MERANGSANG PEMBUNGAAN DAN PEMBUANGAN TUNAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS NANAS (Ananas comosus (L) Merr) FERRY EZRA T. SITEPU, SP Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki wilayah dataran tinggi dan rendah sehingga dapat menghasilkan berbagai jenis buah tropika. Dengan kondisi iklim demikian, buah nanas merupakan salah satu jenis buah tropika yang dapat dikembangkan dengan baik di Indonesia. Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai manfaat ganda, baik sebagai makanan segar, bahan industri makanan, bahan tekstil maupun sebagai bahan pakan ternak, selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, produksi nenas Indonesia sudah mulai memasuki pasaran internasional. Namun nilai eksport nanas segar Indonesia masih mengalami fluktuasi, sejalan dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi khususnya teknologi pangan , berbagai upaya dilakukan untuk memperpanjang daya tahan buah nenas. Salah satu hasil nyata adalah buah nenas ataupun sari buah nenas dalam kaleng. Didalam negeri pada tahun 1992 beberapa pabrik pengolahan nanas masih kekurangan bahan baku, sehingga poerlu peningkatan produksi. Kekurangan bahan baku bukan hanya karena produksi rendah, tetapi tidak tercapainya standart mutu / kualitas nanas untuk bahan baku pabrik terutama pabrik buah kaleng. Untuk memperoleh buah nanas yang berkualitas baik terutama dalam rasa dapat dilakukan dengan pembuangan tunas mahkota. Perumusan Masalah Pembungaan merupakan awal dari proses terjadinya buah. Pada kondisi alami keluarnya bunga nanas tidak seragam, sehingga menyebabkan buah yang dihasilkan tidak seragam dalam pemanenan. Hal ini dapat mengakibatkan produksi serta kualitas buah nanas yang dihasilkan menurun. Tujuan 1. 2. Tulisan ini bertujuan untuk: Mengetahui cara merangsang pembungaan pada tanaman nanas. Mengetahui cara dan waktu pembuangan tunas tanaman nanas. Kegunaan Tulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi pekebun nanas sehingga produksi dari tanaman nanas meningkatdan kualitas buah yang dihasilkan juga baik. 2003 Digitized by USU digital library 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nanas Secara sistematis klasifikasi tanaman nanas adalah sebagai berikut: Divisio Sub Divisio Class Ordo Famili Genus Species : : : : : : : Spermatophyta Angiospermae Monocotyledoneae Ferinosae (Bromeliales) Bromeliaceae Ananas Ananas comosus (L) Merr (Rukmana, 1995) Nanas tergolong family Bromeliaceae yang bersifat teresnal (tumbuh ditanah dengan menggunakan akarnya). Padahal sekitar 850 species dari family Bromeliaceae hidup epifit dan baru nanas yang cukup dikenal memiliki nilai ekonomi tinggi. Nanas merupakan tanaman herba yang dapat hidup dalam berbagai musim (perenial). Tanaman ini dapat digolongkan kedalam kelas monokotil yang bersifat tanaman yang mempun yai rangkaian bunga dan buah yang terdapat pada ujung batang. Tumbuhnya meluas dengan menggunakan tunas samping yang berkembang menjadi cabang-cabang vegetatif. Pada cabang tersebut kelak dihasilkan buah (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Bagian-bagian nanas antara lain daun, batang, mahkota, tunas, tangkai buab, tunas yang muncul dari ketiak daun dibatang (shoot), tunas yang muncul dari batang dibawah permukaan (secker) dan akar (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Munculnya daun nanas yang baru rata-rata satu dalam satu minggu. Pada mulannya pertumbuhan daun lambat, setelah beberapa lama menjadi cepat. Pada fase pertumbuhan vegetatif, panjang daun terus meningkat sampai mencapai maksimum sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Daun tumbuh dari batang dengan susunanm spiral, menuju keatas dengan arah putaran kekanan atau kekiri. Daun nanas tidak bertangkai liat dan tidak mempunyai tulang daun utama . Bentuk daun seperti talang dan memanjang seperti