ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DI BPM

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS
DI BPM BIDAN CUCU HUDAMI AM,Keb
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
LISNAWATI DEWI
NIM. 13DB277068
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji sykur penulis panjatkan khadirat lilahi Robbi karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Fisiologis di BPM Cucu Hudami
Am.Keb Kabupaten Ciamis”.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya
kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis
menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Zulkarnaen, SH.,MH, selaku ketua BPH STIKes Muhammadiyah
Ciamis
2.
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Heni Heryani., SST., M.KM selaku ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
4. Dini Ariani, SST, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyususan Laporan Tugas
Akhir ini.
5. Metty Nurherliyany, SST, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Drs. Iso Solihudin, MM, selaku pembimbing AIK yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Bidan Cucu Hudami, Am,. Keb., selaku pembimbing Lahan Praktik
memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
iv
8. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu proses keilmuan bagi
penulis.
9. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil dan keluarga yang memberikan kasih sayang
hingga
terselesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman asrama 22 yang saling memberikan dukungan dan semangat
selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Rekan-rekan satu angkata yang telah memberikan motivasi selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya
12. Ny. Rani yang telah bersedia menjadi Responden dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
13. Semua pihak yang tidak biasa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir
ini.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan menambah kretifitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan. Terimakasih banyak semoga apa yang dicita-citakan
kita dikabulkan Alloh SWT. Amin
Nasrun Minalloh Wafathun Qorib Wabasyiril Mukminin
Wassalammualaikum Wr,Wb.
Ciamis, Mei 2016
Penulis
v
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN FISIOLOGIS DI
BPM BIDAN CUCU HUDAMI AM.Keb1
Lisnawati Dewi2Dini Ariani3
INTISARI
Masa nifas (peurperineum) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih kembali seperti sebelumnya hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung 6 minggu atau 40 hari. Waktu masa nifas yang
paling lama dapa wanita umumnya 40 hari, dimuali sejak melahirkan atau
sebelum malahirkan.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan fisiologis dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
kebidanan. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis ini dilakukan
selama 14 hari di BPM Bidan Cucu Hudami AM,Keb.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan fisiologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM,Keb dilaksanakan cukup
baik.
Kata Kunci
: Nifas Fisiologis
Kepustakaan : 17 sumber (2007-2016)
Halaman
: i-xii, 54 halaman, lampiran
1
judul penulisan2mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes
Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................
v
INTISARI ........................................................................................................
vii
DAFTAR ISI......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ...........................................................................
4
C.
Tujuan ..............................................................................................
4
D.
Manfaat ............................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Teori.........................................................................
7
1.
Nifas ..........................................................................................
7
2.
Senam Nifas .............................................................................
28
3.
Infeksi Masa Nifas ....................................................................
30
4.
Laktasi.......................................................................................
34
B.
Teori Manajemen Kebidanan ..........................................................
34
C.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas .........................
37
D.
Landasan Hukum ............................................................................
38
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Metode Pengkajian ..........................................................................
40
B.
Tempat dan Waktu Pengkaji ...........................................................
40
C.
Subjek yang dikaji............................................................................
40
vii
D.
Jenis Data yang Digunakan ............................................................
40
E.
Instrumen Pengkajian ......................................................................
40
F.
Tinjauan Kasus ................................................................................
42
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan........................................................................................
46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN......................................................................................
53
B. SARAN.................................................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA.. .......................................................................................
LAMPIRAN
viii
55
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Asuhan yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan Masa
Nifas...............................................................................................
10
Tabel 2.2 Involusi Uterus ...............................................................................
14
Tabel 2.3 Lochea ...........................................................................................
14
Tabel 2.4 Penambahan Makanan pada Wanita Hamil dan Menyusui .........
22
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Involusi Uterus Pasca Persalinan................................................
x
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Balasn Ijin Pra Penelitian
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 5 Instrumen Pengkajian
Lampiran 6 Kartu Bimbingan
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organzation (WHO) memperkirakan lebih dari 2 per 100
ibu meninggal saat hamil, bersalin dan nifas, yang di sebabkan oleh
berbagai faktor, kehamilan dengan resiko, persalinan yang berakhir dengan
komplikasi dan infeksi pada masa nifas dan yang paling tinggi adalah
persalinan dengan perdarahan. Tingginya angka kematian ibu hamil, nifas
dan bersalin menunjukkan buruknya pelayanan kesehatan, komplikasi tidak
hanya terjadi pada masa kehamilan dan besalin infeksi pada masa nifas juga
menyumbang angka kematian ibu (Depkes, RI 2012).
Menurut data WHO tahun 2012, sebanyak 99 % kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Resiko kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan resiko kematian ibu di sembilan negara maju dan 51
negara persemakmuran. Menurut WHO, 81% Angka Kematian Ibu (AKI)
akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25 % selama post partum
(Depkes, 2012).
Departemen kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010
sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang pertahun.
Berdasarkan survei terakhir tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Faktor langsung prnyebab tingginya AKI adalah
perdarahan (45%), terutama perdrahan post partum. Selain itu adalah
keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%).
Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya
pendek yaitu sekitar 8 jam (Depkes, 2010).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 menunjukan bahwa AKI adalah 359 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan AKI 2007 yaitu 228
per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Bila melihat target MDG’s 2015 untuk AKI, target Indonesia adalah
menurunkan AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi
1
2
359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Melonjaknya AKI tidak
terlepas dari kegagalan program Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Kemenkes, 2014).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia telah memacu pemerintah
pusat khususnya kementerian kesehatan untuk membuat terobosan dan
berbagai kebijakan guna meningkatkan derajat kesehatan ibu, adapun
Kebijakan Pemerintah pada masa nifas antara lain Gerakan Sayang Ibu
(GSI), Rawat gabung, ASI Eksklusif, dan Kunjungan masa nifas (Kemenkes,
2013).
Adapun hasil penelitian yang telah dillakukan oleh Nur dan Nunik
(2011) yang berjudul ”Determinan Pada Ibu Nifas Yang Berhubungan
Dengan Pelaksanaan PostNatal Care(Studi Di Puskesmas Lespadangan
Kabupaten Mojokerto Tahun 2011)” Menurut hasil penelitian, dari 32 ibu
nifas
yang
tidak
melaksanakanPNC
melaksanakan
di
Rumah
PNC
Sakit
ternyata
Bersalin
10
(RSB),
1
ibu
nifas
ibu
nifas
melaksanakan PNC di KlinikSwasta dan 4 ibunifas melaksanakan PNC di
Bidan Praktek Swasta (BPS) sehingga jumlah ibu nifas yang tidak
melaksanakan
PNC
berjumlah
17
orangdimana
10
ibu
nifas
hanyamelaksanakan PNC sebanyak 1 kali dan 7 ibu nifassama sekali tidak
melakukan PNC.Pelayanan PNC yang didapatkanadalah pemeriksaan
kesehatan umum bagi ibu dan bayi,imunisasi bagi bayi, pemeriksaan dinding
perut, vagina dan tekanan darah serta penyuluhan bagi ibu.
