A. DINAMIKA KEPENDUDUKAN Penduduk adalah populasi

advertisement
A. DINAMIKA KEPENDUDUKAN
Penduduk adalah populasi manusia yang menempati area atau wilayah tertentu dalam kurun
waktu tertentu. atau Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat
oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus /
kontinu.
Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk adalah dinamika penduduk yang menunjukkan jumlah penduduk terus
meningkat.
Dinamika penduduk di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1. Kelahiran atau natalitas
Angka kelahiran atau natalitas adalah bilangan yang menunjukkan jumlah kelahiran
hidup dari tiap 1.000 penduduk per tahun. Atau jumlah kelahiran yang terjadi pada suatu
daerah tertentu dan tahun tertentu per 1000 penduduk.
Rumus: jumlah bayi lahir hidup / jumlah penduduk dalam tahun tersebut x 1.000
Kriteria angka kelahiran per tahun:
a. tinggi, angka natalitas >30
b. sedang, angka natalitas 20 – 30
c. rendah, angka natalitas <20.
2. Kematian atau mortalitas
Angka kematian atau mortalitas adalah bilangan yang menunjukkan jumlah kematian dari tiap
1.000 penduduk per tahun. Atau jumlah kematian yang terjadi pada suatu daerah tertentu dan
tahun tertentu per 1000 penduduk.
Rumus: jumlah kematian / jumlah penduduk dalam tahun tersebut x 1.000
Kriteria angka kematian per tahun:
a. tinggi, angka mortalitas >18
b. sedang, angka mortalitas 14 – 18
c. rendah, angka mortalitas <14.
3. Migrasi atau perpindahan
-
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain.
-
Macam migrasi: emigrasi, imigrasi, urbanisasi, remigrasi, transmigrasi
1
Total fertility rate (TFR)
Rata–rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksinya,
bila ia menyesuaikan diri dengan age-spesific fertility rate, dinyatakan: per 1000 wanita.
Kematian ibu/maternal death (WHO):
Kematian seorang ibu yang sedang hamil atau dalam waktu 42 hari setelah pengakhiran kehamilan,
tidak tergantung dari umur maupun letak kahamilanya, oleh setiap sebab yang berhubungan atau
bertambah berat oleh kehamilanya atau penangananya, tetapi bukan karena sebab – sebab
kecelakaan atau sebab – sebab insidentil.
Kelahiran hidup/ live births (WHO)
Adanya tanda- tanda kehidupan saat fetus dipisahkan dari ibunya.
Kelahiran mati/ fetal deaths (WHO)
Tidak ada tanda” kehidupan saat fetus dipisahkan dari ibunya.
B. FAKTOR–FAKTOR DEMOGRAFI YANG MEMPENGARUHI LAJU PERTUMBUHAN
PENDUDUK
Faktor utama demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut:
1. Kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian
bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian
caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat
dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu : kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat
kematian (anti mortalitas).
a. Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini
adalah:
1) Sarana kesehatan yang kurang memadai.
2) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
3) Terjadinya berbagai bencana alam
4) Terjadinya peperangan
5) Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industry
6) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
b. Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:
2
1) Lingkungan hidup sehat.
2) Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
3) Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
4) Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
5) Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
Ada beberapa jenis perhitungan angka kematian yaitu:
a) Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate/CDR )
Angka kematian kasar adalah yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000
penduduk tiap tahun tanpa membedakan usia dan jenis kelamin tertentu.
b) Angka Kematian Khusus Menurut Umur Tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR)
Angka kematian khusus menurut umur tertentu dapat digunakan untuk mengetahui
kelompok-kelompok usia manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada
kelompok usia tua atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda
jauh lebih rendah.
c) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR)
Angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian bayi tiap seribu
bayi yang lahir.
Bayi adalah kelompok orang yang berusia 0-1 tahun. Besarnya angka kematian bayi dapat
dijadikan petunjuk atau indikator tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
Pada umumnya bila masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat
kematian bayi tinggi.
Selain perhitungan di atas dihitung pula angka kematian ibu waktu melahirkan dan angka
kematian bayi baru lahir.
Untuk angka kematian bayi ukurannya sebagai berikut :
-
Rendah, jika IMR antara 15-35
-
Sedang, jika IMR antara 36-75.
-
Tinggi, jika IMR antara 76-125.
2. Kelahiran ( Natalitas )
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat
kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas).
3
a. Faktor- faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain :
1) Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu
2) Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
3) Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
4) Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
5) Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak
laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Faktor pro natalis mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar.
b. Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalis)
a) Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak
b) Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi
laki-laki minimal berusia 19 tahun.
c) Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
d) Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan
hanya sampai anak ke – 2.
e) Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.
Faktor – faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain :
1) Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau
kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan
sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak
2) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula
penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah
anak secara rasional.
3) Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena
merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka
penduduknya menjadi banyak.
4) Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan
jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang
akan mengurangi angka kelahiran
4
5) Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai
anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki
lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan
anak laki-laki atau sebaliknya.
6) Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik
memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan
menambah pula jumlah kelahiran.
7) Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi
dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan
orang-orang tua usia).
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (Fertilitas).
Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000
penduduk dalam waktu satu tahun.
Pengukuran Fertilitas tidak sesederhana dalam pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan
adanya alasan sebagai berikut :
1. Sulit memperoleh angka statistik lahir hidup karena banyak bayi – bayi yang meninggal
beberapa saat setelah kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian
dan sering dicatatkan sebagai lahir mati.
2. Wanita mempunyai kemungkinan melahiran dari seorang anak ( tetapi meninggal hanya
sekali )
3. Makin tua umur wanita tidaklah berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak makin
menurun.
4. Di dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita
mempunyai kemungkinan untuk melakukan.
C. TRANSISI DEMOGRAFI
Transisi Demografi adalah proses perubahan kematian dan kelahiran yang berlangsung dari
tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah dalam suatu kurun waktu pada masyarakat tertentu.
Transisi Demografi muncul akibat perubahan yang terjadi di masyarakat, diantaranya adalah
masalah sosial ekonomi yang memiliki hubungan timbal balik terhadap kesehatan.
5
Dalam Transisi Demografi menurut Bogue (1965) tahap transisi adalah sebagai berikut:
1. Pratransisi (Pre-Transitional)
Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi. Pertumbuhan berada
pada tingkat yang tinggi dan berlangsung lama. Tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan karena pada saat itu belum ada sanitasi, transportasi dan
pengobatan modern. Dengan tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai sesuatu yang tidak
memaksa masyarakat untuk menganut nilai-nilai sosial budaya yang mendukung adanya tingkat
kelahiran yang tinggi sebagai imbangan agar dapat mempertahankan keturunan.
2. Tahap Transisi (Transitional)
Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas tinggi dan mortalitas rendah. Tingkat kematian
(mortalitas) mulai rendah sebagai akibat dari proses pembangunan ekonomi dan mulai
meningkatnya taraf hidup. Akan tetapi, pada tahap ini tingkat kelahiran (fertilitas) masih tinggi
meskipun sudah ada kecenderungan untuk turun, tetapi tingkat penurunanya masih lebih rendah
dibanding dengan penurunan tingkat kematian. Hal ini disebabkan nilai budaya pada waktu itu
