A. DINAMIKA KEPENDUDUKAN Penduduk adalah populasi manusia yang menempati area atau wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu. atau Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk adalah dinamika penduduk yang menunjukkan jumlah penduduk terus meningkat. Dinamika penduduk di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1. Kelahiran atau natalitas Angka kelahiran atau natalitas adalah bilangan yang menunjukkan jumlah kelahiran hidup dari tiap 1.000 penduduk per tahun. Atau jumlah kelahiran yang terjadi pada suatu daerah tertentu dan tahun tertentu per 1000 penduduk. Rumus: jumlah bayi lahir hidup / jumlah penduduk dalam tahun tersebut x 1.000 Kriteria angka kelahiran per tahun: a. tinggi, angka natalitas >30 b. sedang, angka natalitas 20 – 30 c. rendah, angka natalitas <20. 2. Kematian atau mortalitas Angka kematian atau mortalitas adalah bilangan yang menunjukkan jumlah kematian dari tiap 1.000 penduduk per tahun. Atau jumlah kematian yang terjadi pada suatu daerah tertentu dan tahun tertentu per 1000 penduduk. Rumus: jumlah kematian / jumlah penduduk dalam tahun tersebut x 1.000 Kriteria angka kematian per tahun: a. tinggi, angka mortalitas >18 b. sedang, angka mortalitas 14 – 18 c. rendah, angka mortalitas <14. 3. Migrasi atau perpindahan - Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain. - Macam migrasi: emigrasi, imigrasi, urbanisasi, remigrasi, transmigrasi 1 Total fertility rate (TFR) Rata–rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksinya, bila ia menyesuaikan diri dengan age-spesific fertility rate, dinyatakan: per 1000 wanita. Kematian ibu/maternal death (WHO): Kematian seorang ibu yang sedang hamil atau dalam waktu 42 hari setelah pengakhiran kehamilan, tidak tergantung dari umur maupun letak kahamilanya, oleh setiap sebab yang berhubungan atau bertambah berat oleh kehamilanya atau penangananya, tetapi bukan karena sebab – sebab kecelakaan atau sebab – sebab insidentil. Kelahiran hidup/ live births (WHO) Adanya tanda- tanda kehidupan saat fetus dipisahkan dari ibunya. Kelahiran mati/ fetal deaths (WHO) Tidak ada tanda” kehidupan saat fetus dipisahkan dari ibunya. B. FAKTOR–FAKTOR DEMOGRAFI YANG MEMPENGARUHI LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK Faktor utama demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut: 1. Kematian Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu : kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas). a. Faktor pendukung kematian (pro mortalitas) Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah: 1) Sarana kesehatan yang kurang memadai. 2) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan 3) Terjadinya berbagai bencana alam 4) Terjadinya peperangan 5) Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industry 6) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan. b. Faktor penghambat kematian (anti mortalitas) Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah: 2 1) Lingkungan hidup sehat. 2) Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap. 3) Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain. 4) Tingkat kesehatan masyarakat tinggi. 5) Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk. Ada beberapa jenis perhitungan angka kematian yaitu: a) Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate/CDR ) Angka kematian kasar adalah yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000 penduduk tiap tahun tanpa membedakan usia dan jenis kelamin tertentu. b) Angka Kematian Khusus Menurut Umur Tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR) Angka kematian khusus menurut umur tertentu dapat digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok usia manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada kelompok usia tua atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda jauh lebih rendah. c) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR) Angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian bayi tiap seribu bayi yang lahir. Bayi adalah kelompok orang yang berusia 0-1 tahun. Besarnya angka kematian bayi dapat dijadikan petunjuk atau indikator tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Pada umumnya bila masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat kematian bayi tinggi. Selain perhitungan di atas dihitung pula angka kematian ibu waktu melahirkan dan angka kematian bayi baru lahir. Untuk angka kematian bayi ukurannya sebagai berikut : - Rendah, jika IMR antara 15-35 - Sedang, jika IMR antara 36-75. - Tinggi, jika IMR antara 76-125. 2. Kelahiran ( Natalitas ) Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas). 3 a. Faktor- faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain : 1) Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu 2) Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua. 3) Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. 4) Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua. 5) Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi. Faktor pro natalis mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar. b. Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalis) a) Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak b) Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun. c) Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. d) Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya sampai anak ke – 2. e) Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan. Faktor – faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain : 1) Kepercayaan dan agama Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak 2) Tingkat pendidikan Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional. 3) Kondisi perekonomian Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak. 4) Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka kelahiran 4 5) Adat istiadat di masyarakat Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya. 6) Kematian dan kesehatan Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran. 7) Struktur Penduduk Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia). Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (Fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun. Pengukuran Fertilitas tidak sesederhana dalam pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan sebagai berikut : 1. Sulit memperoleh angka statistik lahir hidup karena banyak bayi – bayi yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian dan sering dicatatkan sebagai lahir mati. 2. Wanita mempunyai kemungkinan melahiran dari seorang anak ( tetapi meninggal hanya sekali ) 3. Makin tua umur wanita tidaklah berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak makin menurun. 4. Di dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita mempunyai kemungkinan untuk melakukan. C. TRANSISI DEMOGRAFI Transisi Demografi adalah proses perubahan kematian dan kelahiran yang berlangsung dari tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah dalam suatu kurun waktu pada masyarakat tertentu. Transisi Demografi muncul akibat perubahan yang terjadi di masyarakat, diantaranya adalah masalah sosial ekonomi yang memiliki hubungan timbal balik terhadap kesehatan. 5 Dalam Transisi Demografi menurut Bogue (1965) tahap transisi adalah sebagai berikut: 1. Pratransisi (Pre-Transitional) Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi. Pertumbuhan berada pada tingkat yang tinggi dan berlangsung lama. Tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan karena pada saat itu belum ada sanitasi, transportasi dan pengobatan modern. Dengan tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai sesuatu yang tidak memaksa masyarakat untuk menganut nilai-nilai sosial budaya yang mendukung adanya tingkat kelahiran yang tinggi sebagai imbangan agar dapat mempertahankan keturunan. 2. Tahap Transisi (Transitional) Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas tinggi dan mortalitas rendah. Tingkat kematian (mortalitas) mulai rendah sebagai akibat dari proses pembangunan ekonomi dan mulai meningkatnya taraf hidup. Akan tetapi, pada tahap ini tingkat kelahiran (fertilitas) masih tinggi meskipun sudah ada kecenderungan untuk turun, tetapi tingkat penurunanya masih lebih rendah dibanding dengan penurunan tingkat kematian. Hal ini disebabkan nilai budaya pada waktu itu mendukung tingkat kelahiran yang tinggi sudah membudaya dan melembaga sebagai suatu kepercayaan, sikap dan nilai serta tergolong sulit untuk berubah. 3. Tahap Pasca Transisi (Past Transitional) Dinyatakan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas sudah rendah. Tiap individu secara sadar sudah mulai mengendalikan tingkat kelahiran. Pengendalian secara sadar inilah yang menjadi ciri pokok dari tahap transisi akhir pada transisi demografi. Selama tahap ini berlangsung tingkat kelahiran terus turun secara perlahan menuju tingkat keseimbangan dan tingkat kematian yang sudah rendah. Hampir semua masyarakat mengetahui cara pemakaian alat kontrasepsi. Tingkat kelahiran dan kematian mendekati keseimbangan, pertumbuhan penduduk amat rendah dalam jangka waktu yang panjang. Penyebab terjadinya Transisi Demografi 1. Tingkat Kesehatan Rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia dikarenakan pemerintah tidak bisa menempatkan orang yang benar-benar mengerti tentang kesehatan program yang dipaksakan yang jelas tidak bisa dijelaskan tetapi anggarannya banyak. Puskesmas daerah yang banyak menyerap anggaran hanya membuat laoran di atas meja setiap tanggal 20-25 untuk tutup buku akhir bulan, di lapangan satu kerja bisa dilaksanakan lima program dan dapat tanda tangan sekali jalan tanpa mau tahu programnya. 6 2. Keadaan Geografis Keadaan geografis suatu tempat dapat dilihat dari kenyataannya di muka bumi atau letak suatu tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya. Keadaan ini ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang membatasinya. 3. Kebijakan Politik Dalam lingkungan politik terdiri dari hukum, badan hukum, dan pemerintah. Hal ini sangat mempengaruhi keputusan pemasaran karena lembaga politik dapat membatasi suatu organisasi dalam masyarakat. 4. Kemajuan IPTEK Adanya perkembangan IPTEK dan obat-obatan menjadikan perubahan gaya hidup yang ada di masyarakat. Sehingga menyebabkan dinamika tingkat kematian (mortalitas) dan tingkat kelahiran (fertilitas). 5. Perubahan pola pikir di masyarakat Di dalam masyarakat selalu terdapat tentang apa yang disebut gejala alam dan gejala sosial. Dimana gejala-gejala tersebut akan menghasilkan pola-pola tertentu yang bisa digunakan untuk membantu kita memahami gejala-gejala lain yang sifatnya lebih kontekstual. D. MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA 1. Jumlah dan Pertumbuhan Pendudukan Tabel grafik Peningkatan Jumlah Populasi Penduduk Indonesia yang sumber datanya diambil dari Badan Sensus Penduduk Dari gambar tabel grafik Jumlah Penduduk Indonesia yang bersumber dari Badan Sensus Penduduk kita mengetahui bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat. Karena pada zaman Orde Lama saja Jumlah penduduk Indonesia 97,1 juta jiwa dan pada akhir tahun 2010 jumlahnya dua kali lipat pnduduk jumlah penduduk Indonesia semenjak kemerdekaan yakni degan jumlah 237,6 juta jiwa. 7 Dan disini kita dapat menganalisa pertambahan jumlah penduduk Indonesia. Dilihat dari angka rata-rata kenaikan jumlah penduduk yang dalam setiap 10 tahun berkisar 32 juta jiwa. Maka kita dapat mengambil kesimpulan pertambahan penduduk pertahunnya adalah 2,6 juta jiwa. Jadi Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2013 sebesar 245,4 juta jiwa. Kemudian Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 248 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (mingrasi). Masalah kependudukan di Indonesia pada saat ini menjadi sangat rawan bila tidak ada usaha untuk mengelola ledakan penduduk dengan baik, yang merupakan bahaya besar untuk kelangsungan hidup. kepadatan penduduk Indonesia tidak seimbang, walaupun sudah dilakukan upaya pemerataan melalui program transmigrasi dan gerakan kembali ke Desa dan juga pengendalian jumlah penduduk dengan program KB. Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya Indonesia masih tergolong tinggi, bila tidak di upayakan pengendaliannya akan menimbulkan banyak masalah. Masalah kependudukan di Indonesia ini terdiri dari beberapa faktor yaitu masalah akibat angka kelahiran, masalah akibat angka kematian, masalah komposisi jumlah penduduk, masalah angkatan kerja, masalah mobilitas penduduk di Indonesia, masalah kepadatan penduduk di Indonesia, masalah perkawinan dan perceraian. 2. Persebaran dan kepadatan penduduk Permasalahan yang muncul adalah tidak meratanya kepadatan penduduk antar daerah di Indonesia. Secara ekonomis, permasalahan yang muncul dari kondisi ini adalah, rendahnya produktivitas daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah. 3. Struktur umur Penduduk a. Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk utama. Pengelompokan penduduk berdasarkan kedua karakteristik tersebut selalu diperlukan dalam menganalisis data. b. Melalui analisis komponen penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin disuatu daerah atau negara, dapat dihitung berbagai perbandingan atau rasio. 4. Kelahiran dan Kematian a. Kelahiran Ukuran tingkat kelahiran yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kelahiran total Fertility Rate (TFR) dan angka kelahiran menurut umur atau Age specific Fertility Rate (ASFR). 8 TFR merupakan ukuran tingkat kelahiran yang menunjukkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita, seandainya dia dapat hidup sampai akhir masa reproduksinya (umur 15-49 tahun). Adapun pertimbangan penerapan metode tersebut antara lain: 1) Karena tidak tersedianya data angka kelahiran secara lengkap dari hasil registrasi selama periode tahun 1990-2000. 2) Dapat menghasilkan ukuran kelahiran menurut umur ibu (ASFR) 3) Paling memungkinkan untuk keperluan trend dna untuk menjaga kesinambungan data. b. Kematian Ukuran tingkat kematian yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kematian bayi atau infant mortality rate (IMR), karena IMR merupakan salah satu indikator yang penting yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun pertimbangan penerapan metode tersebut antara lain adalah: 1) Karena tidak tersedianya data dasar kematian periode tahun 1990-2000 2) Dapat memberikan rujukan untuk setiap kelompok umur wanita E. SEJARAH KB DI INDONESIA Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatan-cacatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari mesir kuno, yunani kuno, Tiongkok kuno dan India, hal ini telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu. Tetapi pada waktu itu cara-cara yang dipakai masih kuno dan primitif. Dalam sejarah manusia berabad-abad lamanya tidak seorangpun yang tahu bagaimana terjadinya kehamilan. Waktu itu hubungan antara persetubuhan suami istri dengan kehamilan tidak diketahui sama sekali, kehamilan disangka disebabkan oleh sesuatu yang masuk atau termakan oleh wanita atau disebabkan oleh pengaruh matahari dan bulan atau hal-hal lainnya. Maka dengan sendirinya cara keluarga berencana yang pertama dilakukan adalah dengan jalan berdoa dan memakai jimat anti hamil, sambil meminta dan berharap supaya wanita itu jangan hamil. Kemudian disangka bahwa wanita menjadi hamil karena kemasukan roh halus kedalam tubuhnya dan cara kontrasepsi adalah dengan memakai jimat anti hamil, atau jamu-jamuan untuk mengusir roh dan badan halus tersebut. Pada zaman Yunani kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak. Ada pula yang memakai alat-alat yang dapat 9 menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim, umpamanya dengan memasukkan rumput, daun-daunan, atau sepotong kain perca ke dalam vagina. Menurut beberapa ahli, pada zaman mesir kuno, dari relief dan manuskrip berhuruf hiroglif dijumpai keterangan mengenai cara orang Mesir kuno menjarangkan kelahiran. Menurut ahli sejarah Avicena (Ibnu Sina), seorang tabib dan filsuf Arab zaman Persia telah menganjurkan cara-cara menjarangkan kelahiran. Pada Zaman Tiongkok kuno dan India kuno telah ada obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Sebenarnya pikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk sudah timbul sejak lama diantaranya Plato (427-347) mengemukakan bahwa sebaiknya pranata sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan keseimbangan antara kebutuhan dan jumlah penduduk itu. Ibnu Khaldun (1332-1407), telah membahas tentang kesuburan wanita, kematian ibu dan anak, masalah migrasi yang berkaitan dengan masalah sosial. Malthus (1766-1834) setelah jaman industri di eropa mengeluarkan sebuah buku an Easy on the principle of population (1798) yang prinsipnya menyatakan bahwa manusia jangan terlalu banyak menghayal dengan kemampuan ilmu dan teknologi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang pertumbuhannya sangat cepat. Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat hindu bali sejak dulu hanya ada nama untuk empat orang anak, mungkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan suami istri mengatur kelahiran anaknya sampai empat. Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama perkumpulan keluarga Berencana Indonesia (PKBI ) dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga Berencana nasional. Untuk menunjang dalam rangka mencapai tujuan, berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 oleh beberapa Kepala Negara Indonesia, maka dibentuklah suatu lembaga program keluarga Berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak pelita 1 (1969) berdasar instruksi presiden nomor 26 tahun 1968 yang dinamai Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN ) sebagai lembaga semi pemerintah. Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan pemerintah melalui Keppres No. 8 tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN ) yang bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga Berencana. 10 Melalui Keppres no. 33 tahun 1972 dilakukan penyempurnaan struktur organisasi, tugas pokok dan tata kerja BKKBN. Dengan Keppres no 38 tahun 1978 organisasi dan struktur BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya masalah KB tetapi juga kegiatan-kegiatan lain, yaitu kependudukan yang mendukung KB (beyond family planning). Sesuai dengan perkembangan program pembangunan nasional, ditetapkan adanya Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH ) dengan Keppres no 25 tahun 1983 yang bergerak langsung dalam bidang kependudukan, maka dilakukan lagi penyempurnaan organisasi BKKBN dengan keppres no 64 tahun 1983 dengan tugas pokok adalah menyiapkan kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan penyelenggaraan program secara menyeluruh dan terpadu. F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB Di Indonesia 1. Sosial Ekonomi Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatau negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin. 2. Budaya Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktorfaktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan –perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode. 3. Pendidikan Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode kontrasepsi. 4. Agama 11 Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang bersembahyang. Di sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah. 5. Status wanita Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi. Di daerah daerah yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metodemetode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh. G. Organisasi-Organisasi KB Di Indonesia a. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) PKBI merupakan salah satu LSM yang menjadi pelopor keluarga Berencana dan berkomitmen meningkatkan status kesehatan reproduksi rakyat Indonesia. 1. Sejarah Riwayat perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) adalah suatu riwayat kepeloporan. Misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni persoalan reproduksi, yang padanya melekat berbagai norms, tabu dan juga peraturanperaturan, Bagi pengerak-penggeraknya motivasi kemanusiaan, menolong sesama untuk kesehatan dan kesejahteraan ekonomi, merupakan dorongan yang penting. PKBI didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 bertempat di gedung IDI A Dr. Sam Ratulangi 29 Jakarta, yang melibatkan tokoh-tokoh pendiri antara lain seperti DR R.Soeharto, Ny. Dr. Hurustiati Soebandrio, Ny Nani Soewondo SH, Ny Untung, Ny H.RABS Samsuridjal, Prof DR. Sarwono, Prawirohardjo , Ny Pojotomo, Dr. M. Judono, Dr.R.Hanifa Winyosastro, Ny Roem, Dr. Koen S Martiono. Tokoh seperti Dr Abraham Stone (telah meninggal) dan Mrs Dorathy Brush (juga telah wafat) bersama Dr. R Soeharto (juga telah wafat) pernah menghadap Presiden Soekarno yang saat itu tetap tidak membenarkan usaha keluarga berencana secara luas terbuka atau sebagai unsur politik kependudukan, meskipun demikian beliau dapat menyetujui keluarga berencana dengan cara tubektomi sekalipun demi kesehatan dan keselamatan sang ibu. 12 Pada tahu 1970 PKBI menjadi unit pelaksana dari program nasional yang dikoordiner oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pada tahun 1970 PKBI menjadi unit pelaksana dari program nasional yang dikoordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2. Filosofi Perkumpulan percaya bahwa keluarga adalah pilar utama untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Keluarga yang dimaksud ialah keluarga bertanggung jawab, yaitu keluarga yang menunaikan tanggung jawab dalam dimensi kelahiran, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan. Dimensi Kelahiran : Artinya bahwa kelahiran anak dalam setiap keluarga terjadi atas keinginan yang direncanakan. Dimensi Pendidikan artinya bahwa pendidikan dalam setiap keluarga ditujukan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan dan kepribadian, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk setiap anggota keluarga serta dilaksanakan secara dialogis. Dimensi Kesehatan, artinya bahwa kesehatan keluarga ditujukan untuk terpenuhinya kebutuhan hidup sehat yang mengutamakan upaya pembebasan dari ketergantungan obatobatan kimiawi (lebih prefentif dari pada kuratif). Dimensi Kesejahteraan artinya bahwa kesejahteraan itu mencerminkan martabat manusia (human dignity) lebih daripada pemilikan harga (not having but being). Dimensi Masa depan artinya bahwa masa depan anak itu ditentukan sendiri oleh mereka, dan bukan oleh orang tuanya. 