BAB I GAMBARAN UMUM 1.1. Pengertian Ekonomi Sebelum membahas lebih jauh mengenai peran pemerintah, kita terlebih dahulu mengulas apa itu ekonomi, dan terdiri dari apa saja suatu ekonomi di dalam negara itu. Ekonomi merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan setiap tindakan atau proses yang bersangkut paut dengan penciptaan barang – barang atau jasa – jasa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Secara lebih spesifik istilah tersebut digunakan untuk mencirikan produksi barang – barang serta jasa – jasa yang dihasilkan dengan pengetahuan teknis yang berlaku. Pada pengaplikasiannya ekonomi pada sebuah negara dibagi lagi menjadi dua yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro. Dimana pemerintah selaku pelaksana negara juga mempunyai peranan dalam menentukan kemana arah ekonomi suatu negara, baik ekonomi makro maupun ekonomi mikro. Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan. Menurut kamus ekonomi Drs. Winardi S.E. Makro ekonomi adalah studi mengenai keseluruhan perusahaan perusahaan, rumah tangga, harga - harga, upah serta pendapatan, yang berbeda dengan studi mengenai perusahaan - perusahaan tunggal, atau individual atau rumah tangga individual. Ekonomi makro mempelajari variabel - variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel - variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, 1 kesempatan kerja dan pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Ekonomi mikro atau micro economic merupakan studi mengenai perusahaan – perusahaan individual, rumah – rumah tangga, harga – harga dan pendapatan – pendapatan sebagai perbandingan terhadap totalitas data tersebut. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individu - individu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus. Perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro Dilihat dari Ekonomi Mikro Harga Harga ialah Ekonomi Makro nilai dari suatu Harga adalah nilai dari komoditas komoditas (barang tertentu saja) Unit analisis Pembahasan ekonomi tentang secara secara agregat (keseluruhan) kegiatan Pembahasan tentang individual. ekonomisecara kegiatan keseluruhan. Contohnya permintaan dan dan Contohnya pendapatan nasional, penawaran, perilaku perilaku produsen, konsumen, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pasar, pengangguran, investasi dan penerimaan, biaya dan laba atau kebijakan ekonomi. rugi perusahaan Tujuan Lebih memfokuskan pada analisis Lebih analisis tentang cara mengalokasikan analisis sumber daya agar dapat dicapai kegiatan kombinasi yang tepat. memfokuskan pada tentang pengaruh ekonomi terhadap perekonomian secara keseluruhan 2 1.2. Pengertian Membangun Ekonomi Dalam kamus bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta membangun memiliki arti sama dengan pembangunan, membangun atau pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang yang dilakukan secara berkesinambungan berdasarkan suatu rencana tertentu. Membangun ekonomi adalah suatu proses untuk menaikkan atau meningkatkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Dari pengertian itu maka istilah membangun ekonomi mengandung tiga makna. Pertama, pembangunan merupakan proses, proses artinya suatu rangkaian kegiatan yang terus menerus menuju ke arah kesempurnaan atau bersifat konstruktif. Kedua, terjadinya peningkatan pendapatan per kapita, dimana ini merupakan tujuan dari proses. Dengan peningkatan pendapatan per kapita, berarti terjadi kemajuan tarif hidup. Di samping itu, dengan adanya peningkatan pendapatan per kapita berarti juga terjadi peningkatan kemakmuran. Ketiga, proses berlangsung dalam jangka panjang, proses pembangunan membutuhkan waktu dan diharapkan dapat terus berjalan dalam jangka waktu yang panjang, bahkan tidak ada batas waktunya. Tentu saja pembangunan tersebut harus berjalan terus searah dengan tujuan pembangunan nasional. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Membangun Ekonomi Membangun ekonomi adalah suatu proses untuk menaikkan atau meningkatkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Dari pengertian itu maka istilah pembangunan ekonomi mengandung tiga makna. Pertama, pembangunan merupakan proses, proses artinya suatu rangkaian kegiatan yang terus menerus menuju ke arah kesempurnaan atau bersifat konstruktif. Kedua, terjadinya peningkatan pendapatan per kapita, dimana ini merupakan tujuan dari proses. Dengan peningkatan pendapatan per kapita, berarti terjadi kemajuan tarif hidup. Di samping itu, dengan adanya peningkatan pendapatan per kapita berarti juga terjadi peningkatan kemakmuran. Ketiga, proses berlangsung dalam jangka panjang, proses pembangunan membutuhkan waktu dan diharapkan dapat terus berjalan dalam jangka waktu yang panjang, bahkan tidak ada batas waktunya. Tentu saja pembangunan tersebut harus berjalan terus searah dengan tujuan pembangunan nasional. Dalam suatu pembangunan ekonomi dapat dijumpai beberapa faktor di dalamnya, ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi di suatu negara. 1. Faktor Alam Khusus bagi negara yang sedang berkembang, kekayaan alam sangat berpengaruh terhadap jalannya pembangunan ekonomi. Sebagian besar negara yang sedang berkembang betumpu pada kekyaan alam dalam melaksanakan pembangunan ekonomi negaranya. Akan tetapi, kekayaan alam yang melimpah tidak menjamin dalam pembangunan ekonomi apabila tidak diikuti dengan pengelolaaan yang tepat. Disamping itu juga kekayaan alam itu semakin lama juga akan habis. Oleh sebab itu perlu perhitungan yang cermat dalam pengelolaannya supaya tidak merugikan negara. 4 2. Faktor Teknologi dan barang modal Kemajuan tekonologi yang dimiliki suatu negara dapat memberikan dukungan untuk mempercepat pelaksanaan perkembangan ekonomi. Kemajuan teknologi yang dibarengi dengan kemampuan investasi akan semakin mempercepat laju perekonomian suatu negara. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi efisiensi produksi dan peningkatan kualitas hasil produksi. 3. Faktor budaya Faktor budaya dapat berfungsi sebagai motivator atau pendorong pelaksanaan pembangunan ekonomi. Akan tetapi, faktor ini dapat juga menjadi penghambat pelaksanaan pembangunan ekonomi. Budaya dapat berfungsi sebagai pendorong apabila adat istiadat atau dalam kehidupan tradisi masyarakat dapat menunjang pelaksanaan perkembangan ekonomi, misalnya masyarakat yang berpola hidup hemat akan mendorong atau mempercepat terbentuknya investasi melalui tabungan. Pada gilirannya investasi pasti akan mempercepat pelaksanaan pembangunan ekonomi. Contoh lain dari budaya sebagai motivator pembangunan ekonomi yaitu sikap kerja keras, jujur, ulet dan sebagainya. Namun ada juga faktor budaya yang bersifat menghambat pelaksanaan pembangunan ekonomi, misalnya pola hidup konsumtif, hidup boros, malas, tidak jujur, dan sebagainya. Khusus pada negara berkembang, ketiga faktor tersebut ada faktor – faktor penghambat yang lain dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Faktor – faktor itu sebagai berikut a. Rendahnya kualitas tenaga kerja b. Rendahnya daya beli masyarakat Selain itu ada persamaan dan perbedaan antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Persamaan antara pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah a. Kedua - duanya merupakan kecenderungan di bidang ekonomi 5 b. Inti pokok permasalahan akhir adalah besarnya pendapatan per kapita Adapun perbedaan antara pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut Pembangunan Pertumbuhan 1. Proses menuju kenaikan GNP 1. Adanya kenaikan GNP 2. Terjadi perubahan struktur ekonomi 2. Tidak harus terjadi perubahan struktur 3. Adanya pemerataan pendapatan ekonomi 3. Kenaikan pendapatan per kapita 2.2. Tolak Ukur Pembangunan Ekonomi Keberhasilan pembangunan dalam suatu negara diukur dengan beberapa kriteria berikut 1. GNP (Gross National Product) Jika suatu negara GNP-nya mengalami kenaikan, berarti negara tersebut mengalami perkembangan ekonomi. Namun, walaupun GNP-nya naik belum menjamin bahwa negara tersebut juga mengalami peningkatan atau kenaikan kemakmuran. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang dimaksud adalah faktor pertambahan jumlah penduduk. Apabila GNP suatu negara naik sedang jumlah penduduknya tetap, negara tersebut akan mengalami peningkatan kemakmuran karena pendapatan per kapitanya meningkat. Akan tetapi, jika GNP suatu negara naik dan jumlah penduduknya juga mengalami kenaikan yang lebih besar dari kenaikan GNP-nya, negara tersebut tidak akan mengalami peningkatan kemakmuran sebab pendapatan per kapitanya tidak naik. 2. Pendapatan per kapita 6 Negara dikatakan berhasil dalam melaksanakan pembangunan ekonominya jika pendapatan per kapita masyarakatnya mengalami peningkatan. Dengan adanya kenaikan pendapatan per kapita, berarti tingkat kemakmuran rakyatnya juga mengalami kenaikan semakin tinggi. 3. Tingkat Pengangguran Keberhasilan pembangunan dan perkembangan ekonomi suatu negara juga dapat ditentukan dari jumlah besarnya pengangguran. Jika angka pengangguran dari tahun ke tahun semakin kecil maka negara tersebut berhasil dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, tetapi jika angka pengangguran semakin besar, berarti negara tersebut gagal dalam melaksanakan pembangunan ekonominya. Semakin berkurangnya angka pengangguran berarti negara tersebut mampu mempercepat perkembangan ekonominya. Adapun dari data BPS (Badan Pusat Statisktik) di Indonesia dengan Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 119,4 juta orang, bertambah sekitar 2,9 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2010 sebesar 116,5 juta orang atau bertambah 3,4 juta orang dibanding Februari 2010 sebesar 116,0 juta orang. Dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 111,3 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2010 sebesar 108,2 juta orang atau bertambah 3,9 juta orang dibanding keadaan Februari 2010 sebesar 107,4 juta orang.tingkat pengangguran di Indonesia. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 6,80 persen, Mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2010 sebesar 7,14 persen dan TPT Februari 2010 sebesar 7,41 persen. Setahun terakhir (Februari 2010―Februari 2011), hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali sektor pertanian dan sektor transportasi, masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 360 ribu orang (0,84 persen) dan 240 ribu orang (4,12 persen). Sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan sektor industri secara berurutan menjadi penampung terbesar tenaga kerja pada bulan Februari 2011. Pada Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan sebesar 34,5 juta orang (31,01 persen), 7 berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 21,3 juta orang (19,15 persen) dan berusaha sendiri sejumlah 21,1 juta orang (19,01 persen). Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2011, sebesar 77,1 juta orang (69,28 persen) bekerja di atas 35 jam perminggu, sedangkan pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8 jam hanya sebesar 1,4 juta orang (1,23 persen). Pada Februari 2011, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebesar 55,1 juta orang (49,53 persen), sedangkan pekerja dengan pendidikan Diploma sebesar 3,3 juta orang (2,98 persen) dan pekerja dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 5,5 juta orang (4,98 persen). Dari data di atas keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada semester pertama tahun 2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja mencapai 119,4 juta orang naik sebesar 2,9 juta orang dibanding keadaan Agustus 2010 dan naik 3,4 juta orang dibanding keadaan Februari 2010. Penduduk yang bekerja pada Februari 2011 bertambah sebesar 3,1 juta orang dibanding keadaan Agustus 2010, dan bertambah 3,9 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2010). Jumlah penganggur pada Februari 2011 mengalami penurunan sebesar 200 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2010, dan mengalami penurunan 470 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2010. Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 2,13 persen selama periode satu tahun terakhir. Adapun tingkat pengangguran terbuka menurut tingkat pendidikan di Indonesia dari data BPS. Jumlah pengangguran pada Februari 2011 mencapai 8,1 juta orang atau 6,80 persen dari total angkatan kerja. Secara umum Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2011 sebesar 6,80 persen turun dari TPT Agustus 2010 sebesar 7,14 persen dan TPT Februari 2010 sebesar 7,41 persen. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2010 TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,38 8 persen dan 0,27 persen. Pada Februari 2011, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Diploma menempati posisi tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 12,17 persen dan 11,59 persen. TPT dengan tingkat pendidikan universitas mengalami penurunan yang signifikan dari 14,24 persen pada Februari 2010 menjadi 9,95 persen pada Februari 2011. Hal ini diduga akibat penerimaan Pegawai Negeri Sipil dalam setahun terakhir didominasi mereka yang berpendidikan tinggi. 4. Laju Inflasi Negara yang berhasil dalam melaksanakan pembangunan ekonomi akan mampu menekan laju inflasi merupakan suatu keadaan kenaikan harga - harga secara umum dalam suatu perekonomian dan berlangsung terus menerus dalam waktu tertentu. Inflasi Inflasi yang semakin tinggi menandakan bahwa stabilitas ekonomi negara tersebut tidak terjamin. Apabila stabilitas ekonomi tidak terjamin, berarti pembangunan dan perkembangan ekonomi juga tidak stabil. Tingkat inflasi berdasarkan data BPS di Indonesia tahun kalender (JanuariApril) 2011 sebesar 0,39 persen dan laju inflasi year on year (April 2011 terhadap April 2010) sebesar 6,16 persen. Komponen inti pada bulan April 2011 mengalami inflasi sebesar 0,25 persen, laju inflasi komponen inti tahun kalender (Januari-April) 2011 sebesar 1,31 persen dan laju inflasi komponen inti year on year (April 2011 terhadap April 2010) sebesar 4,62 persen. Adapun pada bulan April 2011 terjadi deflasi sebesar 0,31 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,66. Dari 66 kota IHK, 57 kota mengalami deflasi dan 9 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Jambi 1,57 persen dengan IHK 126,85 dan terendah terjadi di Bandung, Bima dan Makassar masing-masing 0,02 persen dengan IHK masing-masing 120,58; 132,44 dan 126,40. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Ternate 0,52 persen dengan IHK 128,07 dan terendah terjadi di Palangkaraya 0,05 persen dengan IHK 129,13. Sedangkan laju perbandingan inflasi tahunan tahun kalender (Januari-April) 2011 sebesar 0,39 persen dan dan laju inflasi year on year (April 2011 terhadap April 2010) sebesar 6,16 persen. Sedangkan laju inflasi pada periode yang sama tahun kalender 2009 dan 2010 masing - masing 0,05 persen dan 1,15 persen. Sedangkan laju 9 inflasi year on year untuk April 2009 terhadap April 2008 dan April 2010 terhadap April 2009 masing-masing sebesar 7,31 persen dan 3,91 persen. 5. Neraca Pembayaran Internasional Setiap negara menghendaki agar neraca pembayaran internasionalnya surplus. Agar neraca pembayaran surplus, suatu negara harus mempunyai pos perdagangan yang surplus, neraca barang yang surplus, neraca jasa surplus, dan neraca emas surplus. Jika pos - pos neraca itu surplus, berarti negara tersebut mampu meningkatkan perkembangan ekonominya. Ketika kita berbicara mengenai ekspor impor di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Nilai ekspor Indonesia Maret 2011 mencapai US$16,29 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 13,03 persen dibanding ekspor Februari 2011. Sementara bila dibanding Maret 2010 ekspor mengalami peningkatan sebesar 27,53 persen. Ekspor nonmigas Maret 2011 mencapai US$13,32 miliar, naik 12,88 persen dibanding Februari 2011, sedangkan dibanding ekspor Maret 2010 meningkat 25,62 persen. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Maret 2011 mencapai US$45,31 miliar atau meningkat 27,51 persen dibanding periode yang sama tahun 2010, sementara ekspor nonmigas mencapai US$37,12 miliar atau meningkat 28,66 persen. Peningkatan ekspor nonmigas terbesar Maret 2011 terjadi pada karet dan barang dari karet sebesar US$201,4 juta, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$559,7 juta. Ekspor nonmigas ke Jepang Maret 2011 mencapai angka terbesar yaitu US$1,53 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,41 miliar dan Cina US$1,30 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 31,86 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,69 miliar. Menurut sektor, ekspor hasil industri periode Januari-Maret 2011 naik sebesar 34,34 persen disbanding periode yang sama tahun 2010, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 22,81 persen serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 11,68 persen. 10 2.3. Asas - Asas dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Asas pembangunan ekonomi nasional adalah prinsip pokok yang harus diterapkan dan dipegang teguh dalam perencanaan pembangunan nasional, yang sekaligus berfungsi sebagai pemberi watak dan corak bagi pembangunan nasional yang tidak boleh ditinggalkan. Dalam GBHN tahun 1993 ditetapkan Sembilan asas pembangunan nasional di berbagai bidang termasuk di bidang ekonomi a) Asas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Asas ini mengandung makna bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral, dan etika dalam rangka pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila. b) Asas Manfaat Segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional harus memberikan manfaat yang sebesar - besarnya bagi kemanusiaan dan peningkatan kesejahteraan rakyat serta tidak meninggalkan kelestarian nilai - nilai luhur budaya bangsa dan kelestarian lingkungan hidup dalam upaya pembangunan yang berkesinambungan. c) Asas demokrasi pancasila Untuk mencapai tujuan, pembangunan nasional harus dilaksanakan dengan semangat kekeluargaan yang bercirikan kebersamaan dan kegotongroyongan dengan mengutamakan musyarawah untuk mencapai mufakat. d) Asas adil dan merata 11 Pelaksanaan pembangunan nasional harus merata di semua lapisan masyarakat. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil pembangunan secara adil sesuai dengan nilai - nilai kemanusiaan dan darmabakti atau pengorbanan yang diberikan kepada negara. e) Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan Pelaksanaan pembangunan harus memerhatikan adanya keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kepetingan dunia dan akhirat, material dan spiritual, jiwa dan raga, individu dan negara, pusat, serta daerah dan kepentingan nasional dan internasional. f) Asas hukum Dalam melaksanakan pembangunan nasional, setiap warga negara dan penyelenggara negara harus taat pada hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran serta negara diwajibkan untuk menjamin dan menegakkan hukum. g) Asas kemandirian Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan pada landasan kepercayaan akan kemampuan dan ketaatan sendiri serta bersendikan pada kepribadian bangsa. h) Asas kejuangan Dalam menyelenggarakan pembangunan nasional, penyelenggara negara dan masyarakat harus memiliki mental, semangat, tekad, dan jiwa pengabdian, ketaatan serta disiplin tinggi dengan lebih mengutamakan kepentingan umum, bangsa, dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. i) Asas ilmu pengetahuan dan tekonologi 12 Agar hasil pembangunan dapat memberikan kesejahteraan rakyat lahir dan batin penyelenggaraannya perlu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguasaannya secara saksama dan bertanggungjawab dengan memerhatikan agama dan nilai luhur budaya bangsa. 2.4. Pola Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi Pola kebijakan pembangunan ekonomi tiap negara tidak sama. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan politik, sumber daya alam yang dimiliki, serta kemampuan dalam mengelola. Khusus pada negara berkembang, pola kebijakan pembangunan ekonomi yang dapat diterapkan terdiri atas pola ketat dan pola longgar. 