mendukung tingkat kelahiran yang tinggi sudah membudaya dan melembaga sebagai suatu
kepercayaan, sikap dan nilai serta tergolong sulit untuk berubah.
3. Tahap Pasca Transisi (Past Transitional)
Dinyatakan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas sudah rendah. Tiap individu secara
sadar sudah mulai mengendalikan tingkat kelahiran. Pengendalian secara sadar inilah yang
menjadi ciri pokok dari tahap transisi akhir pada transisi demografi. Selama tahap ini
berlangsung tingkat kelahiran terus turun secara perlahan menuju tingkat keseimbangan dan
tingkat kematian yang sudah rendah. Hampir semua masyarakat mengetahui cara pemakaian
alat kontrasepsi. Tingkat kelahiran dan kematian mendekati keseimbangan, pertumbuhan
penduduk amat rendah dalam jangka waktu yang panjang.
Penyebab terjadinya Transisi Demografi
1. Tingkat Kesehatan
Rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia dikarenakan pemerintah tidak bisa
menempatkan orang yang benar-benar mengerti tentang kesehatan program yang dipaksakan
yang jelas tidak bisa dijelaskan tetapi anggarannya banyak. Puskesmas daerah yang banyak
menyerap anggaran hanya membuat laoran di atas meja setiap tanggal 20-25 untuk tutup buku
akhir bulan, di lapangan satu kerja bisa dilaksanakan lima program dan dapat tanda tangan
sekali jalan tanpa mau tahu programnya.
6
2. Keadaan Geografis
Keadaan geografis suatu tempat dapat dilihat dari kenyataannya di muka bumi atau letak
suatu tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya. Keadaan ini ditentukan oleh
fenomena-fenomena geografis yang membatasinya.
3. Kebijakan Politik
Dalam lingkungan politik terdiri dari hukum, badan hukum, dan pemerintah. Hal ini
sangat mempengaruhi keputusan pemasaran karena lembaga politik dapat membatasi suatu
organisasi dalam masyarakat.
4. Kemajuan IPTEK
Adanya perkembangan IPTEK dan obat-obatan menjadikan perubahan gaya hidup yang
ada di masyarakat. Sehingga menyebabkan dinamika tingkat kematian (mortalitas) dan tingkat
kelahiran (fertilitas).
5. Perubahan pola pikir di masyarakat
Di dalam masyarakat selalu terdapat tentang apa yang disebut gejala alam dan gejala
sosial. Dimana gejala-gejala tersebut akan menghasilkan pola-pola tertentu yang bisa
digunakan untuk membantu kita memahami gejala-gejala lain yang sifatnya lebih kontekstual.
D. MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
1. Jumlah dan Pertumbuhan Pendudukan
Tabel grafik Peningkatan Jumlah Populasi Penduduk Indonesia yang sumber datanya diambil
dari Badan Sensus Penduduk
Dari gambar tabel grafik Jumlah Penduduk Indonesia yang bersumber dari Badan Sensus
Penduduk kita mengetahui bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat.
Karena pada zaman Orde Lama saja Jumlah penduduk Indonesia 97,1 juta jiwa dan pada akhir
tahun 2010 jumlahnya dua kali lipat pnduduk jumlah penduduk Indonesia semenjak kemerdekaan
yakni degan jumlah 237,6 juta jiwa.
7
Dan disini kita dapat menganalisa pertambahan jumlah penduduk Indonesia. Dilihat dari
angka rata-rata kenaikan jumlah penduduk yang dalam setiap 10 tahun berkisar 32 juta jiwa. Maka
kita dapat mengambil kesimpulan pertambahan penduduk pertahunnya adalah 2,6 juta jiwa. Jadi
Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2013 sebesar 245,4 juta jiwa. Kemudian Jumlah Penduduk
Indonesia tahun 2014 sebesar 248 juta jiwa.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per tahun. Tingkat
pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kelahiran (fertilitas),
kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (mingrasi).
Masalah kependudukan di Indonesia pada saat ini menjadi sangat rawan bila tidak ada
usaha untuk mengelola ledakan penduduk dengan baik, yang merupakan bahaya besar untuk
kelangsungan hidup. kepadatan penduduk Indonesia tidak seimbang, walaupun sudah dilakukan
upaya pemerataan melalui program transmigrasi dan gerakan kembali ke Desa dan juga
pengendalian jumlah penduduk dengan program KB.
Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya Indonesia masih tergolong tinggi, bila tidak
di upayakan pengendaliannya akan menimbulkan banyak masalah. Masalah kependudukan di
Indonesia ini terdiri dari beberapa faktor yaitu masalah akibat angka kelahiran, masalah akibat
angka kematian, masalah komposisi jumlah penduduk, masalah angkatan kerja, masalah mobilitas
penduduk di Indonesia, masalah kepadatan penduduk di Indonesia, masalah perkawinan dan
perceraian.
2. Persebaran dan kepadatan penduduk
Permasalahan yang muncul adalah tidak meratanya kepadatan penduduk antar daerah di
Indonesia. Secara ekonomis, permasalahan yang muncul dari kondisi ini adalah, rendahnya
produktivitas daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah.
3. Struktur umur Penduduk
a. Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk utama. Pengelompokan
penduduk berdasarkan kedua karakteristik tersebut selalu diperlukan dalam menganalisis
data.
b. Melalui analisis komponen penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin disuatu daerah
atau negara, dapat dihitung berbagai perbandingan atau rasio.
4. Kelahiran dan Kematian
a. Kelahiran
Ukuran tingkat kelahiran yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka
kelahiran total Fertility Rate (TFR) dan angka kelahiran menurut umur atau Age specific
Fertility Rate (ASFR).
8
TFR merupakan ukuran tingkat kelahiran yang menunjukkan rata-rata jumlah anak
yang akan dilahirkan oleh seorang wanita, seandainya dia dapat hidup sampai akhir masa
reproduksinya (umur 15-49 tahun). Adapun pertimbangan penerapan metode tersebut antara
lain:
1) Karena tidak tersedianya data angka kelahiran secara lengkap dari hasil registrasi selama
periode tahun 1990-2000.
2) Dapat menghasilkan ukuran kelahiran menurut umur ibu (ASFR)
3) Paling memungkinkan untuk keperluan trend dna untuk menjaga kesinambungan data.
b. Kematian
Ukuran tingkat kematian yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka
kematian bayi atau infant mortality rate (IMR), karena IMR merupakan salah satu indikator
yang penting yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat.
Adapun pertimbangan penerapan metode tersebut antara lain adalah:
1) Karena tidak tersedianya data dasar kematian periode tahun 1990-2000
2) Dapat memberikan rujukan untuk setiap kelompok umur wanita
E. SEJARAH KB DI INDONESIA
Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatan-cacatan
dan tulisan-tulisan yang berasal dari mesir kuno, yunani kuno, Tiongkok kuno dan India, hal
ini telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu. Tetapi pada waktu itu cara-cara yang
dipakai masih kuno dan primitif.
Dalam sejarah manusia berabad-abad lamanya tidak seorangpun yang tahu bagaimana
terjadinya kehamilan. Waktu itu hubungan antara persetubuhan suami istri dengan kehamilan
tidak diketahui sama sekali, kehamilan disangka disebabkan oleh sesuatu yang masuk atau
termakan oleh wanita atau disebabkan oleh pengaruh matahari dan bulan atau hal-hal lainnya.
Maka dengan sendirinya cara keluarga berencana yang pertama dilakukan adalah dengan
jalan berdoa dan memakai jimat anti hamil, sambil meminta dan berharap supaya wanita itu
jangan hamil.
Kemudian disangka bahwa wanita menjadi hamil karena kemasukan roh halus kedalam
tubuhnya dan cara kontrasepsi adalah dengan memakai jimat anti hamil, atau jamu-jamuan
untuk mengusir roh dan badan halus tersebut.
Pada zaman Yunani kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang
cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan
membersihkan vagina dengan kain dan minyak. Ada pula yang memakai alat-alat yang dapat
9
menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim, umpamanya dengan memasukkan rumput,
daun-daunan, atau sepotong kain perca ke dalam vagina.
Menurut beberapa ahli, pada zaman mesir kuno, dari relief dan manuskrip berhuruf
hiroglif dijumpai keterangan mengenai cara orang Mesir kuno menjarangkan kelahiran.
Menurut ahli sejarah Avicena (Ibnu Sina), seorang tabib dan filsuf Arab zaman Persia telah
menganjurkan cara-cara menjarangkan kelahiran.
Pada Zaman Tiongkok kuno dan India kuno telah ada obat dan jamu yang maksudnya
untuk mencegah kehamilan. Sebenarnya pikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk
sudah timbul sejak lama diantaranya Plato (427-347) mengemukakan bahwa sebaiknya pranata
sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan keseimbangan antara kebutuhan dan jumlah
penduduk itu. Ibnu Khaldun (1332-1407), telah membahas tentang kesuburan wanita, kematian
ibu dan anak, masalah migrasi yang berkaitan dengan masalah sosial. Malthus (1766-1834)
setelah jaman industri di eropa mengeluarkan sebuah buku an Easy on the principle of
population (1798) yang prinsipnya menyatakan bahwa manusia jangan terlalu banyak
menghayal dengan kemampuan ilmu dan teknologi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
manusia yang pertumbuhannya sangat cepat.
Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk
mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang
khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat hindu bali sejak dulu hanya ada
nama untuk empat orang anak, mungkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan suami
istri mengatur kelahiran anaknya sampai empat.
Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu
sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu
masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama
perkumpulan keluarga Berencana Indonesia (PKBI ) dan bergerak secara silent operation
membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, jadi di Indonesia PKBI
adalah pelopor pergerakan keluarga Berencana nasional.
Untuk menunjang dalam rangka mencapai tujuan, berdasarkan hasil penandatanganan
Deklarasi Kependudukan PBB 1967 oleh beberapa Kepala Negara Indonesia, maka dibentuklah
suatu lembaga program keluarga Berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak
pelita 1 (1969) berdasar instruksi presiden nomor 26 tahun 1968 yang dinamai Lembaga
Keluarga Berencana Nasional (LKBN ) sebagai lembaga semi pemerintah.
Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan pemerintah melalui Keppres No. 8 tahun
1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN ) yang
bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan,
pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga Berencana.
10
Melalui Keppres no. 33 tahun 1972 dilakukan penyempurnaan struktur organisasi, tugas
pokok dan tata kerja BKKBN. Dengan Keppres no 38 tahun 1978 organisasi dan struktur
BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya masalah KB tetapi juga
kegiatan-kegiatan lain, yaitu kependudukan yang mendukung KB (beyond family planning).
Sesuai dengan perkembangan program pembangunan nasional, ditetapkan adanya Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH ) dengan Keppres no 25 tahun 1983 yang
bergerak langsung dalam bidang kependudukan, maka dilakukan lagi penyempurnaan
organisasi BKKBN dengan keppres no 64 tahun 1983 dengan tugas pokok adalah menyiapkan
kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan penyelenggaraan program secara menyeluruh
dan terpadu.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB Di Indonesia
1. Sosial Ekonomi
Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan
mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program
KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan
kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan
penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak
mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatau negara akan lebih baik
karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan
kesejahteraan dapat terjamin.
2. Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai
berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai
resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktorfaktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau
perubahan –perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana
tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode
kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan
bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi
tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode kontrasepsi.
4. Agama
11
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih
metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka
pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan
sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam tidak melarang metode kontrasepsi
secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak
teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama
haid mereka dilarang bersembahyang. Di sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang
mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi
masalah.
5. Status wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan
menggunakan berbagai metode kontrasepsi. Di daerah daerah yang status wanitanya
meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metodemetode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan.
Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan
dalam memperoleh berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan
suami sebelum layanan KB dapat diperoleh.
G. Organisasi-Organisasi KB Di Indonesia
a. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
PKBI merupakan salah satu LSM yang menjadi pelopor keluarga Berencana dan
berkomitmen meningkatkan status kesehatan reproduksi rakyat Indonesia.
1. Sejarah
Riwayat perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) adalah suatu riwayat
kepeloporan. Misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni
persoalan reproduksi, yang padanya melekat berbagai norms, tabu dan juga peraturanperaturan, Bagi pengerak-penggeraknya motivasi kemanusiaan, menolong sesama untuk
kesehatan dan kesejahteraan ekonomi, merupakan dorongan yang penting.
PKBI didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 bertempat di gedung IDI A Dr. Sam
Ratulangi 29 Jakarta, yang melibatkan tokoh-tokoh pendiri antara lain seperti DR
R.Soeharto, Ny. Dr. Hurustiati Soebandrio, Ny Nani Soewondo SH, Ny Untung, Ny
H.RABS Samsuridjal, Prof DR. Sarwono, Prawirohardjo , Ny Pojotomo, Dr. M. Judono,
Dr.R.Hanifa Winyosastro, Ny Roem, Dr. Koen S Martiono. Tokoh seperti Dr Abraham
Stone (telah meninggal) dan Mrs Dorathy Brush (juga telah wafat) bersama Dr. R Soeharto
(juga telah wafat) pernah menghadap Presiden Soekarno yang saat itu tetap tidak
membenarkan usaha keluarga berencana secara luas terbuka atau sebagai unsur politik
kependudukan, meskipun demikian beliau dapat menyetujui keluarga berencana dengan
cara tubektomi sekalipun demi kesehatan dan keselamatan sang ibu.
12
Pada tahu 1970 PKBI menjadi unit pelaksana dari program nasional yang dikoordiner
oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pada tahun 1970 PKBI
menjadi unit pelaksana dari program nasional yang dikoordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN).
2. Filosofi
Perkumpulan percaya bahwa keluarga adalah pilar utama untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera. Keluarga yang dimaksud ialah keluarga bertanggung jawab,
yaitu keluarga yang menunaikan tanggung jawab dalam dimensi kelahiran, pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan dan masa depan.
Dimensi Kelahiran : Artinya bahwa kelahiran anak dalam setiap keluarga terjadi atas
keinginan yang direncanakan. Dimensi Pendidikan artinya bahwa pendidikan dalam setiap
keluarga ditujukan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan dan
kepribadian, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk setiap anggota keluarga
serta dilaksanakan secara dialogis.
Dimensi Kesehatan, artinya bahwa kesehatan keluarga ditujukan untuk terpenuhinya
kebutuhan hidup sehat yang mengutamakan upaya pembebasan dari ketergantungan obatobatan kimiawi (lebih prefentif dari pada kuratif).
Dimensi Kesejahteraan artinya bahwa kesejahteraan itu mencerminkan martabat
manusia (human dignity) lebih daripada pemilikan harga (not having but being). Dimensi
Masa depan artinya bahwa masa depan anak itu ditentukan sendiri oleh mereka, dan bukan
oleh orang tuanya.
3. Misi
Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggung jawab dalam
keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan, dan
pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum dan secara khusus di
bidang kesehatan reproduksi.
4. Nilai
Tidak membedakan ras, agama, warna kulit, aliran politik, umur, jenis kelamin, status
ekonomi dan fisik. Melakukan pendekatan pelayanan yang manusiawi, holistic dan
berkelanjutan.
Berpegang
teguh
pada
semangat
profesionalisme,
kemandirian,
kepeloporan, dan kerelawanan, dan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan (not
merely to profit) Menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan, demokratisasi, dan keadilan
social.
13
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PKBI berbentuk vertical dari tingkat pusat, daerah/propinsi dan
cabang/kabupaten. Terdiri dari 2 kelompok pelaku organisasi yaitu kelompok pengambil
kebijakan umum (governing body) dan kelompok staf pelaksana (Executive Team) Untuk
membantu tugas mengambil kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan umum
(Governing Body) dan kelompok staf pelaksana (Executive Team), Untuk membantu tugas
mengambil kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan perkumpulan, dibentuk pula
Panitia Ahli yang terdiri dari para pakar dibidangnya dan sudah memahami PKBI dan dunia
LSM.
Struktur organisasi staf pelaksana dipimpin oleh Direktur pelaksana pusat, Direktur
Pelaksana diangkat dan bertanggung jawab kepada pengurus Nasional Khusus untuk
mengelola Wisma PKBI, Pengurus menunjuk langsung seorang Manager Wisma PKBI,
Pengurus langsung seorang Manager wisma dan bertanggung jawab kepada PHN.
Memperkuat kemampuan organisasi, membangun komunikasi internal dan eksternal
di semua tingkatan, meningkatkan profesionalisme dan memperluas akses ke sumbersumber dana dan pendukung lainnya.
Area Kegiatan Antara Lain :
a. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan perkumpulan di semua tingkat
dalam rangka mendapatkan dan menggali dana untuk pelaksanaan program-programnya.
b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia, baik bagi staf dan relawan melalui pelatihan
dan berbagai cara lain di perkumpulan maupun di lembaga lain.
c. Mengintensifkan bimbingan dan pertemuan-pertemuan teknis.
d. Mengembangkan dan menerangkan system Informasi management pada semua
tingkatan untuk memenuhi kebutuhan internal dan ekternal.
