Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer

advertisement
Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009
ANALISIS LOSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PENYULANG
ADHYAKSA MAKASSAR
Muh. Nasir Malik
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar jatuh tegangan dan susut daya total pada jaringan
distribusi primer penyulang Adyaksa Gardu Induk Panakukang Makassar. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jatuh tegangan yang terjadi pada kawat
penghantar sebesar 68,481 Volt atau sebesar 0,342 %; (2) Susut daya penghantar adalah 27923,971 Watt
dan susut daya pada transformator distribusi sebesar 68050 Watt, sehingga susut daya total pada
penyulang Adyaksa adalah 95973,971 Watt atau sebesar 2,626 %.
Kata kunci : Jaringan distribusi, Jatuh tegangan, Susut daya.
Ketersediaan daya listrik dalam jumlah
dan mutu yang memadai merupakan salah satu
faktor yang menunjang untuk mempercepat
peningkatan ekonomi dan laju pembangunan di
berbagai sektor, serta meningkatkan produktifitas
bagi masyarakat. Salah satu kendala yang
dihadapi adalah pendistribusian daya listrik ke
konsumen, karena pada umumnya konsumen
mengharapkan adanya suatu bentuk penyediaan
energi listrik yang terus menerus (kontinyu).
Pemasok tenaga listrik dalam hal ini PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero,
dituntut untuk mampu memberikan suatu
pelayanan tenaga listrik yang optimal sesuai yang
dibutuhkan para konsumen, tetapi pada
kenyataannya krisis energi listrik menjadi
masalah besar dalam penyediaan energi listrik
dalam jumlah besar. Untuk itu, hal yang
mendesak dilakukan adalah memaksimalkan
manajemen pengoperasian sistem tenaga listrik.
Jaringan distribusi tenaga listrik merupakan
bagian dari sistem tenaga listrik yang
berhubungan langsung dengan konsumen. Bagian
ini sangat menunjang penyaluran tenaga listrik ke
konsumen, untuk itu diperlukan pengoperasian
dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik
yang memadai. Untuk menyalurkan tenaga listrik
ke konsumen, jaringan distribusi tenaga listrik
terbagi atas dua, yaitu jaringan distribusi tenaga
listrik primer yang menggunakan tegangan 20000
Volt atau 20 kV (Tegangan Menengah = TM) dan
jaringan distribusi tenaga listrik sekunder,
menggunakan
tegangan
220/380 Volt
(Tegangan Rendah = TR).
Pada penyaluran tenaga listrik, keandalan
jaringan distribusi harus benar-benar diperhatikan,
karena dalam jaringan distribusi sangatlah besar
kemungkinan terjadinya jatuh tegangan dan susut
daya pada kawat penghantar serta susut daya yang
terjadi pada transformator distribusi. Oleh karena
itu diperlukan perhatian terhadap aspek-aspek
teknis dan non-teknis dalam peningkatan
keandalan atau kualitas jaringan distribusi. Proses
penyaluran daya listrik pada jaringan distribusi ke
konsumen, terjadi penyusutan daya pada saluran
(penghantar), transformator, dan peralatan lain
yang terpasang pada jaringan distribusi tersebut.
Penyusutan ini merupakan hal yang wajar selama
besarannya masih dalam batas-batas toleransi
yang diizinkan. Jika besarannya sudah melampaui
batas toleransi, maka sudah perlu diambil
langkah-langkah untuk mengatasinya.
Susut daya dan jatuh tegangan sebagian
besar terjadi pada jaringan distribusi. Hal ini
dikarenakan arus listrik yang mengalir pada
jaringan distribusi, baik distribusi primer maupun
distribusi sekunder sangat besar. Apabila terjadi
jatuh tegangan yang besar, akan mempengaruhi
karakteristik pengoperasian peralatan khususnya
elektronik pada konsumen, terutama pada kondisi
jatuh tegangan yang melebihi 10 %. Bilamana
kondisi ini terus berlangsung dengan arus yang
besar, maka peralatan elektronik tersebut akan
bekerja pada kondisi tidak normal, rusak.
Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar
Penyulang Adyaksa merupakan salah
satu penyulang yang disuplai dari gardu induk
Panakukang Makassar. Penyulang Adyaksa
mensuplai 23 gardu distribusi dengan kapasitas
yang berbeda-beda dan tersebar di beberapa lokasi
untuk melayani konsumen yang berada disekitar
daerah kompleks perumahan Panakukang Mas,
termasuk daerah pusat bisnis (perdagangan)
seperti Mall Panakukang, Carefour, Panakukang
Trade Centre (PTC), Gudang Rabat Alfa, dan
pertokoan lainnya.
Seringnya
terjadi
pengsaklaran
(swicthing) pada gardu distribudi diindikasikan
sebagai akibat dari besarnya jatuh tegangan dan
susut daya pada jaringan distribusi. Seiring
dengan perkembangan wilayah hunian dan pusat
bisnis di daerah Panakukang dan sekitarnya,
mengakibatkan tingkat kebutuhan konsumen akan
tenaga listrik yang bervariasi, maka pada daerah
tersebut dibutuhkan data yang lengkap untuk
meminimalisir
gejala-gejala
yang
dapat
menyebabkan terjadinya susut daya dan jatuh
tegangan yang disebut dengan loses distribusi
tegangan menengah pada daerah tersebut.
Adapun permasalahan dalam penelitian
ini adalah berapa besar jatuh tegangan jaringan
distribusi tenaga listrik pada penyulang Adyaksa
dan berapa besar susut daya jaringan distribusi
tenaga listrik pada penyulang Adyaksa Makassar.
Sedangkan tujuan penelitian ini diharapkan untuk
mengetahui besar jatuh tegangan dan susut daya
jaringan distribusi tenaga listrik pada penyulang
Adyaksa Makassar.
Suatu sistem distribusi secara garis besar
terdiri dari tiga bagian, yaitu sistem
pembangkitan, sistem transmisi dan sistem
distribusi. Pusat pembangkitan merupakan tempat
energi listrik dibangkitkan, dan dengan
menggunakan transformator penaik tegangan
(step-up), tegangan listrik dinaikkan menjadi
tegangan tinggi dan selanjutnya disalurkan
melalui saluran transmisi. Saluran transmisi akan
menghubungkan antara pusat pembangkit dengan
sistem distribusi atau konsumen melalui gardu
induk dengan menurunkan tegangannya pada
transformator penurun tegangan (step-down)
menjadi tegangan menengah. Pada bagian
distribusi inilah energi listrik selanjutnya
disalurkan ke konsumen untuk berbagai
keperluan. Diagram sistem distribusi tenaga listrik
ditunjukkan pada gambar 1.
Sistem tenaga listrik di Indonesia
menggunakan sistem 3 fasa yang seimbang.
Artinya bahwa tegangan 3 fasa yang dihasilkan
oleh unit-unit pembangkit tenaga listrik dalam
keadaan seimbang, baik besar tegangan maupun
frekuensi yang dihasilkan (Stevenson, 1994).
Menurut Dugan & Beaty (1996), keandalan atau
kualitas daya listrik secara umum dapat
dinyatakan sebagai kemungkinan
suatu
komponen atau suatu sistem penyedia tenaga
listrik menjalankan fungsinya secara memuaskan
dan sempurna.
Gambar 1. Diagram satu garis distribusi tenaga
listrik
Dalam penyaluran tenaga listrik dari
gardu-gardu induk sampai kepada konsumen
diperlukan suatu sistem jaringan distribusi,
dimana pada jaringan distribusi tersebut timbul
jatuh tegangan dan rugi daya, sedangkan pada
transformator distribusi juga timbul rugi daya
(Pabla, 1994).
Menurut Dugan & Beaty (1996), bahwa
perubahan tegangan suplai diizinkan antara +5 %
dan –5%, sedangkan menurut Wardani (1996),
bahwa batas toleransi variasi tegangan adalah +5
% dan –10% dari tegangan nominal.