1. Pola ketat Maksud dari pola ketat adalah pola kebijakan pembangunan yang diatur oleh pemerintah pusat atau dilaksanakan secara desentralisasi. Pola ini dilaksanakan oleh negara yang menganut system perekonomian terpusat atau sosialis. Ciri – ciri pola ketat sebagai berikut a. Perencanaan perekonomian dilaksanakan oleh pemerintah pusat b. Produksi, distribusi, dan konsumsi diatur oleh pemerintah pusat c. Masyarakat atau swasta tidak diberi kesempatan untuk berusaha Tujuan yang ingin dicapai kebijakan pembangunan pola ketat yaitu a. Rencana pembangunan lebih mudah dilaksanakan b. Mudah untuk melaksanakan pengawasan jalannya pembangunan c. Anggaran yang telah ditetapkan dapat dipergunakan secara optimal d. Menghindari atau memperkecil terjadinya kebocoran dalam bidang keuangan e. Memperkecil atau menghilangkan hambatan yang mungkin terjadi 13 2. Pola longgar Maksud dari pola longgar adalah kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang mengikutsertakan masyarakat atau swasta dalam melaksanakan kegiatan pembangunan ekonomi. Pola longgar ini dipergunakan oleh negara yang menganut sistem liberal atau kapitalis. Berikut alasan - alasan suatu negara melaksanakan kebijakan pola longgar. a. Adanya keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah sehingga pemerintah menyertakan masyarakat atau swasta untuk ikut melaksanakan kegiatan pembangunan. b. Mengiktusertakan masyarakat atau swasta agar berperan serta atau berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi sehingga merasa ikut memiliki. c. Agar masyarakat atau swasta ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup bangsa dan negaranya. Ciri - ciri pola longgar sebagai berikut a. Masyarakat atau swasta diberi kesempatan untuk ikut serta dalam melaksanakan pembangunan ekonomi b. Masyarakat diberi kebebasan dalam mengatur perekonomian c. Peranan pemerintah sebagai pengamat, pengawas, dan pembimbing dalam kehidupan ekonomi negaranya. d. Pemerintah dan masyarakat atau swasta bersama - sama meningkatkan kesejahteraan rakyat 2.5. Peran dan Kebijakan Pemerintah dalam Membangun Ekonomi 1. Penggalakan KB (Keluarga Berencana) Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia, berdasarkan sensus penduduk 2010 oleh BPS yang mencapai 250 juta sangat 14 diperlukan untuk menekan jumlah pertambahan karena hal ini berkaitan dengan pendapatan per kapita, artinya jika suatu negara mempunyai jumlah GNP (Gross National Product) naik dibarengi kenaikan jumlah penduduk melebihi kenaikan GNPnya, maka negara tersebut tidak akan mengalami kenaikan kemakmuran karena jumlah pendapatan per kapita tidak naik. Oleh karena itu pemerintah menyiasati dengan mencanangkan program dua anak dalam keluarga cukup, ini dikarenakan agar beban keluarga tidak terlalu berat. Hal ini tentu berbeda dengan pemerintah di negara Inggris, Jerman, Belanda, dimana mereka menganggap mempunyai anak hanya menghambat proses kerja seseorang untuk mencari, sehingga pemerintah negara tersebut mencanangkan anak yang bagi setiap keluarga, ini dikarenakan kesibukan di keluarga tersebut sehingga proses perkembangan tidak berjalan lancar. Namun sejauh ini program pemerintah ini masih berjalan belum lancar, masyarakat masih kurang sadar dalam pencanangan program ini. Selain itu anggapan masyarakat banyak anak banyak rezeki belum dapat dihilangkan. 2. Program Wajib Sekolah 9 tahun Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan fondasi atau modal bagi sebuah negara dalam membangun ekonomi dan meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup. Salah satu modal untuk membangun kualitas manusia di Indonesia tentu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Al Qur’an Allah berfirman : “ Allah akan meninggikan orang - orang yang beriman di antaramu dan orang - orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Mujadillah 11). Program wajar atau kepanjangan dari wajib belajar 9 tahun merupakan cerminan bagaimana pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Sekolah merupakan salah satu pilihan utama menuntut