e. Memperkuat citra perkumpulan melalui pengembangan jaringan dengan pihak lain,
lembaga donor, pemerintah, media dan melalui penyebaran informasi mengenai konsep
"Keluarga Bertanggung Jawab" dan kegiatan-kegiatan perkumpulan.
f. Memperluas peran Perkumpulan untuk mengakomodasi kebutuhan pelatihan internal
dan eksternal. Mengembangkan alat management, khususnya pedoman supervises ke
cabang-cabang.
b. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
Keputusan Presiden no. 20 tahun 2000 mengatur tentang BKKBN. Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional yang selanjutnya disingkat BKKBN, adalah lembaga
Pemerintah Non-Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
14
kepada Presiden. BKKBN dipimpin oleh seorang Kepala yang dijabat oleh Mentri Negara
Pemberdayaan Perempuan.
Tugas BKKBN adalah merumuskan kebijakan pengelolaan dan koordinasi
pelaksanaan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera,
mengembangkan dan memantapkan peran serta masyarakat, meningkatkan kualitas
program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera serta pemberdayaan perempuan secara terpadu bersama instansi terkait.
1. Fungsi BKKBN
Penetapan kebijakan pengelolaan program keluarga berencana nasional dan
pembangunan keluarga sejahtera secara menyeluruh dan terpadu, sesuai dengan
kebijakan umum yang ditetapkan oleh Presiden.
Koordinasi dan penyelenggaraan management dan administrasi umum program
keluarga Berencana Nasional dan pembangunan Keluarga sejahtera Koordinasi dan
penyelenggaraan perencanaan program dan bantuan Luar negri serta mengumpulkan
data dan informasi Keluarga. Koordinasi dan penyelenggaraan, peningkatan peran serta,
masyarakat dalam program Keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga
sejahtera.
Koordinasi dan penyelenggaraan pembinaan program pembangunan keluarga
sejahtera. Koordinasi dan penyelenggaraan dan pembinaan program keluarga berencana
Nasional dan kesehatan Reproduksi. Koordinasi dan penyelenggaraan pelatihan
Nasional dan Internasional, Pengembangan program keluarga Berencana Nasional dan
pembangunan keluarga sejahtera, Koordinasi dan penyelenggaraan dan pengawasan
fungsional administrasi umum dan keuangan, ketenagaan dan materiel, serta
pengelolaan program keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
2. Susunan Organisasi BKKBN
Dalam penyelenggaraan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan
keluarga sejahtera, Koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh BKKBN,
sedangkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh uni-unit pelaksana, dan
pelaksana. Unit –unit pelaksana yang dimaksud adalah Departemen/instansi Pemerintah
pusat maupun Daerah yang atas dasar fungsional mengadakan usaha-usaha dan
mengambil bagian dalam penyelenggaraan program keluarga berencana nasional dan
pembagunan keluarga sejahtera.
Perkumpulan/Organisasi Masyarakat formal maupun informal dan pelaksanapelaksana lainnya yang atas dasar sukarela dan kemampuan sendiri menggadakan
15
usaha-usaha dan mengambil bagian dan penyelenggaraan program keluarga berencana
nasional dan pembagunan keluarga sejahtera.
H. PROGRAM KB DI INDONESIA
1. Pengertian KB
Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera.
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Menurut WHO (world health organisation) Expert Committe 1970 adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
1. Mendapatkan objektif – objektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
4. Mengatur interval di antara kehamilan
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
6. Menentukan jumplah anak dalam keluarga.
2. Tujuan Program KB
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan
visi dan misi program KB adalah “membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga
berkualitas 2015 dapat tercapai.”
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju
pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka
kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002).
16
 Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan
menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan
bila dirasakan anak telah cukup.
 Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya
keluarga bahagia.
 Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga
yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi
ekonomi (Suratun, 2008).
3. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Sasaran langsungnya
Sasaran langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
2. Sasaran Tidak Langsung
Sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan
tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
4. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB meliputi :
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
5. Pendidikan sex (sex education)
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
5. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
17
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian)
yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga
sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam
mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan menggerakkan
potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi
manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima
pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah
mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program
KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana
program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE
yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :
1. Tahap Perluasan Jangkauan
Pada tahap ini penggarapan program lebih difokuskan kepada sasaran:
a. Coverge wilayah
18
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada
penggarapan wilayah potensial seperti Jawa Bali, yaitu Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan
yang besar.
b. Coverage khalayak
Diarahkan pada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya pada tahap ini
pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.
2. Tahap pelembagaan
Pada tahap ini indikator kuantitatif kesertaan ber KB berada pada kisaran 45%-65% dengan
prioritas pada pelayanan kontrasepsi metodhe jangka panjang (MJP)
3. Tahap Pembudayaan Program KB
Pada tahap ini Coverge wilayah diperluas menjangkau propinsi-propinsi di seluruh Indonesia
sendagkan Coverge khalayak diperluas menjangkau sisa PUS yang menolak, oleh peserta itu
pendekatan program KB.
Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan
penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa
melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan
usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS)
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai calon
ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar
untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan
fungsi reproduksi.
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
19
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu:
pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan
gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.cPengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi
Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi
komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter berupa
pelatihan konseling dan keterampilan.
6. Dampak/Manfaat Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran
1. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya :
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam
jangka waktu yang terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang
cuku untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya
2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena
kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan
3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap
anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga
20
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih
baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan
keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata
4. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih
banyak waktu terluang untuk keluarganya
5. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya : Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota
keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan
21
KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI (KIE),
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING (KIP&K)
1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
Dalam upaya peningkatan status kesehatan remaja, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan materi KIE.
a. Tujuan KIE
Dalam program peningkatan status kesehatan reproduksi remaja, materi KIE sangat
berperan. Pada masa remaja, materi KIE sangat berperan. Pada masa remaja, mereka
cenderung bersifat ingin tahu tentang segala hal, termasuk masalah kesehatan reproduksi.
Keingintahuan itu antara lain mereka salurkan dengan membaca dan menonton, dari
manapun sumbernya, tanpa menyadari bahwa mungkin saja informasi tersebut salah dan
menyesatkan. Diharapkan peran media KIE penting untuk memberikan informasi yang
benar. Perlu diingat dalam membuat materi KIE untuk remaja, haruskah menarik sesuai
dengan jiwa remaja.
Tujuan penggunaan materi KIE untuk program remaja adalah :