pedang. Ujung daun memanjang dan meruncing . Dengan bentuk seperti ini daun nanas dapat menyalurkan air embun dan gerimis. Lalu menampungnya dipangkal daun. Lebar daun dapat mencapai 6 cm dan panjangnya mencapai 90 cm, tergantung varietasnya. Daun terpanjang biasanya terletak agak sedikit ke atas bagian dari tengah batang. Ujung daun memanjang dan runcing, permukaan atas daun berwarna hijau tua, merah tua, bergaris atau cokelat kemerahan, tergantung pada varietasnya, sedangkan permukaan bagian bawah daun berwarna keperakan karena adanya trikomadalam jumlah yang besar (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Batang pendek tertutup oleh daun-daun dan akarnya. Batang berbentuk gada panjangnya kira-kira 20-30 cm. Diameter bagian bawah berkisar 2-3,5 cm, dibagian atas antara 5,5-6,5 cm dan dibagian atas kecil. Batang beruas pendek yang telihat bila daun-daun dilepas. Panjang ruas bervariasi antara 1-10 mm. Ruas yang paling tengah terletak dibagian tengah (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Sebelum berbunga, bahan makanan disimpan dalam batang ini, yang kemudian diangkut kebuah. Adakalanya pada batang tumbuh pula tunas samping, dan tunas samping ini akan tumbuh menjadi cabang. Cabang ini dapat digunakan sebagai bahan makanan. Semua tunas yang tumbuh dari dalam tanah atau tunas anakan (rotone) yang tumbuh pada batang (secker) dan tunas yang tumbuh diatas buah atau mahkota dapat digunakan untuk bibit (Ashari, 1995). 2003 Digitized by USU digital library 3 Akar nanas juga dibedakan menjadi akar buah dan akar samping dengan sistem perakaran yang dangkal dan terbatas. Kedalam perakaran pada media tumbuh yang baiktidak lebih dari 50 cm, sedangkan ditanah biasanya jarang mencapai 30 cm. Akar tumbuh dari buku batang kemudian masuk keruang antara dengan daun. Bentuk akar menjadi lebih pipih dan melingkar (melilit batang) karena akar dalam keadaan terjepit. Akar-akar cabang tumbuh setelah akar adventif dapat keluar dari ruang antara batang dan daun (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada batang bagian ujungnya. Bunga bersifat hermaprodit berjumlah 100 – 200, masing-masing berkedudukan diketiak daun pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari berjumlah sekitar 5-10 kuntum. Pertumbuhan dimulai dari dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari tanam sampai berbentuk bunga sekitar 6-16 bulan (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Buah merupakan buah majemuk yang terbentuk dari gabungan 100-200 bunga. Buah majemuk umumnya membentuk sebuah gada besar, bulat panjang atau bulat telur. Bekas putik bunga menjadi mata buah nenas seperti yang dikenal selama ini. Ukuran, bentuk, rasa dan warna buah nenas sangat beragam tergantung varietasnya (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Pada umumnya suatu pohon nanas hanya menghasilkan satu buah pada satu masa masa panen. Apabila buah telah dipetik maka tanaman masih akan dapat berbuah lagi tetapi buah tidak akan muncul lagi pada pokok tanaman semula. Buah pada periode berikutnya akan muncul muncul pada tanaman baru yang merupakan anakan atau cabang tanaman yang sudah tumbuh dewasa (Haryanto dan Hendarto,1996). Syarat Tumbuh Iklim Daerah penyebaran nanas di dunia ialah antara 300 LU dan 300 LS khatulistiwa. Tanaman nanas memerlukan beberapa persyarataniklim yang harus dipenuhi agar dapat tumbuh baik. Faktor iklim ini mencakup curah hujan, ketinggian, kelembapan, suhu, dan cahaya matahari (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Daerah-daerah dengan curah hujan tahunan antara 600-2540 mm merupakan daerah yang cocok untuk ditanami nanas. Curah hujan optimujm untuk pertumbuhan nenas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Pada daerah kering nenas masih dapat tumbuh karena struktur dan bentuk daunnya yang dapat mengurangi kehilangan air embun dan gerimis