ilmu, utamanya ilmu ilmu yang merupakan dasar - dasar kehidupan manusia. Namun sejauh ini hasil dari program wajar ini masih jauh panggang dari api, berbagai persoalan melanda program ini dari mulai sarana dan prasarana sekolah yang masih minim, tenaga pendidik yang masih kurang, dan biaya pendidikan yang kian mahal sehingga pendidikan seakan milik 15 orang - orang kelas menengah ke atas saja. Tak hanya itu wajib pendidikan 9 tahun tampaknya juga belum cukup, seharusnya pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak mencanangkan program wajib belajar 9 tahun sehingga dari sini ilmu dan skill mereka sudah cukup. Peran sekolah kejuruan atau SMK juga harus dikedepankan karena sekolah kejuruan memiliki kelebihan mencetak seseorang dengan memiliki skill kerja. Sebagai implementasi dari program wajib belajar ini pemerintah harus bekerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya memberikan biaya siswa bagi yang kurang mampu supaya bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Pada akhirnya jika program wajib belajar 12 tahun ini sukses setidaknya kualitas SDM diharapkan lebih lagi. Kesadaran masyarakat akan pendidikan juga amat diperlukan, banyak dari masyarakat di pedesaan yang beranggapan bahwa pendidikan di sekolah hal yang tabu, banyak dari para orang tua terutama orang tua anak perempuan langsung menikahkan anaknya ketika ada seorang yang melamarnya. Pada akhirnya sabda Rasulullah Saw “Setiap orang muslim laki - laki dan perempuan wajib hukumnya dalam menuntut ilmu” (HR Bukhari Muslim), pada hadistnya lain beliau bersabda “Tuntutlah ilmu dari lahir hingga menuju liang lahat (kematian)” (HR Bukhari). Bahkan Imam Syafi’I pernah mengatakan dalam syairnya Carilah ilmu wahai muslim laki - laki dan perempuan Tinggalkanlah kampung kelahiranmu jika perlu Tuntutlah ilmu walau berkeliling dunia Niscaya engkau dapat berbagai ilmu dan pengalaman 3. Pelatihan Kerja Bagi Tunawisma Pengangguran merupakan salah satu indikasi bahwa pembangunan ekonomi dalam suatu negara gagal, semakin banyak angka pengangguran maka negara itu dapat digolongkan kurang berhasil dalam membangun ekonominya. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan - pelatihan kerja bagi masyarakat utamanya bagi mereka yang mengalami pengangguran terbuka karena tidak memiliki skill bekerja yang baik. 16 Selain itu pemerintah diharapkan membuka lapangan pekerjaan lebih banyak lagi, utamanya di daerah pedesaan. Bursa - bursa kerja juga harus lebih sering digalakkan untuk menampung peluang para pencari kerja di Indonesia. 4. Menyeimbangkan Neraca Pembayaran Negara Sebagai salah satu tolak ukur pembangunan ekonomi negara neraca pembayaran merupakan komponen penting di dalamnya. Apabila neraca pembayaran dalam keadaan surplus maka negara itu dapat dikatakan berhasil dalam membangun ekonominya. Maka dari itu pemerintah biasanya melakukan peran menetapkan kebijakan bagi perdagangan internasional antara lain kuota ekspor, kuota impor, subsidi, tarif impor, tariff ekspor, premi, diskriminasi harga, larangan impor, larangan ekspor, dan politik dumping. Diharapkan dengan menetapkan kebijakan yang tetap dalam perdagangan internasional akan memberikan dampak neraca pembayaran yang surplus. Sehingga pembangunan ekonomi yang lebih baik akan terwujud ke depannya. 5. Membuat Regulasi Hukum yang jelas Pada pelaksanaan ekonomi di suatu negara dibutuhkan iklim yang stabil dan aturan - aturan hukum yang jelas untuk mengatur kegiatan perekonomian. Bagaimana suatu perusahaan besar diizinkan untuk membuat usaha dengan berbagai aspek yang harus ditinjau dari berbagai bidang misalkan bidang lingkungan, bidang politik, bidang keamanan. Jika regulasi hukum untuk iklim ekonomi di suatu negara tidak mendukung maka kegiatan perekonomian tidak akan berjalan sesuai yang dicanangkan dalam asas GBHN tahun 1983 pada akhirnya pembangunan ekonomi yang diharapkan tidak akan berjalan dengan maksimal. 