ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DI BPM BIDAN CUCU HUDAMI AM,Keb LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : LISNAWATI DEWI NIM. 13DB277068 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Puji sykur penulis panjatkan khadirat lilahi Robbi karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Fisiologis di BPM Cucu Hudami Am.Keb Kabupaten Ciamis”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat: 1. Dr. H. Zulkarnaen, SH.,MH, selaku ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis 2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes., selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis. 3. Heni Heryani., SST., M.KM selaku ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis. 4. Dini Ariani, SST, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyususan Laporan Tugas Akhir ini. 5. Metty Nurherliyany, SST, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 6. Drs. Iso Solihudin, MM, selaku pembimbing AIK yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 7. Bidan Cucu Hudami, Am,. Keb., selaku pembimbing Lahan Praktik memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. iv 8. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu proses keilmuan bagi penulis. 9. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan keluarga yang memberikan kasih sayang hingga terselesaikan Laporan Tugas Akhir ini. 10. Teman-teman asrama 22 yang saling memberikan dukungan dan semangat selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 11. Rekan-rekan satu angkata yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya 12. Ny. Rani yang telah bersedia menjadi Responden dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 13. Semua pihak yang tidak biasa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan menambah kretifitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan. Terimakasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita dikabulkan Alloh SWT. Amin Nasrun Minalloh Wafathun Qorib Wabasyiril Mukminin Wassalammualaikum Wr,Wb. Ciamis, Mei 2016 Penulis v ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN FISIOLOGIS DI BPM BIDAN CUCU HUDAMI AM.Keb1 Lisnawati Dewi2Dini Ariani3 INTISARI Masa nifas (peurperineum) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih kembali seperti sebelumnya hamil dan secara normal masa nifas berlangsung 6 minggu atau 40 hari. Waktu masa nifas yang paling lama dapa wanita umumnya 40 hari, dimuali sejak melahirkan atau sebelum malahirkan. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis ini dilakukan selama 14 hari di BPM Bidan Cucu Hudami AM,Keb. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM,Keb dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci : Nifas Fisiologis Kepustakaan : 17 sumber (2007-2016) Halaman : i-xii, 54 halaman, lampiran 1 judul penulisan2mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v INTISARI ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4 C. Tujuan .............................................................................................. 4 D. Manfaat ............................................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori......................................................................... 7 1. Nifas .......................................................................................... 7 2. Senam Nifas ............................................................................. 28 3. Infeksi Masa Nifas .................................................................... 30 4. Laktasi....................................................................................... 34 B. Teori Manajemen Kebidanan .......................................................... 34 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ......................... 37 D. Landasan Hukum ............................................................................ 38 BAB III TINJAUAN KASUS A. Metode Pengkajian .......................................................................... 40 B. Tempat dan Waktu Pengkaji ........................................................... 40 C. Subjek yang dikaji............................................................................ 40 vii D. Jenis Data yang Digunakan ............................................................ 40 E. Instrumen Pengkajian ...................................................................... 40 F. Tinjauan Kasus ................................................................................ 42 BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan........................................................................................ 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN...................................................................................... 53 B. SARAN................................................................................................. 54 DAFTAR PUSTAKA.. ....................................................................................... LAMPIRAN viii 55 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Asuhan yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan Masa Nifas............................................................................................... 10 Tabel 2.2 Involusi Uterus ............................................................................... 14 Tabel 2.3 Lochea ........................................................................................... 14 Tabel 2.4 Penambahan Makanan pada Wanita Hamil dan Menyusui ......... 22 ix DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Involusi Uterus Pasca Persalinan................................................ x 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Time Schedule Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3 Surat Balasn Ijin Pra Penelitian Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 5 Instrumen Pengkajian Lampiran 6 Kartu Bimbingan xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organzation (WHO) memperkirakan lebih dari 2 per 100 ibu meninggal saat hamil, bersalin dan nifas, yang di sebabkan oleh berbagai faktor, kehamilan dengan resiko, persalinan yang berakhir dengan komplikasi dan infeksi pada masa nifas dan yang paling tinggi adalah persalinan dengan perdarahan. Tingginya angka kematian ibu hamil, nifas dan bersalin menunjukkan buruknya pelayanan kesehatan, komplikasi tidak hanya terjadi pada masa kehamilan dan besalin infeksi pada masa nifas juga menyumbang angka kematian ibu (Depkes, RI 2012). Menurut data WHO tahun 2012, sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Resiko kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan resiko kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO, 81% Angka Kematian Ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25 % selama post partum (Depkes, 2012). Departemen kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang pertahun. Berdasarkan survei terakhir tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor langsung prnyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdrahan post partum. Selain itu adalah keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam (Depkes, 2010). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukan bahwa AKI adalah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan AKI 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Bila melihat target MDG’s 2015 untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi 1 2 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Melonjaknya AKI tidak terlepas dari kegagalan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (Kemenkes, 2014). Tingginya angka kematian ibu di Indonesia telah memacu pemerintah pusat khususnya kementerian kesehatan untuk membuat terobosan dan berbagai kebijakan guna meningkatkan derajat kesehatan ibu, adapun Kebijakan Pemerintah pada masa nifas antara lain Gerakan Sayang Ibu (GSI), Rawat gabung, ASI Eksklusif, dan Kunjungan masa nifas (Kemenkes, 2013). Adapun hasil penelitian yang telah dillakukan oleh Nur dan Nunik (2011) yang berjudul ”Determinan Pada Ibu Nifas Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan PostNatal Care(Studi Di Puskesmas Lespadangan Kabupaten Mojokerto Tahun 2011)” Menurut hasil penelitian, dari 32 ibu nifas yang tidak melaksanakanPNC melaksanakan di Rumah PNC Sakit ternyata Bersalin 10 (RSB), 1 ibu nifas ibu nifas melaksanakan PNC di KlinikSwasta dan 4 ibunifas melaksanakan PNC di Bidan Praktek Swasta (BPS) sehingga jumlah ibu nifas yang tidak melaksanakan PNC berjumlah 17 orangdimana 10 ibu nifas hanyamelaksanakan PNC sebanyak 1 kali dan 7 ibu nifassama sekali tidak melakukan PNC.Pelayanan PNC yang didapatkanadalah pemeriksaan kesehatan umum bagi ibu dan bayi,imunisasi bagi bayi, pemeriksaan dinding perut, vagina dan tekanan darah serta penyuluhan bagi ibu. Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Barat, Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 mencapai 804/100.000 kelahiran hidup, angka ini menurut pada tahun 2013 yaitu 758/100.000 kelahiran hidup dengan jumlah penyebab langsung kematian ibu pada saat bersalin (67,5%) Dengan klasifikasi perdarahan sebesar (33,1%), hipertensi (28,6%), infeksi (6,1%), abortus (0,1%), dan partus lama (0,7%) (Pogi Jabar, 2012). Pada tahun 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Jawa Barat mencapai 83 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab pendarahan 248 (31,7%), hipertensi dalam kehamilan (29,3%), infeksi (5,6%), partus lama (0,64%), abortus (0,12%), lain-lain (32,5%) (Pogi Jabar, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Ciamis pada tahun 2015 tercatat ada 15 orang kematian ibu, pada tahun 3 2016 angka kematian yang tercatat hingga bulan Februari ada 2 orang jumlah kematian ibu di Kabupaten Ciamis.Sedangkan hasil survey pada tanggal 2 Maret 2016 di BPMCucu Hudami Am.Keb bulan Maret Tahun 2016 di peroleh hasil 15 ibu nifas, sedangkan pada tahun 2015ibu nifas sebanyak 48 orang. Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009). Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tandatanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan oleh masuknya kuman penyakit kedalam alat kandungan, dimana kuman tersebut datang dari luar maupun dari jalan lahir itu sendiri (Mochtar, 2006). Menurut Asy-Syafi`iyah biasanya nifas itu empat puluh hari, sedangkan menurut Al-Malikiyah dan juga As-Syafi`iyah paling lama nifas itu adalah enam puluh hari. Menurut Al-Hanafiyah dan Al- Hanabilah paling lama empat puluh hari. Menurut al Hanafiyah an al hanabilah paling lama empat puluh hari. Bila lebiih dari empat puluh hari maka darah istihadhah. Rasulullah SAWbersabda : ين َي ْومًا ِ َكا َن َ َّللا أَرْ َب ِع ِ ت ال ُّن َف َسا ُء َتجْ ِلسُ َعلَى َع ْه ِد َرسُول ه Dari Ummu Slamah r.a. berkata, "Para wanita yang mendapat nifas, di masa Rasulullah duduk selama empat puluh hari empat puluh malam." (HR Khamsah kecuali Nasa`i). At-Tirmizi berkata setelah menjelaskan hadis ini: bahwa para ahli ilmu di kalangan sahabat Nabi, para tabi`in dan orang-orang yang sesudahnya sepakat bahwa wanita yang mendapat nifas harus meninggalkan salat selama empat puluh hari kecuali darahnya itu berhenti sebelum empat puluh hari. Bila demikian ia harus mandi dan salat. namun bila selama empat puluhhari darah masih tetap keluar kebanyakan ahli ilmu berkata bahwa dia tidak boleh meninggalkan salatnya. Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak kelahiran atau sebelum melahirkan (yang disertai dtanda- 4 tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat ‘adah (kebiasaan) haid, maka itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi, jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa haidhnya dan daerah itu terus tidak berhenti mengalir, maka ibu harus segera memeriksa diri kebidan atau dokter(Sari dan Rimandini 2014). Dikarenakan dengan banyaknya ibu bersalin pada bulan Maret di BPMCucu Hudami, Am.Keb danpentingnya perawatan pada ibu nifas penulisan tertarik untuk melakukan penyusunan komprehensif yang berhubungan dengan Post Natal Care (PNC) dari itu penulisan tertarik untuk mengambil kasus pengkajian pada ibu Nifas Fisiologis di Ciamis BPM BidanCucu Hudami, Am.Keb. Berdasarkan masalah tersebut penulisan tertarik untuk mengambil Studi Kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, Am.Keb. B. Rumusan Masalah “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada Ibu Nifas dengan Fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb?”. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dengan Fisiologis di Ciamis BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melaksanakan pengkajian data pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016 b. Tersusunnya interpretasi data dasar pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016 5 c. Dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016 d. Ditetapkannya Kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi pada ibu nifas fisiologis di BPMBidan Cucu Hudami, AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016 e. Tersusunnya perencaraan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016 f. Terlaksananya asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan perencanaan yang dibuat pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016 g. Diketahuinya hasil atau evaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016. D. Manfaat 1. Manfaat teoritis Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan dan dapat dijadikan referensi bagi ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu nifas dengan fisiologis. 