kearah pangkal daun. Selain itu terdapatnya trikoma serta lapisan hipodermis dapat mengurangi kehilangan air melalui stomata. Walaupun demikian daerah kering tanahnya tidak boleh lebih dari 150 cm dibawah permukaan tanah (lisdiana dan Soemadi, 1997). Daerah dengan curah hujan tinggi memiliki kelembapan udara dan keawanan tinggi, demikian pula halnya dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang berlebihan pada awal pembungaan dapat menghemat pertumbuhan buah dan menghasilkan daun yang berlebihan. Sedangkan kelembapan yang berlebihan pada saat pembungaan akan menurunkan mutu dan menghasilkan buah berempulur besar (Lisdiana dan Soemadi, 1997). 2003 Digitized by USU digital library 4 Nanas tumbuh pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 100-200 meter diatas permukaan laut. Di daerah dataran tinggi tanaman ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1200 m dpl. Nanas yang ditanam di daerah dataran tinggi baik pertumbuhannya dan rasa buahnya menjadi asam (lisdiana dan Soemadi, 1997). Tananam nanas dapat tumbuh pada kisaran suhu antara 23-320 C, dengan suhu optimum antara 29-320 C. Tanaman yang tumbuh pada suhu yang lebih rendah memiliki daun yang lebih kecil dan berwarna hijau pucat laju pertumbuhan menjadi lambat (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Faktor lain dari iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman nanas adalah cahaya matahari. Tanaman tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya matahari 50 % dapat menekan pertumbuhamn tanaman dan pengurangan cahaya matahari sebanyak 20 % mengakibatkan penurunan hasil sebesar 10 %(Lisdiana dan Soemadi, 1997). Tanah Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, jenis tanah yang paling ideal untuk berkebun nanas adalah tanah yang mengandung pasir, keadaanya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik. Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lahan adalah tanahnya tidak mudah becek (menggenang), aerasinya baik dan kandungan kapurnya rendah. Tanah yang banyak mengandung kapur dapat menyebabkan tanaman nenas tumbuh kerdil dan klorosis. Sebaliknya tanah yang masam (pH 4,5 atau lebih rendah) sering terjadi penurunan unsur fospfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan molibdenum dengan cepat (Rukmana, 1996). Tanaman yang paling cocok untuk tanaman nanas adalah tanah dengan drainase yang baik serta mengandung humus. Hal ini karena nenas memiliki perakaran yang sedikit, dangkal dan peka terhadap penggenangan. Penggenangan dapat menghambat pertukaran akibat laju transpirasi nanas rendah (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Tanah tersebut adalah tanah yang banyak mengandung pasir dan cukup bahan organik. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah berpasir di Australia, tanah pasir kwarsa di Africa Selatan, tanah liat kemerahan di Hawai, dan tanah gambut di Malaysia. Di Indonesia, nanas banyak diusahakan ditanah liat berpasir dikaki gunung salah, Bogor. Di Sumatera Selatan nenas ditanam pada jenis tanah liat kemerahan dan tanah gambut (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Pada lahan kurang subur nanas juga dapat tumbuh baik asalkan kebutuhan zat haranya dapat dipenuhi dari pupuk buatan. Tanah berpasir yang bahan organiknya tinggi merupakan media yang paling disenangi. Pada tanah yang datar dan agak liat, diperlukan adanya saluran pembuangan air yang baik dan lancar. Meskipun senang pada lahan basah, tanaman nanas tidak tahan terhadap air yang tergenang dan air yang berlebihan. Dengan demikian sebaiknya penanaman dilakukan pada tanah yang agak miring. Pada lahan yang memenuhi persyaratan untuk pertumbuhannya, tanaman nenas akan berkembang dengan baik. Komndisi ini dapat dilihat dari keadaan fisik daun yang tampak segar dan berwarna hijau serta perumbuhan buah nanas yang sempurna. Terjadinya perubahan warna daun akan menjadi pertanda bahwa ada suatu hal yang merintangi atau menghambat hidupnya (Handoko, 1992). pH tanah yang cocok untuk pertumbuhan nanas mempunyai kisaran yang cukup lebar yakni antara 3,3-7,9. Derajat kemasaman optimum sekitar 4,5-6,2. 