Polemik Kata ``Allah`` di Malaysia Oleh: Nabil Ahmad Fauzi JAWA

advertisement
Polemik Kata ''Allah'' di Malaysia
Oleh: Nabil Ahmad Fauzi
JAWA POS, [ Kamis, 14 Januari 2010 ]
KONTROVERSI mengenai penggunaan kata ''Allah'' bagi non-Islam yang terjadi di
Malaysia kini telah menjadi perhatian publik internasional. Bukan hanya bagi umat
Islam, melainkan juga berbagai pihak di dunia.
Isu tersebut juga merupakan sesuatu yang berkaitan secara langsung tidak langsung
bagi publik Indonesia. Selain karena isu yang menyentuh Islam, juga terkait dengan
situasi negara jiran yang pada akhirnya akan memerngaruhi situasi regional.
Kontroversi tersebut bukanlah isu baru, bahkan berlangsung sejak 2007. Hanya, kasu
menjadi besar karena dipicu oleh keputusan Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur pada
31 Desember 2009. Dalam keputusannya, hakim lau Bee Lan membenarkan
penggunaan kata ''Allah'' oleh surat kabar Katholik Herald-The Catholic Weekly
terbitan Gereja Katolik Roma, Malaysia.
Saat ini perkembangan kasus tersebut meluas menjadi aksi-aksi anarkis perusakan
tempat ibadah. Hingga kini, telah terjadi penyerangan dan pembakaran lebih dari
tujuh gereja yang dilakukan oknum tertentu. Bahkan, kini polanya semakin
terorganisasi dan meluas. Malaysia mulai menghadapi situasi kritis di ambang konflik
sosial yang bisa merusak hubungan antaragama dan etnis.
Dimensi Kontroversi
Untuk memahami gejolak tersebut, kita perlu menyelami lebih dalam dimensi di balik
kontroversi tersebut. Mengapa sedemikan besar respons umat Islam terhadap hal itu.
Mengapa juga hal itu tidak ditemukan di belahan dunia lain.
Setidaknya terdapat tiga dimensi besar yang berkaitan dengan kontroversi kata
''Allah'' ini bagi publik dan umat Islam Malaysia. Ketiga dimensi itu merupakan
sesuatu yang asas dan sensitif dalam kehidupan bernegara dan beragama di Malaysia.
Pertama, dimensi konstitusi negara. Akta Perlembagaan Persekutuan Negara
Malaysia dalam artikel 3 (1), artikel 11 (4) dan artikel 160 menyatakan, ada tiga
komponen utama hubungan negara, etnis, dan agama. Yakni, Islam sebagai agama
resmi negara, penyatuan etnis Melayu dengan identitas Islam, dan ketentuan larangan
dakwah agama lain terhadap penganut Islam.
Dengan demikian, Melayu dan Islam di Malaysia merupakan faktor vital dan
terlegalisasi dalam konstitusi negara serta bersifat mengikat. Setiap isu yang berkaitan
dengan Melayu dan Islam akan direspons luas oleh publik.
Pihak yang kontra terhadap keputusan Mahkamah Tinggi menyatakan bahwa kata
''Allah'' ini adalah identitas eksklusif agama Islam. Karena itu, tindakan penggunaan
kata ''Allah'' bagi agama selain Islam merupakan bagian dari ''serangan'' terhadap
konstitusi negara.
Kedua, dimensi sosial keagamaan. Terdapat jurang yang cukup besar dalam
kehidupan sosial keagamaan di Malaysia. Khususnya menyangkut Malaysia Barat
atau Semenanjung Sabah dan Serawak di Malaysia Timur.
Sebagai agama resmi negara, Islam memang dikembangkan di negara itu.
Terutamanya di wilayah semenanjung atau Malaysia Barat yang didominasi Melayu
dan Islam. Sedangkan Malaysia Timur, lokasi Sabah dan Sarawak, merupakan
wilayah yang bukan termasuk mayoritas Melayu dan umat Islam.