3. Misi Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggung jawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan, dan pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi. 4. Nilai Tidak membedakan ras, agama, warna kulit, aliran politik, umur, jenis kelamin, status ekonomi dan fisik. Melakukan pendekatan pelayanan yang manusiawi, holistic dan berkelanjutan. Berpegang teguh pada semangat profesionalisme, kemandirian, kepeloporan, dan kerelawanan, dan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan (not merely to profit) Menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan, demokratisasi, dan keadilan social. 13 5. Struktur Organisasi Struktur organisasi PKBI berbentuk vertical dari tingkat pusat, daerah/propinsi dan cabang/kabupaten. Terdiri dari 2 kelompok pelaku organisasi yaitu kelompok pengambil kebijakan umum (governing body) dan kelompok staf pelaksana (Executive Team) Untuk membantu tugas mengambil kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan umum (Governing Body) dan kelompok staf pelaksana (Executive Team), Untuk membantu tugas mengambil kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan perkumpulan, dibentuk pula Panitia Ahli yang terdiri dari para pakar dibidangnya dan sudah memahami PKBI dan dunia LSM. Struktur organisasi staf pelaksana dipimpin oleh Direktur pelaksana pusat, Direktur Pelaksana diangkat dan bertanggung jawab kepada pengurus Nasional Khusus untuk mengelola Wisma PKBI, Pengurus menunjuk langsung seorang Manager Wisma PKBI, Pengurus langsung seorang Manager wisma dan bertanggung jawab kepada PHN. Memperkuat kemampuan organisasi, membangun komunikasi internal dan eksternal di semua tingkatan, meningkatkan profesionalisme dan memperluas akses ke sumbersumber dana dan pendukung lainnya. Area Kegiatan Antara Lain : a. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan perkumpulan di semua tingkat dalam rangka mendapatkan dan menggali dana untuk pelaksanaan program-programnya. b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia, baik bagi staf dan relawan melalui pelatihan dan berbagai cara lain di perkumpulan maupun di lembaga lain. c. Mengintensifkan bimbingan dan pertemuan-pertemuan teknis. d. Mengembangkan dan menerangkan system Informasi management pada semua tingkatan untuk memenuhi kebutuhan internal dan ekternal. e. Memperkuat citra perkumpulan melalui pengembangan jaringan dengan pihak lain, lembaga donor, pemerintah, media dan melalui penyebaran informasi mengenai konsep "Keluarga Bertanggung Jawab" dan kegiatan-kegiatan perkumpulan. f. Memperluas peran Perkumpulan untuk mengakomodasi kebutuhan pelatihan internal dan eksternal. Mengembangkan alat management, khususnya pedoman supervises ke cabang-cabang. b. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Keputusan Presiden no. 20 tahun 2000 mengatur tentang BKKBN. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang selanjutnya disingkat BKKBN, adalah lembaga Pemerintah Non-Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung 14 kepada Presiden. BKKBN dipimpin oleh seorang Kepala yang dijabat oleh Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan. Tugas BKKBN adalah merumuskan kebijakan pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera, mengembangkan dan memantapkan peran serta masyarakat, meningkatkan kualitas program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera serta pemberdayaan perempuan secara terpadu bersama instansi terkait. 1. Fungsi BKKBN Penetapan kebijakan pengelolaan program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera secara menyeluruh dan terpadu, sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Presiden. Koordinasi dan penyelenggaraan management dan administrasi umum program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan Keluarga sejahtera Koordinasi dan penyelenggaraan perencanaan program dan bantuan Luar negri serta mengumpulkan data dan informasi Keluarga. Koordinasi dan penyelenggaraan, peningkatan peran serta, masyarakat dalam program Keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga sejahtera. Koordinasi dan penyelenggaraan pembinaan program pembangunan keluarga sejahtera. Koordinasi dan penyelenggaraan dan pembinaan program keluarga berencana Nasional dan kesehatan Reproduksi. Koordinasi dan penyelenggaraan pelatihan Nasional dan Internasional, Pengembangan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera, Koordinasi dan penyelenggaraan dan pengawasan fungsional administrasi umum dan keuangan, ketenagaan dan materiel, serta pengelolaan program keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. 2. Susunan Organisasi BKKBN Dalam penyelenggaraan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera, Koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh BKKBN, sedangkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh uni-unit pelaksana, dan pelaksana. Unit –unit pelaksana yang dimaksud adalah Departemen/instansi Pemerintah pusat maupun Daerah yang atas dasar fungsional mengadakan usaha-usaha dan mengambil bagian dalam penyelenggaraan program keluarga berencana nasional dan pembagunan keluarga sejahtera. Perkumpulan/Organisasi Masyarakat formal maupun informal dan pelaksanapelaksana lainnya yang atas dasar sukarela dan kemampuan sendiri menggadakan 15 usaha-usaha dan mengambil bagian dan penyelenggaraan program keluarga berencana nasional dan pembagunan keluarga sejahtera. H. PROGRAM KB DI INDONESIA 1. Pengertian KB Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Menurut WHO (world health organisation) Expert Committe 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: 1. Mendapatkan objektif – objektif tertentu 2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. 3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. 4. Mengatur interval di antara kehamilan 5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri 6. Menentukan jumplah anak dalam keluarga. 2. Tujuan Program KB Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah “membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga berkualitas 2015 dapat tercapai.” Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan: Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). 16 Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008). 3. Sasaran Program KB Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Sasaran langsungnya Sasaran langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. 2. Sasaran Tidak Langsung Sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. 4. Ruang Lingkup Program KB Ruang lingkup program KB meliputi : 1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) 2. Konseling 3. Pelayanan Kontrasepsi 4. Pelayanan Infertilitas 5. Pendidikan sex (sex education) 6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan 5. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain : 1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach). 17 Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan. 2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach) Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar. 3. Pendekatan integrative (integrative approach) Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak. 4. Pendekatan kualitas (quality approach) Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi. 5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach) Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional. 6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach) Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut : 1. Tahap Perluasan Jangkauan Pada tahap ini penggarapan program lebih difokuskan kepada sasaran: a. Coverge wilayah 18 Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada penggarapan wilayah potensial seperti Jawa Bali, yaitu Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar. b. Coverage khalayak Diarahkan pada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik. 2. Tahap pelembagaan Pada tahap ini indikator kuantitatif kesertaan ber KB berada pada kisaran 45%-65% dengan prioritas pada pelayanan kontrasepsi metodhe jangka panjang (MJP) 3. Tahap Pembudayaan Program KB Pada tahap ini Coverge wilayah diperluas menjangkau propinsi-propinsi di seluruh Indonesia sendagkan Coverge khalayak diperluas menjangkau sisa PUS yang menolak, oleh peserta itu pendekatan program KB. Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) 2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta 19 dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan. Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.cPengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan. 3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas). 4. Pendidikan KB Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan. 6. Dampak/Manfaat Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran 1. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya : a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cuku untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya 2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya : a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan 3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya : a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga 20 b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata 4. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat : a. Memperbaiki kesehatan fisiknya b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya 5. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya : Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan 21 KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI (KIE), KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING (KIP&K) 1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Dalam upaya peningkatan status kesehatan remaja, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan materi KIE. a. Tujuan KIE Dalam program peningkatan status kesehatan reproduksi remaja, materi KIE sangat berperan. Pada masa remaja, materi KIE sangat berperan. Pada masa remaja, mereka cenderung bersifat ingin tahu tentang segala hal, termasuk masalah kesehatan reproduksi. Keingintahuan itu antara lain mereka salurkan dengan membaca dan menonton, dari manapun sumbernya, tanpa menyadari bahwa mungkin saja informasi tersebut salah dan menyesatkan. Diharapkan peran media KIE penting untuk memberikan informasi yang benar. Perlu diingat dalam membuat materi KIE untuk remaja, haruskah menarik sesuai dengan jiwa remaja. Tujuan penggunaan materi KIE untuk program remaja adalah : Memberi informasi yang benar dan bertanggung jawab Memberi motivasi pada remaja untuk mencari pertolongan bila menghadapi masalah Agar remaja mempraktikkan perilaku hidup sehat Mengadvokasi pihak lain sebagai pendukung perubahan Media KIE yang digunakan dalam program kesehatan remaja, bukan hanya ditujukan bagi remaja, namun juga pada pihak-pihak lain yang terkait dengan remaja. Remaja adalah sasaran primer dalam penggunaan materi KIE dalam program kesehatan remaja. Sasaran sekundernya adalah orang tua, guru, pemuka agama, pemuka adat, kader LSM dan sebagainya. Sedangkan sasaran tersiernya antara lain adalah pemerintah daerah dan pihak pemberi dana. Materi KIE hanyalah berfungsi sebagai alat atau instrumen. Agar lebih efektif, perlu dikombinasikan dengan materi KIE lain atau kegiatan promosi lain seperti pelatihan, komunikasi interpersonal, konseling dan kampanye media. 22 b. Jenis-jenis KIE Jenis-jenis kegiatan dalam KIE sebagai berikut: 1) KIE individu, suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan individu sasaran program KB 2) KIE kelompok, suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan kelompok (2-15 orang) 3) KIE massa, suatu proses KIE tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar Materi KIE dapat berupa media cetak, media elektronik, maupun media luar ruang. Contoh-contoh materi KIE antara lain: buku pedoman brosur poster radio/tv spot VCD Kaset Billboard/reklame Lembar balik c. Prinsip langkah KIE Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah: 1) Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah 2) Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, sosial ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya 3) Memberikan penjelasan dengan bahassan yang sederhana dan mudah dipahami 4) Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan seharihari 5) Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu 2. Komunikasi Interpersonal Dan Konseling (Kip&K) a. Pengertian Komunikasi secara umum adalah proses di mana seseorang mengirimkan pesan kepada orang lain. Pengiriman pesan biasanya dilakukan dengan menggunakan “kata” atau “bahasa”. Agar suatu proses komunikasi dapat berlangsung, diperlukan adanya beberapa 23 unsur komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah komunikator, pesan, penerima/komunikan dan umpan balik. Komunikasi interpersonal adlah komunikasi satu orang ke orang lainnya, dua arah, interaksi verbal (kata-kata yang diucapkan) maupun non-verbal (ekspresi muka, sikap tubuh, dsb) yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau individu di dalam kelompok. Konseling adalah proses pemberian bantuan dari petugas kesehatan kepada kliennya, melalui pertemuan tatap muka. Petugas menyampaikan informasi yang tidak memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu mengenali keadaan dirinya dan masalah yang dihadapinya, sehingga diharapkan klien dapat membuat keputusan yang tepat dan mantap bagi dirinya sendiri. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). b. Tujuan 1) Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontasepsi yang akan digunakan sesuai degan pilihannya. 2) Dapat membuat klien merasa lebih puas. 3) Membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. 4) Mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. 5) Dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider. 6) Memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed choise) yang akan digunakannya. Ciri-ciri konseling yang baik apabila: 1) Konselor memahami dan peduli pada klien, menimbulkan kepercayaan pada diri klien 2) Konselor memberikan informasi yang akurat dan berguna bagi klien 3) Konselor membantu klien untuk membuat keputusannya sendiri, berdasarkan informasi yang jelas dan sesuai dengan perasaan, situasi dan kebutuhan klien 4) Konselor membatu klien untuk mengingat apa yang harus dilakukan Hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi interpersonal terdiri dari 4 faktor, yaitu: 1) Faktor penerima pesan, antara lain: Perasaan, pikiran, kecurigaan Tidak berkomunikasi pada pemberi pesan Bukan penengar yang baik 24 Kondisi diri yang buruk (termasuk disini kurangnya daya tangkap, daya panca indera) 2) Faktor yang ada pada pesan itu sendiri, misalnya: Kurang jelas Memiliki arti ganda Kurang sistematis Bahasa tidak lazim 3) Faktor komunikator Cara berbicara tidak jelas, gagap dsb Tidak bisa menyampaikan pesan secara baik Bukan pendengar yang baik 4) Faktor lingkungan Suasana bising Tempat tidak privat c. Jenis konseling Kenyataan yang ada di lapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat di jangkau oleh klien. Oleh karena itu tempat pelayanan konseling untuk melayani masyarakat yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat pelayanan konseling, yaitu: 1) Konseling KB di lapangan (nonklinik) Dilaksanakan oleh para petugas di lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, Sub PPKBD, dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perseorangan. Adapun informasi yang diberikan mencangkup: - Pengertian manfaat perencanaan keluarga - Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat - Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat, kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikasi, tempat kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan, serta biaya) 2) Konseling KB di klinik Dilaksanakan oleh petugas medis dan para medis terlatih di klinik yaitu dokter, bidan, perawat serta bidan di desa. Pelayanan konseling yang dilakukan di klinik diupayakan agar diberikan secara perseorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling di lapangan, mencangkup hal-hal berikut: - Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien 25 - Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya - Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya - Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain - Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya d. Langkah-langkah dalam konseling KB Seorang konselor harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Mempunyai ilmu (knowledge) Mempunyai keterampilan (skill) Mengerti/mampu bersikap (attitude) dengan tepat & adekuat Konseling yang baik mempunyai 6 langka kunci, yang dapat disingkat sebagai GATHER atau SATU TUJU. G – Greet (Berikan salam) A – Ask (Tanyakan apa masalah klien) T – Telling (Ungkapkan informasi sesuai kebutuhan klien) H – Help (Bantu klien mencapai keputusan) E – Explaining (Jelaskan agar klien ingat) R – Return (Undang klien untuk ulang) Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut: SA: Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu di bantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya. T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu kien untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepntingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita didalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya. 26 U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan uga mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda. TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan: apakah anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan? J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar. U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah. 3. Informed Choise Klien dengan informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB, karena: Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap melalui KIP/K Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami kontrasepsi yang akan dipakainya 27 Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan dipilihnya Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan masyarakat Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan cepat berobat ke tempat pelayanan Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsinya Saat ini sudah tersedia Lembar Balik yang dikembangkan WHO dan telah diadaptasi untuk Indonesia oleh STARH untuk digunakan dalam konseling. ABPK (Alat Bantu Pengambil Keputusan) membantu petugas melakukan konseling sesuai dengan standar dengan adanya tanda pengingat mengenai keterampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa yang perlu diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. ABPK sekaligus mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu klien untuk mengambil keputusan. 4. Informed Consent Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang kan dilakukan terhadap klien tersebut. Setiap tindakan medis yang mengandung risiko harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental. I. PERENCANAAN KELUARGA Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid yang pertama (menarche) Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai menopause Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya risiko paling rendah untuk ibu dan anak, antara 20-35 tahun Persalinan pertama dan kedua paling rendah risikonya Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun Dari faktor-faktor tersebut di atas maka kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai berikut : 28 Pemilihan Kontrasepsi yang rasional II. PENAPISAN KLIEN Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi (misalnya pil KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk menentukan apakah ada : Kehamilan Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus Masalah (diabetes, tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut Untuk sebagian besar klien keadaan ini bisa diselesaikan dengan cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau kemungkinan hamil dapt disingkirkan. Sebagian besar cara kontrasepsi, kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk klien keluarga berencana atau klien baru umumnya tidak diperlukan karena: 1. Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (umur 16-35 tahun) dan umumnya sehat 2. Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan perhatian (misalnya kanker genetalia dan payudara, fibroma uterus) jarang didapat pada umur sebelum 35 tahun atau 40 tahun 29 3. Pil Kombinasi dosis rendah yang sekarang tersedia (berisi estrogen dan progestin) lebih baik daripada produk sebelumnya karena efek sampingnya lebih sedikit dan jarang menimbulkan masalah medis 4. Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan dengan estrogen dan dosis progestin yang dikeluarkan per hari bahkan lebih rendah dari pil kombinasi Tanyakan kepada klien hal-hal dibawah ini, bila semua jawaban klien adalah TIDAK, klien yang bersangkutan bisa memakai metode yang diinginkan. Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Hormonal (Pil Kombinasi, Pil Progestin, No Suntikan, dan Susuk) 1. Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih 2. Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan 3. 4. YA TIDAK YA TIDAK Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual 5. 6. 7. No Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada atau tungkai bengkak (edema) Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik) Apakah ada massa atau benjolan pada payudara AKDR (semua jenis pelepasan tembaga dan progestin) 1. Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu 2. Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain 3. Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS) 4. Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam) 5. 6. 7. 8. Apakah pernah mengalami haid lama (lebid dari 8 hari) Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvuvar atau congenital 30 1. Apabila klien meyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir 2. Tidak cocok untuk pil progestin(minipil), suntikan (DMPA atau NET-EN), atau susuk 3. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-EN) Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian metode kontrasepsi secara berlebihan sehingga mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi dari klien. Akibatnya banyak permintaan pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya tidak dilakukan (misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati, glukosa atau pap smear) Walaupun permintaan menjadi klien keluarga berencana meningkat, kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan yang diminta. Keadaan ini merupakan hambatan terhadap pemilihan kontrasepsi dan pelaksanaan pelayanan. Jika semua keadaan diatas TIDAK dan tidak dicurigai adanya kehamilan maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak yang YA, berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat. Jika Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi di atas. Namun petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya. Bila diperlukan, petugas dapat mengulangi pertanyaan dengan cara berbeda. Jika perlu diperhitungan masalah sosial, budaya atau agama yang mungkin berpengaruh terhadap respon klien tersebut (dan pasangannya) Bagaimana Meyakinkan bahwa klien tidak hamil??? Klien tidak hamil apabila: 1. Tidak senggama sejak haid terakhir 2. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar 3. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir 4. Di dalam 4 minggu pascapersalinan 5. Di dalam 7 hari pascakeguguran 6. Menyusui dan tidak III. PERSYARATAN MEDIS DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI Untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan KB yang bermutu dilakukan berbagai strategi, misalnya : 1. Hak-hak klien perlu dipertimbangkan dalam perencanaan, manajemen dan penilaian dalam pelayanan KB 2. Meningkatkan ketersediaan berbagai metode kontrasepsi sehingga klien dapat memilih metode kontrasepsi yang paling cocok untuk mereka 31 3. Melaksanakan konseling dan pelayanan KB berdasarkan kriteria dan persyaratan medis yang terkini Isu Tentang Mutu Pelayanan dan Akses yang Mempengaruhi pemberian kontrasepsi Klien harus memperoleh informasi yang cukup sehingga dapat memilih sendiri metode kontrasepsi yang sesuai untuk mereka. Informasi tersebut meliputi pemahaman tentang efektivitas relatif dari metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping, manfaat dan kerugian metode tersebut, gejala dan tanda yang perlu ditindaklanjuti di klinik atau fasilitas kesehatan, kembalinya kesuburan dan perlindungan terhadap infeksi menular seksual. Untuk metode yang memerlukan prosedur bedah, insersi, atau pencabutan alat oleh tenaga terlatih, tenaga terlatih tersebut perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup agar prosedur tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan standar, termasuk prosedur pencegahan infeksi Peralatan dan pasokan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan harus tersedia Petugas pelayanan harus dilengkapi dengan panduan-panduan yang memungkinkan mereka melaksanakan penapisan dan pelayanan terhadap klien sebaik-baiknya dan dapat menghindari resiko yang tidak diinginkan Petugas pelayanan harus mendapat pelatihan yang cukup dalam konseling keluarga berencana. EFEKTIVITAS PELAYANAN KB Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu diberi informasi tentang : - Efektivitas relatif dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia - Efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan resiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu 32 Tabel Efektivitas berbagai metode kontrasepsi Kehamilan per 100 perempuam dalam 12 bulan pertama pemakaian Tingkat Efektivitas Sangat efektif Metode Kontrasepsi Dipakai secara Dipakai secara tepat dan biasa konsisten Implant 0,05 0,05 Vasektomi 0,15 0,1 Suntikan kombinasi 3 0,05 Suntikan DMPA/NET-EN 3 0,3 Tubektomi 0,5 0,5 AKDR CuT-380A 0,8 0,6 Pil Progesteron (Masa 1,0 0,5 Laktasi) Efektif dalam Metode Amenorea Laktasi 2 0,5 pemakaian biasa, Pil kontrasepsi Kombinasi 8 0,3 sangat efektif jika Pil Progesteron (bukan - 0,5 dipakai secara tepat masa laktasi) Efektif jika dipakai Kondom Pria 15 2 secara 27 4 Diagfragma+spermisida 29 18 KB Alamiah 25 1-9 Kondom Perempuan 21 5 Spermisida 29 18 Tanpa KB 85 85 dan konsisten tepat konsisten dan Senggama terputus Keterangan : 0-1 : Sangat efektif 33 2-9 : Efektif >9 : Kurang Efektif KEMBALINYA KESUBURAN Semua metode kontrasepsi, kecuali kontrasepsi mantap (Sterilisasi), tidak mengakibatkan terhentinya kesuburan Kembalinya kesuburan berlangsung segera setelah pemakaian metode kontrasepsi dihentikan, kecuali DMPA dan NET-EN yang waktu rata-rata kembalinya kesuburan adalah masing-masing 10-6 bulan terhitung mulai suntikan terakhir Kontrasepsi mantap harus dianggap sebagai metode permanen KLASIFIKASI PERSYARATAN MEDIS Keadaan atau kondisi yang mempengaruhi persyaratan medis dalam penggunaan setiap metode kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu : - 1 : Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi - 2 : Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan resiko yang diperkirakan akan terjadi - 3 : Resiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi - 4 : Resiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan Kategori 1 dan 4 cukup jelas. Kategori 2 menunjukan bahwa metode tersebut dapat digunakan, tetapi memerlukan tindak lanjut yang seksama. Kategori 3 memerlukan penilaian klinik dan akses terhadap pelayanan klinik yang baik. Seberapa besar masalah yang ada dan ketersediaan serta penerimaan metode alternatif perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain, pada kategori 3 metode kontrasepsi tersebut dapat dianjurkan, kesuali tidak ada cara lain yang lebih sesuai tersebut. Khusus untuk kontrasepsi mantap (Tubektomi dan vasektomi) digunakan klasifikasi lain yaitu : - A : Tidak ada alasan medis yang merupakan kontrasepsi dilakukannya kontrasepsi mantap 34 - B : Tindakan kontrasepsi mantap dapat dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus - C : Sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap ditunda sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu berikan metode kontrasepsi lain - D : Tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman, dan perlengkapan anestesi tersedia. Demikian pula fasilitas penunjang lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menentukan prosedur klinik serta anestesi yang tepat IV. Metode Amenorea Laktasi (MAL) A. Pengertian Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrassepsi yang mengandaalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif , artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila: Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian > 8x sehari Belum haid Umur bayi kurang dari 6 bulan Efektif sampai 6 bulan Harus dilanjutkan dengan pakaian metode kontrasepsi lainnya. B. Mekanisme kerja MAL (Metode Amenore Laktasi) Sekresi GnRH yang tidak teratur menganggu pelepasan hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (leutinizing hormone) untuk menghasilkan sel telur dan menyiapkan endometrium. Penghisapan ASI yang intensif secara berulangkali akan menekan sekresi hormon GnRH (gonadotrophin releasing hormone) yang mengatur kesuburan. Rendahnya kadar hormon FSH dan LH menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi. C. Keuntungannya kontrasepsi Metode Amenore Laktasi (MAL) 1. Cukup efektif dalam mencegah kehamilan (1-2 kehamilan per 100 wanita di 6 bulan pertama penggunaan) 2. Bila segera menyusukan secara eksklusif maka efek kontraseptif akan segera pula bekerja efektif 3. Tidak mengganggu proses sanggama 4. Tidak ada efek samping sistemik 5. Tidak perlu dilakukan pengawasan medis 35 6. Tidak perlu pasokan ulangan, cukup dengan selalu memberikan ASI secara eksklusif bagi bayinya 7. Tidak membutuhkan biaya apapun D. Keuntungan non kontrasepsi 1. Untuk bayi a. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI) b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi daria air , susu lain / formula/ alat minum yang dipakai. 2. Untuk ibu a. Mengurangi perdarahan pasca salin b. Mengurangi resiko anemia c. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi E. Keterbatasan Metode Amenore Laktasi (MAL) 1. Sangat tergantung dengan motivasi pengguna bila memang ingin menggunakan MLA sebagai metode kontrasepsi (pemberian ASI Eksklusif) 2. Untuk kondisi atau alasan tertentu mungkin sulit untuk dilaksanakan 3. Tingkat efektivitasnya sangat tergantung tingkat eksklusifitas menyusukan bayi (hingga usia 6 bulan atau mulai mendapat menstruasi) 4. Tidak melindungi pengguna dari PMS (misalnya: HBV, HIV/ AIDS) 5. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan F. Wanita yang dapat menggunakan Metode Amenore Laktasi 1. Menyusukan bayinya secara eksklusif (memberikan ASI secara penuh tanpa suplementasi lainnya) 2. Belum mendapat haid sejak melahirkan bayinya 3. Menyusukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga bayi berusia 6 bulan G. Wanita yang tidak dapat menggunakan Metode Amenore Laktasi: 1. Setelah beberapa bulan amenorea, klien mulai mendapat haid 36 2. Tidak menyusukan secara eksklusif 3. Bayi telah berusia diatas 6 bulan 4. Ibu bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam dalam sehari H. Efektifitas dan frekuensi menyusui dari Metode Aminore Laktasi: 1. Cara Menyusukan bayi 2. Frekuensi Menyusukan bayi 3. Lamanya bayi menyusu 4. Jarak antara menyusui 5. Mutu (kesungguhan) bayi menyusu pada ibunya I. Instruksi kepada klien tentang Metode Aminore laktasi: 1. Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung, misalnya kondom, yang siap digunakan. Gunakan jika: a. Menstruasi Anda kembali b. Anda memulai memberikan suplemen diet kepada bayi Anda c. Bayi Anda mencapai umur 6 bulan 2. Konsultasi kepada petugas kesehatan atau klinik sebelum menggunakan kontrasepsi lain 3. Jika klien atau pasangannya berisiko tinggi terhadap PMS, selain MLA, gunakan juga kondom untuk tindakan pencegahan tertular PMS 4. Seberapa sering harus menyusui Bayi disusui on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut / sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu. Waktu antara 2 pengosongan payudara memproduksi banyak susu. Bayi terus disusukan waktu ibu/ bayi sedang sakit ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya. J. Keadaan yang memerlukan perhatian pada Metode Amenorea Laktasi Anjuran Keadaan 37 Ketika mulai memberikan Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode makanan pendamping kontrasepsi lain dibutuhkan klien harus didorong untuk secara teratur tetap melanjutkan penberian ASI Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan , klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI Bayi menghisap susu tidak Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode sering/ < 8x sehari kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI Bayi berumur 6 bulan / Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode lebih kontrasepsi lain dibutuhkan , klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI. A. Langkah – langkah penentuan saat pemakaian KB 1. Apakah ibu sudah haid lagi? Sudah Belum 2. apakah ibu sudah memberi makanan / minuman tambahan / berikan jangka waktu lama tidak menyusui? 4. kemungkinan kehamilan untuk ibu ini meningkat. Untuk tetap terhindar dari kehamilan , nasehatkan ibu tersebut untuk mulai memakai cara KB tambahan dan teruskan memberikan ASI demi kesehatan bayinya. Belum 3. Apakah banyinya sudah berumur lebih dari 6 bulan? Belum Hanya ada kemungkinan hamil 1-2 % pada saat ini Apabila jawaban untuk semua pertanyaan tersebut menjadi YA 38 V. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) - Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung - Efektif bila dipakai dengan tertib - Tidak ada efek samping - Pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil). / sanggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan. A. Manfaat metode keluarga berencana alamia (KBA) 1. Manfaat kontrasepsi. a. Untuk mencegah kehamilan, bila digunakan dengan benar. b. Membantu untuk mencapai kehamilan, bila pasangan menginginkan kehamilan. c. Tidak ada efek samping sistemik d. Murah atau tanpa biaya 2. Manfaat non kontrasepsi. a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana. b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi c. Mempererat tanggung jawab dan kerjasama antar pasangan. d. Menjalin komunikasi antara pasangan. B. Keterbatasan metode keluarga berencana alamia (KBA) 1. Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi (angka kegagalan 9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). 2. Tingkat efektifitas tergantung dari ketaatan dan konsistensi dalam mengikuti instruksi. 3. Memerlukan konseling bahkan pelatihan untuk dapat menggunakan dengan benar. 4. Memerlukan mediator atau tenaga terlatih untuk kesinambungan informasi dan komunikasi. 5. Mampu mengendalikan hasrat untuk tidak melakukan senggama pada saat masa subur (agar tidak hamil). 6. Perlu pencatatan setiap hari (tentang mukus, suhu basal, dan gejala biologis lainnya). 7. Gangguan (misal infeksi vagina) akan menyulitkan interpretasi lendir serviks 8. Memerlukan termometer khusus untuk metode suhu tubuh basal 9. Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV maupun HIV/AIDS 39 C. Penilaian Klien Klien atau pengguna kontrasepsi metode keluarga berencana alamiah memerlukan konseling atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah: KBA sesuai untuk: Untuk kontrasepsi 1. Wanita di Usia Subur (dalam kurun reproduksi sehat) 2. Semua wanita dengan berbagai paritas (termasuk nullipara). 3. Wanita kurus maupun gemuk. 4. Wanita perokok. 5. Wanita dengan alasan kesehatan tertentu (misal: hipertensi, varises, dismenorea, sakit kepala, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena, ataupun emboli paru). 6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi modern. 7. Wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi lain. 8. Pasangan yang mampu mengendalikan hasrat untuk melakukan hubungan seksual di masa subur. 9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan. Untuk konsepsi Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan. KBA tidak sesuai untuk: 1. Wanita yang ditinjau dari umur, paritas atau masalah kesehatan membuat kehamilannya menjadi resiko tinggi. 2. Wanita yang belum mendapat haid (menyusui, post abortus). 3. Wanita dengan siklus haid yang tidak teratur. 4. Pasangan yang tidak mau bekerjasama selama kurun tertentu dalam siklus haid. 5. Wanita yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya. 40 D. Keadaan yang Perlu Diperhatikan Hal di bawah ini merupakan keadaan klien yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan metode keluarga berencana alamiah (KBA). Keadaan Pengeluaran cairan vagina menetap Saran Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan lendir serviks. Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih metode kontrasepsi lain. Menyusui Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan lendir serviks. Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih metode kontrasepsi lain. E. Macam -macam metode keluarga berencana alamiah (KBA) yaitu : 1. Metoda Mukosa Servik (Billings)/ Metode Ovulasi Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi. Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi. Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan: a. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari. b. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu. Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan. 41 Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan. a. Manfaat Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan. b. Efektifitas Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen. c. Kelebihan 1) Mudah digunakan. 2) Tidak memerlukan biaya. 3) Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan. d. Keterbatasan 1) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal). 2) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya. 3) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan. 4) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir. e. Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks 1) Menyusui. 2) Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery. 3) Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi. 4) Perimenopause. 5) Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat. 6) Spermisida. 42 7) Infeksi penyakit menular seksual. 8) Terkena vaginitis. f. Instruksi Kepada Pengguna/Klien 1) Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya. 2) Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina. 3) Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan. 4) Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur. 5) Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi. 6) Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur. 7) Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur). 8) Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan. 9) Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya. 2. Simptotermal (STB + Mukosa Servik) Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode kalender. Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersamasama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi. 43 a. Manfaat Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun konsepsi. Manfaat Kontrasepsi Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur). Manfaat Konsepsi Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur. b. Efektifitas Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat. c. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif 1) Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat. 2) Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus menstruasi dan pola kesuburan. 3) Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan. Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur. d. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif 1) Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari. 2) Wanita yang mempunyai penyakit. 3) Pasca perjalanan. 4) Konsumsi alkohol. Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh menjadi kurang akurat. e. Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal 1) Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu. 2) Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan metode simptothermal. 44 3) Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu sendiri atau alasan lain. 4) Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya. 5) Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang membahayakan jika dia hamil. 6) Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun produksi lendir serviks. f. Keuntungan 1) Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang dibutuhkan. 2) Aman. 3) Ekonomis. 4) Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan. 5) Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan. 6) Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode simptothermal dengan benar. g. Keterbatasan 1) Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol. 2) Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks. 3) Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri. 4) Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar. h. Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati perubahan suhu basal tubuh maupun lendir serviks. 1) Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi). 45 2) Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang berlangsung. 3) Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari puncak lendir subur. 4) Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan. 3. Metode Kalendar / patang berkala Metode kalender atau dikenal sebagai metode Knaus-Ogino bergantung pada perhitungan hari untuk mengkira-kira kapan jauhnya fase subur a. Manfaat 1) Manfaat kontrasepsi Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan. 2) Manfaat konsepsi Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil. b. Keuntungan 1) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana. 2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat. 3) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya. 4) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual. 5) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. 6) Tidak memerlukan biaya. 7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi. c. Keterbatasan 1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri. 2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. 3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat. 4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur. 5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus. 46 6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat). 7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. d. Efektifitas Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun. e. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif 1) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari). 2) Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat. 3) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri. 4) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya. 5) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat. f. Penerapan Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan 1) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi). 2) Fertility phase (masa subur). 3) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi). Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat. 47 Bila haid teratur (28 hari) Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Contoh: Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi. Bila haid tidak teratur Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. Rumus : Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 8 Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11 Contoh: Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya). Langkah 1 : 25 – 18 = 7 Langkah 2 : 30 – 11 = 19 Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi 4. Suhu Tubuh Basal (STB) Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit Suhu normal tubuh sekitar 48 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun. a. Manfaat 1) Manfaat konsepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan. 2) Manfaat kontrasepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan. b. Efektifitas Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence). c. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh 1) Penyakit. 2) Gangguan tidur. 3) Merokok dan atau minum alkohol. 4) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba. 5) Stres. 6) Penggunaan selimut elektri d. Keuntungan 1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi. 2) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi. 49 3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil. 4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks. 5) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri e. Keterbatasan 1) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri. 2) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis. 3) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik. 4) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama. 5) Tidak mendeteksi awal masa subur. 6) Membutuhkan masa pantang yang lama f. Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh 1) Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur). 2) Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia. 3) Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya. 4) Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain. 5) Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati. Catatan: Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama. 50 Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya VI. SANGGAMA TERPUTUS A. Pengertian Senggama terputus adalah metode KB tradisional , dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. B. Cara Kerja Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat di cegah C. Manfaat 1. Manfaat Kontrasepsi a. Efektif bila dilaksanakan dengan benar b. Tidak mengganggu produksi ASI c. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya d. Tidak ada efek samping e. Dapat digunakan setiap waktu f. Tidak membutuhkan biaya 2. Manfaat Non kontrasepsi a. Meningkatkan ketertiban suami dalam keluarga berencana b. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dan pengertian yang sangat dalam c. Menanamkan sifat saling pengertian d. Partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi e. Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB D. Keterbatasan 1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama sanggama (4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun bila dilakukan dengan benar) 2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual 51 3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi koitus 4. Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual 5. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis 6. Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanankannya E. Dapat dipakai untuk 1. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana 2. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai filosofi untuk tidak memakai metodemetode KB lainnya 3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera 4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain 5. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung 6. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur F. Tidak dapat dipakai untuk 1. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini 2. Suami yang sulit melakukan senggama terputus 3. Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologi 4. Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama 5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi 6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus G. Petunjuk Bagi Klien 1. Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan metode senggama terputus 2. Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya 3. Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina 4. Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya 5. Senggama tidak dianjurkan pasa masa subur 52 DIAFRAGMA A. Pengertian Lateks (karet) yang berbentuk kubah yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi serviks sebelum sanggama. Kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks. B. Jenis – jenis diafragma Flat spring (pegas logam pipih) Coil spring (pegas cincin) Arching spring (kombinasi pegas logam dan cincin) C. Manfaat kontrasepsi diafragma: Segera efektif Tidak mempengaruhi produksi ASI Tidak mengganggu proses sanggama karena dapat disiapkan beberapa saat sebelumnya Tak ada risiko terhadap kesehatan klien Tidak ada efek samping yang sistemik D. Manfaat non kontrasepsi Beberapa jenis diafragma (terutama bila digunakan bersamaan dengan spermasida) dapat memberi perlindungan terhadap PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS) Dapat menampung sementara darah menstruasi bila sanggama dilakukan saat menstruasi E. Keterbatasan kontrasepsi diafragma Tidak terlalu efektif (6-20 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian jika diafragma dikombinasikan dengan spermisida) 53 Efektivitas kontraseptif sangat tergantung pada motivasi klien dan cara penggunaan yang benar, ketersediaan pasokan, dan waktu pemasangan yang sesuai Kesinambungan penggunaan diafragma sangat tergantung dari kepuasan pengguna selama menggunakan metode ini Perlu pemeriksaan pelvik atau pasca-aplikasi oleh tenaga pelaksana terlatih untuk menjamin ketepatan pemasangan Dapat terjadi infeksi saluran kemih bila proses pemasangan tidak tepat/salah Harus tetap terpasang hingga 6 jam pasca-sanggama F. Diafragma tidak direkomendasikan untuk wanita dengan kondisi dibawah ini, kecuali jika metode lain tidak tersedia atau tidak cocok: • Riwayat Toxic Shock Syndrome (TSS) • Alergi terhadap karet atau spermisida • Infeksi saluran kemih (Urinary Tract Infection) berulang • Stenosis vaginal • Kelainan pada organ genitalia G. Seleksi klien pengguna diafragma Sesuai untuk klien Tidak sesuai untuk klien Tidak menyukai metode kontrasepsi Berdasarkan umur dan paritas serta hormonal seperti perokok/ usia diatas masalah kesehatan menyebabkan 35 tahun kehamilan menjadi beresiko tinggi Tidak suka penggunaan AKDR Terenfeksi saluran uretra Menyusui dan perlu kontrasepsi Tidak stabil secara psikis/ tidak suka menyentuh alat kelamin Memerlukan proteksi terhadap IMS Mempunyai riwayat karena keracunan Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain H. Intruksi bagi klien: 54 Ingin metode efektif sindrom syok Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan Pastikan diafragma tidak berlubang Oleskan sedikit spermisida krim/ jeli pada kap diafragma Posisi saat pemasangan diafragma: Satu kali diangkat keatas kursi/ dudukkan toilet Sambil berbaring Sambil jongkok Lebarkan kedua bibir vagina Masukkan diafragma kedalam vagina jauh kebelakang, dorong bagian depan pinggir ke atas di balik tulang pubis Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika hubungan seksual dilakukan lebih dari 6 jam setelah pemasangan , tambahkan spermisida kedalam vagina. Diafragma berada didalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksanannya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma didalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat. (tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu pencucian vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan seksual). Menganggkat dan mencabut diafragma dengan mengguanakan jari telunjuk dan tengah Cuci dengan sabun dan air , keringkan sebelum disimpan kembali ketempatnya. I. Penanganan efek samping Efek samping Penanganan Infeksi saluran uretra Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai apabila diafragma menjadi pilihan utama dalam ber-KB. mengosongkan Sarankan untuk segera kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual / sarankan memakai metode lain Dugaan adanya reaksiaa alergi Walaupun jarang terjadi terasa kurang diafragma / dugaan adanya reaksi alergi nyaman dan mungkin berbahaya. Jika ada spermisida gejala iritasi vagina, khususnya pasca senggama dan tidak mengidap IMS, berikan spermisida yang lain / bantu unguk memilih metode lain. 55 Rasa nyeri pada tekanan terhadap Pastikan ketepatan letak diafragma apabila kandung kemih/ rectum alat terlalu besar. Cobalah dengan ukuran yang lebih kecil. Tindak lanjut untuk menyakinkan masalah telah ditangani Timbul cairan vagina dan berbau jika Periksa adanya IMS / benda asing dalam dibiarkan lebih dari 24 jam vagina. Jika tidak ada sarankan klien untuk melepas diafragma setelah melakukan hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktifitas terakir. Setelah diangkat, diafragma harus di cuci dengan hati-hati menggunakan sabun cair , jangan menggunakanbedak/ talkjika akan disimpan. Jika mengidap IMS lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi. 56 KONDOM A. Profil Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS Tipe kondom terdiri dari: Kondom biasa Kondom berkontur Kondom beraroma Kondom tidak beraroma Selubung tipis terbuat dari karet, plastik (polivinil) atau bahan alamiah, tanpa atau diberi spermisida untuk menambah efek kontraseptif. Selubung harus disarungkan pada penis saat penis telah dalam kondisi ereksi. Kualitas kondom tergantung bahan dasarnya, bentuk, warna, lubrikasi/ pelumasan, ketebalan, tekstur dan ada-tidaknya tambahan spermisida (biasanya nonoxynol-9). B. Mekanisme Kerja Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita. Sebagai kontrasepsi dan pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikroorganisme penyebab PMS (hanya kondom dari bahan lateks dan polivinil). C. Efektifitas Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu. 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. D. Manfaat Kontrasepsi untuk kondom pria: Efektif bila digunakan secara benar Tidak mengganggu produksi ASI 57 Dapat digunakan metode pendukung bersamaan dengan metode lainnya atau metode pelindung ataupun metode sementara Tidak mengganggu kesehatan Tidak ada efek samping sistemik Cukup banyak tersedia diberbagai tempat (farmasi, toko obat atau petugas KB di masyarakat) dan relatif murah Tidak perlu resep atau pemeriksaan kesehatan/medik khusus E. Manfaat non kontrasepsi untuk kondom pria a. Bentuk partisipasi pria dalam program KB b. Metode kontrasepsi yang mampu untuk klien terhadap PMS (kondom lateks dan polivinil) c. Dapat membantu mencegah ejakulasi dini atau mengurangi sensitifitas kontak penisvagina d. Mengurangi insidensi kanker servik e. Mencegah imuno-infertilitas F. Keterbatasan kondom pria: 1. Efektifitasnya tidak terlalu tinggi (3-14 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan1) 2. Tingkat efektifitas kontraseptif sangat tergantung dari ketaatan dalam menjalankan petunjuk penggunaan 3. Sangat tergantung motivasi pengguna (menggunakannya secara benar dan selama kegiatan sanggama) 4. Bagi yang terganggu dengan pengurangan sensitifitas penis, akan lebih sulit untuk mempertahankan ereksi 5. Harus selalu tersedia saat akan digunakan 6. Tidak semua klien dapat membeli di tempat umum 7. Ada masalah dalam pembuangan kondom bekas pakai G. Yang sesuai menggunakan : 1. Pria yang menyukai metode ini dan ingin berpartisipasi aktif KB 2. Pasangan yang butuh alat kontrasepsi siap pakai 3. Pasangan yang membutuhkan alat kontrasepsi sementara menunggu kontrasepsi terpilih lainnya (misalnya: implant, IUD atau sterilisaasi atas kehendak sendiri) 4. Pasangan yang butuh metode pendukung selain metode lain atau sementara belum segera efektif 5. Pasangan yang menggunakan kontrasepsi hanya saat sanggama 6. Pasangan dengan risiko tinggi tertular PMS (termasuk HBV dan HIV/ AIDS), dimana kontrasepsi lain (yang sedang digunakan) tidak memiliki kemampuan untuk itu 58 H. Informasi untuk klien: 1. Gunakan metode efektif lain apabila tidak dapat memenuhi syarat penggunaan yang benar 2. Bila kehamilan mempunyai risiko tinggi atau sangat serius terhadap kesehatan pasangan perempuan 3. Klien alergi terhadap bahan pembuat kondom 4. Pertimbangkan kembali penggunaan kondom bila klien ingin kontrasepsi jangka panjang 5. Pasangan yang tak ingin repot setiap saat akan melakukan sanggama 6. Kondom tidak sesuai untuk mereka yang tidak mau tahu dengan aturan atau cara penggunaan yang benar I. Penanganan efek samping umum: Reaksi alergi, meskipun tidak biasa, dapat membuat rasa tak nyaman dan menimbulkan gangguan serius Reaksi alergi terhadap kondom atau iritasi lokal pada penis : – Pastikan bahwa kondom tidak bahan-bahan tambahan – Jika timbul reaksi di setiap penggunaan, gunakan kondom alamiah (lambskin atau gut) atau metode lain.1 – Bantu klien memilih metode lainnya. Reaksi alergi terhadap spermisida: – Jika timbul gejala setelah sanggama dan bukan akibat PMS, sediakan spermisida jenis lainnya atau kondom tanpa bahan spermisida atau bantu klien memilih metode yang lain. J. Petunjuk bagi klien: Gunakan kondom baru setiap akan bersanggama dan jangan dioles dengan minyak pelumas Sebaiknya gunakan kondom yang mengandung spermasida untuk perlindungan maksimum. Jangan gunakan gigi, pisau, gunting atau benda-benda tajam lainnya untuk membuka kemasan kondom. Kondom harus dipasang/disarungkan ke penis yang telah ereksi sebelum penetrasi ke dalam vagina, karena tumpahan air mani sebelum ejakulasi juga mengandung sperma aktif. K. Cara pemasangan kondom Pria: 1. Buka kemasan kondom secara hati-hati agar kondom tidak robek. 2. Jangan lepas gulungan kondom sebelum memasangnya. 3. Pasang kondom pada saat penis telah ereksi 59 4. Jika klien tidak bersunat, tarik preputium ke belakang. 5. Tekan ujung kondom (tempat penampung ejakulat) dan tempelkan di ujung penis. 6. Sambil menahan ujungnya, gelincirkan gulungan kondom ke arah pangkal penis untuk menyarungkan seluruh bagian penis Penggunaan Kondom Pria: Apa yang Harus Dikatakan Jika Dia Mengatakan Saat dia mengatakan: Anda dapat mengatakan: “Saya tidak dapat merasakan apaapa. Seperti memakai sebuah jas hujan.” “Saya tahu ada penurunan sensasi, tetapi masih banyak sensasi yang bisa “saya tahu saya bersih (bebas- dirasakan.” (Bukalah kondom dan rasakan penyakit); Saya tidak melakukan ketipisannya). hubungan seks dengan siapapun selama_ bulan.” “Terima kasih telah memberitahukan kepada saya. Setahu saya, saya juga bebaspenyakit. Tetapi saya juga masih suka menggunakan kondom karena mungkin saja diantara kita mengidap suatu infeksi dan tidak mengetahuinya.” L. Waktu penggunaan kontrasepsi darurat: Jika klien tidak ingin hamil, dan pasangannya: Tidak menggunakan kondom secara benar Lupa menggunakan kondom pada saat dia berhubungan seksual Ragu bahwa kondom yang digunakan tidak berfungsi baik atau telah rusak Melihat bahwa kondom bocor atau robek 60 SPERMISIDA A. Definisi: Bahan kimia (biasanya nonixynol-9) yang dapat menonaktifkan atau membunuh sperma B. Jenis-Jenis: Aerosol (busa) Tablet Vaginal, suppositoria atau lapisan tipis (film) yang mudah larut (dissolvable film) Krim C. Cara kerja: Menyebabkan selaput sel sperma pecah sehingga motilitas dan aktifitas dalam transportasi dan fertilisasi menjadi terganggu D. Pilihan : Aerosols (busa) akan segera efektif setelah dimasukkan. Aerosols dianjurkan jika spermisida dipakai sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien Tablet busa vagina dan suppositoria sangat mudah dibawa-bawa dan disimpan tetapi perlu waktu 10-15 menit (pasca-insersi) untuk bekerja aktif sebelum sanggama. Suppositoria vaginal yang dapat meleleh juga memerlukan waktu 10-15 menit pascainsersi sebelum sanggama Jelly spermisida umumnya dipakai bersamaan dengan diafragma. E. Manfaat kontrasepsi: Dapat segera efektif (busa dan krim) Tidak mempengaruhi produksi ASI Bisa dipakai sebagai pendukung bagi metoda lain Tak ada risiko terhadap kesehatan dan efek samping sistemik Mudah digunakan Menambah lubrikasi/pelumasan selama sanggama Tidak perlu resep atau pemeriksaan medik F. Manfaat non kontrasepsi: Bisa memberi perlindungan terhadap beberapa penyakit kelamin (mis: HBV, HIV/ AIDS) 61 G. Keterbatasan: Tidak terlalu efektif (6-261 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian) Efektifitas kontraseptif sangat tergantung dari kemauan klien untuk menggunakannya secara benar dan konsisten Tergantung pada motivasi pengguna dan harus selalu dipakai dalam setiap kali bersanggama Pengguna harus menunggu 10-15 menit pasca-insersi sebelum sanggama dapat dilangsungkan Hanya efektif selama 1-2 jam dalam 1 kali aplikasi Ketersediaan pasokan menjadi syarat untuk kesiapan metode sebelum sanggama dilakukan H. Spermisida sesuai untuk: Wanita tidak suka atau tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal (mis: perokok berusia > 35 tahun) Wanita yang lebih suka memasang sendiri alat kontrasepsinya atau tidak sesuai dengan kontrasepsi berupa alat (mis: AKDR) Wanita menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukung Wanita yang tak ingin hamil dan terlindung dari PMS tetapi pasangannya tidak mau memakai kondom Pasangan yg memerlukan metoda sementara sambil menunggu metoda lainnya Pasangan yang jarang melakukan hubungan seks I. Spermisida tidak sesuai untuk: Spermisida tidak boleh digunakan jika pasangannya: o Memerlukan metoda kontrasepsi yang sangat efektif o Ingin suatu metode yang tidak harus ada persiapan sebelum melakukan sanggama o Tidak mau repot untuk mengikuti berbagai petunjuk penggunaan dan siap pakai setiap akan bersanggama J. Efek samping Spermisida: Iritasi vagina atau iritasi penis dan rasa tidak nyaman • Jika disebabkan oleh spermisida tertentu, coba jenis spermisida yang lain atau jika masih tak menolong, bantu klien memilih metode lain. Perasaan panas dan sangat mengganggu di dalam vagina • Yakinkan bahwa sensasi hangat adalah normal. Kalau masih tetap mengeluh, ganti dengan spermisida lain atau bantu klien memilih metoda lain Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik: 62 • Pilih dari jenis spermisida yang mudah larut atau bila ragu bahwa tidak bekerja efektif, tawarkan metode lain K. Informasi umum untuk klien: Sebagai kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan secara benar sebelum setiap kali melakukan sanggama Harus menunggu 10-15 menit pasca-insersi spermisida sebelum melakukan sanggama. Spermisida bentuk busa (aerosol), tidak membutuhkan waktu tunggu (karena langsung terlarut dan bekerja aktif) setelah disemprotkan. Perhatikan anjuran penggunaan, cara aplikasi, dan penyimpanan dari pabrik pembuatnya (Misalnya: Kocok dahulu sebelum diaplikasikan ke dalam vagina) Ulangi pemberian spermisida bila dalam 1-2 jam pasca-insersi belum terjadi sanggama atau perlu spermisida tambahan bila sanggama dilanjutkan berulang-kali Penting sekali untuk menempatkan spermisida jauh di dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara keseluruhan L. Petunjuk umum untuk klien Kocok tabungnya 20-30 kali sebelum digunakan Simpan botolnya dalam posisi tegak dan letakkan aplikator pada mulut katup, kemudian tekan aplikator untuk mengisi busa. Dalam posisi berbaring, masukkan ujung aplikator ke dalam vagina hingga ujungnya berada di atau dekat dengan serviks. Tekan pendorong dan depositkan busanya pada muara serviks Cuci aplikator dengan sabun dan air bersih hangat, bilas dan dikeringkan. Bagian tersebut dapat diuraikan untuk dibersihkan. Aplikator hanya untuk dipakai sendiri, jangan berbagi pakai dengan orang lain Simpanlah tabung busa yang ada, tempatkan pada daerah aman, mudah diingat dan terjangkau M. Petunjuk penggunaan Tablet, Supositoria, Film Spermasida o Keluarkan tablet vaginal, suppositoria atau selaput tipis (film) dari kemasannya. o Sementara anda berbaring, masukkan tablet vaginal, supositoria atau film ke dalam vagina hingga mencapai muara serviks (gunakan aplikator bila tersedia) o Tunggu 10-15 menit agar spermasida larut dan aktif sebelum melakukan sanggama o Cuci aplikator dengan sabun dan air bersih hangat, bilas dan keringkan. Uraikan untuk dibersihkan lebih mudah. Jangan berbagi pakai dengan orang lain. o Simpanlah pasokan tambahan tablets, suppositoria dan film di tempat yang sesuai. o Catatan: Beberapa jenis spermisida vagina dapat menimbulkan sensasi hangat di dalam vagina dan hal ini tergolong masih normal. N. Petunjuk penggunaan Krim 63 Masukkkan krim spermisida ke dalam aplikator hingga penuh. Masukkan aplikator ke dalam vagina hingga ujungnya berada di atau dekat dengan serviks. Dorong krim hingga memenuhi area serviks. Krim akan langsung larut dan bekerja aktif. Cuci aplikator dengan sabun dan air bersih hangat, bilas dan keringkan. Uraikan agar mudah dibersihkan. Jangan berbagi pakai dengan orang lain. Simpan tabung krim pada tempat yang aman, mudah diingat dan terjangkau O. Aerosol: Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan aplikator untuk mengisi busa Sambil berbaring lakukan insersi aplikator kedalam vagina mendekati servik, dorong sampai busa keluar Aplikator segera di cuci pakai sabun dan air , tiriskan dan keringkan . jangan berbagi aplikator dengan orang lain P. Hambatan Medis dari Penyedia Pelayanan spermisida Tidak ada pasokan spermisida dan alatnya Tidak tersedia berbagai pilihan (klien tidak diberi pilihan antara jenis-jenis spermisida) Terbatasnya pengetahuan petugas kesehatan • Tak tahu cara utilisasi atau memperoleh spermisida atau • Tak mau repot/berbagi pengetahuan dengan klien 64 A. Mutu Pelayanan Keluarga Berencana Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan suatu unsur penting dalam upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana tercantum dalam program aksi dari Internasional Conference on Population and Development, Kairo, 1994. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau dan akseptabel. Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain: a. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien b. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan c. Kerahasian dan privasi perlu dipertahankan d. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia e. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi f. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan g. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang telah ditentukan dan nyaman bagi klien h. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup i. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan j. Ada mekanisme umpan balik yang efektif dari klien Program yang berhasil memerlukan petugas terlatih yang: a. Mampu memberi informasi kepada klien dengan sabar, penuh pengetian, dan peka b. Mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan keterampilan teknis untuk memberi pelayanan dalam bidang kesehatan reproduksi c. Memenuhi standar pelayanan yang ditentukan d. Mempunyai kemampuan mengenal masalah e. Mempunyai kemampuan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut, termasuk kapan dan keman merujuk jika diperlukan f. Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik g. Mempunyai kemampuan memberi saran-saran untuk perbaikan program h. Mempunyai pemantauan dan supervisi berkala Pelayanan yang bermutu membutuhkan: 65 a. Pelatihan staf dalam bidang konseling, pemberian informasi dan keterampilan teknis b. Informasi yang lengkap dan akurat untuk klien agar mereka dapat memilih sendiri metode kontrasepsi yang akan digunakan c. Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan yang bermutu, khususnya dalam kemampuan teknis dan interaksi interpersonal antara petugas dan klien d. Petugas dan klien mempunyai visi yang sama tentang pelayan yang bermutu B. Sistem Rujukan a. Tujuan Sistem rujukan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompoten, terjangkau, dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompoten untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi. b. Tata Laksana Rujukan medik dapat berlangsung: 1. Internal antar petugas di suatu Puskesmas 2. Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas 3. Antara masyarakat dan Puskesmas 4. Antar Puskesmas dan Puskesmas yang lain 5. Antara Puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya 6. Internal antara bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit 7. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain. Jaringan fasilitas pelayanan kesehatan 1. Tingkat rumah tangga --- pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarganya sendiri 2. Tingkat masyarakat --- kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri oleh kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada, Anggota RW, RT, dan masyarakat (Posyandu) 66 3. Fasilitas pelayanan kesehatan profesional tingkat pertama --- Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Dokter Swasta, Bidan, Poloklinik Swasta, dll 4. Fasilitas pelayanan kesehatan profesional tingkat kedua --- Rumah Sakit Kabupaten, Rumah Sakit Swasta, Laboratorium Klinik Swasta, dll 5. Fasilitas pelayanan kesehatan profesional tingkat ketiga --- Rumah sakit Kelas B dan A serta Lembaga Spesialistik Swasta, Lab. Kesehatan Daerah, dan Lab. Klinik Swasata, dll Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten bermutu melalui upaya rujukan. Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan: 1. Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk 2. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan 3. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju 4. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan 5. Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien 6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus didampingi perawat/bidan 7. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera menerima rujukan klien Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya penanggulangan dan kodisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan: 1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan 2. Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi 3. Pengantar kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi C. Manajemen Pasokan Alat Kontrasepsi a. Panduan dasar penyimpanan alat/obat kontrasepsi Tata cara penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang baik merupakan upaya menjaga agar kualitas alat/obat kontrasepsi tersebut selalu dalam kondisi yang baik dan aman untuk digunakan oleh klien KB. Untuk itu, para petugas di klinik dan di lapangan perlu 67 memperhatikan Pedoman Dasar Penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang isinya antara lain sebagai berikut: 1. Bersihkan dan suci hamakan tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi secara teratur 2. Simpan alat/obat kontrasepsi dalam keadaan kering, tidak lembab, mendapat ventilasi udara yang baik, dan tidak terkena sinar matahari langsung 3. Pastikan bahwa tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi bebas dari cipratan air atau kebocoran atap karena hujan 4. Pastikan bahwa alat pengaman bahaya kebakaran berada dalam kondisi baik, serta siap dan mudah diambil/digunakan 5. Tempatkan dus kondom yang terbuat dari karton, agar dijauhkan dari sumber listrik/lampu, untuk mencegah bahaya kebakaran 6. Tempatkan dus penyimpanan alat/obat kontrasepsi (yang berada di gudang): ± 10 cm di atas lantai ± 30 cm dari tembok/dinding Tinggi susunan dus tidak lebih dari 2,5 meter 7. Agar diatur dus karton sedemikian rupa sehingga kartu identitas/label yang berisi batas waktu kadaluarsa atau waktu pembuatan di pabrik dapat mudah dilihat 8. Tempatkan alat/obat kontrasepsi pada posisi yang memungkinkan untuk pendistribusian pada sistem FEFE (First Expire – First Out distribution yaitu alokon yang lebih awal masa kadaluarsanya, agar lebih awal didistribusikan/dipakai oleh klien) 9. Tempatkan tiap jenis alat/obat kontrasepsi secara terpisah, jauhkan dari bahan-bahan yang mengandung insektisida, bahan kimia, arsip tua/lama, peralatan kantor dan material lain 10. Pisahkan alat dan obat kontrasepsi yang sampai pada batas waktu kadaluarsa, sesuai dengan ketentuan Pemerintah atau Donor Agency/pemberi bantuan 11. Pastikan bahwa penyimpanan alat/obat kontrasepsi benar-benar dalam posisi aman Sistem distribusi dengan cara FEFO Untuk memastikan bahwa alat/obat kontasepsi belum sampai pada batas kadaluarsa pada waktu disalurkan ke klien, maka perlu diterapkan kebijakan FEFO (First Expire, First Out), sebagai pengganti sistem yang lama yaitu FIFO (First In First Out). Kebijakan ini harus dinformasikan ke seluah jajaran petugas (klinik dan lapangan). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada FEFO: 1. Teliti setiap dus alat/obat kontrasepsi yang tiba di gudang atau fasilitas pelayanan (RS, Puskesmas, Klinik), kpan waktu kadaluarsa 68 2. Letakkan setiap dus alokon sesuai dengan urutan waktu kadaluarsa. Letak dus alokon paling atas adalah dus alokon yang masa kadaluarsanya paling dekat/tua. Pastikan bahwa alokon tersebut mudah terlihat dan mudah diambil oleh petugas untuk disalurkan ke klien 3. Umumkan kepada petugas lain agar menggunakan alokon yang masa kadaluarsanya paling tua terlebih dahulu pastikan untuk tidak menyalurkan alat/obat kontrasepsi yang masa kadaluarsanya telah lewat. Kualitas alat/obat kontrasepsi yang perlu mendapat perhatian Jangan digunakan apabila terdapat tanda-tanda: 1. Pil KB Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna) Aluminium pembungkus rusak Pada paket/strip, ada pil yang hilang Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik cokelat, mudah pecah) 2. Kondom Kondom terlihat rusak Kemasan kondom terbuka/bocor Segel kemasan tidak utuh 3. AKDR Kemasan steril sudah rusak/terbuka Catatan: efektivitas AKDR Cu tidak berkurang bila Cu-nya terlihat gelap atau ada noda/bintik hitam 4. Suntik KB Cairan memadat, walaupun sudah dikocok Catatan: bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan 5. Implan Kemasan steril terlihat rusak Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut hilang atau berubah warna (tidak putih) Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut rusak atau bengkok/tidak lurus) 6. Spermisida Tube/kemasan jelli mengkerut Aplikator/tutup tube tidak mudah dibuka 7. Tablet Foam Kemasan rusak atau ada tablet yang hilang 69 Kemasannya membengkak/menggelembung (menandakan bahwa isi di dalamnya lembab/bocor) Tablet telah berubah warna (seharusnya berwarna putih) Tablet terlihat lunak, lembab/basah, beruap, atau mudah hancur b. Panduan inventaris alat/obat kontrasepsi Penjagaan mutu alat/obat kontrasepsi pada tempat penyimpanan Efektivitas dan mutu alat/obat kontrasepsi dapat terjaga dengan baik, apabila disimpan dalam kondisi yang baik. Guna menjaga kondisi ini maka dapat dilihat uraian berikut ini. Jenis Kontrasepsi Pil KB Kondisi penyimpanan Masa kadaluarsa Simpan di tempat kering, dan jauhkan dari 5 tahun sinar matahari langsung. Simpan di tempat kering, yaitu suhu > 40°C Kondom dan jauhkan dari sinar matahari langsung, 3-5 tahun bahan kimia, dan bahan yang mudah terbakar. AKDR Lindungi dari kelembaban, sinar matahari 7 tahun langsung, suhu 15 – 30°C. Spermisida Simpan pada ruang bersuhu 15 - 30°C, 3 – 5 tahun jauhkan dari temperatur tinggi. Implan Simpan di tempat kering, suhu > 30°C. 5 tahun Simpan pada ruang bersuhu 15 - 30°C posisi Suntik KB vials tegak lurus menghadap ke atas, jauhkan dari sinar matahari langsung. Cara melakukan pengecekan kualitas alat/obat kontrasepsi Untuk memastikan apakah alat/obat kontrasepsi dalam kodisi baik, sebelum didistribusikan kepada klien, hal-hal yang dilakukan petugas sebagai berikut: 1. Petugas melakukan pengecekan kondisi fisik atas alat/obat kontrasepsi yang diterima. 2. Apabila kondisi kontrasepsi baik, kemudian akan disimpan lebih dari 6 bulan, apabila kondisi tempat penyimpanan kurang baik terlalu panas/lembab), petugas perlu melakukan pengecekan fisik secara berkala (mingguan/bulanan). 3. Lakukan pencatatan dan pelaporan atas temuan yang ada untuk mendapatkan solusi yang baik. 70 Persyaratan Minimal Fasilitas Pelayanan Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu mata rantai fasilitas pelayanan medis Keluarga Berencana yang pada umumnya terpadu dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana meliputi fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional dan fasilitas pelayanan Keluarga Berencanan masyarakat. Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional diselenggarakan oleh tenaga profesional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat kesehatan. Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional yang bersifat bergerak (mobil) adalah pelayanan yang menjangkau masyarakat di pedesaan, yaitu Tim Keluarga Berencana Keliling, Puskesmas Keliling, dan Tim mobil Kontap. Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana oleh masyarakat adalah pelayanan Keluarga Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat, meliputi PPKBD, Sun PPKBD, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos KB – Kes, Kelompok Akseptor. A. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode: 1. Sederhana (kondom, obat vaginal) 2. Pil KB 3. Suntik KB 4. AKDR/Implan bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih 5. Upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana: 1. Memberikan pelayanan KIE medis selama ataupun sesudah pelayanan 2. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB 3. Memberikan pelayanan AKDR/Implan dan pelayanan konseling bagi fasilitas pelayanan yang memiliki tenaga bidan terlatih 4. Memberikan pelayanan rujukan sesuai dengan kemampuan 5. Melakukan pencatatan dan pelaporan Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana: Tenaga minimal yang diperlukan adalah bidan yang sudah mendapat pelatihan Keluarga Berencana. 71 Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana berokasi dan merupakan bagian dari: 1. Puskesmas pembantu 2. Balai pengobatan swasta 3. Balai kesehatan Ibu dan Anak swasta 4. Pos kesehatan TNI/POLRI 5. Fasilitas pelayanan keluarga berencana khusus (instansi pemerintah/swasta) 6. Dokter/bidan praktik swasta 7. Pondok bersalin desa (bidan di desa) Prasarana dan Sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana: 1. Ruangan, perlengkapan, dan peralatan Ruangan tunggu, pendaftaran serta KIE medis, biasanya dipakai bersama dengan pelayanan kesehatan lain. Ukuran minimal 2,5 x 4 m² dengan perlengkapan minimal. 2. Perlengkapan dan obat-obatan Pelayanan metode kontrasepsi sederhana Pelayanan metode pil KB Pelayanan metode suntikan KB Pelayanan metode AKDR/Implan 3. Papan nama fasilitas pelayanan Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan. B. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode: 1. Sederhana 2. Pil KB 3. Suntik KB 4. AKDR 5. Pemasangan/pencabutan implan 6. Kontrasepsi mantap pria, bagi yang memenuhi persyaratan Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap: 1. Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan 2. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, dan implan serta kontrasepsi mantap pria bagi yang memenuhi persyaratan 3. Memberikan pelayanan konseling bagi fasilitas yang memiliki tenaga bidan terlatih 4. Memberikan pelayanan penaggulangan efek samping dan komplikasi sesuai dengan kemampuan 72 5. Memberikan pelayanan rujukan 6. Melakukan pencatatan dan pelaporan Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap: 1. Dokter umum yang sudah mendapat pelatihan 2. Bidan atau perawat yang sudah mendapat pelatihan 3. Tenaga administrasi Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap berlokasi dan merupakan bagian dari: 1. Puskesmas/Puskesmas dengan rawat inap 2. Balai pengobatan swasta 3. Balai kesehatan Ibu dan Anak swasta 4. Poliklinik TNI/POLRI 5. Rumah bersalin Prasarana dan sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap: 1. Ruangan, perlengkapan, dan peralatan Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan perlengkapan minimal. 2. Perlengkapan dan obat-obatan Pelayanan metode kontrasepsi sederhana Pelayanan metode pil Kb Pelayanan metode suntikan KB Pelayanan metode AKDR Pelayanan metode Implan Pelayanan metode mantap pria, bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan 3. Papan nama fasilitas pelayanan Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan. C. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode: 1. Sederhana 2. Pil KB 3. Suntik KB 4. AKDR 5. Pemasangan/pencabutan implan 6. Kontrasepsi mantap pria 7. Kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan 73 Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna: 1. Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan 2. Memberikan pelayanan sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implan, dan kontrasepsi mantap pria serta kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan 3. Memberikan pelayanan konseling bagi klien 4. Memberikan pelayanan penanggulanagn efek samping dan komplikasi 5. Memberikan pelayanan rujukan 6. Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas sesuai dengan kemampuan 7. Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan 8. Melakukan pencatatan dan pelaporan Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna: 1. Dokter spesialis kebidanan/dokter spesialis bedah/dokter umum yang telah mendapat pelatihan 2. Satu orang bidan yang telah mendapat pelatihan 3. Satu perawat kesehatan yang telah mendapat pelatihan 4. Satu orang tenaga konseling 5. Satu orang tenaga administrasi Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna berlokasi dan merupakan bagian dari: 1. RSU kelas C yang mempunyai dokter spesialis obstetri dan ginekologi dan dokter spesialis bedah serta umum yang telah mendapat pelatihan 2. RSU swasta setara yang mempunyai dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis bedah serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan 3. RSU TNI/POLRI yang mempunyai dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis bedah serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan 4. RS Bersalin Prasarana dan sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna: 1. Ruangan, perlengkapan, dan peralatan Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan peralatan minimal. 2. Perlengkapan dan obat-obatan Pelayanan metode kontrasepsi sederhana Pelayanan metode kontrasepsi pil KB Pelayanan metode kontrasepsi suntik KB Pelayanan metode kontrasepsi AKDR 74 Pelayanan metode kontrasepsi implan Pelayanan metode mantap pria Pelayanan metode mantap wanita, bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan 3. Papan nama fasilitas pelayanan Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan. D. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas. Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna: 1. Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan 2. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR dan implan serta kontrasepsi mantap pria dan wanita 3. Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi 4. Memberikan pelayanan rujukan 5. Memberikan pelayanan rekanalisasi 6. Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas 7. Melakukan pencatatan dan pelaporan 8. Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling 9. Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna: 1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas dan rekanalisasi 2. Dokter spesialis bedah yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas dan rekanalisasi 3. Dokter spesialis anestesi 4. Dokter spesialis urologi 5. Dokter umum yang telah mendapat pelatihan 6. Tenaga konseling yang telah mendapat pelatihan 7. Bidan dan perawat yang telah mendapat pelatihan 8. Tenaga administrasi yang telah mendapat pelatihan Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna berlokasi dan merupakan bagian dari: 1. RSU kelas A 2. RSU TNI/POLRI kelas I 3. RSU swasta setara 75 4. RSU kelas B yang sudah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rekanalisasi Prasarana dan sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna: 1. Ruangan, perlengkapan dan peralatan Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan peralatan minimal. 2. Perlengkapan dan obat-obatan Pelayanan metode kontrasepsi sederhana Pelayanan metode pil KB Pelayanan metode suntik KB Pelayanan metode AKDR Pelayanan metode implan Pelayanan kontrasepsi mantap pria dan wanita Pemayanan infertilitas dan rekanalisasi 3. Papan nama fasilitas pelayanan Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan. 76 Supervisi Fasilitas A. Pengertian Supervisi adalah proses atau kegiatan untuk melihat kinerja suatu unit atau individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tugas, program, atau pun semua aktivitas yang dijalankan untuk mencapai suatu standar/target yang telah ditetapkan sebelumnya. Supervisi fasilitatif adalah suatu pendekatan supervisi dengan lebih mementingkan kepada monitoring, pemecahan masalah bersama, dan komunikasi dua arah supervisor dan yang disupervisi. B. Tujuan Menjaga proses juga mutu berlangsung secara berkesinambungan dengan cara mempertemukan harapan klien dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. C. Fokus dan cara melakukannya Fokus supervisi fasilitatif adalah pada sistem dan proses kinerja dengan memanfaatkan data/informasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta menentukan akar penyebab masalah. Kemudian diaplikasikan upaya pemecahan masalah terpilih dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan mencangkup depalan dimensi mutu: Kompetensi teknis pelaksana pelayanan Akses klien terhadap fasilitas pelayanan Efektivitas pelayanan Efesiensi pelayanan Hubungan antarmanusia yaitu antara klien dan pelaksana pelayanan Kesinambungan pelayanan Keamanan pelayanan Kenyamanan pelayanan D. Karakteristik Seorang supervisi fasilitatif diharapkan mempunyai krakteristik sebagai berikut: Mempunyai sifat pemimpin Mempunyai keterampilan berkomunikasi Mempunyai kemampuan sebagai fasilitator yang dapat membantu sasaran selia Mempunyai kemampuan analisis dan menemukan akar masalah Mempunyai kemampuan sebagai narasumber dan mediator 77 E. Peran Lakukan pengamatan mendalam dengan cara menelusuri penyebab dan faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah Temukan kekuatan dan kelemahan kinerja tanpa menghakimi objek selia dan berusaha memberikan saran yang sesuai. Gunakan alat penyelia yang berupa daftar tilik yang terstruktur yang baik Fokuskan supervisi pada proses dan sistem, bukan pada individu Berorientasi pada pedoman mendatang dan bukan melihat pada kesalahan yang telah terjadi Lakukan supervisi yang berkesinambungan dengan cara pemantauan hasil supervisi yang lalu serta menindaklanjuti F. Waktu pelaksana Supervisi fasilitatif dilakukan: Setelah pelatihan keterampilan (pascapelatihan) Supervisi rutin berkala Permintaan objek selia 78 PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB 1. Latar Belakang Dalam membuat monitoring dan evaluasi pelayanan Keluarga Berencana (KB) diperlukan suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan. Pelayanan program KB secara Nasional memiliki arti suatu proses untuk mendapatkan data dan informasi yang merupakan suatu substansi pokok dalam system informasi program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan operasional program. Data dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan, pemantauan, dan penilaian serta pengendalian program. Oleh karena itu data dan informasi yang dihasilkan harus akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya. Dalam upaya memenuhi harapan tersebut, seyogyanya data dan informasi yang didapat hendaknya berkualitas, untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah penyempurnaan sesuai dengan perkembangan program dengan visi dan misi program baru serta perkembangan kemauan teknologi informasi. Pencatatan dan pelaporan program KB secara nasional tahun 2001 telah dilaksanakan sesuai dengan system, pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui instruksi Menteri Pemberdayaan Perempuan, dan Kepala BKKBN Nomor 191/HK-011/D2/2000 tanggal 29 september 2000 tentang kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional meliputi pengumpulan, pencatatan, serta pengelolahan data dan informasi tentang kegiatan dan hasil kegiatan operasional. Dewasa ini sistem pencatatan dan pelaporan telah disesuaikan dengan tuntutan informasi, desentralisasi dan perbaikan kualitas. Sistem pencatatan dan pelaporan program KB Nasional yang disesuaikan meliputi sub sistem pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi, sub sistem Pelaporan Pengendalian Lapangan serta Sub sistem pencatatan Pelaporan Pengendalian Keluarga dan Sub sistem Pencatatan Pelaporan Pendataan Keluarga Miskin. 