Pendistribusian tenaga listrik dari gardugardu induk sampai kepada konsumen diperlukan
suatu sistem jaringan distribusi (Pabla, 1994).
Sistem jaringan distribusi dapat dibedakan atas
dua yaitu :
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009
a. Sistem jaringan distribusi Primer
Sistem jaringan distribusi primer adalah
bagian dari sistem tenaga listrik terletak antara
gardu induk dan gardu distribusi. Jaringan
distribusi primer ini umumnya terdiri dari jaringan
tiga fasa yang jumlah kawatnya tiga atau empat
kawat. Untuk menyalurkan tenaga listrik pada
jaringan distribusi primer digunakan saluran
kawat udara, saluran kabel udara atau sistem
kabel tanah, dimana penggunaannya disesuaikan
dengan tingkat keandalan yang dibutuhkan.
Saluran distribusi primer ini dibentangkan
sepanjang daerah yang disuplai tenaga listrik
sampai pada pusat beban ujung akhir.
b.
primer, digunakan persamaan (2) dengan
memberikan subskrit m dan n, pada jatuh
tegangan (V), arus (I), jarak (L), resistansi (R) dan
reaktansi (X), sehingga persamaan (2) menjadi :
DVmn = I mn Lmn (Rmn cos q + X mn sin q ) (3)
Bagan dari suatu penyulang yang terdapat
pada suatu sistem jaringan distribusi primer dapat
dilihat pada gambar 6 berikut.
Sistem jaringan distribusi sekunder
Sistem jaringan distribusi sekunder
merupakan bagian dari sistem jaringan distribusi
primer dimana jaringan ini berhubungan langsung
dengan konsumen tenaga listrik. Pada jaringan
distribusi sekunder sistem tegangan distribusi
primer 20 kV diturunkan menjadi sistem tegangan
rendah 380/220 Volt.
Sistem jaringan distribusi primer dikenal
beberapa macam tipe jaringan distribusi primer,
dimana masing-masing sistem mempunyai
karakteristik-karakteristik yang berbeda-beda
serta mempunyai keuntungan dan kerugian yang
tergantung pada kebutuhan. Dasar pemilihan
suatu sistem tergantung dari tingkat kepentingan
konsumen/pusat beban itu sendiri, yaitu meliputi
(a) Kontinuitas pelayanan yang baik, (b) Kualitas
daya listrik yang baik, (c) Luas dan penyebaran
daerah beban yang dilayani seimbang, (d)
Fleksibelitas dalam pengembangan dan perluasan
daerah beban, (e) Kondisi dan situasi lingkungan,
dan (f) Pertimbangan ekonomis.
Kadir Abdul, 2000, menyatakan bahwa
jatuh tegangan (DV) didefinisikan sebagai selisih
tegangan pada ujung pengirim (VS) dan tegangan
pada ujung penerima (Vr), yang dinyatakan
dengan persamaan :
DV = Vs - Vr
(1)
Besar jatuh tegangan yang terjadi pada
penghantar saluran ditentukan oleh panjang
saluran, konstanta jaringan dan besar daya yang
disalurkan. Untuk sistem arus bolak-balik tiga
fasa, digunakan rumus turunan dari persamaan (1)
di atas :
DV = I L (R cosq + X sinq )
(2)
Untuk menghitung besar jatuh tegangan
antara titik m dan n pada suatu jaringan distribusi
Gambar 6. Bagan suatu penyulang pada sistem
distribusi primer
Susut daya (DP) pada kawat penghantar
jaringan distribusi primer dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (Pabla, 1994) :
DP = m.I2.R.L
(4)
Umumnya bentuk jaringan distribusi primer
bercabang-cabang, maka susut daya dihitung
secara bertahap bagian demi bagian. Untuk
menghitung besar susut daya antara titik m dan n
pada suatu jaringan distribusi primer, digunakan
persamaan (4) dengan memberikan subskrit m dan
n, pada susut daya (P), arus (I), jarak (L), dan
resistansi (R), sehingga persamaan (4) menjadi :
DPmn = m.I2mn.Rmn.Lmn
(5)
Selain pada kawat penghantar, susut (rugi) daya
juga terjadi pada transformator, yaitu pada inti
besi dan belitan (kumparan). Rugi daya yang
terjadi pada inti besi disebabkab oleh adanya rugi
histeresis dan rugi arus eddy. (Kadir, Abdul,
2000). Rugi-rugi ini tidak tergantung pada besar
arus beban. Rugi histeresis yaitu suatu kerugian
yang disebabkan adanya partikel-partikel pada
inti transformator, akibat adanya perubahan fluks
magnet yang muncul secara periodik, Besar rugi
hysteresis (Ph) dapat dihitung dengan persamaan
(6) berikut :
Ph = Kh.f.Bmaks1,6
(6)
Dengan Kh adalah koefisien hysteresis, f adalah
frekuensi perubahan fluks dam Bmaks adalah
kerapatan fluks maksimum.