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Barat, Angka Kematian Ibu pada
tahun 2012 mencapai 804/100.000 kelahiran hidup, angka ini menurut pada
tahun 2013 yaitu 758/100.000 kelahiran hidup dengan jumlah penyebab
langsung kematian ibu pada saat bersalin (67,5%) Dengan klasifikasi
perdarahan sebesar (33,1%), hipertensi (28,6%), infeksi (6,1%), abortus
(0,1%), dan partus lama (0,7%) (Pogi Jabar, 2012).
Pada tahun 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Jawa Barat
mencapai 83 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab pendarahan
248 (31,7%), hipertensi dalam kehamilan (29,3%), infeksi (5,6%), partus
lama (0,64%), abortus (0,12%), lain-lain (32,5%) (Pogi Jabar, 2013).
Menurut Dinas Kesehatan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten
Ciamis pada tahun 2015 tercatat ada 15 orang kematian ibu, pada tahun
3
2016 angka kematian yang tercatat hingga bulan Februari ada 2 orang
jumlah kematian ibu di Kabupaten Ciamis.Sedangkan hasil survey pada
tanggal 2 Maret 2016 di BPMCucu Hudami Am.Keb bulan Maret Tahun 2016
di peroleh hasil 15 ibu nifas, sedangkan pada tahun 2015ibu nifas sebanyak
48 orang.
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009). Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tandatanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih
banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau masa nifas belum
mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan
oleh masuknya kuman penyakit kedalam alat kandungan, dimana kuman
tersebut datang dari luar maupun dari jalan lahir itu sendiri (Mochtar, 2006).
Menurut Asy-Syafi`iyah biasanya nifas itu empat puluh hari, sedangkan
menurut Al-Malikiyah dan juga As-Syafi`iyah paling lama nifas itu adalah
enam puluh hari. Menurut Al-Hanafiyah dan Al- Hanabilah paling lama empat
puluh hari. Menurut al Hanafiyah an al hanabilah paling lama empat puluh
hari. Bila lebiih dari empat puluh hari maka darah istihadhah.
Rasulullah SAWbersabda :
‫ين َي ْومًا‬
ِ ‫َكا َن‬
َ ‫َّللا أَرْ َب ِع‬
ِ ‫ت ال ُّن َف َسا ُء َتجْ ِلسُ َعلَى َع ْه ِد َرسُول ه‬
Dari Ummu Slamah r.a. berkata, "Para wanita yang mendapat nifas, di
masa Rasulullah duduk selama empat puluh hari empat puluh malam." (HR
Khamsah kecuali Nasa`i).
At-Tirmizi berkata setelah menjelaskan hadis ini: bahwa para ahli ilmu
di kalangan sahabat Nabi, para tabi`in dan orang-orang yang sesudahnya
sepakat bahwa wanita yang mendapat nifas harus meninggalkan salat
selama empat puluh hari kecuali darahnya itu berhenti sebelum empat puluh
hari. Bila demikian ia harus mandi dan salat. namun bila selama empat
puluhhari darah masih tetap keluar kebanyakan ahli ilmu berkata bahwa dia
tidak boleh meninggalkan salatnya.
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40
hari, dimulai sejak kelahiran atau sebelum melahirkan (yang disertai dtanda-
4
tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak
berhenti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat
‘adah (kebiasaan) haid, maka itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi,
jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa haidhnya dan daerah itu
terus tidak berhenti mengalir, maka ibu harus segera memeriksa diri kebidan
atau dokter(Sari dan Rimandini 2014).
Dikarenakan dengan banyaknya ibu bersalin pada bulan Maret di
BPMCucu Hudami, Am.Keb danpentingnya perawatan pada ibu nifas
penulisan tertarik untuk melakukan penyusunan
komprehensif
yang
berhubungan dengan Post Natal Care (PNC) dari itu penulisan tertarik untuk
mengambil kasus pengkajian pada ibu Nifas Fisiologis di Ciamis BPM
BidanCucu Hudami, Am.Keb.
Berdasarkan masalah tersebut penulisan tertarik untuk mengambil
Studi Kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan
Fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, Am.Keb.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif
pada Ibu Nifas dengan Fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb?”.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu melaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dengan
Fisiologis di Ciamis BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb dengan
menggunakan
pendekatan
manajemen
kebidanan
dan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus
a.
Dapat melaksanakan pengkajian data pada ibu nifas dengan
fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb Kabupaten Ciamis
tahun 2016
b.
Tersusunnya interpretasi data dasar pada ibu nifas dengan fisiologis
di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016
5
c.
Dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas dengan
fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM.Keb Kabupaten Ciamis
tahun 2016
d.
Ditetapkannya Kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi pada ibu nifas fisiologis di BPMBidan Cucu Hudami,
AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016
e.
Tersusunnya perencaraan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis
tahun 2016
f.
Terlaksananya asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan
perencanaan yang dibuat pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM
Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016
g.
Diketahuinya hasil atau evaluasi asuhan kebidanan yang telah di
berikan pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami
AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016.
D. Manfaat
1.
Manfaat teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan
informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan dan dapat dijadikan
referensi bagi ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan
kebidanan secara komprehensif pada ibu nifas dengan fisiologis.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan dan
referensi yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus
selanjutnya
mengenai
pendokumentasian
kebidanan
secara
komprehensif pada ibu nifas.
b.
Bagi BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb
Diharapkan dapat melaksanakan peran dan fungsi bidan
sebagai pendidik untuk mencetak generasi bidan yang berkualitas
pada kasus ibu nifas fisiologis.
6
c.
Bagi pasien
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
perawatan ibu nifas secara baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1.
Nifas
a.
Pengertian
Masa nifas (peurperineum) adalah masa setelah keluarnya
placenta
sampai
alat-alat
reproduksi
pulih
kembali
seperti
sebelumnya hamil dan secara normal masa nifas berlangsung 6
minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2011).
Masa nifas atau peurperium adalah masa setelah partus
selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti
sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini kira-kira 6-8 minggu
(Abidin, 2011).
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
atau 42 hari, Masa nifas atau post partum disebut juga peurperium
yang berasal dari bahasa lain yaitu dari kata “Puer” yang artinya
bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar
dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan.
Beberapa
konsep
mengetahui
pengertian
masa
nifas
berdasarkan para ahli antara lain :
1)
Menurut bener V.R dan L.K (1996) dalam Anggraeni (2010)
peurperium adalah waktu mengenai perubahan besar yang
berjangka apa periode transisi dari puncak pengalaman
melahirkan untuk menerima kebahagiaan da tanggung jawab
dalam keluarga.