2. Batasan Dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan yang tepat dan benar diperlukan keseragaman pengertian sebagai berikut : 1) Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan KB. 2) Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi. 3) Peserta KB baru adalah PUS yang pertama kali mengguakan kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan. 79 4) Peserta KB lama adalah peserta KB yang masih menggunakan kontrasepsi, namun tidak ada tanda-tanda kehamilan. 5) Peserta KB ganti cara adalah peseta KB yang berganti pemakaian dari satu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya. 6) Pelayanan fasilitas pelayanan KB adalah semua kegiatan pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB baik berupa pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang diberikan pada PUS baik calon maupun peserta KB. 7) Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di dalam fasilitas pelayanan adalah pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan KB. 8) Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di luar fasilitas pelayanan adalah pemberian pelayanan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan di luar fasilitas pelayanan KB (TKBK,Safari,Posyandu). 3. Definisi fasilitas pelayanan KB: Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal seorang paramedis atau dan yang sudah mendapat latihan KB dan memberikan pelayanan KB baik dengan cara sederhana (kondom,obat vaginal), pil KB,suntik KB, IUD bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai bidang yang telah mendapat pelatihan serta upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukannya. Fasilitas pelayanan KB lengkap adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal dokter umum yang telah mendapat pelatihan dan memberikan pelayanan: cara sederhana, suntik KB, IUD bagi dokter atau bidan yang telah mendapat pelatihan, implant bagi dokter yang telah mendapat pelatihan, kontap pria bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan kontap pria. Fasilitas pelayanan KB sempurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah/dokter umum yang telah mengikuti pelatihan dan memberikan pelayanan: cara seerhana, pil KB, suntik KB, IUD, pemasangan dan pencabutan implant, kontap pria, kontap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan kontap wanita. Fasilitas pelayanan KB paripurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh minimal dokter spesialis kebidanan yang telah mngikuti pelatihan penanggulangan infertilisasi dan rekanalisasi/dokter spesialis bedah yang telah mengikuti pelatihan pengaggulangan infertilitas dan rekanalisasi serta memberikan pelayanan semua jenis kontrasepsi ditambah 80 dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas. Status fasilitas pelayanan KB adalah status kepemilikan pengelolaan fasilitas pelayanan KB yang dikelompokkan dalam 4 (empat) status kepemilikan yaitu: Depkes, ABRI, Swasta serta instansi pemerintah lain diluar Depkes dan ABRI. 4. Konseling Konseling merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedik dalam bentuk percakapan individual dalam usaha untuk membantu PUS guna meningkatkan kemampuan dalam memilih pengunaan metode kontrasepsi serta memantapkan penggunaan kontrasepsi yang telah dipilih. Konseling baru adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedic kepada calon peserta KB yang akhirnya menjadi peserta KB baru pada saat itu. Konseling lama adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedik kepada peserta KB untuk memantapkan penggunaan kontrasepsi. Konseling akibat sampingan atau komplikasi adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan akibat penggunaan kontrasepsi. Sedangkan konseling akibat sampingan atau komplikasi ringan adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan penggunaan kontrasepsi yang penanganannya tidak memerlukan rawat inap. Konseling akibat sampingan atau komplikasi berat adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan akibat penggunaan kontrasepsi yang penanganannya memerlukan rawat inap. Kegagalan adalah terjadinya kehamilan pada peserta KB. 5. Jenis-jenis Serta Kegunaan, Register, dan Formulir. 1) Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/85) Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru dan pendaftaran ulang semua klinik KB. Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan maret setiap tahun). Kartu ini berisi infomasi tentang identitas klinik KB, jumlah tenaga, dan sarana klinik KB serta jumlah desa di wilayah kerja klinik KB yang bersangkutan. 2) Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/B/89) Dipergunakan sebagai tanda pengenal dan tanda bukti bagi setiap peserta KB. Kartu ini diberikan terutama kepada peserta KB baru baik dari pelayanan KB jalur pemerintah maupun swasta (dokter/bidan praktek swasta/apotek dan RS/Klinik KB swasta). Pada jalur pelayanan pemerintah, kartu ini merupakan sarana untuk memudahkan mencari kartu status peserta KB (K/IV/KB/85). Kartu ini merupakan sumber informasi bagi PPKBD/Sub PPKB tentang kesertaan anggota binaannya di dalam berKB. 81 3) Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/85) Dibuat bagi setiap pengunjung baru klinik KB yaitu peserta KB baru dan peserta KB lama pindahan dari klinik KB lain atau tempat pelayanan KB lain. Kartu ini berfungsi untuk mencatat ciri-ciri akseptor hasil pemeriksaan klinik KB dan kunjungan ulangan peserta KB. 4) Kartu Klinik KB (R/I/KB/90) Dipergunakan untuk mencatat semua hasil pelayanan kontrasepsi kepada semua peserta KB setiap hari pelayanan. Tujuan penggunaan register ini adalah untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat laporan pada akhir bulan. 5) Register Alat-alat Kontrasepsi di Klinik KB (R/II/KB/85) Dipergunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran (mutasi) alat-alat kontrasepsi di klinik KB. Tujuan adalah untuk memudahkan membuat laporan tentang alat kontrasepsi setiap akhir bulan. 6) Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90) Dipergunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan, 1 lembar untuk Unit Pelaksana Kepala klinik. 7) Kartu Pendaftaran Klinik Keluarga Berencana (K/O/KB/85) Kartu ini digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama dan pendaftaran ulang semua klinik KB. Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan Maret setiap tahun). Kartu ini berisi informasi tentang identitas klinik, tenaga dan saran klinik KB yang bersangkutan. Kartu ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan tambahan lembar ”khusus” pada lembar pertama yang dipergunakan untuk laporan ke BKBN pusat. Kartu ini ditandatangani oleh penanggung jawab klinik KB yang bersangkutan. Kartu pendaftaran ini setelah diisi dan masing – masing dikirim ke unit : 1) 1 lembar K/O/KB/85 yang khusus (bagian sebelah kanan dari lembar pertama untuk BKBN pusat di Jakarta. 2) 1 lembar untuk BKBN propinsi 3) 1 lembar untuk Unit Pelaksana Propinsi 4) 1 lembar untuk BKBN Kabupaten/kotamadya Halaman depan terdiri dari dua bagian yaitu: 82 1) Bagian sebelah kiri, untuk mencatat cir-ciri peserta KB. Bagian ini terutama dimaksudkan untuk mencatat cir-ciri setiap peserta KB baik peserta KB baru maupun peserta KB pindahan dari klinik KB/tempat pelayanan kontrasepsi lain 2) Data dibagian ini sangat diperlukan apabila suatu saat untuk mengetahui ciri-ciri akseptor KB secara Nasional maupun tingkat wilayah lainya.Bagian sebelah kanan, untuk mencatat hasi-hasil pemeriksaan klinik. 3) Petugas klinik KB yang melakukan pengisisan K/IV/KV/85 membutuhkan tanda tangan dan nama terang pada K/IV/KV/85 di tempat yang telah disediakan. 8) Register Alat-alat Kontrasepsi KB (R/II/KB/85) Register ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah petugas klinik KB memuat/mengisi laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/9), khususnya untuk bagian tabel V : “Persediaan Kontrasepsi di Klinik KB”. Pada setiap hari pelayanan, semua penerimaan dan engeluaran kontrasepsi dicatat/dibukukan dalam register alat-alat kontrasepsi ini. Setiap baris menunjukan penerimaan/pengeluaran kontrasepsi pada satu tanggal tertentu. Pada hari/tanggal berikutnya, pengeluaran/pemasukan dicatat pada hari/tanggal berikutnya, demikian dan seterusnya untuk setiap hari pelayanan, sampai habis periode satu bulan. Setelah sampai pada hari/tanggal terakhir dari satu bulan yang bersangkutan dilakukan penjumlahan untuk penerimaan dan pengeluaran alat kontrasepsi selama satu bulan. Disamping, kedalam register ini dituliskan pula sisa (stock) alat-alat kontrasepsi yang ada diklinik KB pada akhir bulan. Untuk tiap hari dalam bulan berikutnya pencatatan dilakukan pada lembar (halaman) baru. 9) Laporan Bulanan Klinik Keluarga Berencan (F/II/KB/90) Laporan bulanan klinik KB dibuat oleh petugas klinik KB sebulan sekali, yaitu pada setiap akhir bulan kegiatan pelayanan kontrasepsi di klinik KB. Laporan bulanan klinik KB sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan pelayanan kontrasepsi dan haasilnya, yaitu pelayanan ole klinik KB(di dalam dan diluar klinik KB) serta PPKBD/Sub PPKBD diwilayah binaan klinik KB yang bersangkutan. Laporan bulanan klinik KB ditandatangani oleh pimpinan klinik KB atau petugas yang ditunjuk. Laporan bulanan klinik KB dibuat rangkap 5(lima), yaitu: 1 (satu) lembar dikirim ke BKKBN Pusat 1(satu) lembar dikirim ke BKKBN Kabupaten Kota Madya 1 (satu) lembar dikirim ke Unit Pelaksanatingkat Kabupaten Kota Madya 1 (satu) lembar dikirim ke Camat 1 (satu) lembar sebagai arsip untuk klinik kB yang bersangkutan 83 Laporan bulanan klinik KB yang dikirim ke BKKBN Pusat (Minat Biro Pencatatan dan Pelaporan) dengan menggunakan sampul atau amplop khusus tanpa dibubuhi perangko dan sudah harus dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Pengisian laporan bulanan klinik kB ini didasarkan pada data yang terdapat dalam : Register klinik KB (R/I/KB/89) Register alat kontrasepsi KB (R/I/KB/85) Laporan bulanan PLKB (F/I/PLKB/90) Laporan-laporan serta catatan-catatan lainya. 10) Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB (REK/F/II/89) Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB (REK/F/II/KB/89) ini dibuat sebuan sekali, yaiu pada awal bulan berikutna dari bulan laporan. Tujuannya untuk meaporkan seluruh kegiatan pelayanan KB dan hasilnya dari seluruh klinik KB yang berada di suatu wilayah kabupaten/kotamadya pada satu bulan laporan. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB ini dibuat oleh BKKBN Kabupaten/Kotamadya dalam rangkap 3 (tiga) dan dikirim kepada: 1 (satu) lembar untuk BKKBN Propinsi. 1 (satu) lembar untuk Unit Pelayanan KB Departemen Kesehatan Tingkat Kabupaten/Kotamadya. 1 (satu) lembar untuk arsip. 11) Rekapitulasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB ini harus sudah dikirimkan ke BKKBN Propinsi yang bersankutan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya dari bulan laporan. Lembar rekapitulasi ini ditandatangani oleh Kepala BKKBN Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan. Pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB ditujukan kepada kegiatan dan hasil kegiatan operasional yang meliputi: a. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi Hasil Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi baik di Klinik KB maupun di Dokter/bidan Praktek Swasta b. Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB Mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi. 84 Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, diharapkan dapat menyediakan berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi diseluruh wilayah sampai tingkat kecamatan dan desa. Adapun mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi sebagai berikut: a. Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB dan pendaftaran ulang setiap bulan Januari, smua klinik KB mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/OO) b. Setiap peserrta KB baru dan pindahahn dibuat Kartu Status peserta KB (K/IV/KB/00) yang antara lain memuat cirri-ciri peserta KB bersangkutan. Kartu ini disimpan di klinik dan digunakan waktu kunjungan ulang. c. Setiap peserta KB baru atau pindahan dari klinik KB dibuat Kartu Pesreta KB (K/I/KB/00) d. Setiap pelayanan KB di klinik KB, dicatat dalam Register klinik KB (R/I/KB/00) dan pada akhir bulan dijumlahkan, karena register ini merupakan sumber data untuk membuat laporan bulanan klinik e. Setiap penerimaan dan pengeliaran jenis alat kontrasepsi oleh klinik dicatat dalam Register Alat kontrasepsi KB (R/II/OO), setiap akhir bulan dijumlahkan sebagai sumber membuat laporan bulanan f. Pelayanan KB yang dilakukan oleh Dokter/Bidan praktek swasta setiap hari dicatat dalam buku hasil pelayanan kontrasepsi pada Dokter/Bidan Swasta (B/I/DBS/00). Setiap akhir bulan dijumlahkan dan merupakan sumber data dalam membuat laporan nulanan petugas penghubung DBS/PBS g. Setiap bulan PKB/PLKB tatu petugas yang ditunjuk sebagai petugas penghubung dokter/bidan praktek swasta membuat laporan bulanan ini merupakan sumber data untuk pengisian laporan bulanan klinik KB. h. Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik KB (F/II/KB/000) yang datanya diambil dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/KB/00) Laporan bulanan petugas Penghubung Dokter/Bidan Praktek Swasta (F/I/PH/-DBS/00) dan Register Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/00). Arus Laporan Pelayanan Informasi adalah sebagai berikut: Kartu pembinaan klinik KB (KB/0/KB/00) dibuat oleh klinik KB rangkap 2 (dua). 1 lembar untuk kantor BKKBN kabupaten/kota yang dikirim selambat-lambatnya tanggal 7 februari setiap bulan ke kantor BKKBN kabupaten/kota dan arsip. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrsepsi oleh dokter/bidan praktek swasta dalam rnagkap 2 (dua). Dikirim selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya ke klinik bidan induk di wilayah kerjanya dan arsip. 85 Laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/00) dibuat oleh klinik KB dalam rangkap 4 (empat) dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 7 bulan berikutnya, masing-masing ke kantor BKKBN kabupaten/kota, mitra kerja tingkat II, kantor Camat dan Arsip. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB Tingkat Kabupaten/lota (RekKab.k/0/KB/00), dibuat rangkap 2 (dua) oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 14 februari setiap tahun, masing-masing ke kanwil BKKBN Kabupaten Propinsi dan Arsip. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB Tingkat kabupaten/kota (RekKab/F/KB/00) dibuat 2 (dua) rangkap setiap bulan oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya ke kanwil BKKBN Propinsi dan Arsip. Rekapitulasi Kartu pendaftaran klinik KB tingkat propinsi (Rek-prop.K/0/KB/00) dibuat rangkap 2 (dua) oleh kanwil BKKBN propinsi dan dikirim selambat-lambatnya tanggal 21 februari setiap tahun ke BKKBN pusat dan Arsip. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat propinsi (Rek.prop./F/KB/00) dibuat rangkap 2 (dua) oleh kanwil BKKBN propinsi dan dikirim selambat-lambatnya tanggak 15 bulan berikutnya ke BKKBN Pusat dan Arsip. BKKBN propinsi (bidang informasi keluarga dan analisa program) setiap bulan menyampaikan laporan umpan balik ke kantor BKKBN pusat, ke kanwil BKKBN, kabupaten dan mitra kerja tingkat I. BKKBN Pusat (Direktorat Pelaporan dan Statistik) setiap bulan menyampaikan umpan balik kepda semua pimpinan di jajaran BKKBN Pusat, ke kanwil BKKBN, propinsi dan Mitra kerja Tingkat Pusat 6. Monitoring dan Evaluasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Dalam pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kontrasepsi masih dirasakan adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu dilakukan monitoring dan evaluasi. Melalui system pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrsepsi dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat dilakukan perbaikan kegiatan system pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi. 1. Cakupan laporan Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporan meliputi jumlah, ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat ini lapangan sampai tingkat pusat. 2. Kualitas data Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas data pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi perlu dilihat bagaimana masukan laporan, baik laporan bulanan maupun 86 laporan tahuna serta bagamana informasi yang disajikan setiap bulan atau tahunan. Dalam hal ini sering/dapat terjadi laporan mengalami keterlambatan dan cakupannya belum dapat optimal maupun kualitas dan kuantitas datanya serta informasi yang disampaikan belum optimal. Keterlambatan penyajian data informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh proses pengumpulan data laporannya terlambat serta banyaknya kesalahan pengelolahan ke bawah dan ke samping sehingga memperlambat proses pengelolahannya. 3. Tenaga Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga: Ketersediaan/jumlah tenaga Bagaiman kondisi jumlah tenaga klinik yang melakuka pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi Kualitas tenaga Apakah petugas klinik sudah mengikuti pelatihan RR 4. Sarana Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat bagaimana sarana, perlu dilihat bagaimana sarana pendukung kelancaran pelaksanaan pencatatan dan pelaporan diantaranya: Ketersedian formulir dan kartu Ketersedian Buku Petunjuk Teknis pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi Ketersediaan faksimili untuk seluruh kabupaten/kota untuk kecepatan pelaporan Ketersedian computer sampai dengan tingkat kabupaten/kota 87 PENDOKUMENTASIAN RUJUKAN KB Tujuan sistem rujukan disini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama ditujukan umtuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah adsministrasi. Dengan pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten dengan tujuan untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi. 1. Tata Laksana Rujukan Medik dapat berlangsung a. Internal antar petugas di satu puskesmas b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas c. Antara masyarakat dan puskesmas d. Anatara satu puskesmas dan puskesmas lain e. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya f. Internal antara bagian/unit palayanan di dalam satu rumah sakit g. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit laboratorium atau pelayanan fasilitas yang lain. Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam system rujukan tersebut berjenjang dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan nasional denga dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik kesatuan pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi. Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien-klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengaharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan. Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan: a. Konseling tentangkondisi klien yang menyebabkan memerlukan rujukan b. Konseling tentang kondisi yang diharapka diperoleh di tempat rujukan c. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju d. Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat ini riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan e. Bila perlu berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien 88 f. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tenpat rujukan harus didampingi perawat/bidan g. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkin segera menerima rujukan klien Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberi upaya penangulanggan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien ketempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan : a. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan b. Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi c. Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien berikut upaya penaggulangan yang telah diberikan serta sasaran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi. 89 PENCEGAHAN INFEKSI Tujuan Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya penyakit infeksi Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan kontrasepsi metode AKDR, suntik, susuk, dan kontrasepsi mantap Menurunkan risiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan A. Perlindungan dari infeksi dikalangan petugas Beberapa hal berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar: Anggap setiap orang (klien maupun staf) dapat menularkan infeksi Cuci tangan – upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang Gunakan (sepasang sarung tanga sebelum menyentuh apa pun yang basah seperti kulit terkelupas, membran mukosa, darah atau duh tubuh lain, serta alat-alat yang telah dipakai dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan invasif Gunakan perlindungan fisik (misalnya: kacamata pelindung (goooles), masker, dan celemek) untuk mengantisipasi percikan duh tubuh (sekresi maupun ekskresi), contohnya ketika membersihkan alat-alat maupun bahan lainnya Gunakan bahan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun mebran mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptik berbahan dasar alkohol Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup jarum suntik (recapping), memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin, gunakan jarum tumpul untuk menjahit luka Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada masyarakat Pemprosesan terhadap instrumen, sarung tangan dan bahan lain setelah dipakai dengan cara mendekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% dan di cuci bersih, kemudian disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan cara yang di anjurkan. 