Rugi arus eddy (Pe) adalah kerugian yang
disebabkan oleh adanya arus yang mengalir pada
Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar
inti transformator. Prosesnya mirip dengan arus
yang terinduksi pada belitan transformator. Rugi
ini dapat dihitung dengan rumus berikut :
Pe = Ke.f.Bmaks2
(7)
Sedangkan rugi-rugi yang terjadi pada
belitan kumparan transformator, yang disebut
dengan rugi tembaga adalah kerugian yang
tergantung dari besarnya arus beban. Semakin
besar arus beban semakin besar pula rugi tembaga
yang terjadi. Rugi belitan (P cu) sebanding dengan
perubahan kuadrat arus beban.
2
Pcu = m.I .R
2
atau : Pcu = m.I1 (R1 +
(8)
a.R22)
atau : Pcu = m.I22(R2 + a.R12)
Dengan m adalah jumlah fasa, R1 adalah resistansi
belitan primer, R2 adalah resistansi belitan
sekunder dan a = konstanta atau pembanding
transformasi. Sedangkan arus beban transformator
distribusi dihitung dengan persamaan (9) berikut :
I=
kVA
3V
(9)
Penyaluran daya listrik pada jaringan
distribusi primer dipengaruhi oleh parameter
resistansi, induktansi dan kapasitansi, ketiga
parameter ini mengakibatkan terjadinya jatuh
tegangan dan susut daya. Untuk panjang jaringan
yang pendek pengaruh kapasitansi dapat
diabaikan. Menurut Stevenson, William, 1994,
resistansi kawat penghantar dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (10) berikut :
L
R=r
A
(10)
dengan r adalah resistansi jenis masing-masing
penghantar (tembaga = 0,0178 W-m dan
aluminium = 0,032 W-m), L adalah panjang
penghantar dan A merupakan luas penampang
penghantar.
Pada jaringan distribusi primer ada dua
faktor yang mempengaruhi reaktansi induktif,
yaitu efek kulit dan efek sekitar. Kedua efek ini
diabaikan karena frekuensi kerja yang digunakan
hanya 50 Hz dan radius penghantar terlalu kecil
dibanding dengan jarak antar penghantar.
Induktansi (L) dari suatu kawat penghantar
jaringan distribusi primer dapat dihitung dengan
persamaan (11) berikut :
L = 2 x10 - 7 ln
Deq
Ds
(11)
dengan Deq = (D12 x D23 x D31)1/3 adalah jarak
ekivalen dari tiap penghantar dan Ds = re-0,25
adalah jari-jari rata-rata geometrik penghantar.