2)
Menurut
Williams
dalam
Anggraeni
(2010)
peurperium
didefinisikan sebagian masa persalinan selama dan segera
setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu alat-alat reproduksi kembalikan keadaan tidak hamil atau
kembali normal.
7
8
Waktu masa nifas yang paling lama dapa wanita umumnya 40
hari, dimuali sejak melahirkan atau sebelum malahirkan (yang
disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari
akan tetapi darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka
perhatikanlah bila keluarnya disaat ‘adah (kebiasaan) haidh; maka
itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi, jika darah terus dan
tidak pada masa-masa haidnya dan darah itu terus berhenti
mengalir, maka ibu harus segera memeriksa diri kebidan atau
dokter.
Menurut Asy-Syafi`iyah biasanya nifas itu empat puluh hari,
sedangkan menurut Al-Malikiyah dan juga As-Syafi`iyah paling lama
nifas itu adalah enam puluh hari. Menurut Al-Hanafiyah dan AlHanabilah paling lama empat puluh hari. Menurut al Hanafiyah an al
hanabilah paling lama empat puluh hari. Bila lebiih dari empat puluh
hari maka darah istihadhah.
Dalilnya adalah hadis berikut iini :
‫ِين َي ْومًا‬
ِ ‫َكا َن‬
ِ َ ‫ت ال ُّن َف َسا ُء َتجْ لِسُ َعلَى َع ْه ِد َرسُول‬
َ ‫ّللا أَرْ َبع‬
Dari Ummu Slamah r.a. berkata, "Para wanita yang mendapat
nifas, di masa Rasulullah duduk selama empat puluh hari empat
puluh malam." (HR Khamsah kecuali Nasa`i).
At-Tirmizi berkata setelah menjelaskan hadis ini: bahwa para
ahli ilmu di kalangan sahabat Nabi, para tabi`in dan orang-orang
yang sesudahnya sepakat bahwa wanita yang mendapat nifas
harus meninggalkan salat selama empat puluh hari kecuali
darahnya itu berhenti sebelum empat puluh hari. Bila demikian ia
harus mandi dan salat. namun bila selama empat puluhhari darah
masih tetap keluar kebanyakan ahli ilmu berkata bahwa dia tidak
boleh meninggalkan salatnya.
b.
Tujuan asuhan masa nifas
1)
Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis
dimana asuhan pada masa nifas ini peran keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayi.
9
2)
Melaksanakan skrining yang komprehensif dimana bidan harus
melakukan manajemen asuhan ke kebidanan pada masa nifas
secara sistematis mulai dari pengkajian data subjektif, objektif
maupun penunjang.
3)
Setelah
bidan
melaksanakan
pengkajian
bidan
harus
menganalisis data tersebut agar tujuan masa nifas ini dapat
mendeteksi data tersebut agar tujuan masa nifas ini dapat
mendeteksi masalah yang terjadi pada komplikasi pada ibu dan
bayi.
4)
Mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayi, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat
langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas
dapat dilaksanakan.
5)
Memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
perawatan
kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui yang
benar, pemberian imunisasi pada bayi dan peraawatan bayi
sehat (Rukiyah, 2011)
c.
Tahapan masa nifas
1)
Intermediate postpartum (24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
perdaraan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus
dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah, dan sushu.
2)
Periode early bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak
ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,
serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
3)
Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha,2009).
10
d.
Kebijakan Program Nasional Masa nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling
sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan
tujuan untuk :
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
4) Menangani
komplikasi
atau
masalah
yang
timbul
dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya Sari dan
Rimandhini 2014)
Tabel 2.1Asuhan yang diberikan sewaktu
melakukan kunjungan masa nifas
Kunjungan
I
Waktu
6-8 jam setelah
persalinan
Tujuan
1. Mencegah
perdarahan
masa nifas karena atonia
uteri.
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab
lain
perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling ibu
atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara
mencegah
perdarahan
masa nifas karena atonia
uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan
hubungan
antara ibu dengan bayi
yang bari lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap
sehat
dengan
cara
mencegah hipotermi.
7. Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk
2jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai
ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
11
II
6 hari setelah
persallinan
1. Memastikan
inovasi
uterus berjalan normal:
uterus
berkontraksi
fundus
di
bawah
unbilicus,
tidak
ada
perdarahan
abnormal,
tidak ada bau.
2. Menilai adanya tandatanda demam, infeksi
atau
perdarahan
abnormal.
3. Memastiakan
ibu
mendapatkan
cukup
makan,
cairan
dan
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tak
memperhatikan
tandatanda penyulit.
5. Memberikan
konseling
pada
ibu
mengenai
asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap
hangat, dan merawat bayi
sehari-hari.
III
2 minggu setelah
persalinan
Asuhan pada 2 minggu
postpartum sama dengan
asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari post partum.
IV
6 minggu setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu
tentang
kesulitankesulitan yang ia atau
bayinya alami.
2. Memberikan konseling KB
secara dini.
Sumber : (Sari dan Rimandini,2014).
e.
Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Seorang wanita selama hamil terjadi perubahan pada sistem
tubuhnya, di antaranya terjadi pada sistem reproduksi, sistem
pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskoluskeletal, sistem
endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan terjadinya
perubahan tanda-tanda vital setelah kelahiran bayi dan plasenta ibu
12
mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik maupun
psikologisnya (Ball,1994) dan Hyten(1995) dalam Anggraeni (2010).
1)
Perubahan Sistem Reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun ekterna
berangsur-angsur
alat
genetalia
ini
disebut
inovasi.
(Saleha,2009). Pada masa ini terjadi juga perubahan penting
lainnya, perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :
a) Uterus
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis
tengah kira-kira 2cm dibawah umbilicus dengan bagian
fundus bersandar pada promotorium sakralis. Besar uterus
kira-kira sama dengan sewaktu hamil 16 minggu dengan
berat 1000 gram (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(1) Involusi Uterus Pascapersalinan
Gambar 2.1 Involusi Uterus PascaPersalinan
(2) Involusi Uterus dan Proses Terjadinya Involusi
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,
antara lain :
(a) Autolysis
(b) Atrofi jaringan
(c) Efek Oksitosin
Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
13
pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis
(Sulistyawati,2009).
Menurut penelitian Ikhtiarinawati F (2012) Dosen
Program Studi DIII Kebidanan Universitas Islam Lamongan
bahwa ada perbedaan penurunan TFU berdasarkan jenis
persalinan pada ibu nifas fisiologis dan post SC yaitu Masih
ditemukan ibu nifas dan post SC yang mengalami
keterlambatan penurunan TFU. Penanganan yang kurang
memadai
terutama
pada
masa
nifas
dini
dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat mengancam
jiwa ibu karena masa nifas tidak berjalan dengan normal
atau
terjadi
subinvolusi
termasuk
salah
satunya
keterlambatan penurunan TFU. Penelitian anlitik komparatif.
