I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia

advertisement
1
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus
terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Anggaran, pada tahun 2007 jumlah belanja negara
sebesar 757,6 triliun Rupiah meningkat menjadi 1.320,8 triliun Rupiah pada tahun
2011. Pendapatan negara dan hibah juga mengalami peningkatan dari tahun 2007
sebesar 707,8 triliun Rupiah menjadi 1.169,9 triliun Rupiah pada tahun 2011,
akan tetapi jumlahnya selalu lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan
pengeluaran pemerintah untuk belanja negara. Pengeluaran pemerintah yang lebih
besar dibandingkan dengan penerimaan negara menyebabkan defisit anggaran.
Defisit anggaran Indonesia meningkat dari tahun 2007 sebesar 49,8 triliun Rupiah
menjadi 150,8 triliun Rupiah pada tahun 2011, dan defisit anggaran tersebut harus
ditutupi melalui utang luar negeri.
Tabel 1.1. Ringkasan APBN Indonesia 2007- 2011
A. Pendapatan
B. Belanja
C. Surplus/ Defisit D. Utang Luar
Negara dan Hibah
Negara
Anggaran (A-B)
Negeri
Tahun (triliun Rupiah) (triliun Rupiah) (triliun Rupiah)
(miliar US$)
2007
707,8
757,6
-49,8
62,25
2008
981,6
985,7
-4,1
66,69
2009
848,8
937,4
-88,6
65,02
2010
995,3
1.042,1
-46,8
68,10
2011
1.169,9
1.320,8
-150,8
68,41
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Anggaran,
2012.
Utang luar negeri merupakan bentuk hubungan kerjasama antara negara
debitur dengan negara kreditur dan merupakan cara yang efektif dalam menutupi
defisit anggaran pemerintah dimana risiko kebangkrutan ekonomi yang
ditimbulkan dari utang luar negeri relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan
pencetakan uang (seignorage) yang dapat menimbulkan inflasi. Namun, apabila
pengelolaannya dilakukan dengan tidak baik, utang luar negeri akan menjadi
masalah bagi pemerintah. Permasalahan dalam pengelolaan utang luar negeri juga
merupakan masalah internasional yang menjadi isu penting dan sampai saat ini
belum ada penyelesaiannya.
2
Peningkatan utang luar negeri Indonesia dari tahun 2007 yaitu sebesar
62,25 miliar US$ ke tahun 2011 yaitu sebesar 68,41 miliar US$ menyebabkan
akumulasi utang yang semakin besar. Akumulasi utang luar negeri merupakan
fenomena umum di antara negara-negara berkembang pada tahap awal
pembangunan ekonomi. Dalam jangka pendek utang luar negeri mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan dapat mengembangkan
kegiatan pembangunan yang lebih luas. Namun, dalam jangka panjang akumulasi
utang luar negeri mulai berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi seperti
yang dijelaskan dalam kurva Laffer dan itu merupakan biaya pembangunan yang
harus dibayar kembali. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa utang luar
negeri harus digunakan untuk investasi yang produktif yang menghasilkan tingkat
pengembalian yang positif untuk membayar utang luar negeri tersebut.
Alokasi anggaran pemerintah Indonesia tahun 2012 untuk pembayaran
bunga dan cicilan pokok utang luar negeri mencapai 170 triliun Rupiah. Total
utang luar negeri Indonesia hingga Juli 2011 berjumlah 1.733,64 triliun Rupiah
yang dialokasikan untuk lingkungan hidup sebesar 10,6 triliun Rupiah, kesehatan
14,69 triliun Rupiah, perumahan dan fasilitas umum 26 triliun Rupiah, pertahanan
64,3 triliun Rupiah, pendidikan 95,6 triliun Rupiah, dan ekonomi 97,5 triliun
Rupiah. Jumlah itu naik 56,79 triliun Rupiah jika dibandingkan dengan jumlah
utang luar negeri Indonesia pada Desember 2010 yang sebesar 1.676,85 triliun
Rupiah. Peningkatan utang luar negeri Indonesia mengindikasikan bahwa
pemerintah Indonesia sangat bergantung terhadap utang luar negeri dalam
membiayai anggaran pemerintah.