Sedangkan reaktansi induktif (X L) dapat dihitung
dari persamaan (12) berikut :
XL = 2.p.f.L (12)
Dengan f adalah frekuensi jala-jala.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian analisis
deskriptif, yaitu melakukan perhitungan teknis
untuk menggambarkan fenomena yang terjadi
pada jaringan distribusi primer penyulang
Adyaksa Makassar yaitu jatuh tegangan dan rugi
daya.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik
observasi langsung dilapangan, dilakukan untuk
melihat secara langsung kondisi panjang jaringan
distribusi dan letak gardu distribusi. Teknik
wawancara, dilakukan dengan mewawancarai
karyawan (teknisi) gardu induk Panakukang untuk
mendapatkan penjelasan dan keterangan yang
lebih akurat tentang penyulang Adyaksa. Teknik
dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data
tentang jenis, panjang dan luas penampang
penghantar jaringan distribusi primer, serta
kapasitas garu distribusi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyulang Adyaksa disuplai dari gardu
indu Panakukang dengan bentuk konfigurasi
jaringan ring karena dapat disuplai dari gardu
induk lain, terlihat dengan adanya beberapa Air
Breaker Switch (ABS) yang berfungsi untuk
menghubungkan atau memutuskan arus listrik
dengan penyulang lain. Arus beban puncak yang
terjadi pada tanggal 9 Desember 2006 sebesar 215
A, tegangan 20 kV, frekuensi 50 Hz, faktor daya
0,85 lagging. Panjang saluran 8660 m, dengan
kawat penghantar 3x240 mm2 dan 3x150 mm2
jenis Cross-Linked Polyethylene (XLPE) saluran
bawah tanah. Untuk saluran udara digunakan jenis
penghantar All Aluminium Alloy Conductor
(AAAC) 3x150 mm2 dan 3x70 mm2, mensuplai 23
buah gardu distribusi dengan kapasitas berbedabeda dan tersebar dibeberapa lokasi. Diagran
penyulang Adyaksa ditunjukkan pada gambar 3
berikut ini :
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009
B6
B7
B8
B9
3.180x10-6
1.180x10-6
5.940x10-6
8.920x10-6
B5 – B6
B6 – B7
B7 – B8
B8 – B9
Jumlah
0.012
2.608
0.288
0.216
68.481
0.001
0.013
0.001
0.001
0.342
Sumber : Data diolah
Tabel 2. Ringkasan Hasil Perhitungan Susut Daya
Penyulang Adyaksa Gardu Induk Panakukang
Makassar
Nama
Gambar 7. Bagan sistem distribusi primer
penyulang Adhyaksa.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Perhitungan Jatuh
Tegangan Penyulang Adyaksa Gardu Induk
Panakukang Makassar
Nama
Saluran
A
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
B
A11
A12
A13
B1
B2
B’
B3
B4
B5
GI - A
A – A1
A1 – A2
A2 – A3
A3 – A4
A4 - A5
A5 – A6
A6 – A7
A7 – A8
A8 – A9
A9 – A10
A10 – B
B – A11
A11 – A12
A12 – A13
B – B1
B1 – B2
B2 – B’
B’ – B3
B3 – B4
B4 – B5
Resistansi
Penghantar
(ohm)
1.525x10-6
7.433x10-6
5.946x10-6
3.716x10-6
2.973x10-6
2.973x10-6
4.460x10-6
5.203x10-6
7.433x10-6
1.040x10-6
1.115x10-6
1.486x10-6
7.968x10-6
3.345x10-6
2.071x10-6
3.250x10-6
5.200x10-6
1.480x10-6
1.630x10-6
7.960x10-6
3.180x10-6
Jatuh
Tegangan
Volt
%
0.983
7.989
4.831
1.544
0.964
0.964
1.926
2.438
4.735
8.811
9.574
0.167
2.801
6.792
2.059
1.081
1.234
0.088
5.802
0.513
0.061
0.005
0.040
0.024
0.008
0.005
0.005
0.010
0.012
0.024
0.044
0.048
0.001
0.014
0.034
0.010
0.005
0.006
0.001
0.029
0.003
0.001
A
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
B
A11
A12
A13
B1
B2
B’
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
Saluran
GI - A
A – A1
A1 – A2
A2 – A3
A3 – A4
A4 - A5
A5 – A6
A6 – A7
A7 – A8
A8 – A9
A9 – A10
A10 – B