Populasi 104 ibu nifas fisiologis dan post SC. Hasil
penelitian yang ditemukan adanya perbedaan penurunan
TFU pada ibu nifas fisiologis dan post SC dengan sebanyak
58 responden (81,7%) adalah ibu nifas fisiologis proses
penurunan TFU yang sesuai dan ibu nifas post SC
sebanyak
13
responden
(39,4%).
Sedangkan
yang
mengalai keterlambatan proses penurunan TFU pada ibu
nifas fisiologis 13 responden (18,3%) dan pada ibu nifas
post SC sebanyak 20 responden (60,6%). Dari hasil uji
statistik diperoleh hasil ada perbedaan penurunan TFU
pada ibu nifas fisiologis dan post SC dengan nilai koefisien
kongtngensi 0,390 dengan tingkat signifikasi 0,000 (p<0,05)
maka peran bidan adalah mendeteksi dini komplikasi yang
terjadi perlu adnya penyuluhan pada ibu nifas, diantaranya
menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
14
Tabel. 2.2 Involusi uterus
1.
2.
3.
Waktu
Involusi
Bayi lahir
Uri/
plasenta
lahir
1 minggu
Tinggi
Fundus Uteri
Setinggi pusat
Dua jari
bawah pusat
Berat
Uterus
1000
750
gram
Pertengahan
500
pusat simfisis
gram
4.
2 minggu Tidak teraba
300
di atas
gram
simfisis
5.
6 minggu
Bertambah
60
kecil
gram
Sumber : (Sari dan Rimandini, 2014)
Diamete
r Uterus
12,5cm
12,5 cm
Palpasi
Serviks
Lunak
Lunak
7,5 cm
2 cm
5 cm
1 cm
2,5 cm
Menyempi
t
b) Lochea
Lochea adalah ekresi cairan selama masa nifas.
Lochea itu terbagi menjadi 4 (Soleha,2009) yaitu:
Tabel 2.3 Lochea
Lochea
Rubra
Sanguilenta ss
Waktu
1-3 hari
Sanguelenta 3-7 hari
Serosa
7-14
hari
Warna
Merah
kekuningan
Putih
bercampur
merah
Kekuningan/
kecoklatan
Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua,
berniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum
dari sisa darah
Sisa darah bercampur
lendir
Lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi
plasenta.
Alba
>14 hari Putih
Mengandung leukosit
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang
mati.
Sumber : (Sari dan Ramandini, 2014).
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan
uterus. Warna serviks sendiri merah kehitaman-hitaman
karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak,
15
kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil karena
robekan kecil terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
kembali dalam keadaan sebelum hamil. Muara serviks
dilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara
bertahap atau setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasukan 2-3 jari, pada
6 minggu post partum serviks menutup (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
d) Vagina dan Parineum
Selama
proses
persalinan,
vulva
dan
vagina
mengalami penekanan serta peregangan setelah beberapa
hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan
kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke 3. Himen
tampak
sebagian
tonolan
kecil
dan
dalam
proses
pembentukan berubah menjadi kurunkule mitiformis yang
khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina selelu akan lebih
besar di bandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama (Yanti,2011).
e) Luka Perineum.
Perlukaan
perineum
umumnya
terjadi
unilateral,
namun dapat juga bilateral. Perlukaan pada diafragma
urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada
waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat
terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau vagina, sehingga
tidak kelihatan
dari luar. Perlukaan demikian
dapat
melemahkan dasar panggul, sehingga mudah terjadi
prolapus genetalia. Luka perineum setelah melahirkan ada
2 macam, yaitu :
(1) Ruptur
Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan
oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses
desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga
jaringan yang robek sulitdilakukan penjahitan.
16
(2) Episiotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan
bedah pada
perineum untuk memperbesar muara vagina yang
dilakukan
tepat
sebelum
keluarnya
kepala
bayi.
Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin
selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otototot
dan
fasiaperineum
dan
kulit
sebelah
depat
perineum. Untuk melihat seberapa besarnya robekan
atau luka tersebut, maka dilakukan periksa pandang,
juga
dengan
melakukan
pemeriksaan
melakukan
speculum, hasil akan menunjukkan tingkatan robekan
perineum, jika : Dikatakan robekan perineum tingkat I,
jika robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit;
Tingkat II, jika robekan yang terjadi lebih dalam yaitu
selain mengenai selaput lender vagina juga mengenai
muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai
spingter ani; Tingkat III, jika robekan yang terjadi
mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot
spingter ani.
Lingkup perawatan perineum ditunjukan untuk
pencegahan
infeksi
organ-organ
reproduksi
yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk
melalui
vulva
perkembangbiakan
yang
terbuka
bakteri
atau
pada
akibat
dari
peralatan
penampunglochea(pembalut) (Helen, 2009).
Waktu Untuk Perawatan Perineum
(a) Saat mandi : Pada saat mandi, ibu post partum pasti
melepas
pembalut,setelah
terbuka
maka
ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu
dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
17
perineum
ibu,
untuk
itu
diperlukan
pembersihanperineum.
(b) Setelah buang air kecil : Pada saat buang air kecil, pada
saat
buang
air
kecil kemungkinan
besar
terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
(c) Setelah buang air besar : Pada saat buang air besar,
diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
maka
diperlukan
proses
pembersihan
anus
dan
perineum secara keseluruhan.
Bentuk Penyembuhan Luka
Dalam penyembuhan luka memiliki fase-fase pada keluhan
yang dirasakan ibu pada hari pertama sampai ke 14 ini
merupakan fase inflamasi dimana pada fase ini ibu akan
merasakan nyeri pada luka jahitan, oedema, teraba hangat
dan kemerahan dan hal ini akan terjadi sampai 4 hari
postpartum (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
(a) Luka sembuh Baik : di katakan luka sembuh dengan
baik, apabila setelah di lakukan perawatan, luka
perineum bisa sembuh < 5 hari, dan luka dalam
keadaan menutup dan kering.
(b) Luka sembuh Sedang di katakan luka sembuh sedang
apabila setelah di lakukan perawatan, luka perineum
bisa sembuh > 5 hari dan kondisi luka menutup dan
masih basah.
(c) Luka sembuh Kurang Baik : di katakan luka sembuh
sedang apabila setelah di lakukan perawatan, luka
perineum bisa sembuh > 7 hari dan kondisi luka belum
kering dengan jahitan masih membuka (Helen, 2009 ).
2)
Perubahan Sistem Pencernaan
18
Sistem gastrointestinal selama kehamilan di pengaruhi
oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron
yang
dapat
mengganggu
keseimbangan
cairan
tubuh,
meningkatkan kolestrol darah, dan membatalkan kontraksi otototot polos. Pasca melahirkan kadaar progesteron juga mulai
menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4
hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada
system pencernaan, antara lain :
a) Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ini merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan
nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari.
b) Motolitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot kratus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah
bayi
lahir.
bisa
Kelebihan
alganesia
dan
anastesia
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali
teratur antara lain :
(1) Pemberian diet/makanan yang mengandung serat
(2) Pemberian cairan yang cukup
(3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
(4) Pengetahun tentang perawatan luka jalan lahir.
(5) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan
pemberian hukuman atau obat laksan yang lain.
3)
Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu
akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari kaedaan ini adalah terdapat
19
spasme sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum.
Kadar hormon yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini disebut “diuresis”.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu
(Sulistyawati,2009).
4)
Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi
oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron
yang
dapat
mengganggu
keseimbangan
cairan
tubuh,
meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan kontraksi
otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga
mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu
3-4 hari untuk kembali normal. Bebrapa hal yang berakibat
dengan perubahan pada sistem pencernaan, yaitu nafsu
makan, motilitas dan pengosongan usus (Yanti, 2011).
5)
Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diagfarma pelvis yang
meregang
sewaktu
kehamilan
dan
persalinan,
secara
berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligmentum mengenfur, sehingga uterus jatuh kebelakang fasia
jaringan penunjang alat genetalia yang mengundur akan dapat
di atasi dengan mobilisasi dini (Saleha,2009).
6)
Perubahan Sistem Endokrin
Selama kehamilan dan persalinan adanya hormon yang
berperan pada proses tersebut yaitu hormon oksitosin yang
berperan pada perlepasan plasenta dan mempertahankan 13
kontraksi agar tidak terjadinya perdarahan. Hormon prolaktin
untuk merangsang produksi asi. Sedangkan hormon estrogen
dan progesteron dapat meningkatkan volume darah serta
mengurangi perangsang dan peningkatan pembuluh darah
(Sahela, 2009).
20
7)
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Terdapat satu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml
dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahian dan masa
nifas. Dalam persalinan kira-kira 200-500 ml darah yang hilang
sedangkan selama post partum 500-800ml darah yang hilang
dan terakhir 500ml selama masa nifas (Saleha,2009).
8)
Perubahan Tanda Vital
a)
Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan
naik sedikit (37,5-38) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya,
pada hari ke-3 badan naik lagi karena pembentukan ASI.
Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena
banyak ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium (mastiits, tractus genitalis atau
sistem lain).
b)
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 6080 kali permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya
akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali
permenit adalah abdormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.
c)
Tekanan darah
Tekanan
darah
biasanya
tidak
berubah.
Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu
melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada saat postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi postpartum.
d)
Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
suhu dan nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada
21
gangguan
khusus
pada
saluran
pencernaan
(Sulistyawati,2009).
f.
Perubahan Psikologi Masa Nifas
Periode diekspresikan oleh reva rubin yang terjadi ada 3 yaitu :
1) Periode “Takinng hold”
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif
dan tergantunng oleh orang lain.
2) Periode “Taking hold ”
Berlangsung 3-10 hari setelah persalian post partum, ibu
mulai khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung
jawab dalam merawat bayinya.
3) Periode “Letting go”
Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat (Dewi dan Sunarsih,
2011).
g.
Macam-Macam Masalah Adaftasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas
1)
Post partum blues
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan
bayinya disebut baby blues. Post partum blues merupakan
sebuah gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah
persalinan, penyebabnya antara lain: perubahan saat hamil,
perubahan fisik dan emosional, perubahan tersebut akan
kembali secara perlahan-lahan setelah beradaptasi dengan
peran barunya (Saleha,2009).
2)
Depresi berat
Merupakan ganggguan afeksi yang sering terjadi pada
masa nifas dan tampak dalam minggu pertama pascaa
persalinan (Yanti,2011).
3)
Post partum psikosis
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000
kelahiran, frekuensi dalam masa kehamilan 20-30%. Gejala
22
psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu
post partum (Sari dan Rimandini, 2014).
4)
Greafing (Kesedihan dan Duka Cita)
Kesedihan
“GRIEF”
adalah
reaksi
normal
ketika
mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai
(Davis, 1998). Potter Perry (1991) menyatakan bahwa gerafing
adalah pengalaman seseorang yang mengalami kehilangan
suatu benda, orang yang dekat, bagian atau fungsi tubuhnya
atau emosinya yang sebelumnya ada kemudian menghilang
(Sari dan Rimandini, 2014).
h.
Kebutuhan dasar ibu nifas
1)
Nutrisi
Kualitas dan jumlah makan yang akan dikonsumsi akan
sangat mempengaruhi ASI. Selama menyusui, ibu dengan
status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang
mengandung 600 kkal; sedangkan ibu yang gizinya kurang
biasanya akan sedikit menghasilkan ASI, terkait dengan
pemenuhan gizi bayi, antara lain :
a)
Konsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b)
Makanan dengan diet seimbang untuk dapat protein yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang
rusak atau mati. Mineral dan vitamin di gunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan kelancaran
metabolisme tubuh.
c)
Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam
bentuk air putih, susu, dan jus buah.
d)
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali
yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya
agar dapat memberikan vitamin A melalui ASI.
e)
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya 40 hari pasca persalinan (Nanny, 2011)
Tabel 2.4 penambahan makanan pada wanita hamil
dan menyusui
Zat makanan
Wanita hamil 20
Wanita menyusui
minggu terakhir
23
Kalori
3000 kalori
Protein
20 gram
Calcium
0,6 gram
Ferum
5 mg
Vit A
1000 iu
Thanim
0,2 mg
Riboflavin
0,2 mg
Niacin
2 mg
Vit C
30 mg
Sumber : (Sari dan Rimandini, 2014).
2)
500-800 kalori
40 gram
0,6 gram
5 gram
2000 ui
0,5 mg
0,5 mg
5 mg
30 mg
Ambulasi
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Di
mulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri. Pada hari
kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu dapat
menggerakan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari ke empat dan
kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka. Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati
faktor-faktor dibawah ini : (Sari dan Rimandini, 2014).
a) Istirahat
(1) Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
(2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga
baisa perlahan-lahan.
(3) Menyarakan ibu untuk tidur siang.
(4) Kurang
istirahat
akan
mempengaruhi
ibu
dalam
beberapa hal :
(a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduks.
(b) Memperlambat
proses
involusi
uterus
dan
memperbanyak perdarahan.
(c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri (Nanny, 2011).
(5) Personal Hygiene
Kebersihan diri ibu mrmbantu mengurangi sumber
infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu.
24
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara
mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti
pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana
ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.
Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan
antiseftik
(PK/Dethol)
dan
selalu
diingat
bahwa
membersihkan perineum dari arah depan kebelakang.
Untuk mencegah terjadiya infeksi baik pada luka jahitan
dan maupun kulit, maka ibu harus menjaga kebersihan
diri secara keseluruhan (Sari dan Rimandini, 2014).
b) Pakaian
c) Rambut
Setelah bayi lahir, mungkin ibu akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga
keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan
normal, kebanyakan akan pulih kembali setelah beberapa
bulan.
3)
Kebersihan kulit
Setelah
persalinan,
ekstra
cairan
tumbuh
yang
dibutuhkan saat hamil akan mengilangkan pembengkakan pada
wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam
minggu-minggu
pertama
setelah
melahirkan,
ibu
akan
merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.
4)
Perawatan Payudara
Payudara
merupakan
alat
reproduksi
tambahan.
Payudara terletak pada fascia superficial dinding rongga dada
di atas muskular pectoralis major dan dibuat stabil oleh
ligamentum suspensorius. Dengan masing-masing payudara
berbentuk tonjolan setelahh bola dan mempunyai ekor (cauda)
dari jaringan yang meluas ke ketiak (Sari dan Rimandini, 2014).
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum
melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan
yang
dilakukan
terhadap
payudara
bertujuan
untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
25
saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran susu. Agar
tujuan perawatan ini dapat tercapai, perlu di perhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) Lakukan perawatan payudara secara teratur.
b) Pelihara kebebrsihan sehari-hari.
c) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk
mencukupi produksi ASI.
d) Ibu
harus
percaya
dari
akan
kemampuan
dirinya
menyususui bayi ibu harus merasa nyaman dan santai.
e) Hindari rasa cemas dan strees karena akan menghambat
reflex oksitosin.
Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin,
yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali
sehari. Langkah-langkah perawatan payudara :
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, memakai bra
yang menopang.
b) Bila puting susu lecet, oksitosin ASI yang keluar pada
sekitar puting susu tiap kali selesai menyusui.
c) Bila lecet berat istirahat 24 jam ASI keluarkan dan
diminumkan dengan memakai sendok.
d) Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI kompres
payudara dengan kain basah dan hangat selama 5-10 menit
(Jannah,2011).
5)
Perawatan Perineum dan vagina
Setelah melahirkan, biasanya perineum agak terjadi
bengkak atau memar dan mungkin ada luka jahitan bekas
robekan atau episiotomi. Ada beberapa hal yang dapat di
anjurkan oleh ibu, antaral ain harus :
a) Membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan
darah sekitar vulva dahulu, dari depan kebelakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan
vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
b) Mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknnya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah di cuci
26
dengan baik dan di keringkan dibawah matahari atau di
setrika.
c) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kehamilannya.
d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, maka ibu
harus menghindari menyentuh luka, cebok dengan air
dingin atau cuci menggunakan sabun.
6)
Perawatan pada Tindakan Pasca Episiotomi
Jika persalinan normal sampai memerlukan tindakan
episiotomi, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar proses
pemulihan berlangsung seperti apa yang diharapkan. Inilah
cara perawatan setelah episiotomi :
a) Cara menghilangkan rasa sakit kala buang air besar, ibu di
anjurkan banyak mengkonsumsi serat seperti buah-buahan
dan sayur-sayuran.
b) Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus,
hindarkan banyak gerak pada minggu pertama karena
dapat merusak
otot-otot perineum. Banyak-banyaklah
duduk dan berbaring hindari berjalan karena akan membuat
otot perineum bergeser.
c) Jika robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan untuk
segera melakukan mobilisasi setelah cukup beristirahat.
d) Setelah buang air besar dan kecil atau hendak mengganti
pembalut dara nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air
seperti biasa.
e) Bila memang dianjurkan dokter, luka di bagian perineum
dapat diolesi dengan salep antibiotic. Bila terjadi infeksi :
Infeksi
melakukan
bisa
terjadi
perawatan
karena
pasca
ibu
kurang
persalinan.
Ibu
telaten
takut
menyentuh luka yang ada di perineum sehingga tidak
memilih tidak membersihkan. Padahal, dalam keadaan luka,
perineum rentang di datangi kuman dan bakteri sehingga
mudah terinfeksi. Gejala-gejala infeksi yang dapat diamati
adalah :
27
(1) Suhu tubuh melebihi 37,5°C.
(2) Menggigil, pusing dan mual
(3) Kuputihan
(4) Keluar cairan seperti nanah dari vagina.
(5) Cairan yang keluar disertai bau yang sangat menyengat.
(6) Keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri.
(7) Terasa nyeri diperut.
f)
Pendarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah
sedikit.
Misalnya,
seminggu
sesudah
melahirkan
pendarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba darah kembali
banyak keluar.
Bila ada tanda-tanda seperti diatas, segera periksa diri
kedokter. Infeksi vagina yang ringan biasanya ditindak
lanjuti dengan penggunaan antibiotic yang adekuat untuk
membunuh kuman yang ada disitu.
g) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh
mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi.
h) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan ibu untuk membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang.
i)
Menyarankan ibu untuk ganti balutan minimal 2 kali dalam
sehari.
j)
Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia.
k) Nasehati ibu untuk membersihkan dari setiap kali BAB atau
BAK.
l)
Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi sarankan pada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka (Saleha,
2009).
7)
Eliminasi
a) Buang air kecil
(1) Dalam 6 jam postpartum, pasien harus sudah dapat
buang air kecil.
28
(2) Jika semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih,
dapat mengakibatkan keselitan pada organ perkemihan,
misalnya infeksi.
(3) Bidan harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing
sesegera mungkin setelah melahirkan akan mengaruhi
komplikasi postpartum.
(4) Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti
mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat
terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil
berjuang untuk melahirkan bayinya.
b) Buang air besar
(1) Dalam 24 jam pertama postpartum, pasien harus sudah
sapat buang air besar karena semakin lama feses
tertahan dalam usus, semakin sulit baginya untuk buang
air besar secara lancar.
(2) Semakin lama feses di dalam usus, feses semakin
mengeras karena cairan yang mendukung dalam feses
akan selalu terserap oleh usus.
(3) Anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak
minum air putih (Jannah,2011)
i.
Perubahan Pada Sistem Integumen
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa
tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini merupakan kloasma
gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,
hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum). Setelah
persalinan,
hormonal
berkurang
dan
hiperpigmentasi
pun
menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu
stiae albikan. Penurunan pigmentasi ini juga di sebabkan karena
hormon MSH (melanophore Stimulating Hormon) yang berkurang
setelah persalinan akibatnya pigmentasi pada kulit pun secara
perlahan menghilang (Sari dan Rimandini, 2014).
2.
Senam Nifas
29
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah
persalinan, setelah keadaan ibu pulih kembali. Senam nifas sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam setelah bersalin, secara teratur setiap hari.
Dengan melakukan senam nifas tepat waktu, maka hasil yang didapat
pun bisa maksimal. Senam nifas tentunya dilakukan secara bertahap
hari demi hari.
