BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 13 PENYELESAIAN SENGKETA/PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL A. Pendahuluan Dalam penjelasan Pasal 66 huruf b UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dirumuskan lebih lanjut tentang ruang lingkup hukum perdagangan, yang meliputi antara lain kegiatan di bidang perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan hak kekayaan intelektual. Dengan berdasar pada ketentuan tersebut maka dapat ditafsirkan bahwa sengketa hubungan industrial termasuk ruang lingkup sengketa dagang. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku proses produksi barang dan jasa yang terdiri atas unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Artinya disini bahwa hubungan antara pekerja dengan pengusaha serta ikut keterlibatan pemerintah di dalam memberikan perlindungan, pengawasan, dan penindakan (law enforcement) berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.1 Hubungan Industrial dilaksanakan melalui sarana: (Pasal 103 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan- UU NAKER) a. serikat pekerja/serikat buruh; b. organisasi pengusaha; c. lembaga kerja sama bipartit; d. lembaga kerja sama tripartit; e. peraturan perusahaan; f. perjanjian kerja bersama; g. peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan; dan h. lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta 1 Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia; Panduan Bagi Pengusaha, Pekerja, dan Calon Pekerja, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hlm. 22. Lihat juga Pasal 1 angka 16 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (Pasal 1 angka 22 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Pasal 1 angka 1 UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial- UU PPHI). B. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Sebelumnya perlu diketengahkan terlebih dahulu jenis perselisihan hubungan industrial, Pasal 2 jo. Pasal 1 angka 2-5 UU PPHI menyebutkan jenis perselisihan hubungan industrial meliputi: a. perselisihan hak (perselisihan hak adalah perselisihan mengenai hak normatif, yang sudah ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan); b. perselisihan kepentingan (perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama); c. perselisihan pemutusan hubungan kerja (perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak); dan d. perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan). Sebagaimana keharusan, setiap perselisihan harus diselesaikan, agar tidak mengganggu jalannya hubungan industrial. Adapun cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial diatur dalam Pasal 136 UU NAKER jo. Pasal 3-5 UU PPHI. Intinya perselisihan hubungan industrial diselesaikan dengan cara: a. Perundingan musyawarah mufakat secara bipartite (wajib dilakukan terlebih dahulu).2 b. Konsiliasi atau Arbitrase (ditawarkan kepada para pihak oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat).3 2 3 Lihat Pasal 3 UU PPHI. Lihat Pasal 4 ayat (3) UU PPHI. c. Mediasi (jika konsiliasi atau arbitrase tidak dipilih maka instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat melimpahkan perselisihan kepada mediator).4 d. Pengadilan Hubungan Industrial.5 Catatan: Mahasiswa diharapkan benar-benar memperhatikan substansi UU PPHI, terutama untuk jenis-jenis sengketa yang dapat diselesaikan melalui metode konsiliasi dan arbitrase, dikarenakan terdapat beberapa perbedaan kompetensi di antara keduanya. Mahasiswa juga harus benar-benar memperhatikan tata cara dari masingmasing metode penyelesaian perselisihan. MP7™ 4 5 Lihat Pasal 4 ayat (4) UU PPHI. Lihat Pasal 5 UU PPHI.