B – A11
A11 – A12
A12 – A13
B – B1
B1 – B2
B2 – B’
B’ – B3
B3 – B4
B4 – B5
B5 – B6
B6 – B7
B7 – B8
B8 – B9
Jumlah
Susut Daya
(Watt)
Trans
Peng
forma
hantar
tor
Total Susut
Daya
Watt
635.438
0
635.438
5152.000
3600
8752.000
2943.000
2400
5343.000
1065.000
1900
2965.000
649.118
3600
4249.118
570.813
2980
3550.813
1151.000
3600
4751.000
1355.000
2400
3755.000
2505.000
2400
4905.000
4425.000
2400
6825.000
4551.000
950
5501.000
78.094
0
78.094
342.211
3600
3942.211
545.342
1900
2445.342
130.827
5530
5660.827
372.648
5530
5902.648
347.046
2980
3327.046
21.979
0
21.979
777.219
2400
3177.219
55.020
2400
2455.020
4.946
5350
5354.946
0.863
1900
1900.863
227.295
5350
5577.295
14.490
2980
2994.490
3.622
1900
1903.622
27923.971 68050.00 95973.971
%
0.017
0.239
0.146
0.081
0.116
0.097
0.130
0.103
0.134
0.187
0.151
0.002
0.108
0.067
0.155
0.161
0.091
0.001
0.087
0.067
0.147
0.052
0.153
0.082
0.052
2.626
Sumber : Data diolah
Dengan
menggunakan
persamaanpersamaan yang sudah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, hasil perhitungan jatuh tegangan
dapat dilihat pada tabel 1 dan susut daya pada
tabel 2.
Berdasarkan data hasil perhitungan jatuh
tegangan pada tabel 1 di atas, terlihat bahwa jatuh
tegangan yang terjadi pada penyulang Adyaksa
hanya sebesar 68,481 Volt atau 0,342 % dari
tegangan nominal sistem yang digunakan.
Demikian pula halnya susut daya yaitu sebesar
95973.971 Watt atau 2.626 %. Dengan mengacu
pada standarisasi PLN yang mengatakan bahwa
besar jatuh tegangan dan susut daya maksimum
yang diizinkan adalah sebesar 10 %, serta
Wardani (1996), bahwa batas toleransi variasi
tegangan adalah +5 % dan –10% dari tegangan
Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar
nominal, sehingga dapat dikatakan bahwa
penyulang Adyaksa sampai saat ini masih
dinyatakan layak.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Susut
tegangan yang terjadi hanya 6,481 Volt atau 0,342
% dari tegangan nominal sisten yang digunakan,
(2) susut daya yaitu sebesar 95973.971 Watt atau
2.626 %. Diperoleh dari gabungan antara susut
daya pada jaringan dan transfo rmator distribusi,
(3) Jika disbanding dengan standarisasi PLN yang
mengatakan bahwa besar jatuh tegangan dan susut
daya maksimum yang diizinkan adalah sebesar 10
%, maka jaringan distribusi penyulang Adyaksa,
masih dapat dikatakan baik atau layak.
Untuk menjaga
tingkat
kontinuitas
pelayanan yang maksimal pada konsumen,
jaringan distribusi primer khususnya pada
penyulang Adyaksa perlu diadakan pengawasan
dan pemeliharaan secara rutin terhadap semua
jenis peralatan yang digunakan termasuk
penghantar dan gardu distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar A. dan Kuwahara S., 1993, Teknik
Tenaga Listrik, Jilid II, Jakarta: PT.
Pradnya Paramitha
Boctor .A.S. 1992, Electrical Circuit Analysis,
New York: Prentice-Hall International,
Inc
Dugan Roger C & Beaty W H, 1996, Electrical
Power System Quality, New York:
McGraw-Hill
Kadir Abdul, 2000, Distribusi dan Utilitas
Tenaga Listrik), Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Pabla, A.S., 1994, Electrical Power Distribution
System, New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited.
Stevenson Jr. D.William, 1994, Analisis Sistem
Tenaga Listrik, Jakarta: Edisi ke empat,
Erlangga
Wadhani, 1996, Pengaruh Beban Industri pada
mutu tenaga listrik, Energi & Listrik, VI
(2), hal 15-23
Download