Menurut penelitian Dwi Kurniawati terdapat Hubungan senam nifas
dengan
involusi
pengembalian
uteri
yaitu
senam
regangan-regangan
nifas
otot
dapat
setelah
mempercepat
melahirkan
jika
dilakukan dengan teratur. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Jawa
Timur tahun 2008 didapatkan bahwa hampir 68% ibu nifas tidak pernah
melakukan senam nifas. Alsan sebagian besar involutio uterus di
Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten
Mojokerto. Desain penelitian ini adalah analitik-cross sectional.
Populasi diambil dari semuan ibu nifas di Polindes Alamanda Desa
Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada bulan Juni
2010 sebanyak 132 orang dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang,
teknik consecutive sampling. Instruen adalah lembar observasi. Variabel
Independen adalah senam nifas dan Variabel dependen adalah involutio
uterus. Analisa dapat dengan uji statistik Chin-square. Hasil penelitian
terdapat 21 responden yang melakukan senam nifas tidak tepat, 16
(76,2%)
diantaranya mengalami involusi uterus yang tidak normal.
Sedangkan 11 responden yang melakukan senam nifas dengan tepat,
10 (90,9%) diantaranya mengalami involusi uterus yang normal. Setelah
dilakukan uji statistik dengan Chi-Square dengan menggunakan SPSS
mendapatkan hasil ᵨ=0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara
senam
nifas
dengan
involutio
uterus.
Ibu
diharapkan
dapat
meningkatkan pengetahuan tentang senam nifas baik melalui media
masa maupun media elektronik sehingga ibu mau ikut serta dalam
progam senam nifas dalam rangka mempercepat involusi uterus.
Gerakan Senam Nifas
a.
Hari pertama. Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan
pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melali hidung,
30
kembungkan perut dan tahan dengan hitungan ke-5, lalu keluarkan
nafas pelan-pelan lewat mulut. Ulangi 8 kali.
b.
Hari kedua, tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus ke depan,
angkat kedua tangan lurus ke atas sampai kedua telapak tangan
bertemu, kemudian turunkan perlahan sampai tangan terbuka lebar
hingga sejajar dengan bahu. Ulangi 8 kali.
c.
Hari ketiga berbaring rileks dengan posisi di samping badan dan
lutut
d.
Hari keempat. Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di
samping badan, tangan kanan diatas perut, dan lutut diketuk.
Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerutkan
otot sekitar anus dan mengontraksikan otot perut. Ulangi 8 kali.
e.
Hari kelima. Tubuh tidur telentang, kaki lurus, bersama-sama
dengan mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan
kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulangi sebaliknya.
Lakikan perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan.
Ulangi 8 kali.
f.
Hari keenam. Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan, kemudian lutut kearah perut 90 derajat secara
bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Ulangi 8 kali.
g.
Hari ke tujuh. Tidur telentang, kaki lurus, dan kedua tangan
disamping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam
keadaan lurus sambil mengintraksikan perut, kemudian turunkan
perlahan atur pernafasan. Ulangi 8 kali.
h.
Hari kedelapan. Posisi menungging, nafas melalui pernafasan
perut. Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan,
ambil
nafas
kemudian
keluarkan
nafas
pelan-pelan
sambil
mengndurkan anus. Ulangi 8 kali.
i.
Hari kesembilan. Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan
disamping badan. Angkat kedua kaki dalam keadaan lurus 90
derajat, kemudian turunkan pelan-pelan. Ulangi 8 kali.
j.
Hari kesepuluh. Tidur terlrntang dengan kaki lurus, kedua telapak
tangan diletakkan di belakang kepala, kemudian bangun sampai
31
posisi duduk, lalu perlahan-lahan posisi tidur kembali. Ulangi 8 kali.
(Sari dan Rimandini, 2014).
3.
Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,
infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat
genetal merupakan komplikasi masa nifas yang melaus kesaluran
urinary, paydara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu
penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan
panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejaa local dapat berupa uterus
lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.
Ibu beresiko terjadinya infeksi post partum karena adanya lua pada
bekas pelepasan plasena, laserasi pada saluran genetal termasuk
episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks, imfeksi post SC
mungkin terjadi.
a.
Pengertian Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah semua perdarahan yang disebabkan oleh
kuman yang masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan
dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan
suhu sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint
Committe on Maternal Welfare, AS). Infeksi nifas terjadi 1-35.
Infeksi jalan lahir 25-55% dari semua kasus infeksi.
b.
Penyebab Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya ke dalam organ
kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan
infeksi. Berdasarkan masuknya kuman kedalam organ kandungan
terbagi menjadi Ektogen (Kuman datang dari luar),
Autogen
(Kuman dari tempat lain), dan Endogen (Kuman dari jalan lahir
sendiri).
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh Streptococcus
haemolyticus Aerobic, Staphylococcus Aerus, Escheris Coli, dan
Clostridium Welchi.
32
1) Steptococcus Haemolyticus Aerobic
Steptococcus
Haemolyticus
Aerobic
merupakan
penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat dengan
eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus, secara eksoge
merupakan penyebab infeksi sedang , sering di temukan di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak
sehat.
3) Escheris Coli
Escheris
Coli
berasal
dari
kandung
kemih
atau
rektum.Escheris Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada
perineuum, vulva dan Endometrium. Kuman ini merupakan
penyebab dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchi
Clostridium Welchi bersifat anaerob dan jarang di temukan
akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini akan sering terjadi
pada abortus kriminalis dan persalinan di tolong dukun.
c.
Patofisiologi Infeksi Nifas
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhan nya kuman
adalah di daerah bekas insersio (Pelekat) plasenta. Insersio
plasenta merupakan sebuah
luka
dengan dia
meter 4cm,
permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena
yang di tutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui
servik, vulva, vagina dan perineum. Infeksi nifas dapat terjadi
karena manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan
dalam berulang-ulang, alat-alat tidak steril, yang terkontaminasi,
infeksi nosokomial rumah sakit, menyebabkan ketuban pecah dini.
d.
Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
33
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain
demam, sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ
terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:
1) Infeksi local: warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada
luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan
meningkat.
2) Infeksi umum: sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan
daerah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan
sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma,
gangguan involusi uteri, lokia berbau, bermanah dan kotor.
e.
Klasifikasi Infeksi Nifas
Infeksi
pada
perineum,
vulva,
vagina,
serviks
dan
endometrium penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva,
serviks, dan endometrium meliputi:
1) Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka
perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak jahitan
mudah
lepas,
luka
yang
terbuka
menjadi
ulkus
dan
mengeluarkan nanah.
2) Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina.Vaginitis
pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka
vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari
daerah ulkus.
3) Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak
menimbulkan
banyak
gejala.
Luka
servik,
tapi
tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka servik yang dalam dan
meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
enyebabkan infeksi yang menjalar ke paramentum.