Pemerintah Indonesia berupaya untuk menghilangkan ketergantungan
terhadap utang luar negeri tersebut dengan melakukan perdagangan internasional.
Saat ini seluruh negara di dunia mengalami globalisasi, tidak terkecuali Indonesia.
Globalisasi adalah sebuah istilah yang menggambarkan adanya kebebasan suatu
negara untuk dapat berinteraksi dengan negara lain dalam hal perdagangan,
investasi, dan sosial budaya, sehingga batas-batas antar negara menjadi semakin
sempit. Kebebasan dalam globalisasi merupakan langkah bagi suatu negara,
khususnya Indonesia yang memiliki perekonomian terbuka untuk dapat
melakukan hubungan perdagangan internasional dengan negara lain.
3
Perdagangan internasional mempunyai peranan yang penting dalam
pembangunan ekonomi suatu negara. Para pelaku ekonomi (rumah tangga dan
perusahaan) melakukan kegiatan perdagangan domestik bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian
halnya dengan perdagangan internasional, setiap pelaku ekonomi yang melakukan
perdagangan bertujuan untuk mencari keuntungan. Selain motif mencari
keuntungan, Salvatore (1996) mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya
perdagangan internasional adalah adanya keterbatasan baik dalam sumber daya
maupun teknologi yang dimiliki suatu negara.
Kegiatan
perdagangan
internasional
baik
ekspor
maupun
impor
memberikan pengaruh positif terhadap penerimaan negara yaitu berupa devisa.
Menurut Badan Pusat Statistik (2008), jumlah nilai ekspor migas dan non migas
adalah 147.302 miliar Rupiah sedangkan jumlah impor migas dan non migas
adalah sebesar 74.473 miliar Rupiah. Jumlah ekspor migas dan non migas lebih
besar dibandingkan dengan jumlah impornya dan selisih antara jumlah ekspor dan
impor tersebut bernilai positif. Penerimaan dari ekspor tersebut dapat digunakan
untuk mencukupi kebutuhan modal baik untuk pembangunan maupun untuk
pembayaran utang luar negeri Indonesia.
Masalah yang terdapat dalam kegiatan perdagangan internasional yaitu
adanya hambatan perdagangan baik itu hambatan tarif maupun nontarif berupa
kuota dan lisensi. Hambatan atau retriksi perdagangan ini dapat menurunkan
kinerja sektor ekspor, dimana negara tujuan ekspor (importir) menetapkan
standarisasi produk yang tinggi dan tidak dapat dipenuhi oleh pihak eksportir
Indonesia. Oleh karena itu, pada 1 Januari 1995 dibentuklah organisasi dunia
yaitu WTO (World Trade Organization) yang berfungsi untuk memastikan bahwa
pedagangan akan berjalan secara lancar, dapat diprediksi dan sedapat mungkin
bebas. Pembentukan WTO ini merupakan kunci awal terbentuknya liberalisasi
perdagangan.
Liberalisasi perdagangan memiliki beberapa dampak, yaitu: (a) penurunan
harga barang impor sehubungan dengan adanya penurunan tarif, (b) peningkatan
permintaan konsumen akan barang impor, dan (c) peningkatan daya saing produk
domestik di pasar internasional. Kondisi ini menciptakan kesempatan untuk
4
eksportir dan importir, namun ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa
liberalisasi perdagangan akan merusak produk domestik dan ketahanan pangan
karena adanya penurunan tarif yang akan menyebabkan penurunan harga relatif
barang impor dan peningkatan permintaan impor. Terdapat perbedaan pendapat
atau argumen mengenai baik atau buruknya dampak liberalisasi perdagangan
terhadap beban utang luar negeri Indonesia dan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia secara keseluruhan.
1.2.
Perumusan Masalah
Keterbukaan Indonesia dalam hal perdagangan internasional menyebabkan
jumlah ekspor dan impor mengalami peningkatan sejak tahun 1986. Jumlah
ekspor dan impor Indonesia yang meningkat akan menghasilkan cadangan devisa
yang menjadi sumber penerimaan bagi kas negara sehingga pemerintah tidak
perlu melakukan pinjaman luar negeri. Jumlah kegiatan perdagangan Indonesia
mengalami fluktuasi dimana pada tahun 1998 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dan pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan dan
peningkatan jumlah ekspor dan impor secara fluktuatif (perhatikan Gambar 1.1.).
Apabila jumlah perdagangan internasional Indonesia mengalami penurunan maka
jumlah utang luar negeri Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
oleh defisit transaksi berjalan (X-M) yang harus dibiayai oleh utang luar negeri,
begitu juga sebaliknya.
160
140
120
100
80
FD
60
Trade
40
20
0
1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Sumber : World Development Indicators, 2011. (Data diolah).
Gambar 1.1. Indeks Hubungan Trade Openness dengan Foreign Debt
Indonesia (2000=100)
5
Beban utang luar negeri Indonesia juga dipengaruhi oleh gejolak
perekonomian dunia yang membawa pengaruh yang negatif. Misalnya dengan
depresiasi mata uang Rupiah terhadap Dollar AS. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan jumlah Rupiah yang harus dikeluarkan untuk membayar utang luar
negeri Indonesia. Tren menunjukkan bahwa nilai Rupiah terhadap Dollar AS
mengalami fluktuasi dari tahun 1986 sampai tahun 2010 dan pada tahun 1998
Indonesia mengalami krisis sehingga nilai mata uang Rupiah mengalami
depresiasi yang cukup signifikan hingga mencapai 11.891,15 Rupiah per US$.
Hal ini menyebabkan jumlah utang luar negeri juga mengalami peningkatan. Hal
ini disebabkan oleh krisis moneter yang membuat Indonesia meminjam lebih
banyak dari luar negeri. Namun pada tahun 1999 nilai tukar Rupiah terapresiasi
menjadi sebesar 7.936,97 Rupiah per US$ sehingga menurunkan jumlah utang
luar negeri Indonesia menjadi 151.460.626.000 miliar US$.
160.00
140.00
120.00
FOREIGN
DEBT
100.00
80.00
60.00
RER
40.00
20.00
0.00
1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009
Sumber : World Development Indicators, 2011. (Data diolah).
Gambar 1.2. Indeks Hubungan Real Exchange Rate dan Foreign Debt
Indonesia (2000=100)
Selain trade openness dan real exchange rate, variabel makroekonomi lain
juga memengaruhi jumlah utang luar negeri Indonesia. Utang luar negeri
Indonesia juga dipengaruhi oleh suku bunga internasional (LIBOR), dimana suku
bunga internasional berhubungan negatif terhadap utang luar negeri. Semakin
rendah suku bunga internasional yang ditetapkan maka semakin tinggi keinginan
6
Indonesia untuk melakukan pinjaman luar negeri. Dari tahun 1987 jumlah utang
luar negeri Indonesia semakin meningkat akan tetapi LIBOR memiliki nilai yang
fluktuatif. Tren menunjukkan bahwa utang luar negeri Indonesia berhubungan
negatif terhadap LIBOR (perhatikan Gambar 1.3.).
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
fd
20.00
libor
0.00
-20.00 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009
-40.00
-60.00
-80.00
Sumber : World Development Indicators dan Econstats, 2011. (Data diolah).
Gambar 1.3. Indeks Hubungan LIBOR dengan Foreign Debt Indonesia
(2000=100)
Variabel makroekonomi yang mempunyai hubungan yang negatif terhadap
utang luar negeri Indonesia adalah trade openness, real exchange rate, dan
LIBOR, sedangkan GDP berhubungan positif terhadap utang luar negeri
Indonesia. Jumlah utang luar negeri Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya,
dari tahun 1986 sebesar 42,91 miliar US$ menjadi 179,06 miliar US$ pada tahun
2010. Begitu juga dengan GDP Indonesia yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 1986 GDP Indonesia sebesar 86,97 miliar US$ meningkat
menjadi 274,37 miliar US$ pada tahun 2010. Peningkatan GDP berhubungan
positif terhadap utang luar negeri Indonesia, semakin tinggi GDP menyebabkan
utang luar negeri Indonesia semakin meningkat.
7
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
FOREIGN DEBT
GDP
Sumber : World Development Indicator, 2011. (Data diolah).
Gambar 1.4. Indeks Hubungan GDP dengan Foreign Debt Indonesia
(2000=100)
Utang luar negeri Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa variabel makroekonomi yang telah dijelaskan
sebelumnya. Variabel-variabel tersebut juga memengaruhi kebijakan pengelolaan
utang Indonesia. Beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa krisis pasar utang
yang terjadi di Indonesia membutuhkan manajemen risiko yang sehat serta
perlunya pasar modal domestik yang efisien dan berkembang dengan baik karena
hal ini dapat mengurangi kerentanan kondisi ekonomi terhadap gangguan
keuangan. Dengan demikian kerangka manajemen risiko sangat diperlukan dalam
pengelolaan utang untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan mengatur
trade-off antara biaya serendah mungkin yang diinginkan pada tingkat risiko yang
aman dalam portofolio utang pemerintah.
Strategi pengelolaan utang yang tepat dilakukan untuk mengatasi risiko
yang mungkin timbul dari tingginya level utang. Selain itu pemerintah juga harus
memastikan bahwa level dan tingkat pertumbuhan utang pemerintah berada dalam
kondisi yang normal. Belum banyak penelitian mengenai pengaruh kebijakan
liberalisasi perdagangan terhadap beban utang luar negeri dalam studi kasus
Indonesia. Serta implikasi kebijakan pengelolaan utang luar negeri Indonesia.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Dari latar
belakang yang telah dijelaskan, maka masalah yang akan dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut, antara lain:
8
1.
Bagaimanakah pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap beban utang
luar negeri Indonesia?
2.
Apa variabel-variabel makroekonomi lain yang mempunyai pengaruh
terhadap beban utang luar negeri Indonesia?
3.
Bagaimanakah respon utang luar negeri Indonesia jika terjadi guncangan
yang berasal dari variabel Gross Domestic Product (GDP), Real Exchange
Rate (RER), international interest rate (LIBOR), dan trade openness?
4.
Bagaimana kontribusi variabel makroekonomi Gross Domestic Product
(GDP), Real Exchange Rate (RER), international interest rate (LIBOR),
dan trade openness terhadap jumlah beban utang luar negeri Indonesia?
5.
1.3.
Bagaimana implikasi kebijakan pengelolaan utang luar negeri Indonesia?
Tujuan penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk,
antara lain:
1.
Menganalisis pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap beban utang luar
negeri Indonesia.
2.
Menganalisis variabel-variabel makroekonomi lain yang mempunyai
pengaruh terhadap beban utang luar negeri Indonesia.
3.
Menganalisis respon utang luar negeri Indonesia jika terjadi guncangan
yang berasal dari variabel Gross Domestic Product (GDP), Real Exchange
Rate (RER), international interest rate (LIBOR), dan trade openness.
4.
Menganalisis kontribusi variabel makroekonomi Gross Domestic Product
(GDP), Real Exchange Rate (RER), international interest rate (LIBOR),
dan trade openness terhadap jumlah beban utang luar negeri Indonesia.
5.
1.4.
Mendiskusikan kebijakan pengelolaan utang luar negeri Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi penulis yaitu untuk menganalisis pengaruh
liberalisasi perdagangan dan variabel makroekonomi lain terhadap beban utang
luar negeri Indonesia, serta menganalisis respon dan kontribusi variabel
makroekonomi terhadap utang luar negeri Indonesia.
9
Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat yaitu sebagai
bahan acuan dalam menetapkan kebijakan perdagangan sehingga dapat menerima
manfaat dari adanya liberalisasi perdagangan dan dapat mengurangi beban utang
luar negeri serta sebagai acuan dalam kebijakan pengelolaan utang luar negeri.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu analisis pengaruh liberalisasi
perdagangan terhadap beban utang luar negeri Indonesia. Data yang digunakan
adalah data jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun 1986-2010. Variabel
yang digunakan yaitu LIBOR, TRADE, dan Real Exchange Rate (RER) dan
Gross Domestic Product (GDP).
Download