1. Upaya kewaspadaan standar a) Mencuci tangan Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi dan benda-benda yang terkontaminasi Segera setelah melepas sarung tangan Sebelum dan setelah mmeriksa pasien satu ke pasien lain 90 b) Sarung tangan Untuk kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, bahan-bahan yang terkontaminasi Untuk kontak dengan membran mukosa dan kulit yang tak utuh (non-intact skin): koyak, terkelupas, dll c) Masker, kacamata, pelindung wajah Melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi kontak dengan darah dan duh tubuh d) Gaun operasi Melindungi kulit dari percikan darah maupun duh tubuh lain Mencegah agar pakaian tidak terkontaminasi darah maupun duh tubuh selama melakukan tindakan e) Kain linen Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak menyentuh kulit maupun membran mukosa Jangan lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang telah terkontaminasi f) Peralatan untuk perawatan klien Tangani alat yang telah terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh kulit atau membran mukosa dan untuk mencegah agar baju maupun lingkungan tidak terkontaminasi Bersihkan peralatan pakai ulang (reusable) sebelum digunakan kembali g) Membersihkan lingkungan Perawatan rutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan perabotan di ruang asuhan pasien h) Benda-benda tajam Hendaknya selalu memakai autodisable syringe Jangan memasang kembali tutup jarum suntik yang telah digunakan Jangan melepas jarum dari alat suntik/sempit sekali pakai (disposable) Jangan membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan tangan Letakkan benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam wadah anti tusukan i) Resusitasi pasien Gunakan pelindung mulut, kantung resusitasi, atau alat pernapasan lainnya untuk menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke mulut j) Penempatan pasien Tempatkan pasien yang dapat mengkontaminasi lingkungan maupun yang tidak terjamin kebersihannya pada ruang khusus/terpisah. 91 B. Pemprosesan alat 1. Dekontaminasi Memakai sarung tangan Rendam alat-alat selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5 % (didapatkan dengan mencampur 1 bagian pemutih deterjen dengan 9 bagian air) Permukaan (terutama meja tindakan) yang mungkin terkena duh tubuh harus didekontaminasi. Lap dengan disenfektan misalnya dengan klorin 0,5 % sebelum dipakai kembali, atau jika tampak terkontaminasi, atau sekurang-kurangnya setiap hari merupakan cara dekontaminasi yang tidak mahal. 2. Pencucian dan pembilasan Pakai sarung tangan tebal (sarung tangan rumah tangga) Cuci semua instrumen dengan air, deterjen dan sikat yang lembut Sikat semua geligi, sambungan dan permukaan alat Bilas bersih hingga deterjen hilang karena beberapa deterjen dapat menghambat kerja disinfekten kimiawi Keringkan instrumen 3. Sterilisasi Sterilisasi uap 121°C, 106kpa, waktu yang diperlukan 20 menit untuk alat yang tidak dibungkus, 30 menit untuk alat yang dibungkus Jangan memuat alat terlalu banyak Diamkan semua alat sampai kering sebelum diangkat Sterilisasi panas kering (oven) 170°C selama 1 jam (total waktu keseluruhan proses), waktu penghitungan dimulai setelah suhu yang diinginkan tercapai Untuk alat-alat tajam (gunting, jarum), sterilisasi dilakukan dengan suhu 160°C selama 2 jam (total waktu keseluruhan proses) Sterilisasi kimia Glutaraldehid (cydex): direndam selama 8-10 jam Formaldehid 8 %, direndam selama 24 jam Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum disimpan 4. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) DTT denga merebus Petunjuk merebus: Seluruh alat harus terendam Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih 92 Selalu merebus selama 20 menit dalam panci tertutup Jangan menambah apa pun ke dalam air mendidih Pakai alat tersebut sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT. Simpan selama 1 minggu DTT dengan mengukus Selalu kukus selama 20 menit dalam kukusan Kecilkan api sehingga air tetap mendidih Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap Jangan pakai lebih dari 3 panci uap Keringkan dalam panci tertutup ata kontainer DTT sebelum dipakai atau disimpan DTT dengan kimia Sejumlah disinfektan kimia untuk Disinfeksi Tingkat Tinggi: Klorin Formaldehid (formalin) Glutaraldehid Langkah-langkah untuk DTT dengan kimia: Setelah didekontaminasi, cuci dan bilas alat-alat hingga bersih, kemudian keringkan Rendam semua alat dalam larutan disinfektan selama 20 menit Bilas dengan air yang telah direbus dan keringkan dengan dianginkan Dapat disimpan selama 1 minggu dalam wadah kering dan tertutup yang telah di DTT Untuk melakukan DTT pada wadah, rebus wadah tersebut (bisa kecil0 atau isi dengan larutan klorin 0,5% dan rendam selama 20 menit. Bilas sisi dalam wadah dengan air yang telah direbus. Keringkan dengan dianginkan sebelum digunakan C. Pembuangan limbah Tujuan pembuangan limbah dengan cara yang aman adalah: Untuk mencegah penularan infeksi kepada petugas yang menangani limbah Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyarakat di sekitar, dan Untuk melindungi petugas yang menangani limbah dari luka tusuk Limbah medis dapat berupa limbah terkontaminasi maupun tidak terkontaminasi. Limbah yang tak terkontaminasi(seperti kertas dari kantor) tidak menimbulkan risiko infeksi dapat dibuang ke tempat sampah umum. Limbah terkontminasi (darah atau alat/bahan terkontaminasi darah) memerlukan penanganan yang benar untuk mengurangi penularan infeksi kepada petugas klinik maupun kepada masyarakat setempat. 93 Cara penanganan limbah yang benar: Menggunakan sarung tangan rumah tangga (utility gloves) Memindahkan limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan dlaam wadah tertutup Membuang alat/benda tajam ke dalam wadah tahan tusuk Menuangkan limbah cair secara hati-hati ke dalam saluran pembuangan Membakar atau mengbur limbah padat yang terkontaminasi Mencuci tangan, sarung tangn, dan wadah yng telah digunakan untuk membuang limbah yang dpat menginfeksi. 94 Infeksi menular seksual dan kontrasepsi Pengertian Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang mendapat perhatian penting pada kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Tipe Infeksi Istilah ISR/IMS mencakup 4 tipe infeksi yaitu: 1. Infeksi yang merusak saluran reproduksi 2. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan yang tidak disebabkan karena penularan melalui hubungan seks, tetapi merupakan pertumbuhan berlebih dari, bakteri yang normal ada dalam vagina (bakteri vaginosis dan jamur) 3. Infeksi melalui hubungan seks yang memberi dampak lebih luas selain alat reproduksi (sifilis dan HIV/AIDS) 4. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan akibat komplikasi dari tindakan yang dilakukan untuk membantu kasus persalinan, keguguran dan pengguguran, insersi AKDR atau operasi obstetri ginekologi Jenis IMS 1. Gonore 2. Sifilis 3. Klamidia 4. Kandidiasis 5. Trikomoniasis 6. Bakterial vaginosis 7. Herpes simpleks Komplikasi IMS Pada perempuan Pada bayi baru lahir Pada laki-laki Radang panggul Prematuritas Epididimitis Infertilitas Berat lahir rendah Prostatitis Kehamilan ektopik Sifilis kongenital Striktur uretra Keguguran Oftalmia neonatorum Infertilitas Lahir mati Pneumonia klamidia AIDS Kenker serviks Septikemia Hepatitis AIDS AIDS Hepatitis Hepatitis 95 Skrining atau penapisan klien 1. Skrining klien dapat dilakukan dengan anamnesis yang cermat atau melalui konseling. Apabila mungkin pemeriksaan organ reproduksi dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium sederhana untuk melihat mikroorganisme yang ada (pemeriksaan duh kelamin dengan mikroskop dan pewarnaan Gram, larutan NaCl dan KOH) 2. Berikan pengobatan sesuai dengan hasil temuan mikroorgganisme atau dari hasil pendekatan sindrom 3. Selalu tanyakan pada klien adakah: duh vagina atau uretra; lesi atau ulkus pada alat kelamin; pembengkakan pada kelenjar getah bening di daerah inguinal (selangkangan); nyeri perut bagian bawah 4. Tanyakan juga apakah pasangannya mengalami hal seperti di atas 5. Riwayat hubungan seks seminggu sampai sebulan terakhir 6. Apakah klien atau pasangannya berganti pasangan dalam waktu sebulan ini? 7. Apakah klien atau pasangannya mempunyai aktivitas atau profesi yang menyebabkan ia berganti pasangan atau sering berpindah tempat? 8. Apakah klien menyadari ia terkena IMS dan adakah usaha yang dilakukan sebelum datang ke fasilitas ini? Diagnosis dan pengobatan ISR/IMS 1. Diagnosis ISR/IMS pada fasilitas kesehatan bisa dilakukan berdasarkan pendekatan sindrom dengan identifikasi gejala yang spesifik sesuai dengan jenis mikroorganisme penginfeksi dan penilaian tentang risiko penularan 2. Pemeriksaan duh tubuh dengan laboratorium dan pemeriksaan serologi akan sangat baik untuk mendapatkan ketepatan diagnosis dan pengobatan. Paling tidak fasilitas pelayanan kontrasepsi atau pelayanan kesehatan reproduksi mempunyai perangkat pemeriksaan laboratorium sederhana 3. Apabila diagnosis klien meragukan dan pengobatan tidak memberikan hasil yang memuaskan, klien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan lain yang lebih lengkap dan kemajuan penyembuhannya harus selalu dipantau Kontrasepsi dan pencegahan IMS Konseling, edukasi, peyanan kontrasepsi da pengobatan IMS secara terpadu merupakan bagian yang penting untuk pencegahan dan mengurangi insiden IMS. Jenis Kontrasepsi Keterangan 96 Kondom lateks Merupakan metode terbaik untuk pencegahan IMS dan HIV/AIDS, bil digunakan terus menerus dan benar Tapi kondom tidak melindungi infeksi yang berasal dari ulkus atau lesi pada selangkangan yang tidak tertutup oleh kondom Female Condom (Kondom perempuan) Walaupun data klinis terbatas, kondom ini cukup efektif untuk pencegahan kontak dengan sperma maupun bakteri penyebab IMS dan HIV Sebagai alternatif apabila kondom untuk lakilaki tidak ada atau tidak bisa digunakan Terbatasnya pemakaian kondom perempuan juga disebabkan oleh faktor harga dan kurang nyaman Spermisida Tidak melindungi penularan IMS/HIV, oleh karena itu pemakaian spermisida saja tanpa pengaman (barrier) lain tidak dianjurkan Diafragma Digunakan bersama dengan spermisida, dapat mengurangi transmisi IMS. Perlindungan terhadap HIV belum pernah dibukatikan Sebagai alternatif apabila penggunaan kondom laki-laki tidak bisa dilakukan Metode kontrasepsi lain Seluruh metode kontrasepsi yang lain tidak dapat melindungi klien dari IMS dan HIV Perempuan yang berisiko terhadap perlu menggunakan tambahan kondom di samping pemakaian metode kontrasepsi yang lain 97 Remaja dan kontrasepsi Pengertian Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun (menurut WHO dan Departemen Kesehatan) atau 10-24 tahun (menurut UNFPA) dan belum menikah. Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahluk seksual. Masalah 1. Sebagian remaja sudah mengalami pematangan organ reproduksi dan bisa berfungsi atau bereproduksi, namun secara sosial, mental dan emosi mereka belum dewasa. Mereka akan mengalami banyak masalah apabila pendidikan dan pengasuhan seksualitas dan reproduksi mereka terabaikan. Banyak diantara merekasudah seksual aktif bahkan berganti-ganti pasangan seks. Akibatnya banyak terjadi infeksi menular seksual, kehamilan dini, kehamilan yang tidak diinginkan dan usaha aborsi tidak aman di antara mereka. 2. Informasi yang tepat tentang masalah seksual dan reproduksi bagi remaja sangat kurang dan akses pelayanan yang bersifat youth friendly juga tidak memadai bahkan hampir tidak ada. 3. Kurangnya pengetahuan dan komitmen petugas kesehatan untuk menangani masalah remaja dan terbatasnya fasilitas, membuat remaja tidak pernah mendapat perlindungan dan pemeliharaan dengan tepat. 4. Remaja merupakan kelompok marginal dan kesalahan yang mereka lakukan dianggap aib oleh masyarakat sehingga persoalan reproduksi remaja di Indonesia tidak diperhitungkan oleh pembuat kebijakan. 5. Fakta yang terbaru menyebutkan bahwa: 15% remaja sudah melakukan hubungan seks di luar nikah Jumlah penderita HIV-AIDS pada akhir tahun 2005 sebanyak 46,19% adalah remaja (usia 15-29 tahun) dimana 43,5% terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak aman dan 50% tertular lewat jarum suntik 60% dari pekerja seks di Indonesia adalah remaja perempuan berusia 24 tahun atau kurang dan 30% nya adalah mereka yang berumur 15 tahun atau kurang 20% dari 2,3 juta kasus aborsi setiao tahun di Indonesia dilakukan oleh remaja an mereka mendapatkan tindakan aborsi tidak aman serta menyebabkan komplikasi yang dapat membawa mereka pada kematian 98 Solusi masalah 1. Informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan remaja sudah waktunya diberikan untuk melindungi mereka dari penularan IMS dan HIV/AIDS dan kehamilan yang tidak diinginkan. 2. Pemberian pelayanan ini sebaiknya juuga diberikan dalam satu paket dengan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja. Hal-hal yang perlu diperhatikan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pelayanan kontrasepsi pada remaja antara lain: 1. Pelajari dulu perilaku seksual remaja tersebut, apakah ia sudah mulai berhubungan seks sejak masih muda, apakah ia berganti-ganti pasangan, adakah riwayat IMS, adakah riwayat kehamilan dan aborsi? 2. Dasar pemberian kontrasepsi pada remaja adalah untuk pencegahan kehamilan dan pencegahan IMS, sebelum remaja siap untuk merubah perilakunya kembali pada fase abstinensi atau sebelum mereka siap membentuk sebuah keluarga dan mempunyai anak. 3. Kontrasepsi pada remaja bersifat temporer dan harus tidak memberikan efek samping dan kesulitan pada pengembalian kesuburan. 4. Pelayanan pap smier dan pemeriksaan laboratorium untuk skrining IMS perlu dilakukan terutama bagi remaja yang sudah aktif berhubungan seksual lebih dari 1 tahun dan ada riwayat berganti-ganti pasangan. 99 PENDAHULUAN Program Keluarga Berencana ini mendukung untuk diadakannya suatu pelayanan kontrasepsi. Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu di dalam paket pelayanan kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian serius karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas akan meningkatkan tingkat kesejahteraan, kesehatan bayi dan anak serta kesehatan reproduksi. Program KB di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957, namun masih menjadi urusan kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB selanjutnya digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Menurut World Health Organization (WHO) expert komite 1970, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mengatur jumlah kelahiran, Ratna Novalia Sari (2015) menyebutkan bahwa Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan. Namun keuntungan dari kontrasepsi tersebut bertujuan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengontrol waktu keahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menunjukan bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 pasangan usia subur (PUS) yang merupakan peserta KB baru, dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi hormonal suntikan. Oleh karena itu sebelum PUS menggunakan alat kontrasepsi sebaiknya diperlukan pertimbangan mengenai efek samping yang akan timbul terhadap fungsi reproduksi dan juga kesejahteraan umum. Salah satu alasan penghentian atau perubahan penggunaan alat kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan tersebut. Penggunaaan alat kontrasepsi hormonal dapat menimbulkan berbagai efek samping yang salah satu di antaranya adalah perubahan berat badan akseptor. Hal ini disebabkan oleh hormon progesteron yang mempermudah terjadinya perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah jaringan kulit bertambah. Penambahan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan oleh akseptor kontrasepsi hormonal terutama kontrasepsi hormonal suntik KB Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA). Beberapa studi penelitian didapatkan peningkatan berat badan akibat penggunaan kontrasepsi DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh dan adanya hubungan dengan regulasi nafsu makan. Salah satu studi menemukan peningkatan nafsu makan yang dilaporkan sendiri oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi DMPA setelah 6 bulan. Hal ini dapat dihubungkan dengan 100 kandungan pada DMPA yaitu hormon progesteron, yang dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan nafsu makan. PENGERTIAN KONTRASEPSI Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindar dan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara,dapat pula bersifat permanen.Efektivitas kontrasepsi adalah keunggulan carakontrasepsi tertentudalam mencegah kehamilan dalam kenyataan penggunaan sehari-hari dayaguna kontrasepsi terdiri atas daya gunateoritis atau fisiologik (theoreticaleffectiveness),daya guna pemakaian (use effectiveness) dan dayagunademografik (demografic effectiveness).Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibatdari penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh seriusterhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002). CARA KERJA KONTRASEPSI Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah tidak memiliki efek samping yang merugikan, lama kerja dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu persetubuhan, harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas, dapat diterima pasangan suami istri, tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang terlambat selama penatalaksanaan. SASARAN KONTRASEPSI Sasaran dalam penggunaan alat kontrasepsi yaitu : 1. Pasangan usia subur, semua pasangan usia subur yang ingin menunda, menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah anak; 2. Ibu yang mempunyai banyak anak dianjurkan memakai kontrasepsi untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang disebabkan karena faktor multiparitas (banyak melahirkan anak); 3. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan, Ibu yang mempunyai penyakit yang bisa membahayakan keselamatan jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan memakai kontrasepsi. FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI 101 Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode kontrasepsi yaitu efektifitas kontrasepsi progestin tinggi, efek samping minor (gangguan siklus haid, perubahan berat badan, keterlambatan kembalinya kesuburan dan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang), kerugian hanya sedikit dan jarang terjadi pada wanita yang mengunakan kontrasepsi progesterone, komplikasikomplikasi yang potensial, biaya kontrasepsi progesterone yang terjangkau. JENIS KONTRASEPSI Berbagai jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi: 1. Kontrasepsi Sterilisasi yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen, misalnya karena faktor usia. 2. Kontrasepsi teknik, dibagi menjadi : 1) Coitus Interruptus adalah ejakulasi yang dilakukan di luar vagina. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar. 2) Sistem kalendar adalah tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah ejakulasi. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat. 3) Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah selama tiga bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum air susu ibu (ASI) dan menstruasi belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi kehamilan. Tapi jika ibu hanya menyusui kurang dari enam jam per hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar. 3. Kontrasepsi mekanik, terdiri dari: 1) Kondom adalah suatu alat kontrasepsi yang terbuat dari latex. Terdapat kondom untuk pria maupun wanita serta berfungsi sebagai pemblokir sperma. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina. 2) Spermatisida adalah suatu bahan kimia aktif untuk membunuh sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina lima menit sebelum senggama. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang dari enam jam setelah senggama. 3) Vaginal diafragma adalah lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina enam jam sebelum senggama. Efektivitasnya 102 sangat kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. 4) Intra Uterine Device (IUD) atau spiral adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan dipasang di mulut rahim. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan di luar masa menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. 4. Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang cara kerjanya bersifat hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk/implan yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB atau spiral berhormon. Kontrasepsi hormonal terdiri dari: 1) Pil Kombinasi Oral Contraception (OC) Pil kombinasi merupakan kombinasi dosis rendah estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari progesteron saja merupakan penggunaan kontrasepsi terbanyak. 2) Koyo KB Digunakan dengan ditempelkan di kulit setiap minggu. Kekurangannya adalah menimbulkan reaksi alergi bagi yang memiliki kulit sensitif dan kurang cocok untuk digunakan pada daerah beriklim tropis. 3) Susuk KB ( Implan ) Implan terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsulnya berisi levornorgestrel sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 cm. Kapsul yang dipasang harus dicabut menjelang akhir masa 5 tahun. Terdapat dua jenis Implan yaitu Norplant dan Implanon. 4) Suntik KB Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Cara pemakaiannya dengan menyuntikkan zat hormonal ke dalam tubuh. Zat hormonal yang terkandung dalam cairan suntikan dapat mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. KONTRASEPSI HORMONAL KB hormonal adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang cara penggunaannya disuntikkan secara intramuscular (IM). Cara kerja KB suntik menurut Saifudin (2003), diantaranya adalah: menekan ovulasi, mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Komposisi suntik kombinasi terdiri dari 25 mg depo medroksi progesterone asetat dengan 5 mg estradiol sipinoat dan 50 mg norethindrone enantat dengan 5 mg etradiol valerat. Komposisi suntik progestin terdiri dari 150 mg depo medroksi progesterone asetat dan 200 mg depo norestisteron enantat. 