4) Endometritis
34
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai
48 jam postpartum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman
memasukan
endometrium
(biasanya
pada
luka
indersio
plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh
endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada
endometritis. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi
nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas
keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih
berat batas endometrium dapat di lampaui dan terjadilah
penjalaran.
4.
Laktasi
a. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI
(Jannah, 2011). Komposisi ASI menurut Jannah (2011)
stadium
laktasi ada 3 macam yaitu :
1) Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama
sampai ketiga. Kolostrum merupakan cairan yang akan kental
berwarna kekuning-kuningan dan lebih kuning dibandingkan ASI
matur.
2) ASI Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang dihaslkan setelah kolostrum
(4-10 hari)
3) ASI Matur
ASI matur adalah ASI yang dihasilkan pada hari ke 10 dan
seterusnya.
b. ASI Ekslusif
ASI ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif
adalah bayi hanya diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain
dianjurkan sampai enam bulan dan disusui sedini mungkin
(Siswono,2006).
35
B. Teori Manajemen Kebidanan
1.
Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yanng digunakan oleh
bidan
dalam
menerapkan
metode
pemecahan
masalah
secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencaraan, pelaksanaan dan evaluasi (Walyani,2015).
2.
Manajemen Varney
Merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak
yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat
(Varney,2007).
Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut
Varney ada 7 langkah, meliput :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pasa langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua yanng berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh
data
dapat
dilakukan
dengan
cara
anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini merupakan langkah awal yang alan menentukan
langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan
kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
kondisi / masalah klien yang sebenarnya.
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat sisefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penangan. Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian.
36
c. Langkah III : mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial. Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien
bidan bersiap siap bila masalah potensial benar benar terjadi.
d. Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera dan kolaborasi
Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
kosultasi atau di tangani bersama dengan anggota tim yang lainnya.
e. Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari masalah kline tersebut, apa
kebutuhan perlu konseling, penyuluhan apakah pasien perlu di rujuk
karena masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lainnya.
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana besar
kline dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
f.
Langkah VI : melaksanakan asuhan
Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif
yang
telah dibuat dapat dilaksanakan secara efesien seluruhnya oleh
bidan atu dokter atau tim kesehatan lain.
g. Langkah VII : Evaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa / masalah (Walyani,2015).
3.
Pendokumentasian Metode SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan
tertulis. Langkah-langkah dalam metode SOAP merupakam intisari dari
proses pemikiran dalam manajemen kebidanan. Adapun metodemetode SOAP tediri dari 4 langkah yaitu :
S : Data Subjektif
Berisi data dari pasien melalui anamnesa (Wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung pasien.
37
O : Data Objektif
Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik
oleh bidan dan dokter.
A : Analisa
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
yang meliputi diagnosa atau masalah potensial, serta perlu tidaknya
dilakukan tindakan segera.
P : Penatalaksanaan
Merupakan rencana dan tindakan yang akan diberikan termasuk
asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosa atau laboratorium, serta
konseling untuk tindak lanjutan (Walyani,2015).
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan masalah kesehatan ibu di masa hamil,
persalinan, nifas, setelah lahir, serta keluarga berencana (Asrinah 2010).
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam nifas antara
lain :
1.
Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2.
Memberikan dukungan serta memantau kesehatan fisik ibu dan bayi.
3.
Membantu dan memantau kesehatan psikologis, emosi, social, serta
memberikan semangat pada ibu.
4.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
5.
Membantu ibu dalam menyusui bayinya dan mendorong ibu untuk
menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
6.
Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannnya sebagai ibu.
38
7.
Membuat kebijakan, perencaraan program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak mampu melakukan administrasi.
8.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
9.
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah pendarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman
10. Melakukan manajemen asuhan dengan rencara cara mengumpulkan
data, mendapatkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakan
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama nifas.
11. Memberikan asuhan secara profesional.
D. Landasan Hukum
Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X2010 tentang Izin
danPenyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan
meliputi:
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan
dan
keluarga
berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
Pelayanan kesehatan ibu
Ruang lingkup:
a. Pelayanan ibu nifas normal
b. Pelayanan ibu menyusui
c. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Kewenangan :
a. Penjahitan luka jalan lahir tingakat I dan II
39
b. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perunjukan
c. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
d. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas fasilitas/bimbingan
inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) ekslusif
e. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
f.
Penyuluhan dan konseling
g. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
h. Pemberian surat keterangan kematian
i.
Pemberian surat keterangan cuti bersalin
DAFTAR PUSTAKA
Al-hadist Riwayat Khamsah kecuali Nasa’i Tentang Masa Nifas.
Depkes. (2007). Kepmenkes Nomor 938 Tahun 2007. Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.
Helen, V. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
Ikhtiarinawati F. (2012). Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Jenis
Persalinan pada Ibu Nifas Fisiologis dan Post Sectio Caesarea. Jurnal Midpro,
edisi 2/2012. Program Studi D III Kebidanan. Universitas Islam Lamongan.
[internet]
tersedia
dalam
http://journal.unisla.ac.id/pdf/19512013/3.%20perbedaan%20penurunan%20tinggi
%20fundus%20uteri.pdf [diakses 09 Mei 2016].
Kemenkes. (2013). Gerakan Sayang Ibu. Jakarta : Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Pusat
Data
dan
Informasi.
[internet]
tersedia
dalam
http://www.depkes.go.id/pjj_kemenkes/kebijakan-pemerintah-masa-nifas43932546. [diakses 21 April 2016].
Kemenkes. (2014). Mother’s Day. Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Pusat
Data
dan
Informasi.
[internet]
tersedia
dalam
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf.
[diakses 20 April 2016].
Liana, M., Rukiah, A.Y. & Yulianti, L. (2013) Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans
Info Media.
Maritalia, D. (2012). Asuhan kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Maryunani, A. (2009) Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Post Partum). Jakarta : CV Trans
Info Media.
Nur dan Nunik. (2011). Determinan pada Ibu Nifas yang Berhubungan dengan Pelaksanaan
Post Natal Care di Puskesmas Lespadangan Kabupaten Mojokerto Tahun 2011.
Jurnal Penelitian. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. [internet]
tersedia
dalam
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Nur%20Fitria%20Akhenan%20dan%20N
unik%20P%20%28Volume%201%20Nomor%201%29.pdf [diakses 09 Mei 2016].
Pandini, I.S. (2015). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Fisiologis. Laporan Tugas
Akhir. STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Rahmawati, A., Suherni., dan Widiasih, Hesti. (2009) Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta :
Vitramaya.
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta :
TIM CV.Trans Info Media.
Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Suherni., Widyasih, H., Rahmawati, A. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:
Fitramaya.
Sulistyawati, dkk., (2009). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Andi.
Wulandari, D., Ambarwati, N.R. (2010) Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Download