2003 Digitized by USU digital library 5 Nanas cukup toleran terhadap pH rendah (tanah masam), sehingga tersebut masih mampu tumbuh subur dan berbuah baik (Lisdiana dan Soemadi, 1997). MERANGSANG PEMBUNGAAN DAN PEMBUANGAN TUNAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS NANAS Merangsang Pembungaan Nanas Tanaman nanas yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sehat akan memiliki daun sempurna melebihi 35 helai pada umur sekitar 12 bulan setelah tanam. Pada masa ini tanaman telah siap untuk memasuki tahap generatif. Dalam kondisi alami ramp[ak bunga atau saat keluarnya bunga nanas biasanya tidak seraga. Oleh karena itu dilakukan kegiatan merangsang pembungaan nanas supaya bunga keluar serempak. Kegiatan merangsang pembungaan tanaman nanas biasa dilakukan dengan pemberian kalsium karbit atau yang lebih dikenal dengan karbit saja. selain itu dapat juga digunakan hormon etilen. Pengkarbitan sebaiknya tidak dilakukan pada siang hari atau dibawah terik matahari karena tidak efektif. Tindakan pemberian karbit memerlukan bantuan air atau embun yang terdapat pada tanaman sehingga dapat bereaksi mengeluarkan gas etilen yang dapat merangsang pembungaan nanas. Waktu yang tepat untuk melakukan pengkarbitan yaitu tengah malam atau pagi hari sebelum matahari terbit dimana embun masih terdapat di tanaman. Ada dua cara pengkarbitan yang umum dilakukan yaitu dengan biji atau bubuk karbit serta dengan larutan karbit. 1) Penggunaan biji atau bubuk karbit. Batu karbit dihancurkan sehingga membentuk butiran-butiran kecil seberat kira-kira 1-2 mg. Sekitar 0,5 g karbit lalu dimasukkan kebagian tengah (hati) tanaman neneas yang berembun. Selain tidak dianjurkan penggunaannya saat siang hari atau saat matahari terik, aplikasi biji karbit juga tidak dianjurkan apabila kondisi cuaca pada malam hari berangin, sehingga sulit untuk menempatkan biji karbit tepat pada bagian hati nenas. 2) Penggunaan larutan karbit Biji atau bubuk karbit dilarutkan dengan air sehingga membentuk larutan. Konsentrasi larutan karbit yang digunakan 0,5 sampai 1 %. Pembuatan larutan jangan dengan cara diaduk. Biarkan karbit larut dengan sendirinya dalam air. Larutan sebaiknya dibuat pada wadah yang terbuat dari plastik atau kayu supaya penguapan gas etilen diperlambat larutan ini siap digunakan apabila gelembung udara yang terbentuk hampir habis. Larutan yang sudah siap harus secepatnya digunakan. Bagian hati setiap tanaman disirami dengan 50 cc larutan karbit. Untuk mempermudah dan mempercepat pemberiaan larutan bisa digunakan cerek plastik. Pada nenas bali pemberiaan 50 cc larutan karbit dengan konsentrasi 0,6 sampai 0,8 % pertanaman menghasilkan rampak bunga (lebih dari 88% tanaman sudah berbunga) 7 minggu setelah aplikasi. Penggunaan hormon tumbuhan ethrel juga dapat merangsang pembuangan tanaman nenas. Pada nenas bali penggunaan 50 cc larutan ethrel dengan konsentrasi 600 sampai 1000 ppm (part per million) menghasilkan rampak bunga yang lebih cepat dibanding aplikasi dengan larutan karbit, yaitu sekitar 5 minggu setelah aplikasi. Namun demikian, buah yang dihasilkan relatif lebih kecil dibandingkan dengan aplikasi larutan karbit. 