103 Jenis KB suntik golongan progestin menurut Saifudin (2003) adalah 1). Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) mengandung 150 mg DMPA diberikan 3 bulan sekali secara intramuscular. Depo noretisterone (Depo Noristerate) yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan secara intramuscular. Cara kerja DMPA diantaranya adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat transportasi gamet oleh tuba, gangguan haid. Gejala dan keluhan biasanya yaitu amenorhoe (tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor mengikuti suntik KB), metrhoragia (perdarahan yang berlebihan diluar masa haid), spotting (bercak – bercak perdarahan diluar masa haid yang terjadi selala akseptor mengikuti KB suntik), menorrhagia (datangnya darah haid dalam jumlah banyak). Alat kontrasepsi hormonal suntik DMPA adalah satu-satunya kontrasepsi hormonal yang konsisten terkait dengan penambahan berat badan. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa wanita yang menggunakan Depo-Provera memperoleh penambahan berat badan ratarata sebesar 5,1 kg selama 36 bulan, sedangkan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi tidak mendapatkan kenaikan berat badan. Perdebatan mengenai meningkatnya berat badan sebagai akibat dari penggunaan DMPA-IM yang terus menerus, serta penambahan jumlah berat dilaporkan naik dari waktu ke waktu, bervariasi dari sekitar 1-2 kg setelah 1 tahun penggunaan menjadi antara 4- 10 kg setelah penggunaan yang lama sekitar 3- 5 tahun. Menurut WHO, dalam menyelidiki efek samping dan alasan penghentian DMPAIM menemukan bahwa wanita dewasa memperoleh rata-rata 1,9 kg pada tahun pertama penggunaan DMPA-IM, dan berat badan dikutip sebagai salah satu alasan utama untuk penghentian penggunaan DMPA-IM ini. Perhitungan untuk mengetahui berat badan normal (BBN) dihitung dengan mengurangi ukuran tinggi badan (dalam cm) dengan angka 100. Berat badan ideal (BBI) diperoleh dengan mengurangi BBN dnegan 10% dari BBN, sedangkan berat badan berlebih jika berat badan seseorang lebih dari 15% dari BBN. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan berat badan seseorang menurut Wijayanti (2006) adalah: 1. Herediter Kencenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu telah lama diketahui. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan keluarga makan banyak dan berkali-kali tiap harinya. Dengan demikian masukan energi tiap harinya melebihi kebutuhannya. 2. Bangsa atau suku Pada bangsa atau suku tertentu kadangkadang terlihat lebih banyak anggotaanggotanya yang menderita obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan faktor yang lebih menonjol. Keturunan atau latar belakang kebudayaan seperti biasa makan makanan yang mengandung banyak energi, tidak berolah raga dan sebagainya. 104 3. Gangguan emosi Gangguan emosi merupakan sebab terpenting obesitas pada remaja. Pada anak yang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Adanya kebiasaan makanan yang terlampau banyak akan menghilang dengan menyembuhnya gangguan emosi yang dideritanya. 4. Fisiologi Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia dan ini sering meningkatkan berat badan pada usia pertengahan. METODE OPERATIF WANITA ( MOW ) KONDOM Kondom adalah alat kontrasepsi bagi pria yang digunakan pada alat kelamin, terbuat dari karet tipis, kulit, lateks dan plastik. Kondom ini berguna untuk mencegah pertemuan sel telur wanita dan sel mani dari laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Pembinaan akseptor yang dberikan yaitu 1. Acara pemakaian Sarungkan pada alat kelamin laki-laki saat dalam keadaan tegang, baru kemudian dilakukan hubungan kelamin. 2. Keuntungan 1) Mencegah kehamilan 2) Dapat dipakai sendiri 3) Mudah didapat 4) Praktis 5) Murah 6) Memberi perlindungan terhadap penyakit – penyakit akibat hubungan seks. 7) Dapat diandalkan karena cukup efektif 8) Sederhana, ringan disposable 9) Tidak mempunyai efek samping 10) Pria ikut secara aktif dalam program KB 3. Tempat memperoleh kondom 1) Apotik 2) Puskesmas 3) BPS 4) Toko obat 5) Cara pembuangan kondom yang benar 105 6) Jangan dibuang kedalam toilet 7) Jangan dibuang ke dalam selokan atau got/ parit 8) Jangan dilempar ke halaman 9) Dibakar bersama sampah 10) Bersihkan dulu ( cuci ), bungkus, ikat lalu masukkan ke tempat sampah 11) Ditanam PIL KB Pil KB berisi hormon estrogen dan progesteron yang berguna untuk mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita. Ada 2 macam kemasan pil, yaitu : 1) Kemasan berisi 21 Pil 2) Kemasan berisi 28 Pil Sebelum meminum pil KB, Kesehatan ibu perlu diperiksa terlebih dahulu. Jika menurut hasil pemeriksaan ibu bisa memakai pil KB barulah ibu dapat mulai minum pil KB. Untuk kemasan berisi 21 pil, tablet pertama diminum setiap hari ke lima haid. Untuk kemasan berisi 28 pil, tablet pertama diminum pada setiap hari pertama haid, mulai dari tanda panah. 1. Cara pemakaian Pil KB diminum setiap hari satu tablet secara teratur, tidak boleh lupa. Hanya dengan meminum pil secara teratur dapat diperoleh manfaat pil KB sebagai cara mencegah kehamilan. 2. Keuntungan 1) Pil KB manjur untuk mencegah kehamilan bila dipakai sesuai petunjuk, diminum setiap hari secara teratur. 2) Bila ingin mempunyai anak lagi, maka ibu bisa hamil kembali setelah pemakaian pil dihentikan. 3) Siklus haid teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid. 4) Mudah dihentikan setiap saat 3. Kerugian 1) Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari. 2) Pusing 3) Nyeri payudara 4) Mual, terutama pada 3 bulan pertama 5) Berat badan naik sedikit 4. Efek samping 106 1) Aminorea 2) Perdarahan/spotting 3) Berat badan meningkat 4) Jerawat 5) Mual/pusing/muntah 5. Tempat memperoleh Pil KB 1) Apotik 2) Klinik KB 3) Puskesmas 4) BPS 6. Yang perlu diingat 1) Bila sudah hampir habis segeralah minta kepada tempat pelayanan, supaya tidak tertunda. 2) Jangan lupa, pil KB harus diminum setiap hari secara teratur. 3) Apabila lupa, minumlah saat itu juga 1 tablet dan malamnya minum 1 tablet lagi 4) Apabila 2 hari lupa minum pil, pergilah ke klinik beritahukan kepada dokter atau bidan (jika sering lupa minum pil KB bisa terjadi kehamilan) 5) Apabila merasa pusing atau mual pil KB tetap diminum 6) Apabila tidak cocok memakai pil KB pergilah ke tempat pelayanan untuk minta dibantu dokter atau bidan. Mungkin perlu ganti cara KB lainnya 7) Bagi aseptor yang cocok, pil KB bisa dipakai dalam jangka waktu cukup lama SUNTIKAN KB Kontrasepsi yang berisi depo medroksiprogesteron asetat (DMPA), estradiol sipionat (cycloferm), noretindron enatat(NETEN). Tekhnik penyuntikan ialah seca intramuskulus dalam, di daerah muskulus gluteus maksimus atau deltoideus. 1. Keuntungan a. Praktis b. Pencegahan kehamilan jangka panjang c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri 2. Kerugian a. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian b. Gangguan haid c. Harus disuntik setiap bulan 107 3. Efek samping a. perdarahan bercak (spotting) b. aminorea c. peningkatan berat badan d. Pusing e. Timbulnya jerawat f. Tempat memperoleh pelayanan kontrasepsi suntikan 4. Klinik KB a. Puskesmas b. BPS c. Rumah sakit 5. Penting untuk diingat a. Suntikan KB diberikan saat ibu sedang haid, terutama untuk memastikan bahwa saat suntikan itu diberikan ibu sedang tidak hamil b. Sebelum diberi suntikan KB, kesehatan ibu harus diperiksa dulu, yaitu vital signnya c. Suntikan KB dapat diberikan sambil duduk atau berbaring d. Jika suami pergi selama satu bulan hingga tiga bulan atau lebih, ibu tetap harus mendapat suntikan KB secara teratur e. Terdapat kemungkinan ibu mengalami gangguan seperti nyeri pada perut, hal ini adalah efek samping dari pemakaian suntikan KB. Pergilah ketempat pelayanan kesehatan, untuk mendapatkan nasihat atau bantuan bidan atau dokter. IUD / AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM) IUD (Intra Uterin Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah alat kontrasepsi yang ditempatkan di dalam rahim yang berjangka panjang dapat sampai 10 tahun dan dapat dipakai oleh semua usia perempuan usia reproduksi. IUD mencegah pertemuan sel sperma dengan sel telur sehingga kehamilan tidak terjadi.Ada beberapa macam IUD : a. Bentuk seperti spiral, namanya lippes loop b. Bentuk seperti huruf T dan dililiti tembaga, namanya cooper-T c. Berbentuk seperti pohon kelapa atau kipas terbuka dan dililiti tembaga, namanya multi load 1. Cara kerja IUD IUD mencegah pertemuan sel sperma dengan sel telur sehingga kehamilan tidak terjadi. 108 2. Cara pemakaian IUD IUD dipasang pada rongga rahim wanita pada saat sedang haid atau pada masa nifas. Pemasangan dilakukan oleh dokter atau bidan yang terlatih. 3. Keuntungan a. Praktis tidak perlu mengingat ingat b. Ekonomis c. Aman d. Efektif untuk proteksi jangka panjang e. Tidak mengganggu hubungan suami istri f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI 4. Kerugian a. Rasa nyeri atau mulas beberapa saat setelah pemasangan b. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, karena petugas kesehatan yang sudah terlatih yang dapat melepas AKDR c. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukannya, perempuan harus memasukkas jarinya ke dalam vagina, sebagian besar perempuan tidak mau melakukan. 5. Efek samping a. Perdarahan b. Infeksi c. Kram/nyeri haid d. Keputihan 6. Tempat memperoleh pelayanan IUD a. Puskesmas b. Klinik KB c. BPS d. Dokter kandungan e. Rumah sakit 7. Penting untuk diingat a. Mengecek kesehatan umum ibu ( vital sign) sebelum pemakaian IUD 109 b. Pemasangan IUD dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih IMPLANT atau AKBK (alat kontrasepsi bawah kulit) Implant atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang terdiri dari enam kapsul kecil berisi hormon lovonorgestrel, implant dipasang di bawah kulit lengan atas bagian dalam, implant dipakai selama lima tahun. a. Cara kerja kontrasepsi implant Keenam kapsul implan secara tetap melepaskan sejumlah hormon yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur dan mengentalkan lendir pada mulut rahim, sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim. Hormon ini juga dapat menipiskan selaput lendir rahim sehingga hasil pembuahan tidak dapat tertanam di dalam rahim. b. Keuntungan a. Perlindungan jangka panjang (5 tahun) b. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan c. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam d. Tidak mengganggu kegiatan senggama e. Dapat dicabut setiap saat saat sesuai dengan kebutuhan c. Kerugian a. Harus diinsisi/ dilukai kecil untuk memasukkan implant b. Nyeri didaerah pemasangan implant d. Efek samping a. Aminorea b. Perubahan berat badan c. Jerawat d. Mual dan muntah e. Pusing dan sakit kepala e. Tempat memperoleh pelayanan IUD a. Puskesmas b. Klinik KB c. BPS/ RB d. Rumah sakit 110 f. Yang perli diingat a. Sebelum pemasangan implant, kesehatan umum (vital sign) klien harus diperiksa terlebih dahulu b. Sesudah pemasangan implan, kemungkinan ibu mengalami rasa nyeri pada tempat pemasangan. Biasanya hanya sebentar, tidak perlu khawatir, dan jangan diapa-apakan. Jika tidak tertahankan segera pergi ke tempat pelayanan kesehatan untuk meminta bantuan bidan atau dokter c. Selama 3 hari sesudah pemasangan. Ibu diperbolehkan mandi tetapi jaga supaya daerah tempat pemasangan tetap kering d. Jika ada keluhan, pergilah ke tempat pelayanan kesehatan agar dapat ditolong oleh dokter atau bidan e. Sesudah lima tahun, segeralah menuju tempat pelayanan kesehata karena keenam kapsul itu harus dicabut. Jika masih menginginkan kontrasepsi implant dokter atau bidan akan menggantinya dengan yang baru. MOW / STERILISASI Merupakan metode pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Cara Kerja Tubektomi menghambat sperma karena saluran sel telur tertutup. Tubektomi/MOW adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita atau saluran bibit pria yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW ( Metoda Operasi Wanita ) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Metode operasi wanita MOW atau tubektomi merupakan metode yang paling efektif, murah, aman dan permanen. Sebagai dasar dalam melaksanakan MOW yaitu dengan menggunakan formula 100 dengan memperhatikan faktor umur dan paritas. Adanya kedua faktor tersebut, maka penulis merasa tertarik melakukan suatu penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan MOW untuk pada pasangan usia subur dengan dibatasi pada faktor umur ibu dan paritas. Tubektomi merupakan tindakan operasi dengan memotong atau mengikat bagian saluran yang dilalui sel telur, untuk mencegah agar tidak terjadi pembuahan (kehamilan), ( Anonimus 2001 ). Ada beberapa macam operasi pada organ kelamin wanita yang dapat mempengaruhi fungsi fisologis hewan yaitu : tubektomi, ovario histerektomi ( OH ), dan histerektomi ( Archibald, 1974 ). Operasi tubektomi ( begitu juga vasektomi ) tidak ada hubungannya dengan naik atau turunnya gairah seksual pada wanita, prosedur tubektomi dilakukan melalui laparotomi dengan anestesi 111 umum dan laparotomi juga memerlukan fasilitas ruang operasi dan peralatan medis yang lengkap ( Anonimus, 2001 ). Alat kelamin Wanita terdiri atas sepasang ovarium atau penghasil sel telur, ovarium mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai organ eksokrin yang menghasilkan gamet ( oosit ) dan organ endokrin yang menghasilkan hormone ( estrogen dan progesterone). Sebagai organ eksokrin, ovarium bertanggung jawab untuk diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan kesuksesan perkembang biakan spesies ( Siregar, 2006 ). Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii yang merupakan tempat fertilisasi dan memberikan nutrisi dan faktor–faktor pertumbuhan untuk mendukung atau menstimulasi perkembangan awal embrio. Oviduct menerima oosit yang diovulasikan dan mentransfernya menuju uterus (Toelihere, 1985 ). a. Keuntungan 1) Permanen dan efektif. 2) Tidak mempengaruhi proses menyusui 3) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal 4) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%. 5) Tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak mengganggu hubungan seksual. b. Kerugian Tubektomi : 1) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan 2) Tidak bisa mempunyai anak lagi c. Efek samping 1) Demam pasca operasi 2) Rasa sakit pada lokasi pembedahan 3) Perdarahan superfisial d. Tempat mendapatkan pelayanan kontrasepsi Tubektomi Di rumah sakit e. Yang perlu diingat 1) bagi wanita usia subur berumur diatas 26 tahun , dan sudah punya anak cukup ( 2 anak ), anak terkecil harus berusia minimal 5 tahun. 2) Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan lambung agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa 3) Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai 4) Harus mendapatkan persetujuan dari masing-masing pasangan 112 f. Indikasi Seminar kuldoskopi Indonesia pertama (1972) telah mengambil keputusan tentang indikasi tubektomi sebagai berikut : 1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup 2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup 3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup 4. Keputusan ini dikenal denga keputusan 100 ( umur ibu x banyaknya anak = 100 ) Pada konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela indonesia di medan ( 3-5 juni 1976 ) dianjurkan pada umur antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: 1. Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih 2. Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih 3. Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih g. Cara tubektomi 1. Saat operasi Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval sesudah keguguran tubektomi dapat langsung dilakukan. Dianjurkan agar tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin. Tubektomi pada persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba, infeksi dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke 7-10 pasca persalinan. Tubektomi setelah hari itu akan lebih sulit dilakukan karena alat-alat genital telah menciut dan mudah berdarah. 2. Cara mencapai Tuba Cara-cara yang dilakukan di indonesia saat ini ialah dengan laparotomi, laparotomi mini, dan laparoskopi. 3. Laparotomi Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa pasca persalinan, merupakan cara yang banyak dilakukan di Indonesia sebelum tahun 70an. Tubektomi juga dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea, dimana kehamilan selanjutnya tidak diinginkan lagi, sebaiknya setiap laparotomi harus dijadikan kesempatan untuk menawarkan tubektomi. 4. Laparotomi mini 113 Laparotomi khusus tubektomi ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut yang masih longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1-2 cm dibawah pusat. Kalau tubektomi dilakukan pada 3-5 hari postpartum, maka dapat dilakukan insisi mediana karena uterus dan tuba telah berinvolusi. Dilakukan insisi mediana setinggi 2 jari dibawah fundus uteri sepanjang 1-2 cm. 5. Laparoskopi Laparoskop dimasukkan ke dalam selubung dan alat panggul diperiksa. Tuba dicari dengan menggunakan manipulasi uterus dari kanula rubin, lalu sterilisasi dilakukan dengan menaggunakan cincin folope yang dipasang pada pars ampularis tuba. Setelah yakin tidak terdapat perdarahan, pnemoperitonium dikelurkan dengan menekan dinding perut. Luka ditutup dengan 2 jahitan subkutikuler, lalu dipasang band aid. Pasien dapat dipulang 6-8 jam. 6. Cara penutupan Tuba Cara tubektomi yang dapat dilakukan adalah cara Pomeroy, Kroener, Irving, pemasangan cincin folope, klip filshie, dan elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba. 1) Cara Pomeroy Tuba dijepit kira-kira pada pertengahan, kemudian diangkat sampai melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai Catgut biasa no.0 atau no.1. lipatan tuba kemudian dipotong di atas ikatan catgut tadi. Tujuan pemakaian catgut biasa ini ialah lekas diabsorpsi, sehingga kedua ujung tuba yang di potong lekas menjauhkan diri, dengan demikian rekanalisasi tidak dimungkinkan. 2) Cara Kroener Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat dengan sehelai benang sutera, atau dengan catgut yang tidak udah diabsorpsi. 3) Cara Irving Tuba dipotong pada pertengahan panjangya setelah kedua ujung potongan diikat dengan catgut kronik no.0 atau no.00. ujung potongan proksimal ditanamkan di dalam miometrium dinding depan uterus. Ujung potogan ditanamkan di dalam ligamentum latum. Dengan cara ini rekanalisasi spontan tidak mungkin terjadi. Cara tubektomi ini hanya dapat dilakukan pada laparotomi besar seperti seksio sesarea. 4) Pemasangan Cincin Falope Cincin falope ( yoon ring ) terbuat dari silikon, dewasa ini banyak digunakan. Dengan aplikator bagian ismus uba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesuah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi jibrotik. Cincin falope dapat dipasang pada laparotomi mini, laparoskopi atau dengan laprokator. 114 5) Pemasangan Klip Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh kerusakan minimal agar dapat dilakukan rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip filshie mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tua yang edema. Klip Hulka-clemens digunakan dengan cara menjepit tuba. Oleh karena klip tidak memperpendek panjang tuba, maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan. 6) Elektro-koagulasi dan Penutupan tuba Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparoskopik. Dengan memasukkan grasping forceps melalui laparoskop tuba dijepit kurang lebih 2 cm dari kornua, diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul lanilla, kemudian dilakukan kauterisasi. Tuba terbakar kurang lebih 1 cm ke proksimal, dan distal serta mesosalping terbakar sejauh 2 cm. Pada waktu kauterisasi tuba tamapak menjadi putih, menggembung, lalu putus. Cara ini sekarang banyak ditinggalkan. 7. Tindak lanjut Minggu pasca operasi, pemeriksaan adanya keluhan nyeri perut, tekanan darah, nadi, suhu dan pemeriksaan perut dengan palpasi, tidak dilakukan pemeriksaan dalam. 1 bulan pasca operasi, diperlukan pemeriksaan tentang haid, periksa dalam dan bila perlu dilakukan patensi tuba. 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun pasca operasi ádalah untuk mengetahui keadaan haid, kemungkinan komplikasi, kemungkinan hamil, keehatan badan, hubungan seks dan perkawinan. PEMBINAAN AKSEPTOR KB MELALUI KONSELING Penyuluhan KB adalah kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan masyarakatguna mewujudkan keluarga berkualitas. Tugas penyuluhan KB meliputi persiapan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan dan pembinaan generasi. Dalam pembinaan pada akseptor KB sangat penting terutama pada pasangan usia subur yang baru menikah dalam penggunaan alat kontrasepsi dengan tujuan memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB serta penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut ada tiga fase, yaitu fase menunda kesuburan, fase menjarangkan kehamilan, fase mengakhiri kesuburan atau kehamilan. Yang pertama adalah fase menunda kehamilan yaitu dimana PUS akan menunda kehamilan dengan usia istri kurang dari 20 tahun. Kedua adalah fase menjarangkan kehamilan yaitu menjarangkan kehamilan dengan memberi jarak kelahiran anak 2 – 4 tahun dan periode usia istri antara 20 – 30 atau 35 tahun. Ketiga yaitu fase 115 mengakhiri kehamilan yaitu keadaan dimana mengakhiri kesuburan atau kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak dengan periode usia istri diatas 30 tahun. Pembinaan akseptor KB melalui konseling. Langkah konseling KB dengan SATU TUJU SA : Sapa dan Salam T : Tanya n informasi tentang dirinya U : Uraikan TU : Bantu u klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya 116