2. Manfaat praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan dan referensi yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan secara komprehensif pada ibu nifas. b. Bagi BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Diharapkan dapat melaksanakan peran dan fungsi bidan sebagai pendidik untuk mencetak generasi bidan yang berkualitas pada kasus ibu nifas fisiologis. 6 c. Bagi pasien Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang perawatan ibu nifas secara baik dan benar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Nifas a. Pengertian Masa nifas (peurperineum) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih kembali seperti sebelumnya hamil dan secara normal masa nifas berlangsung 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2011). Masa nifas atau peurperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011). Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, Masa nifas atau post partum disebut juga peurperium yang berasal dari bahasa lain yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan. Beberapa konsep mengetahui pengertian masa nifas berdasarkan para ahli antara lain : 1) Menurut bener V.R dan L.K (1996) dalam Anggraeni (2010) peurperium adalah waktu mengenai perubahan besar yang berjangka apa periode transisi dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan da tanggung jawab dalam keluarga. 2) Menurut Williams dalam Anggraeni (2010) peurperium didefinisikan sebagian masa persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembalikan keadaan tidak hamil atau kembali normal. 7 8 Waktu masa nifas yang paling lama dapa wanita umumnya 40 hari, dimuali sejak melahirkan atau sebelum malahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat ‘adah (kebiasaan) haidh; maka itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi, jika darah terus dan tidak pada masa-masa haidnya dan darah itu terus berhenti mengalir, maka ibu harus segera memeriksa diri kebidan atau dokter. Menurut Asy-Syafi`iyah biasanya nifas itu empat puluh hari, sedangkan menurut Al-Malikiyah dan juga As-Syafi`iyah paling lama nifas itu adalah enam puluh hari. Menurut Al-Hanafiyah dan AlHanabilah paling lama empat puluh hari. Menurut al Hanafiyah an al hanabilah paling lama empat puluh hari. Bila lebiih dari empat puluh hari maka darah istihadhah. Dalilnya adalah hadis berikut iini : ِين َي ْومًا ِ َكا َن ِ َ ت ال ُّن َف َسا ُء َتجْ لِسُ َعلَى َع ْه ِد َرسُول َ ّللا أَرْ َبع Dari Ummu Slamah r.a. berkata, "Para wanita yang mendapat nifas, di masa Rasulullah duduk selama empat puluh hari empat puluh malam." (HR Khamsah kecuali Nasa`i). At-Tirmizi berkata setelah menjelaskan hadis ini: bahwa para ahli ilmu di kalangan sahabat Nabi, para tabi`in dan orang-orang yang sesudahnya sepakat bahwa wanita yang mendapat nifas harus meninggalkan salat selama empat puluh hari kecuali darahnya itu berhenti sebelum empat puluh hari. Bila demikian ia harus mandi dan salat. namun bila selama empat puluhhari darah masih tetap keluar kebanyakan ahli ilmu berkata bahwa dia tidak boleh meninggalkan salatnya. b. Tujuan asuhan masa nifas 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis dimana asuhan pada masa nifas ini peran keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. 9 2) Melaksanakan skrining yang komprehensif dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan ke kebidanan pada masa nifas secara sistematis mulai dari pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang. 3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian bidan harus menganalisis data tersebut agar tujuan masa nifas ini dapat mendeteksi data tersebut agar tujuan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada komplikasi pada ibu dan bayi. 4) Mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan. 5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui yang benar, pemberian imunisasi pada bayi dan peraawatan bayi sehat (Rukiyah, 2011) c. Tahapan masa nifas 1) Intermediate postpartum (24 jam) Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdaraan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan sushu. 2) Periode early bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. 3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu) Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha,2009). 10 d. Kebijakan Program Nasional Masa nifas Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk : 1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. 2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya. 3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. 4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya Sari dan Rimandhini 2014) Tabel 2.1Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas Kunjungan I Waktu 6-8 jam setelah persalinan Tujuan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. 3. Memberikan konseling ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI awal. 5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang bari lahir. 6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 11 II 6 hari setelah persallinan 1. Memastikan inovasi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi fundus di bawah unbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya tandatanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3. Memastiakan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tandatanda penyulit. 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. III 2 minggu setelah persalinan Asuhan pada 2 minggu postpartum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum. IV 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitankesulitan yang ia atau bayinya alami. 2. Memberikan konseling KB secara dini. Sumber : (Sari dan Rimandini,2014). e. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas Seorang wanita selama hamil terjadi perubahan pada sistem tubuhnya, di antaranya terjadi pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskoluskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan terjadinya perubahan tanda-tanda vital setelah kelahiran bayi dan plasenta ibu 12 mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik maupun psikologisnya (Ball,1994) dan Hyten(1995) dalam Anggraeni (2010). 1) Perubahan Sistem Reproduksi Selama masa nifas, alat-alat interna maupun ekterna berangsur-angsur alat genetalia ini disebut inovasi. (Saleha,2009). Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut : a) Uterus Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah kira-kira 2cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis. Besar uterus kira-kira sama dengan sewaktu hamil 16 minggu dengan berat 1000 gram (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (1) Involusi Uterus Pascapersalinan Gambar 2.1 Involusi Uterus PascaPersalinan (2) Involusi Uterus dan Proses Terjadinya Involusi Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain : (a) Autolysis (b) Atrofi jaringan (c) Efek Oksitosin Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi 13 pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis (Sulistyawati,2009). Menurut penelitian Ikhtiarinawati F (2012) Dosen Program Studi DIII Kebidanan Universitas Islam Lamongan bahwa ada perbedaan penurunan TFU berdasarkan jenis persalinan pada ibu nifas fisiologis dan post SC yaitu Masih ditemukan ibu nifas dan post SC yang mengalami keterlambatan penurunan TFU. Penanganan yang kurang memadai terutama pada masa nifas dini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu karena masa nifas tidak berjalan dengan normal atau terjadi subinvolusi termasuk salah satunya keterlambatan penurunan TFU. Penelitian anlitik komparatif. Populasi 104 ibu nifas fisiologis dan post SC. Hasil penelitian yang ditemukan adanya perbedaan penurunan TFU pada ibu nifas fisiologis dan post SC dengan sebanyak 58 responden (81,7%) adalah ibu nifas fisiologis proses penurunan TFU yang sesuai dan ibu nifas post SC sebanyak 13 responden (39,4%). Sedangkan yang mengalai keterlambatan proses penurunan TFU pada ibu nifas fisiologis 13 responden (18,3%) dan pada ibu nifas post SC sebanyak 20 responden (60,6%). Dari hasil uji statistik diperoleh hasil ada perbedaan penurunan TFU pada ibu nifas fisiologis dan post SC dengan nilai koefisien kongtngensi 0,390 dengan tingkat signifikasi 0,000 (p<0,05) maka peran bidan adalah mendeteksi dini komplikasi yang terjadi perlu adnya penyuluhan pada ibu nifas, diantaranya menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas. 14 Tabel. 2.2 Involusi uterus 1. 2. 3. Waktu Involusi Bayi lahir Uri/ plasenta lahir 1 minggu Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Dua jari bawah pusat Berat Uterus 1000 750 gram Pertengahan 500 pusat simfisis gram 4. 2 minggu Tidak teraba 300 di atas gram simfisis 5. 6 minggu Bertambah 60 kecil gram Sumber : (Sari dan Rimandini, 2014) Diamete r Uterus 12,5cm 12,5 cm Palpasi Serviks Lunak Lunak 7,5 cm 2 cm 5 cm 1 cm 2,5 cm Menyempi t b) Lochea Lochea adalah ekresi cairan selama masa nifas. Lochea itu terbagi menjadi 4 (Soleha,2009) yaitu: Tabel 2.3 Lochea Lochea Rubra Sanguilenta ss Waktu 1-3 hari Sanguelenta 3-7 hari Serosa 7-14 hari Warna Merah kekuningan Putih bercampur merah Kekuningan/ kecoklatan Ciri-ciri Terdiri dari sel desidua, berniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dari sisa darah Sisa darah bercampur lendir Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta. Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Sumber : (Sari dan Ramandini, 2014). c) Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitaman-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, 15 kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil karena robekan kecil terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali dalam keadaan sebelum hamil. Muara serviks dilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap atau setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasukan 2-3 jari, pada 6 minggu post partum serviks menutup (Ambarwati dan Wulandari, 2010). d) Vagina dan Parineum Selama proses persalinan, vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke 3. Himen tampak sebagian tonolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi kurunkule mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina selelu akan lebih besar di bandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama (Yanti,2011). e) Luka Perineum. Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah terjadi prolapus genetalia. Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu : (1) Ruptur Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulitdilakukan penjahitan. 16 (2) Episiotomi Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otototot dan fasiaperineum dan kulit sebelah depat perineum. Untuk melihat seberapa besarnya robekan atau luka tersebut, maka dilakukan periksa pandang, juga dengan melakukan pemeriksaan melakukan speculum, hasil akan menunjukkan tingkatan robekan perineum, jika : Dikatakan robekan perineum tingkat I, jika robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit; Tingkat II, jika robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lender vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai spingter ani; Tingkat III, jika robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot spingter ani. Lingkup perawatan perineum ditunjukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva perkembangbiakan yang terbuka bakteri atau pada akibat dari peralatan penampunglochea(pembalut) (Helen, 2009). Waktu Untuk Perawatan Perineum (a) Saat mandi : Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada 17 perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihanperineum. (b) Setelah buang air kecil : Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum. (c) Setelah buang air besar : Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan. Bentuk Penyembuhan Luka Dalam penyembuhan luka memiliki fase-fase pada keluhan yang dirasakan ibu pada hari pertama sampai ke 14 ini merupakan fase inflamasi dimana pada fase ini ibu akan merasakan nyeri pada luka jahitan, oedema, teraba hangat dan kemerahan dan hal ini akan terjadi sampai 4 hari postpartum (Rukiyah dan Yulianti, 2010) (a) Luka sembuh Baik : di katakan luka sembuh dengan baik, apabila setelah di lakukan perawatan, luka perineum bisa sembuh < 5 hari, dan luka dalam keadaan menutup dan kering. (b) Luka sembuh Sedang di katakan luka sembuh sedang apabila setelah di lakukan perawatan, luka perineum bisa sembuh > 5 hari dan kondisi luka menutup dan masih basah. (c) Luka sembuh Kurang Baik : di katakan luka sembuh sedang apabila setelah di lakukan perawatan, luka perineum bisa sembuh > 7 hari dan kondisi luka belum kering dengan jahitan masih membuka (Helen, 2009 ). 2) Perubahan Sistem Pencernaan 18 Sistem gastrointestinal selama kehamilan di pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan membatalkan kontraksi otototot polos. Pasca melahirkan kadaar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada system pencernaan, antara lain : a) Nafsu Makan Pasca melahirkan, biasanya ini merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari. b) Motolitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot kratus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. bisa Kelebihan alganesia dan anastesia memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur antara lain : (1) Pemberian diet/makanan yang mengandung serat (2) Pemberian cairan yang cukup (3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan. (4) Pengetahun tentang perawatan luka jalan lahir. (5) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian hukuman atau obat laksan yang lain. 3) Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari kaedaan ini adalah terdapat 19 spasme sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum. Kadar hormon yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu (Sulistyawati,2009). 