Berbeda dengan yang berlaku di semenanjung, sejak lama umat Kristen di wilayah
Sabah dan Serawak menggunakan Injil terjemahan berbahasa Indonesia yang
menggunakan terjemahan kata ''Allah''.
Ketiga, dimensi keyakinan. Khususnya adalah pemahaman akan Islam dan Melayu
itu sendiri. Umat Islam di Malaysia menganggap bahwa mereka adalah benteng
terakhir di dunia Islam yang menjaga kemurnian dan eksklusifitas penggunaan kata
''Allah'' hanya bagi Islam.
Pada faktanya, memang di Indonesia dan di banyak negara Arab, kata ''Allah''
memang lazim digunakan oleh agama non-Islam sebagai terjemahan kata Tuhan.
Bagi mereka, di situlah letak permasalahan mendasar. Karena itu, mereka tidak ingin
''kesalahan'' tersebut juga terjadi pada Islam di Malaysia.
Dalam peradaban dan bahasa Melayu Malaysia, ''Allah'' adalah nama dan makna
khusus bagi Islam yang telah didefinisikan menjadi terminologi Melayu. Kata Tuhan
disediakan dalam bahasa Melayu sebagai definisi dan terjemahan bagi Tuhan agama
lain. Hal itulah yang telah terlembagakan dalam institusi peradaban Melayu di
Malaysia.
Politisasi
Meluasnya kontroversi kata ''Allah'' tentunya juga dipengaruhi oleh politisasi.
Bahkan, politisasi isu ini lebih terlihat daripada substansi permasalahan.
Sejak Pemilu terakhir 2008, situasi sosial politik di Malaysia memasuki fase yang
sangat rentan dan sensitif. 52 tahun kemerdekaan Malaysia hingga kini situasi
harmonis hubungan perkauman atau etnisitas Melayu, Cina, India, dan lainnya
cenderung semakin buruk.
Semakin banyak terjadi insiden yang muncul dan menimbulkan ketegangan
antaretnis. Muncul juga gugatan-gugatan terhadap eksklusivitas Melayu dan Islam
sebagai sendi negara. Karena itu, Melayu dan Islam, sebagai pihak mayoritas tipis
dengan 60 persen populasi, kini semakin sensitif.
Dalam ranah politik saat ini, terjadi upaya perebutan pengaruh dukungan dari dua
pihak yang menentukan bagi politik Malaysia, yakni Melayu dan Islam dan etnis nonMelayu dan nonmuslim. Pola perebutan pengaruh itu mendominasi pentas politik di
negara ini.
Pihak pemerintah yang berasal dari Barisan Nasional dengan tulang punggung
UMNO (Partai Melayu) menggagas konsep persatuan etnis "Satu Malaysia" dan
cenderung memperkuat posisinya sebagai pembela Melayu dan Islam. Sedangkan
kekuatan oposisi, melalui Pakatan Rakyat dengan tokoh Anwar Ibrahim, Partai
Keadilan Rakyat (PKR), Partai Islam se-Malaysia (PAS), dan Partai Aksi Demokratik
(DAP) yang mewakili etnis Tionghoa selalu memainkan isu keberpihakan kepada
etnis minoritas non-Melayu.
Karena itu, bukan sesuatu yang aneh jika PAS sebagai partai Islam besar dan
berpengaruh di Malaysia malah memosisikan sebagai pihak yang mendukung
penggunaan kata ''Allah'' bagi agama non-Islam. Sedangkan pihak pemerintah
Barisan Nasional dengan dukungan raja-raja Melayu, LSM, serta mayoritas umat
Islam yang lain berdiri pada posisi penentang. (*)
*). Nabil Ahmad Fauzi, presidium Forum Kajian Politik dan Strategi (FKPS)
Universiti Kebangsaan Malaysia
SUMBER: JAWA POS
Download