapinya. Namun hal ini mengandung ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para pemegang kepentingan perusahaan. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni risk averse, risk neutral, dan risk preferer (Debertin 1986). Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 4 Risk Averse Risk Preferer Expected Income Expected Income Income Variance Income Variance Expected Income Risk Neutral Income Variance Gambar 4. Hubungan antara Expected Income dan Income Variance Sumber : Debertin, 1986 22 Gambar 3 menunjukkan hubungan antara expected income dan income variance. Expected income merupakan ukuran tingkat kepuasan para pembuat keputusan, sedangakan income variance merupakan ukuran tingkat risiko. Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Risk Averse merupakan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. sikap ini mrnunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (income variance) merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan dengan menaikkan expected income. 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral), yaitu perilaku individu yang apabila terjadi kenaikan income variance (ukuran tingkat risiko) tidak akan diimbangi dengan menaikkan expected income. Artinya, jika income variance semakin tinggi, maka expected income akan tetap. 3. Risk Preferer merupakan perilaku individu yang bersedia mengambil risiko. sikap ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan bersedia menerima expexted income lebih rendah. Risk preferer cenderung menganggap risiko sebagai sesuatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan. 3.2 Klasifikasi Risiko Dalam bidang agribisnis, ada beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain (Harwood et al 1999) : 1) Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input dan output yang dihasilkan oleh perusahaan.. 2) Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan keadaan alam, seperti curah hujan yang berubah secara tidak menentu, perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan, serta serangan hama dan gulma. 23 3) Risiko institusional, yaitu risiko yang terjadi akibat adanya perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga, kebijakan penggunaan bahan kimia, maupun kebijakan ekspor dan impor. 4) Risiko sumberdaya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data, kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. 5) Risiko finansial, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang finansial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun perubahan UMR (Upah Minimum Regional). Selain itu, menurut Kountur (2004), risiko dapat dikelompokan berdasarkan beberapa sudut pandang diantaranya: 1) risiko dari sudut pandang penyebab, 2) risiko dari sudut pandang akibat, dan 3) risiko dari sudut pandang aktivitas. Risiko dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional. Sedangkan risiko berdasarkan sudut pandang akibat terdiri: a) risiko murni versus risiko spekulatif, b) risiko statis versus risiko dinamis, dan c) risiko subjektif dan risiko objektif. 3.3 Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Kountur 2004). Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menempatkan berbagai permasalahan yang ada 24 dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis (Fahmi 2010). Selain itu, menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard dalam Soehatman Ramli (2010) menyebutkan bahwa manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya dan mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadapi risiko tersebut maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah, membuat kemungkinan terjadinya sekecil mungkin. Selain mencegah kerugian, akibat dari kerugian itu harus dikurangi, pengurangan kerugian akibat risiko dilakukan terutama jika konsekuensi dari risiko tersebut besar. Selain itu, alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dapat dilakukan dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Dalam hal ini, Ciapus Bromel melakukan penanganan risiko dengan cara diversifikasi. Sedangkan menurut Darmawi (2005), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan mengurangi kerugian atau akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian. Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu 25 fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Dengan demikian ditambahkan lagi satu fungsi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Tujuan dari diterapkannya manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko sehingga organisasi dapat bertahan atau dapat mengoptimalkan risiko (Hanafi 2009). Selanjutnya Kountur dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut yang pada akhirnya akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang selanjutnya akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat sehingga dapat meminimalkan segala kemungkinan kerugian. Lalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan dalam perusahaan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5. Identifikasi Risiko Evaluasi Pengukuran Risiko Penaganan Risiko Gambar 5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur, 2004 26 3.4 Pemetaan Risiko Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Peta risiko pada umumnya disusun berdasarkan ukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dari suatu risiko dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko tersebut, dapat dilihat pada Gambar 6. Probabilitas (%) Sangat Besar Besar Kuadran II Kuadran I Kuadran IV Kuadran III Normal Kecil Sangat Kecil Kecil Normal Besar Sangat Besar Dampak (Rp) Gambar 6. Peta Risiko Sumber : Kountur, 2008 3.5 Penanganan Risiko Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi manajemen risiko yang tepat untuk risiko tersebut. Secara garis besar, terdapat dua jenis strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko, antara lain: 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (1) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, (2) mengembangkan sumberdaya manusia, dan (3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. 27 Strategi preventif dapat mengantisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser pada kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur 2008). 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah: a) Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b) Penggabungan Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain, contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi. c) Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah suatu cara dimana aset digunakan namun aset tersebut dimiliki oleh pihak lain, sehingga jika 28 terjadi sesuatu dan lain hal pada aset tersebut maka pemilik aset tersebutlah yang akan menanggung kerugian yang terjadi, sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Outsourcing merupakan suatu cara dimana suatu pekerjaan diberikan pada pihak lain sehingga jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut ditanggung oleh pihak yang melakukan usaha tersebut. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan dan pembelian. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar dapat bergerak ke kuadran yang memiliki dampak risiko kecil dengan menggunakan strategi mitigasi risiko. Strategi ini akan mengantisipasi risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 2 dan risiko yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4. 3.6 Kerangka Pemikiran Operasional Ciapus Bromel mengusahakan tanaman hias bromelia diatas lahan dengan luas ± 1 ha sejak tahun 2006. Tanaman hias bromelia yang dibudidayakan terdiri dari 5 jenis antara lain neogerelia, aechmea, tillandsia, vrisea dan guzmania. Komoditi unggulan pada perusahaan ini adalah neogerelia, karena komoditi ini lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya. Perusahaan melakukan budidaya bromelia secara vegetatif dengan tujuan dapat memenuhi permintaan konsumen. Namun kegiatan tersebut dirasakan perusahaan menimbulkan risiko. Budidaya bromelia yang dilakukan oleh Ciapus Bromel terjadi fluktuasi dalam segi keberhasilan produksi. Hal ini mengindikasikan bahwa Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya memiliki risiko yaitu risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan disebabkan oleh intensitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit, serta kerusakan mekanis. Risiko produksi berpengaruh terhadap penurunan keberhasilan produksi yang berdampak pula pada penerimaan perusahaan. Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran mengenai manajemen risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam mengendalikan terjadinya risiko produksi. Analisis risiko pertama yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang 29 dihadapi oleh Ciapus Bromel. Analisis dilanjutkan dengan analisis tingkat dan dampak sumber risiko produksi yang kemudian dipetakan ke dalam peta risiko, sehingga dapat diketahui seberapa krusial sumber risiko produksi pada Ciapus Bromel. Pengukuran probabilitas dan dampak risiko dilakukan dengan menggunakan metode aproksimitas yang berdasarkan pada pendapat atau perkiraan para ahli atau yang lebih dikenal dengan metode expert opinion. Selain itu dilakukan pula perhitungan tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode tersebut, selanjutnya akan diketahui posisi atau nilai status risiko bagi tiap sumber-sumber risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya, dipetakan ke dalam peta risiko dan kemudian ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di Ciapus Bromel. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 7. 30 Ciapus Bromel • Budidaya secara vegetatif • Variasi keberhasilan produksi Risiko Produksi • Hama • Penyakit • Intensitas Cahaya Matahari • Kesalahan Mekanis Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Identifikasi Probabilitas dan Dampak Risiko • Metode Expert Opinion • Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation Strategi manajemen risiko perusahaan Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel 31