2003 Digitized by USU digital library 6 Pembuangan Tunas Didaerah tropis, nenas dapat menyebar dengan cepat karena toleransinya terhadap kekeringan sangat tinggi. Walaupun sudah berminggu-minggu dalam perjalanan tetapi tunas (carang) dan mahkotanya masih dapt digunakan sebagai bahan bibit (Ochse, et al, 1970). Pada tanaman nanas dikenal tiga macam tunas yaitu : tangkai bunga (slip), tunas yang muncul dari ketiak daun dibatang (shoot), dan tunas tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman atau bila di tanam, slip atau shoot yang telah dewasa tidak akan bertambah panjang dan yang bertambah panjang adalah daun yang masih muda (Soediyanto, 1977). Tanaman nanas yang berasal dari tunas batang akan berbuah setelah berumur 2 tahun, nanas pada umumnya akan berbuah baik sekali setelah umurnya mencapainya 5 tahun (Daryanto, 1992). Untuk meningkatkan produksi nanas maka tunas mahkota yang tidak terpakai untuk bibit lebih baik dibuang. Pembuangan mahkota ini dapat mempercepat pertumbuhan dan pembentukan buah. Waktu pembuangan tunas berbeda untuk setiap tujuan produksi. Buah nanas yang digunakan untuk pengalengan dilakukan pembuangan tunas pada hari ke-10 setelah bunga rontok. Sedangkan untuk menghasilkan buah meja yang berkualitas baik, waktu pembuangan tunas mahkotanya dilakukan 30 - 40 hari setelah bunga rontok (saat panjang mahkota setengah dari panjang buah). Bagian tengah mahkota dicongkel dengan pisau atau bambu yang runcing dan tajam. Alternatif lain dapat juga dengan cara mematahkan mahkotanya (Haryanto, 1996). Bila tanaman menghasilkan tunas yang banyak sebaiknya dilakukan pula perpanjangan tunas. Tinggalkan 3-5 tunas sehat saja pertanaman penjarangan tunas ini hendaknya dilakukan pada cuaca cerah, tidak pada hari hujan, itu dilakukan untuk menghindari pembusukan bagian yang terluka. Tindakan penjarangan tunas, selain dapat mempercepat pertumbuhan juga dapat merangsang terbentuknya tunas hisap. Tunas hisap ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman induk pada tanaman kedua (Haryanto dan Hendarto, 1996). Setelah dipanen, tanaman mesti diperhatikan untuk menjamin kelanjutan panen berikutnya. Untuk keperluan itu, tunas-tunas akar diambil kecuali satu tunas akar yang terbaik damn terbesar. Tunas yang satu ditinggalkan untuk menggantikan tanaman induk yang telah dipanen buahnya. Tunas ini dirawat dan dipelihara seperti layaknya memelihara tanaman baru. Dengan demikian tunas akan tumbuh dan dapat menghasilkan buah pada periode panen berikutnya. Setelah dipanen kembali tanaman induk dibuangi tunas-tunas akarnya dan menyisakan satu tunas yang terbaik. Hal seperti ini dapat berlangsung hingga 4-5 tahun. Setelah melewati masa tersebut, tanaman harus dibongkar dan diganti dengan bibit yang baru karena hasil tanaman lama sudah tidakl baik lagi (Haryanto dan Hendarto, 1996) 2003 Digitized by USU digital library 7 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pembuangan tunas mahkota dapat mempercepat pertumbuhan dan pembentukan buah. 2. Waktu pembuangan tunas berbeda untuk setiap tujuan produksi, untuk produksi buah kalengan, pembuangan tunas dilakukan pada hari ke-10 setelah bunga rontok sedangkan untuk menghasilkan buah meja yang berkualitas pembuangan tunas dilakukan pada 30 - 40 hari setelah bunga rontok . 3. Merangsang pembungaan tanaman nanas dilakukan dengan pemberian kalsium karbit dan hormon etilen. Saran Setelah melakukan pembuangan tunas mahkota sebaiknya pada tanaman dibuat naungan sehingga tanaman tidak terkana sinar matahari langsung. Jika buah nenas terkena sinar matahari langsung dapat mengakibatkan pelukan buah (Sun scald). DAFTAR PUSTAKA Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek dan Budidaya. UI Press, Jakarta. Daryanto. 1992. Bercocok Tanam Buah-buahan. Aneka Ilmu, Semarang Handoko, S.B. 1992. Prospek Pengembangan Nanas di Indonesia. Sinat Tani Jawa Barat. Haryanto, E dan Hendarto, B. 1996. Nanas. Penebar Swadaya, Jakarta. Lisdiana dan Soemadi, W. 1997. Budi Daya Nanas Pengolahan dan Pemasaran. Aneka Ilmu, Semarang. Ochse, et al. 1970. Tropical and Sub Tropical Agricultura. Mc Millan Coy, New York. Rukmana, R. 1995. Nenas Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Soediyanto. 1997. Anggur dan Nanas. Bumi Restu, Jakarta. 2003 Digitized by USU digital library 8