4) Perubahan Sistem Gastrointestinal Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Bebrapa hal yang berakibat dengan perubahan pada sistem pencernaan, yaitu nafsu makan, motilitas dan pengosongan usus (Yanti, 2011). 5) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Ligamen-ligamen, fasia, dan diagfarma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan, secara berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligmentum mengenfur, sehingga uterus jatuh kebelakang fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengundur akan dapat di atasi dengan mobilisasi dini (Saleha,2009). 6) Perubahan Sistem Endokrin Selama kehamilan dan persalinan adanya hormon yang berperan pada proses tersebut yaitu hormon oksitosin yang berperan pada perlepasan plasenta dan mempertahankan 13 kontraksi agar tidak terjadinya perdarahan. Hormon prolaktin untuk merangsang produksi asi. Sedangkan hormon estrogen dan progesteron dapat meningkatkan volume darah serta mengurangi perangsang dan peningkatan pembuluh darah (Sahela, 2009). 20 7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Terdapat satu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahian dan masa nifas. Dalam persalinan kira-kira 200-500 ml darah yang hilang sedangkan selama post partum 500-800ml darah yang hilang dan terakhir 500ml selama masa nifas (Saleha,2009). 8) Perubahan Tanda Vital a) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-38) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 badan naik lagi karena pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyak ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastiits, tractus genitalis atau sistem lain). b) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 6080 kali permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abdormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. c) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum. d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada 21 gangguan khusus pada saluran pencernaan (Sulistyawati,2009). f. Perubahan Psikologi Masa Nifas Periode diekspresikan oleh reva rubin yang terjadi ada 3 yaitu : 1) Periode “Takinng hold” Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan tergantunng oleh orang lain. 2) Periode “Taking hold ” Berlangsung 3-10 hari setelah persalian post partum, ibu mulai khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayinya. 3) Periode “Letting go” Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat (Dewi dan Sunarsih, 2011). g. Macam-Macam Masalah Adaftasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas 1) Post partum blues Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut baby blues. Post partum blues merupakan sebuah gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah persalinan, penyebabnya antara lain: perubahan saat hamil, perubahan fisik dan emosional, perubahan tersebut akan kembali secara perlahan-lahan setelah beradaptasi dengan peran barunya (Saleha,2009). 2) Depresi berat Merupakan ganggguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas dan tampak dalam minggu pertama pascaa persalinan (Yanti,2011). 3) Post partum psikosis Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran, frekuensi dalam masa kehamilan 20-30%. Gejala 22 psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum (Sari dan Rimandini, 2014). 4) Greafing (Kesedihan dan Duka Cita) Kesedihan “GRIEF” adalah reaksi normal ketika mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai (Davis, 1998). Potter Perry (1991) menyatakan bahwa gerafing adalah pengalaman seseorang yang mengalami kehilangan suatu benda, orang yang dekat, bagian atau fungsi tubuhnya atau emosinya yang sebelumnya ada kemudian menghilang (Sari dan Rimandini, 2014). h. Kebutuhan dasar ibu nifas 1) Nutrisi Kualitas dan jumlah makan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal; sedangkan ibu yang gizinya kurang biasanya akan sedikit menghasilkan ASI, terkait dengan pemenuhan gizi bayi, antara lain : a) Konsumsi tambahan 500 kalori tiap hari b) Makanan dengan diet seimbang untuk dapat protein yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang rusak atau mati. Mineral dan vitamin di gunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan kelancaran metabolisme tubuh. c) Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. d) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A melalui ASI. e) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca persalinan (Nanny, 2011) Tabel 2.4 penambahan makanan pada wanita hamil dan menyusui Zat makanan Wanita hamil 20 Wanita menyusui minggu terakhir 23 Kalori 3000 kalori Protein 20 gram Calcium 0,6 gram Ferum 5 mg Vit A 1000 iu Thanim 0,2 mg Riboflavin 0,2 mg Niacin 2 mg Vit C 30 mg Sumber : (Sari dan Rimandini, 2014). 2) 500-800 kalori 40 gram 0,6 gram 5 gram 2000 ui 0,5 mg 0,5 mg 5 mg 30 mg Ambulasi Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Di mulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu dapat menggerakan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari ke empat dan kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor dibawah ini : (Sari dan Rimandini, 2014). a) Istirahat (1) Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. (2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga baisa perlahan-lahan. (3) Menyarakan ibu untuk tidur siang. (4) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal : (a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduks. (b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan. (c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Nanny, 2011). (5) Personal Hygiene Kebersihan diri ibu mrmbantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. 24 Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseftik (PK/Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan kebelakang. Untuk mencegah terjadiya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun kulit, maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara keseluruhan (Sari dan Rimandini, 2014). b) Pakaian c) Rambut Setelah bayi lahir, mungkin ibu akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal, kebanyakan akan pulih kembali setelah beberapa bulan. 3) Kebersihan kulit Setelah persalinan, ekstra cairan tumbuh yang dibutuhkan saat hamil akan mengilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. 4) Perawatan Payudara Payudara merupakan alat reproduksi tambahan. Payudara terletak pada fascia superficial dinding rongga dada di atas muskular pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorius. Dengan masing-masing payudara berbentuk tonjolan setelahh bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak (Sari dan Rimandini, 2014). Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya 25 saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran susu. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai, perlu di perhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Lakukan perawatan payudara secara teratur. b) Pelihara kebebrsihan sehari-hari. c) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI. d) Ibu harus percaya dari akan kemampuan dirinya menyususui bayi ibu harus merasa nyaman dan santai. e) Hindari rasa cemas dan strees karena akan menghambat reflex oksitosin. Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Langkah-langkah perawatan payudara : a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, memakai bra yang menopang. b) Bila puting susu lecet, oksitosin ASI yang keluar pada sekitar puting susu tiap kali selesai menyusui. c) Bila lecet berat istirahat 24 jam ASI keluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok. d) Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI kompres payudara dengan kain basah dan hangat selama 5-10 menit (Jannah,2011). 5) Perawatan Perineum dan vagina Setelah melahirkan, biasanya perineum agak terjadi bengkak atau memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Ada beberapa hal yang dapat di anjurkan oleh ibu, antaral ain harus : a) Membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan darah sekitar vulva dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. b) Mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknnya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah di cuci 26 dengan baik dan di keringkan dibawah matahari atau di setrika. c) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kehamilannya. d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, maka ibu harus menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun. 6) Perawatan pada Tindakan Pasca Episiotomi Jika persalinan normal sampai memerlukan tindakan episiotomi, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar proses pemulihan berlangsung seperti apa yang diharapkan. Inilah cara perawatan setelah episiotomi : a) Cara menghilangkan rasa sakit kala buang air besar, ibu di anjurkan banyak mengkonsumsi serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. b) Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindarkan banyak gerak pada minggu pertama karena dapat merusak otot-otot perineum. Banyak-banyaklah duduk dan berbaring hindari berjalan karena akan membuat otot perineum bergeser. c) Jika robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan untuk segera melakukan mobilisasi setelah cukup beristirahat. d) Setelah buang air besar dan kecil atau hendak mengganti pembalut dara nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air seperti biasa. e) Bila memang dianjurkan dokter, luka di bagian perineum dapat diolesi dengan salep antibiotic. Bila terjadi infeksi : Infeksi melakukan bisa terjadi perawatan karena pasca ibu kurang persalinan. Ibu telaten takut menyentuh luka yang ada di perineum sehingga tidak memilih tidak membersihkan. Padahal, dalam keadaan luka, perineum rentang di datangi kuman dan bakteri sehingga mudah terinfeksi. Gejala-gejala infeksi yang dapat diamati adalah : 27 (1) Suhu tubuh melebihi 37,5°C. (2) Menggigil, pusing dan mual (3) Kuputihan (4) Keluar cairan seperti nanah dari vagina. (5) Cairan yang keluar disertai bau yang sangat menyengat. (6) Keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri. (7) Terasa nyeri diperut. f) Pendarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit. Misalnya, seminggu sesudah melahirkan pendarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba darah kembali banyak keluar. Bila ada tanda-tanda seperti diatas, segera periksa diri kedokter. Infeksi vagina yang ringan biasanya ditindak lanjuti dengan penggunaan antibiotic yang adekuat untuk membunuh kuman yang ada disitu. g) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. h) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang. i) Menyarankan ibu untuk ganti balutan minimal 2 kali dalam sehari. j) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia. k) Nasehati ibu untuk membersihkan dari setiap kali BAB atau BAK. l) Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka (Saleha, 2009). 7) Eliminasi a) Buang air kecil (1) Dalam 6 jam postpartum, pasien harus sudah dapat buang air kecil. 28 (2) Jika semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih, dapat mengakibatkan keselitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. (3) Bidan harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing sesegera mungkin setelah melahirkan akan mengaruhi komplikasi postpartum. (4) Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk melahirkan bayinya. b) Buang air besar (1) Dalam 24 jam pertama postpartum, pasien harus sudah sapat buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus, semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar. (2) Semakin lama feses di dalam usus, feses semakin mengeras karena cairan yang mendukung dalam feses akan selalu terserap oleh usus. (3) Anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak minum air putih (Jannah,2011) i. Perubahan Pada Sistem Integumen Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini merupakan kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu stiae albikan. Penurunan pigmentasi ini juga di sebabkan karena hormon MSH (melanophore Stimulating Hormon) yang berkurang setelah persalinan akibatnya pigmentasi pada kulit pun secara perlahan menghilang (Sari dan Rimandini, 2014). 2. Senam Nifas 29 Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu pulih kembali. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah bersalin, secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam nifas tepat waktu, maka hasil yang didapat pun bisa maksimal. Senam nifas tentunya dilakukan secara bertahap hari demi hari. Menurut penelitian Dwi Kurniawati terdapat Hubungan senam nifas dengan involusi pengembalian uteri yaitu senam regangan-regangan nifas otot dapat setelah mempercepat melahirkan jika dilakukan dengan teratur. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Jawa Timur tahun 2008 didapatkan bahwa hampir 68% ibu nifas tidak pernah melakukan senam nifas. Alsan sebagian besar involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Desain penelitian ini adalah analitik-cross sectional. Populasi diambil dari semuan ibu nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada bulan Juni 2010 sebanyak 132 orang dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang, teknik consecutive sampling. Instruen adalah lembar observasi. Variabel Independen adalah senam nifas dan Variabel dependen adalah involutio uterus. Analisa dapat dengan uji statistik Chin-square. Hasil penelitian terdapat 21 responden yang melakukan senam nifas tidak tepat, 16 (76,2%) diantaranya mengalami involusi uterus yang tidak normal. Sedangkan 11 responden yang melakukan senam nifas dengan tepat, 10 (90,9%) diantaranya mengalami involusi uterus yang normal. Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-Square dengan menggunakan SPSS mendapatkan hasil ᵨ=0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara senam nifas dengan involutio uterus. Ibu diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang senam nifas baik melalui media masa maupun media elektronik sehingga ibu mau ikut serta dalam progam senam nifas dalam rangka mempercepat involusi uterus. Gerakan Senam Nifas a. Hari pertama. Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melali hidung, 30 kembungkan perut dan tahan dengan hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan-pelan lewat mulut. Ulangi 8 kali. b. Hari kedua, tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus ke depan, angkat kedua tangan lurus ke atas sampai kedua telapak tangan bertemu, kemudian turunkan perlahan sampai tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan bahu. Ulangi 8 kali. c. Hari ketiga berbaring rileks dengan posisi di samping badan dan lutut d. Hari keempat. Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan, tangan kanan diatas perut, dan lutut diketuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar anus dan mengontraksikan otot perut. Ulangi 8 kali. e. Hari kelima. Tubuh tidur telentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulangi sebaliknya. Lakikan perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan. Ulangi 8 kali. f. Hari keenam. Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan, kemudian lutut kearah perut 90 derajat secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Ulangi 8 kali. g. Hari ke tujuh. Tidur telentang, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil mengintraksikan perut, kemudian turunkan perlahan atur pernafasan. Ulangi 8 kali. h. Hari kedelapan. Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengndurkan anus. Ulangi 8 kali. i. Hari kesembilan. Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki dalam keadaan lurus 90 derajat, kemudian turunkan pelan-pelan. Ulangi 8 kali. j. Hari kesepuluh. Tidur terlrntang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala, kemudian bangun sampai 31 posisi duduk, lalu perlahan-lahan posisi tidur kembali. Ulangi 8 kali. (Sari dan Rimandini, 2014). 3. Infeksi Masa Nifas Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genetal merupakan komplikasi masa nifas yang melaus kesaluran urinary, paydara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejaa local dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu beresiko terjadinya infeksi post partum karena adanya lua pada bekas pelepasan plasena, laserasi pada saluran genetal termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks, imfeksi post SC mungkin terjadi. a. Pengertian Infeksi Nifas Infeksi nifas adalah semua perdarahan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committe on Maternal Welfare, AS). Infeksi nifas terjadi 1-35. Infeksi jalan lahir 25-55% dari semua kasus infeksi. b. Penyebab Infeksi Nifas Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman kedalam organ kandungan terbagi menjadi Ektogen (Kuman datang dari luar), Autogen (Kuman dari tempat lain), dan Endogen (Kuman dari jalan lahir sendiri). Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh Streptococcus haemolyticus Aerobic, Staphylococcus Aerus, Escheris Coli, dan Clostridium Welchi. 32 1) Steptococcus Haemolyticus Aerobic Steptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat dengan eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain). 2) Staphylococcus Aerus Cara masuk Staphylococcus Aerus, secara eksoge merupakan penyebab infeksi sedang , sering di temukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat. 3) Escheris Coli Escheris Coli berasal dari kandung kemih atau rektum.Escheris Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineuum, vulva dan Endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius. 4) Clostridium Welchi Clostridium Welchi bersifat anaerob dan jarang di temukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini akan sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan di tolong dukun. c. Patofisiologi Infeksi Nifas Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhan nya kuman adalah di daerah bekas insersio (Pelekat) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan dia meter 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang di tutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum. Infeksi nifas dapat terjadi karena manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang, alat-alat tidak steril, yang terkontaminasi, infeksi nosokomial rumah sakit, menyebabkan ketuban pecah dini. d. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas 33 Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut: 1) Infeksi local: warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan meningkat. 2) Infeksi umum: sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan daerah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bermanah dan kotor. e. Klasifikasi Infeksi Nifas Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, serviks, dan endometrium meliputi: 1) Vulvitis Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah. 2) Vaginitis Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina.Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus. 3) Servisitis Infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka servik yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat enyebabkan infeksi yang menjalar ke paramentum. 4) Endometritis 34 Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasukan endometrium (biasanya pada luka indersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometritis. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat di lampaui dan terjadilah penjalaran. 4. Laktasi a. Pengertian Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (Jannah, 2011). Komposisi ASI menurut Jannah (2011) stadium laktasi ada 3 macam yaitu : 1) Kolostrum Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga. Kolostrum merupakan cairan yang akan kental berwarna kekuning-kuningan dan lebih kuning dibandingkan ASI matur. 2) ASI Peralihan ASI peralihan adalah ASI yang dihaslkan setelah kolostrum (4-10 hari) 3) ASI Matur ASI matur adalah ASI yang dihasilkan pada hari ke 10 dan seterusnya. b. ASI Ekslusif ASI ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain dianjurkan sampai enam bulan dan disusui sedini mungkin (Siswono,2006). 35 B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yanng digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencaraan, pelaksanaan dan evaluasi (Walyani,2015). 2. Manajemen Varney Merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat (Varney,2007). Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut Varney ada 7 langkah, meliput : a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Pasa langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yanng berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Langkah ini merupakan langkah awal yang alan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masalah klien yang sebenarnya. b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat sisefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penangan. Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian. 36 c. Langkah III : mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial. Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap siap bila masalah potensial benar benar terjadi. d. Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera dan kolaborasi Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk kosultasi atau di tangani bersama dengan anggota tim yang lainnya. e. Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari masalah kline tersebut, apa kebutuhan perlu konseling, penyuluhan apakah pasien perlu di rujuk karena masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lainnya. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana besar kline dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. f. Langkah VI : melaksanakan asuhan Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara efesien seluruhnya oleh bidan atu dokter atau tim kesehatan lain. g. Langkah VII : Evaluasi Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa / masalah (Walyani,2015). 3. Pendokumentasian Metode SOAP SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Langkah-langkah dalam metode SOAP merupakam intisari dari proses pemikiran dalam manajemen kebidanan. Adapun metodemetode SOAP tediri dari 4 langkah yaitu : S : Data Subjektif Berisi data dari pasien melalui anamnesa (Wawancara) yang merupakan ungkapan langsung pasien. 37 O : Data Objektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik oleh bidan dan dokter. A : Analisa Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosa atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. P : Penatalaksanaan Merupakan rencana dan tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosa atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjutan (Walyani,2015). C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan masalah kesehatan ibu di masa hamil, persalinan, nifas, setelah lahir, serta keluarga berencana (Asrinah 2010). Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam nifas antara lain : 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2. Memberikan dukungan serta memantau kesehatan fisik ibu dan bayi. 3. Membantu dan memantau kesehatan psikologis, emosi, social, serta memberikan semangat pada ibu. 4. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 5. Membantu ibu dalam menyusui bayinya dan mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 6. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannnya sebagai ibu. 38 7. Membuat kebijakan, perencaraan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak mampu melakukan administrasi. 8. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 9. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah pendarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman 10. Melakukan manajemen asuhan dengan rencara cara mengumpulkan data, mendapatkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakan untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama nifas. 11. Memberikan asuhan secara profesional. D. Landasan Hukum Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X2010 tentang Izin danPenyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 1. Kewenangan normal: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: Pelayanan kesehatan ibu Ruang lingkup: a. Pelayanan ibu nifas normal b. Pelayanan ibu menyusui c. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan Kewenangan : a. Penjahitan luka jalan lahir tingakat I dan II 39 b. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perunjukan c. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil d. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) ekslusif e. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum f. Penyuluhan dan konseling g. Bimbingan pada kelompok ibu hamil h. Pemberian surat keterangan kematian i. Pemberian surat keterangan cuti bersalin DAFTAR PUSTAKA Al-hadist Riwayat Khamsah kecuali Nasa’i Tentang Masa Nifas. Depkes. (2007). Kepmenkes Nomor 938 Tahun 2007. Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Helen, V. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC. Ikhtiarinawati F. (2012). Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Jenis Persalinan pada Ibu Nifas Fisiologis dan Post Sectio Caesarea. Jurnal Midpro, edisi 2/2012. Program Studi D III Kebidanan. Universitas Islam Lamongan. [internet] tersedia dalam http://journal.unisla.ac.id/pdf/19512013/3.%20perbedaan%20penurunan%20tinggi %20fundus%20uteri.pdf [diakses 09 Mei 2016]. Kemenkes. (2013). Gerakan Sayang Ibu. Jakarta : Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. [internet] tersedia dalam http://www.depkes.go.id/pjj_kemenkes/kebijakan-pemerintah-masa-nifas43932546. [diakses 21 April 2016]. Kemenkes. (2014). Mother’s Day. Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. [internet] tersedia dalam http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf. [diakses 20 April 2016]. Liana, M., Rukiah, A.Y. & Yulianti, L. (2013) Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans Info Media. Maritalia, D. (2012). Asuhan kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Maryunani, A. (2009) Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Post Partum). Jakarta : CV Trans Info Media. Nur dan Nunik. (2011). Determinan pada Ibu Nifas yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Post Natal Care di Puskesmas Lespadangan Kabupaten Mojokerto Tahun 2011. Jurnal Penelitian. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. [internet] tersedia dalam http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Nur%20Fitria%20Akhenan%20dan%20N unik%20P%20%28Volume%201%20Nomor%201%29.pdf [diakses 09 Mei 2016]. Pandini, I.S. (2015). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Fisiologis. Laporan Tugas Akhir. STIKes Muhammadiyah Ciamis. Rahmawati, A., Suherni., dan Widiasih, Hesti. (2009) Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Vitramaya. Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta : TIM CV.Trans Info Media. Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Suherni., Widyasih, H., Rahmawati, A. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. Sulistyawati, dkk., (2009). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi. Wulandari, D., Ambarwati, N.R. (2010) Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika.