BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencahayaan memberikan keamanan, keindahan, dan kenyamanan pada lingkungan binaan. Tanpa pencahayaan yang baik, manusia sebagai makhluk hidup tidak maksimal menggunakan indera penglihatan untuk melakukan pekerjaan atau kegiatannya, contohnya pada aktivitas perdagangan. Para pedagang di Indonesia yang berjualan pada malam hari menggunakan berbagai macam jenis lampu untuk pencahayaan. Pada pengamatan yang penulis lakukan di wilayah sekitar Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, diketahui lampu yang digunakan oleh pedagang kaki lima, kebanyakan adalah lampu fluorescent dan pijar dengan sumber listrik AC yang berasal dari sambungan kabel tiang listrik yang disalurkan ke tempat dimana pedagang berjualan. Berbeda dengan pedagang kaki lima, pedagang keliling serta pedagang keliling yang merangkap sebagai pedagang kaki lima, menggunakan lampu yang lebih bervariasi. Lampu-lampu yang digunakan oleh pedagang seperti ini diantaranya adalah petromak, lampu minyak tanah, LED (Light Emitting Diode) portabel, dan lampu fluorescent. Memperhatikan penggunaan lampu petromak dan lampu minyak tanah yang menggunakan minyak tanah sebagai sumber energi lampu, tentunya tampak ketidakpedulian terhadap krisis minyak bumi di Indonesia mengingat jenis sumber daya alam ini sulit untuk diperbarui. Tingginya harga minyak tanah kisaran Rp. 13.000,- per liter untuk pemakaian satu hari tidak efisien jika dibandingkan dengan total energi cahaya yang dipancarkan dari jenis lampu petromak. Hasil pengukuran terhadap lampu petromak hanya menghasilkan efficacy penerangan sebesar 1,45 lm/W, dengan penerangan total dari lampu sebesar 2063,765 lumen dan besarnya daya rata-rata yang dihasilkan setiap jam sebesar 1420 watt (Achyar, 1985). Efisiensi lampu petromak berdasarkan perbandingan dengan nilai efficacy 683.002 lm/W adalah 0,2%. Lampu petromak memiliki kaos lampu sebagai pemancar cahaya yang mengandung Thorium. Pencemaran radioaktif limbah thorium yang ditimbulkan dari pabrik 1 2 kaos lampu petromak membuat penggunaan lampu petromak sudah tidak relevan lagi (Aisyah, 2011:455). Penggunaan lampu listrik seperti lampu pijar dan lampu fluorescent memiliki efisiensi pencahayaan yang lebih besar dibandingkan lampu bukan listrik. Efficacy lampu pijar rata-rata dibawah 18 lm/W, sedangkan untuk lampu fluorescent bisa mencapai 100 lm/W lebih. (Azevedo, Morgan, & Morgan, 2009:482). Lampu pijar memiliki waktu hidup pendek dengan salah satu faktornya dikarenakan panas yang dihasilkan oleh disipasi daya lampu ini cukup tinggi, sehingga sejumlah negara mulai mengurangi dan membatasi peredaran lampu ini sebagai penerangan. Lampu fluorescent mempunyai waktu hidup yang lebih lama serta memiliki efisiensi pencahayaan yang lebih besar daripada lampu pijar, namun lampu ini mengandung merkuri, racun yang berbahaya bagi manusia. Perkembangan teknologi lampu LED menciptakan banyak keuntungan dibandingkan lampu-lampu yang sudah ada sebelumnya, sehingga lampu jenis ini masuk dalam daftar lampu masa depan. Sekarang ini, lampu LED memiliki efficacy yang dapat bersaing dengan lampu fluorescent, bahkan bisa lebih besar. Jenis lampu LED portabel yang digunakan pedagang kaki lima dapat dimaksimalkan dengan penambahan fitur serta perubahan beberapa komponen sistem. Perubahan ini berpotensi menambah kenyamanan dalam penggunaan, mengurangi biaya pemeliharaan, dan menghemat pemakaian baterai. Sistem penerangan dengan LED pada dasarnya memiliki tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu pengaturan listrik, pengaturan suhu, dan optik. LED memiliki spesifikasi tingkat arus tertentu untuk mendapatkan tingkat kecerahan maksimal, sehingga LED harus dikendalikan oleh sumber arus yang konstan. Ada beberapa metode pengaturan arus untuk LED yang dapat digunakan yaitu buck converter, boost converter, dan buck/boost converter. Terdapat kemungkinan peningkatan kinerja untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari penggunaan lampu LED atau solid state lighting. Salah satu caranya dengan menemukan metodologi lain untuk menggantikan buck boost converter dan PWM (Pulse Width Modulation) dimming yang digunakan untuk mengganti duty cycle guna merubah terang-redup intensitas cahaya LED sesuai kebutuhan (Soni, 2012:242). Kebutuhan sistem akan thermal solution baik 3 aktif maupun pasif, juga sangat diperlukan untuk menghilangkan konduksi panas (MICROCHIP, 2013:3) Pada penelitian sebelumnya, sudah diimplementasikan metode dimming pada penerangan ruangan menggunakan LED. Hardware yang digunakan antara lain : baterai 6,2 Volt sebagai catu daya, transistor BD139 sebagai driver pengendali dimmer, LED sebanyak 175 buah, dan mikrokontroler AVR sebagai pengatur duty cycle PWM untuk mengendalikan driver. Sistem yang digunakan adalah close loop dengan algoritma untuk kendali dimmer (Masjanuar, Puspita, & Taufiqurrahman, 2011). Penelitian mengenai pencahayaan berikutnya mengimplementasikan metode buck+boost converter untuk rangkaian charge controller baterai aki dan boost converter untuk LED driver. Digunakan 15 buah high power LED sebagai output yang masingmasing LED dialiri 350mA yang mampu memberikan illuminance sebesar 4 lux pada ketinggian 10-11 meter. (Shuwanto, Josses, Winardi, & Atmadja, 2013:6). Berdasarkan kebutuhan akan efisiensi pencahayaan, lampu yang ramah lingkungan, dan kualitas pencahayaan yang baik, maka diperlukan suatu rancangan lampu LED portabel sebagai pilihan teknologi pencahayaan masa depan yang akan dikembangkan dalam tugas akhir ini. Penulis akan mengimplementasikan metode synchronous buck converter untuk LED driver dengan sistem closed loop dan mengintegrasikan rangkaian charge controller baterai didalamnya. 1.2. Masalah a. Masih banyaknya penggunaan lampu konvensional untuk pencahayaan luar ruang yang digunakan pedagang. b. Lampu LED memerlukan sistem penggunaan daya yang efektif dan efisien sehingga dapat memancarkan jumlah cahaya maksimal dengan disipasi daya seminimal mungkin sehingga dapat digunakan pedagang kaki lima dan pedagang keliling sebagai alternatif pilihan untuk pencahayaan berkualitas dalam berdagang. c. Dibutuhkan suatu sistem pengisian baterai untuk jenis baterai yang tepat, sehingga cocok diintegrasikan dengan sistem lampu portabel. 4 1.3. Formulasi Masalah a. Adakah perbedaan signifikan dari efficacy antara lampu yang sudah diproduksi dibandingkan lampu LED portabel yang akan dirancang penulis. b. Berapa besar pengaruh efisiensi terhadap penggunaan baterai c. Berapa besar pengaruh ketidakstabilan arus dan suhu lampu terhadap life time lampu d. Berapa besar kapasitas baterai yang cocok untuk digunakan sebagai catu daya lampu agar mampu menyala dengan baik selama beberapa jam e. Apakah biaya pemeliharaan lampu LED portabel yang sudah beredar di pasaran, lebih tinggi dari rancangan lampu LED portabel ini f. Bagaimana pengaruh metode synchronous buck converter terhadap kehandalan sistem g. Siapa target sasaran yang akan menjadi mayoritas konsumen atau pengguna lampu LED portabel ini h. Mengapa diperlukan fitur dimming pada lampu portabel 1.4. Ruang Lingkup Perancangan difokuskan pada implementasi pengendalian LED menggunakan DC-DC converter serta pengintegrasian sistem pengisian baterai, kemudian baterai tersebut akan digunakan untuk menyalakan lampu LED. Jumlah LED untuk lampu yang digunakan sebanyak 45 buah. LED yang dipakai adalah LED wide-beam dan tidak menggunakan high power LED. Prototype yang dihasilkan berupa lampu LED yang minimal dapat digunakan guna pencahayaan untuk pedagang kaki lima dengan kemampuan menyala minimal hingga 7 jam, serta charger baterai yang mampu memberikan tegangan yang dibutuhkan baterai supaya tidak overcharge dan mengalami kenaikan suhu. 1.5. Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menciptakan lampu portabel beserta sistem pengisian baterai dengan kualitas baik, ramah lingkungan, dan ekonomis dengan pemanfaatan energi secara maksimal untuk pencahayaan 5 agar baterai lebih tahan lama, sehingga mampu bersaing dengan lampu portabel yang sudah ada di pasaran maupun beragam lampu yang digunakan para pedagang. 1.6. Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya didapatkan beberapa hasil yaitu : a. MOSFET dan LED menghasilkan panas, dibutuhkan heatsink pada komponen tersebut utuk menyerap panas (Soni, 2012). b. Besar illuminance yang diukur menggunakan luxmeter dengan kondisi nyala 100% pada jarak 25 cm adalah 354,2 lux (Masjanuar, Puspita, & Taufiqurrahman, 2011). c. Efisiensi LED driver menggunakan boost converter dapat mencapai 91,9% dengan arus yang dapat dijaga konstan sebesar 1,05 ampere (Shuwanto, Josses, Winardi, & Atmadja, 2013).