6. Pemberian Modal Bagi Insdustri Kecil Menengah Sebagai bagian dari perekonomian suatu negara industi kecil dan menengah mempunyai peranan yang juga begitu penting dalam roda perekonomian Indonesia. 17 Selain sebagai lapangan kerja bagi para angkatan kerja, industri kecil dan menengah ini member kontribusi bagi kestabilan ekonomi, banyak dari industri kecil ini telah menjual hasil produknya hingga ke luar negeri. Namun banyak dari industri kecil ini yang seakan menahan nafas karena permasalahan permodalan yang kurang hingga kurangnya sarana dan prasarana produksi. Maka dari itu perlu adanya kredit lunak bagi industri kecil dan menengah ini supaya mereka punya modal untuk berusaha. Selama ini pemerintah telah menyalurkan kredit usaha itu melalui koperasi dan berbagai bank umum yang tergabung dalam BUMN seperti Bank Mandiri, BNI, Bank Bri. Selain itu program PNPM Mandiri juga telah berhasik member kredit usaha, contoh kredit usaha pada petani di Kabupaten Bojonegoro yang totalnya mencapai 3 miliar rupiah. 18 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Membangun memiliki arti sama dengan pembangunan, membangun atau pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang yang dilakukan secara berkesinambungan berdasarkan suatu rencana tertentu. Membangun ekonomi adalah suatu proses untuk menaikkan atau meningkatkan pendapatan per kapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang. 2. Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat diukur dengan criteria GNP (Gross National Product), Pendapatan Per kapita, tingkat pengangguran, laju inflasi, dan neraca pembayaran. 3. Dalam pembangunan nasional ada beberapa asas yang dicanangkan berdasarkan GBHN 1983, asas - asas pembangunan itu antara lain asas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, asas manfaat, asas demokrasi pancasila, Asas adil dan merata, Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan, asas hukum, asas kemandirian, asas kejuangan, dan Asas ilmu pengetahuan dan tekonologi. 4. Kebijakan pemerintah dalam membangun ekonomi pada suatu negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu pola ketat yang dijalankan oleh negara dengan sistem perekonomian sosialis atau terpusat, serta pola longgar yang dianut oleh negara dengan sistem perekonomian liberal atau kapitalis. 5. Peran pemerintah dalam membangun ekonomi antara lain penggalakan KB (Keluarga Berencana), program wajib sekolah 9 tahun, pelatihan kerja bagi tunawisma, menyeimbangkan neraca pembayaran negara, membuat regulasi hukum yang jelas, dan pemberian modal bagi insdustri kecil menengah. 19 3.2. Pendapat Kelompok 1. Membangun ekonomi merupakan bukan tugas bersama antara pemerintah semata, tapi juga tugas seluruh stakeholder yang ada di negara ini termasuk rakyat. 2. Pemerintah harus memerhatikan aspek - aspek keadilan, transparansi, dan pemerataan supaya tidak ada pihak - pihak yang merasa dirugikan yang akan menghambat terciptanya pembangunan ekonomi itu sendiri. 3. Dalam mencapai pembangunan ekonomi kualitas SDM merupakan objek penting yang harus diperhatikan, pemerataan pendidikan merupakan salah satu langkahnya yang dapat dilakukan pemerintah. 20 DAFTAR PUSTAKA Al Mundziri, Imam, 1994. Mukhtashar Shahih Muslim. Riyadh : Dar Ibnu Khuzaimah Bahreisy, Salim, 1976. Riadhus Shalihin. Bandung : PT Al Ma’arif Fuadi, Anwar, 2010. Ranah 3 Warna. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Hadhiri, Choiruddin, 2001. Klasifikasi Kandungan Al Qur’an. Jakarta : Gema Insani Press http://farisah-amanda.blogspot.com/ http://id.wikipedia.org/ http://www.bps..go.id/ Poerwadarminta, W.J.S, 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Rahmawati, Kristina, 2008. Siap Ujian Nasional Ekonomi. Jakarta : CV Graha Pustaka Saminto dkk, 2005. Wawasan Ekonomi SMA / MA Kelas XI. Surakarta : PT Widya Duta Grafika Soenarjo, 1971. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al Qur’an Sukirno, Sadono, 1994. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Winardi, 1983. Kamus Ekonomi. Bandung : Alumni Zaidun, Achmad, 2003. Ringkasan Hadis Muslim. Jakarta : Pustaka Amani 21