Memberi informasi yang benar dan bertanggung jawab

Memberi motivasi pada remaja untuk mencari pertolongan bila menghadapi masalah

Agar remaja mempraktikkan perilaku hidup sehat

Mengadvokasi pihak lain sebagai pendukung perubahan
Media KIE yang digunakan dalam program kesehatan remaja, bukan hanya
ditujukan bagi remaja, namun juga pada pihak-pihak lain yang terkait dengan remaja.
Remaja adalah sasaran primer dalam penggunaan materi KIE dalam program kesehatan
remaja. Sasaran sekundernya adalah orang tua, guru, pemuka agama, pemuka adat, kader
LSM dan sebagainya. Sedangkan sasaran tersiernya antara lain adalah pemerintah daerah
dan pihak pemberi dana.
Materi KIE hanyalah berfungsi sebagai alat atau instrumen. Agar lebih efektif,
perlu dikombinasikan dengan materi KIE lain atau kegiatan promosi lain seperti pelatihan,
komunikasi interpersonal, konseling dan kampanye media.
22
b. Jenis-jenis KIE
Jenis-jenis kegiatan dalam KIE sebagai berikut:
1) KIE individu, suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan
individu sasaran program KB
2) KIE kelompok, suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan
kelompok (2-15 orang)
3) KIE massa, suatu proses KIE tentang program KB yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar
Materi KIE dapat berupa media cetak, media elektronik, maupun media luar ruang.
Contoh-contoh materi KIE antara lain:

buku pedoman

brosur

poster

radio/tv spot

VCD

Kaset

Billboard/reklame

Lembar balik
c. Prinsip langkah KIE
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah:
1) Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah
2) Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, sosial ekonomi
dan emosi) sebagaimana adanya
3) Memberikan penjelasan dengan bahassan yang sederhana dan mudah dipahami
4) Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan seharihari
5) Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu
2. Komunikasi Interpersonal Dan Konseling (Kip&K)
a. Pengertian
Komunikasi secara umum adalah proses di mana seseorang mengirimkan pesan
kepada orang lain. Pengiriman pesan biasanya dilakukan dengan menggunakan “kata” atau
“bahasa”. Agar suatu proses komunikasi dapat berlangsung, diperlukan adanya beberapa
23
unsur komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah komunikator, pesan, penerima/komunikan
dan umpan balik.
Komunikasi interpersonal adlah komunikasi satu orang ke orang lainnya, dua arah,
interaksi verbal (kata-kata yang diucapkan) maupun non-verbal (ekspresi muka, sikap
tubuh, dsb) yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan antara individu
dengan individu atau individu di dalam kelompok.
Konseling adalah proses pemberian bantuan dari petugas kesehatan kepada
kliennya, melalui pertemuan tatap muka. Petugas menyampaikan informasi yang tidak
memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu mengenali keadaan
dirinya dan masalah yang dihadapinya, sehingga diharapkan klien dapat membuat
keputusan yang tepat dan mantap bagi dirinya sendiri.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR).
b. Tujuan
1) Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan
memutuskan jenis kontasepsi yang akan digunakan sesuai degan pilihannya.
2) Dapat membuat klien merasa lebih puas.
3) Membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB.
4) Mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan
dan kepercayaan yang sudah ada.
5) Dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider.
6) Memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi
(informed choise) yang akan digunakannya.
Ciri-ciri konseling yang baik apabila:
1) Konselor memahami dan peduli pada klien, menimbulkan kepercayaan pada diri klien
2) Konselor memberikan informasi yang akurat dan berguna bagi klien
3) Konselor membantu klien untuk membuat keputusannya sendiri, berdasarkan informasi
yang jelas dan sesuai dengan perasaan, situasi dan kebutuhan klien
4) Konselor membatu klien untuk mengingat apa yang harus dilakukan
Hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi interpersonal terdiri dari 4 faktor,
yaitu:
1) Faktor penerima pesan, antara lain:

Perasaan, pikiran, kecurigaan

Tidak berkomunikasi pada pemberi pesan

Bukan penengar yang baik
24

Kondisi diri yang buruk (termasuk disini kurangnya daya tangkap, daya panca
indera)
2) Faktor yang ada pada pesan itu sendiri, misalnya:

Kurang jelas

Memiliki arti ganda

Kurang sistematis

Bahasa tidak lazim
3) Faktor komunikator

Cara berbicara tidak jelas, gagap dsb

Tidak bisa menyampaikan pesan secara baik

Bukan pendengar yang baik
4) Faktor lingkungan

Suasana bising

Tempat tidak privat
c. Jenis konseling
Kenyataan yang ada di lapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat di
jangkau oleh klien. Oleh karena itu tempat pelayanan konseling untuk melayani
masyarakat yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat pelayanan
konseling, yaitu:
1) Konseling KB di lapangan (nonklinik)
Dilaksanakan oleh para petugas di lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, Sub
PPKBD, dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas
utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun
secara perseorangan. Adapun informasi yang diberikan mencangkup:
-
Pengertian manfaat perencanaan keluarga
-
Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat
-
Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat,
kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikasi, tempat
kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan, serta biaya)
2) Konseling KB di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan para medis terlatih di klinik yaitu dokter, bidan,
perawat serta bidan di desa. Pelayanan konseling yang dilakukan di klinik diupayakan
agar diberikan secara perseorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik
dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling di lapangan,
mencangkup hal-hal berikut:
-
Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien
25
-
Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi
kesehatannya
-
Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak
sesuai dengan kondisi kesehatannya
-
Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika
klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui
masalah kesehatan lain
-
Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak
mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya
d. Langkah-langkah dalam konseling KB
Seorang konselor harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Mempunyai ilmu (knowledge)

Mempunyai keterampilan (skill)

Mengerti/mampu bersikap (attitude) dengan tepat & adekuat
Konseling yang baik mempunyai 6 langka kunci, yang dapat disingkat sebagai GATHER
atau SATU TUJU.
G – Greet
(Berikan salam)
A – Ask
(Tanyakan apa masalah klien)
T – Telling
(Ungkapkan informasi sesuai kebutuhan klien)
H – Help
(Bantu klien mencapai keputusan)
E – Explaining
(Jelaskan agar klien ingat)
R – Return
(Undang klien untuk ulang)
Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:

SA: Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada
klien apa yang perlu di bantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu kien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepntingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan
diri kita didalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.
26

U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang
paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis
kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang
ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan
uga mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.

TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka.
Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap
setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan
tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan: apakah anda sudah memutuskan
pilihan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan?

J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah
klien
memilih
jenis
kontrasepsinya,
jika
diperlukan
perlihatkan
alat/obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan
bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda
metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual
(IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji
klien apabila dapat menjawab dengan benar.

U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien
akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.
3. Informed Choise
Klien dengan informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB, karena:

Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang memilih kontrasepsi
didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap melalui
KIP/K

Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci yang baik
menuju pelayanan KB yang berkualitas

Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami kontrasepsi
yang akan dipakainya
27

Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan kegagalan
tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan dipilihnya

Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan masyarakat

Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan cepat
berobat ke tempat pelayanan

Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan pemakaian
kontrasepsinya
Saat ini sudah tersedia Lembar Balik yang dikembangkan WHO dan telah diadaptasi untuk
Indonesia oleh STARH untuk digunakan dalam konseling. ABPK (Alat Bantu Pengambil
Keputusan) membantu petugas melakukan konseling sesuai dengan standar dengan adanya
tanda pengingat mengenai keterampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa
yang perlu diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. ABPK sekaligus mengajak
klien bersikap lebih partisipatif dan membantu klien untuk mengambil keputusan.
4. Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar
informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang kan dilakukan terhadap klien tersebut.
Setiap tindakan medis yang mengandung risiko harus dengan persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan
dalam keadaan sadar dan sehat mental.
I.
PERENCANAAN KELUARGA
 Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid yang pertama
(menarche)
 Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai menopause
 Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya risiko paling rendah untuk ibu dan anak, antara 20-35
tahun
 Persalinan pertama dan kedua paling rendah risikonya
 Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun
Dari faktor-faktor tersebut di atas maka kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai berikut
:
28
Pemilihan Kontrasepsi yang rasional
II. PENAPISAN KLIEN
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi (misalnya pil KB,
suntikan atau AKDR) adalah untuk menentukan apakah ada :
 Kehamilan
 Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
 Masalah (diabetes, tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan
lebih lanjut
Untuk sebagian besar klien keadaan ini bisa diselesaikan dengan cara anamnesis terarah,
sehingga masalah utama dapat dikenali atau kemungkinan hamil dapt disingkirkan. Sebagian besar
cara kontrasepsi, kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan fisik
maupun panggul.
Pemeriksaan laboratorium untuk klien keluarga berencana atau klien baru umumnya tidak
diperlukan karena:
1. Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (umur 16-35 tahun) dan umumnya sehat
2. Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan perhatian (misalnya kanker
genetalia dan payudara, fibroma uterus) jarang didapat pada umur sebelum 35 tahun atau 40
tahun
29
3. Pil Kombinasi dosis rendah yang sekarang tersedia (berisi estrogen dan progestin) lebih baik
daripada produk sebelumnya karena efek sampingnya lebih sedikit dan jarang menimbulkan
masalah medis
4. Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan dengan estrogen dan dosis
progestin yang dikeluarkan per hari bahkan lebih rendah dari pil kombinasi
Tanyakan kepada klien hal-hal dibawah ini, bila semua jawaban klien adalah TIDAK, klien
yang bersangkutan bisa memakai metode yang diinginkan.
Daftar Tilik Penapisan Klien.
Metode Hormonal (Pil Kombinasi, Pil Progestin,
No
Suntikan, dan Susuk)
1.
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
2.
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan
3.
4.
YA
TIDAK
YA
TIDAK
Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah
senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
5.
6.
7.
No
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada atau tungkai bengkak
(edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg
(diastolik)
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
AKDR (semua jenis pelepasan tembaga dan progestin)
1.
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
2.
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
3.
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
4.
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam)
5.
6.
7.
8.
Apakah pernah mengalami haid lama (lebid dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika
dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau
setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvuvar atau congenital
30
1. Apabila klien meyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan maka pil kombinasi adalah
metode pilihan terakhir
2. Tidak cocok untuk pil progestin(minipil), suntikan (DMPA atau NET-EN), atau susuk
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-EN)
Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian metode
kontrasepsi secara berlebihan sehingga mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi dari klien.
Akibatnya banyak permintaan pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya tidak dilakukan
(misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati, glukosa atau pap smear)
Walaupun permintaan menjadi klien keluarga berencana meningkat, kemampuan pelayanan
terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan yang diminta. Keadaan ini
merupakan hambatan terhadap pemilihan kontrasepsi dan pelaksanaan pelayanan.
Jika semua keadaan diatas TIDAK dan tidak dicurigai adanya kehamilan maka dapat
diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak yang YA, berarti klien perlu
dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Jika Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi di atas. Namun
petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya. Bila diperlukan,
petugas dapat mengulangi pertanyaan dengan cara berbeda. Jika perlu diperhitungan masalah
sosial, budaya atau agama yang mungkin berpengaruh terhadap respon klien tersebut (dan
pasangannya)
Bagaimana Meyakinkan bahwa klien tidak hamil???
Klien tidak hamil apabila:
1. Tidak senggama sejak haid terakhir
2. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
3. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
4. Di dalam 4 minggu pascapersalinan
5. Di dalam 7 hari pascakeguguran
6. Menyusui dan tidak
III. PERSYARATAN MEDIS DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI
Untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan KB yang bermutu dilakukan berbagai strategi,
misalnya :
1. Hak-hak klien perlu dipertimbangkan dalam perencanaan, manajemen dan penilaian dalam
pelayanan KB
2. Meningkatkan ketersediaan berbagai metode kontrasepsi sehingga klien dapat memilih
metode kontrasepsi yang paling cocok untuk mereka
31
3. Melaksanakan konseling dan pelayanan KB berdasarkan kriteria dan persyaratan medis
yang terkini
Isu Tentang Mutu Pelayanan dan Akses yang Mempengaruhi pemberian kontrasepsi
 Klien harus memperoleh informasi yang cukup sehingga dapat memilih sendiri metode
kontrasepsi yang sesuai untuk mereka. Informasi tersebut meliputi pemahaman tentang
efektivitas relatif dari metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping, manfaat dan kerugian
metode tersebut, gejala dan tanda yang perlu ditindaklanjuti di klinik atau fasilitas
kesehatan, kembalinya kesuburan dan perlindungan terhadap infeksi menular seksual.
 Untuk metode yang memerlukan prosedur bedah, insersi, atau pencabutan alat oleh tenaga
terlatih, tenaga terlatih tersebut perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup agar prosedur
tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan standar, termasuk prosedur pencegahan infeksi
 Peralatan dan pasokan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan harus tersedia
 Petugas pelayanan harus dilengkapi dengan panduan-panduan yang memungkinkan
mereka melaksanakan penapisan dan pelayanan terhadap klien sebaik-baiknya dan dapat
menghindari resiko yang tidak diinginkan
 Petugas pelayanan harus mendapat pelatihan yang cukup dalam konseling keluarga
berencana.
EFEKTIVITAS PELAYANAN KB
 Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu diberi informasi tentang :
- Efektivitas relatif dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia
- Efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan resiko kesehatan
potensial pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu
32
Tabel Efektivitas berbagai metode kontrasepsi
Kehamilan per 100 perempuam
dalam 12 bulan pertama pemakaian
Tingkat Efektivitas
Sangat efektif
Metode Kontrasepsi
Dipakai secara
Dipakai secara
tepat dan
biasa
konsisten
Implant
0,05
0,05
Vasektomi
0,15
0,1
Suntikan kombinasi
3
0,05
Suntikan DMPA/NET-EN
3
0,3
Tubektomi
0,5
0,5
AKDR CuT-380A
0,8
0,6
Pil Progesteron (Masa
1,0
0,5
Laktasi)
Efektif dalam
Metode Amenorea Laktasi
2
0,5
pemakaian biasa,
Pil kontrasepsi Kombinasi
8
0,3
sangat efektif jika
Pil Progesteron (bukan
-
0,5
dipakai secara tepat
masa laktasi)
Efektif jika dipakai Kondom Pria
15
2
secara
27
4
Diagfragma+spermisida
29
18
KB Alamiah
25
1-9
Kondom Perempuan
21
5
Spermisida
29
18
Tanpa KB
85
85
dan konsisten
tepat
konsisten
dan Senggama terputus
Keterangan :
0-1
: Sangat efektif
33
2-9
: Efektif
>9
: Kurang Efektif
KEMBALINYA KESUBURAN
 Semua metode kontrasepsi, kecuali kontrasepsi mantap (Sterilisasi), tidak mengakibatkan
terhentinya kesuburan
 Kembalinya kesuburan berlangsung segera setelah pemakaian metode kontrasepsi
dihentikan, kecuali DMPA dan NET-EN yang waktu rata-rata kembalinya kesuburan adalah
masing-masing 10-6 bulan terhitung mulai suntikan terakhir
 Kontrasepsi mantap harus dianggap sebagai metode permanen
KLASIFIKASI PERSYARATAN MEDIS
 Keadaan atau kondisi yang mempengaruhi persyaratan medis dalam penggunaan setiap
metode kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu :
-
1
: Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode
kontrasepsi
-
2
: Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan resiko
yang diperkirakan akan terjadi
-
3
: Resiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan
kontrasepsi
-
4
: Resiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan
 Kategori 1 dan 4 cukup jelas. Kategori 2 menunjukan bahwa metode tersebut dapat
digunakan, tetapi memerlukan tindak lanjut yang seksama. Kategori 3 memerlukan penilaian
klinik dan akses terhadap pelayanan klinik yang baik. Seberapa besar masalah yang ada dan
ketersediaan serta penerimaan metode alternatif perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain,
pada kategori 3 metode kontrasepsi tersebut dapat dianjurkan, kesuali tidak ada cara lain
yang lebih sesuai tersebut.
 Khusus untuk kontrasepsi mantap (Tubektomi dan vasektomi) digunakan klasifikasi lain
yaitu :
-
A
: Tidak ada alasan medis yang merupakan kontrasepsi dilakukannya
kontrasepsi mantap
34
-
B
: Tindakan kontrasepsi mantap dapat dilakukan, tetapi dengan persiapan dan
kewaspadaan khusus
-
C
: Sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap ditunda sampai kondisi medis
diperbaiki. Sementara itu berikan metode kontrasepsi lain
-
D
: Tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat
berpengalaman, dan perlengkapan anestesi tersedia. Demikian pula fasilitas
penunjang lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk menentukan prosedur
klinik serta anestesi yang tepat
IV.
Metode Amenorea Laktasi (MAL)
A. Pengertian
 Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrassepsi yang mengandaalkan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif , artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apapun lainnya.
 MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
 Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian > 8x sehari
 Belum haid
 Umur bayi kurang dari 6 bulan
 Efektif sampai 6 bulan
 Harus dilanjutkan dengan pakaian metode kontrasepsi lainnya.
B. Mekanisme kerja MAL (Metode Amenore Laktasi)
Sekresi GnRH yang tidak teratur menganggu pelepasan hormon FSH (follicle
stimulating hormone) dan LH (leutinizing hormone) untuk menghasilkan sel telur dan
menyiapkan endometrium. Penghisapan ASI yang intensif secara berulangkali akan
menekan sekresi hormon GnRH (gonadotrophin releasing hormone) yang mengatur
kesuburan. Rendahnya kadar hormon FSH dan LH menekan perkembangan folikel di
ovarium dan menekan ovulasi.
C. Keuntungannya kontrasepsi Metode Amenore Laktasi (MAL)
1. Cukup efektif dalam mencegah kehamilan (1-2 kehamilan per 100 wanita di 6 bulan
pertama penggunaan)
2. Bila segera menyusukan secara eksklusif maka efek kontraseptif akan segera pula bekerja
efektif
3. Tidak mengganggu proses sanggama
4. Tidak ada efek samping sistemik
5. Tidak perlu dilakukan pengawasan medis
35
6. Tidak perlu pasokan ulangan, cukup dengan selalu memberikan ASI secara eksklusif bagi
bayinya
7. Tidak membutuhkan biaya apapun
D. Keuntungan non kontrasepsi
1. Untuk bayi
a. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI)
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
optimal
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi daria air , susu lain / formula/ alat
minum yang dipakai.
2. Untuk ibu
a. Mengurangi perdarahan pasca salin
b. Mengurangi resiko anemia
c. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
E. Keterbatasan Metode Amenore Laktasi (MAL)
1. Sangat tergantung dengan motivasi pengguna bila memang ingin menggunakan MLA
sebagai metode kontrasepsi (pemberian ASI Eksklusif)
2. Untuk kondisi atau alasan tertentu mungkin sulit untuk dilaksanakan
3. Tingkat efektivitasnya sangat tergantung tingkat eksklusifitas menyusukan bayi (hingga
usia 6 bulan atau mulai mendapat menstruasi)
4. Tidak melindungi pengguna dari PMS (misalnya: HBV, HIV/ AIDS)
5. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pascapersalinan
F. Wanita yang dapat menggunakan Metode Amenore Laktasi
1. Menyusukan bayinya secara eksklusif (memberikan ASI secara penuh tanpa suplementasi
lainnya)
2. Belum mendapat haid sejak melahirkan bayinya
3. Menyusukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga bayi berusia 6 bulan
G. Wanita yang tidak dapat menggunakan Metode Amenore Laktasi:
1. Setelah beberapa bulan amenorea, klien mulai mendapat haid
36
2. Tidak menyusukan secara eksklusif
3. Bayi telah berusia diatas 6 bulan
4. Ibu bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam dalam sehari
H. Efektifitas dan frekuensi menyusui dari Metode Aminore Laktasi:
1. Cara Menyusukan bayi
2. Frekuensi Menyusukan bayi
3. Lamanya bayi menyusu
4. Jarak antara menyusui
5. Mutu (kesungguhan) bayi menyusu pada ibunya
I. Instruksi kepada klien tentang Metode Aminore laktasi:
1. Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung, misalnya kondom, yang siap digunakan.
Gunakan jika:
a. Menstruasi Anda kembali
b. Anda memulai memberikan suplemen diet kepada bayi Anda
c. Bayi Anda mencapai umur 6 bulan
2. Konsultasi kepada petugas kesehatan atau klinik sebelum menggunakan kontrasepsi lain
3. Jika klien atau pasangannya berisiko tinggi terhadap PMS, selain MLA, gunakan juga
kondom untuk tindakan pencegahan tertular PMS
4. Seberapa sering harus menyusui
Bayi disusui on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan
menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat
cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara
berikut / sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan
payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi
banyak susu.
 Waktu antara 2 pengosongan payudara memproduksi banyak susu.
 Bayi terus disusukan waktu ibu/ bayi sedang sakit
 ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
 Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya.
J. Keadaan yang memerlukan perhatian pada Metode Amenorea Laktasi
Anjuran
Keadaan
37
Ketika mulai memberikan
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode
makanan pendamping
kontrasepsi lain dibutuhkan klien harus didorong untuk
secara teratur
tetap melanjutkan penberian ASI
Ketika haid sudah kembali
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode
kontrasepsi lain dibutuhkan , klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI
Bayi menghisap susu tidak
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode
sering/ < 8x sehari
kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI
Bayi berumur 6 bulan /
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode
lebih
kontrasepsi lain dibutuhkan , klien harus didorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
A. Langkah – langkah penentuan saat pemakaian KB
1. Apakah ibu sudah
haid lagi?
Sudah
Belum
2. apakah ibu sudah memberi makanan /
minuman tambahan / berikan jangka
waktu lama tidak menyusui?
4. kemungkinan kehamilan untuk ibu ini meningkat.
Untuk tetap terhindar dari kehamilan , nasehatkan ibu
tersebut untuk mulai memakai cara KB tambahan dan
teruskan memberikan ASI demi kesehatan bayinya.
Belum
3. Apakah banyinya sudah berumur
lebih dari 6 bulan?
Belum
Hanya ada kemungkinan hamil 1-2
% pada saat ini
Apabila jawaban untuk semua pertanyaan tersebut menjadi YA
38
V. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
- Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung
- Efektif bila dipakai dengan tertib
- Tidak ada efek samping
- Pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut
dapat menjadi hamil). / sanggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan.
A. Manfaat metode keluarga berencana alamia (KBA)
1. Manfaat kontrasepsi.
a. Untuk mencegah kehamilan, bila digunakan dengan benar.
b. Membantu untuk mencapai kehamilan, bila pasangan menginginkan kehamilan.
c. Tidak ada efek samping sistemik
d. Murah atau tanpa biaya
2. Manfaat non kontrasepsi.
a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
c. Mempererat tanggung jawab dan kerjasama antar pasangan.
d. Menjalin komunikasi antara pasangan.
B. Keterbatasan metode keluarga berencana alamia (KBA)
1. Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi (angka kegagalan 9-20 kehamilan per
100 perempuan selama tahun pertama pemakaian).
2. Tingkat efektifitas tergantung dari ketaatan dan konsistensi dalam mengikuti instruksi.
3. Memerlukan konseling bahkan pelatihan untuk dapat menggunakan dengan benar.
4. Memerlukan mediator atau tenaga terlatih untuk kesinambungan informasi dan
komunikasi.
5. Mampu mengendalikan hasrat untuk tidak melakukan senggama pada saat masa subur
(agar tidak hamil).
6. Perlu pencatatan setiap hari (tentang mukus, suhu basal, dan gejala biologis lainnya).
7. Gangguan (misal infeksi vagina) akan menyulitkan interpretasi lendir serviks
8. Memerlukan termometer khusus untuk metode suhu tubuh basal
9. Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
maupun HIV/AIDS
39
C. Penilaian Klien
Klien atau pengguna kontrasepsi metode keluarga berencana alamiah memerlukan
konseling atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) baik lisan maupun tertulis. Kondisi
yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
KBA sesuai untuk:
Untuk kontrasepsi
1. Wanita di Usia Subur (dalam kurun reproduksi sehat)
2. Semua wanita dengan berbagai paritas (termasuk nullipara).
3. Wanita kurus maupun gemuk.
4. Wanita perokok.
5. Wanita dengan alasan kesehatan tertentu (misal: hipertensi, varises, dismenorea, sakit
kepala, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus,
malaria, trombosis vena, ataupun emboli paru).
6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode
kontrasepsi modern.
7. Wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi lain.
8. Pasangan yang mampu mengendalikan hasrat untuk melakukan hubungan seksual di
masa subur.
9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda
dan gejala kesuburan.
Untuk konsepsi Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa
subur untuk mencapai kehamilan.
KBA tidak sesuai untuk:
1. Wanita yang ditinjau dari umur, paritas atau masalah kesehatan membuat kehamilannya
menjadi resiko tinggi.
2. Wanita yang belum mendapat haid (menyusui, post abortus).
3. Wanita dengan siklus haid yang tidak teratur.
4. Pasangan yang tidak mau bekerjasama selama kurun tertentu dalam siklus haid.
5. Wanita yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya.
40
D. Keadaan yang Perlu Diperhatikan
Hal di bawah ini merupakan keadaan klien yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan
metode keluarga berencana alamiah (KBA).
Keadaan
Pengeluaran cairan vagina
menetap
Saran
 Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan
mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan
lendir serviks.
 Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih
metode kontrasepsi lain.
Menyusui
 Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan
mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan
lendir serviks.
 Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih
metode kontrasepsi lain.
E. Macam -macam metode keluarga berencana alamiah (KBA) yaitu :
1. Metoda Mukosa Servik (Billings)/ Metode Ovulasi
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga
oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan
terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur.
Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita
sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel
telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa
subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
a. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
b. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan
menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
41
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur
adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang
mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian
akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda
kehamilan.
a. Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi
wanita yang menginginkan kehamilan.
b. Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks,
serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka
kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per
tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau
ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah
kehamilan 99 persen.
c. Kelebihan
1) Mudah digunakan.
2) Tidak memerlukan biaya.
3) Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.
d. Keterbatasan
1) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
e. Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
1) Menyusui.
2) Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3) Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4) Perimenopause.
5) Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6) Spermisida.
42
7) Infeksi penyakit menular seksual.
8) Terkena vaginitis.
f. Instruksi Kepada Pengguna/Klien
1) Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari
vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2) Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan
perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
3) Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.
4) Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu
siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan
maupun pola dasar tidak subur.
5) Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong
aman pada dua hari setelah menstruasi.
6) Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa
tidak subur.
7) Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini
merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8) Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pembuahan.
9) Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari
subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.
2. Simptotermal (STB + Mukosa Servik)
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal
mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain
yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan
suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui
metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita
daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersamasama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
43
a. Manfaat
Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun
konsepsi. Manfaat Kontrasepsi Metode simptothermal digunakan sebagai alat
kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur). Manfaat Konsepsi Metode
simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan
melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
b. Efektifitas
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita
akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam
belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan
angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3
persen apabila di bawah pengawasan yang ketat.
c. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif
1) Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
2) Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus
menstruasi dan pola kesuburan.
3) Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.
Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk
membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan
seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur.
d. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif
1) Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
2) Wanita yang mempunyai penyakit.
3) Pasca perjalanan.
4) Konsumsi alkohol.
Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh menjadi
kurang akurat.
e. Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal
1) Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu.
2) Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan metode
simptothermal.
44
3) Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu sendiri
atau alasan lain.
4) Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual tanpa alat
kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan metode
kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
5) Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang membahayakan jika
dia hamil.
6) Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi suhu
basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun produksi lendir serviks.
f. Keuntungan
1) Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang
dibutuhkan.
2) Aman.
3) Ekonomis.
4) Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
5) Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
6) Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode
simptothermal dengan benar.
g. Keterbatasan
1) Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca
perjalanan maupun konsumsi alkohol.
2) Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan
mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
3) Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.
4) Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
h. Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal
Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang
metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender. Hal ini
bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati perubahan
suhu basal tubuh maupun lendir serviks.
1) Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya setelah haid
berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi).
45
2) Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai
keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks.
Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang
berlangsung.
3) Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari
puncak lendir subur.
4) Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur,
periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang dimana
masa pantang senggama harus dilakukan.
3. Metode Kalendar / patang berkala
Metode kalender atau dikenal sebagai metode Knaus-Ogino bergantung pada perhitungan
hari untuk mengkira-kira kapan jauhnya fase subur
a. Manfaat
1) Manfaat kontrasepsi Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah
kehamilan.
2) Manfaat konsepsi Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan
kesempatan bisa hamil.
b. Keuntungan
1) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6) Tidak memerlukan biaya.
7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
c. Keterbatasan
1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
46
6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
d. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui
masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu,
diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.
Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan
metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di
Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan
metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per
100 wanita per tahun.
e. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
1) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam
saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2) Anggapan
bahwa
perdarahan
yang
datang
bersamaan dengan
ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak
subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan
jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan
menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
f. Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan
1) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2) Fertility phase (masa subur).
3) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam
kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data
yang telah dicatat.
47
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari
ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke
16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga
tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 8
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa
ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi
4. Suhu Tubuh Basal (STB)
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat
atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal.
Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan
ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit Suhu normal tubuh sekitar
48
35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik
menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada
saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun
kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
a. Manfaat
1) Manfaat konsepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menginginkan kehamilan.
2) Manfaat kontrasepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.
b. Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan
dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu
tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per
tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau
pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
c. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
1) Penyakit.
2) Gangguan tidur.
3) Merokok dan atau minum alkohol.
4) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
5) Stres.
6) Penggunaan selimut elektri
d. Keuntungan
1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa
subur/ovulasi.
2) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
49
3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk
hamil.
4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri
e. Keterbatasan
1) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5) Tidak mendeteksi awal masa subur.
6) Membutuhkan masa pantang yang lama
f. Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh
1) Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur).
2) Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3) Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola
tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4) Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5) Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari
suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
berada di atas garis pelindung/suhu basal.Hari pantang senggama dilakukan sejak
hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh
(setelah masuk periode masa tak subur).Masa pantang untuk senggama pada
metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.Perhatikan
kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Catatan:
Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line)
selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk
menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas
garis pelindung sebelum memulai senggama.
50
Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan
pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan
kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya
VI. SANGGAMA TERPUTUS
A. Pengertian
Senggama terputus adalah metode KB tradisional , dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
B. Cara Kerja
Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam
vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat di
cegah
C. Manfaat
1. Manfaat Kontrasepsi
a. Efektif bila dilaksanakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI
c. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
d. Tidak ada efek samping
e. Dapat digunakan setiap waktu
f. Tidak membutuhkan biaya
2. Manfaat Non kontrasepsi
a. Meningkatkan ketertiban suami dalam keluarga berencana
b. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dan pengertian yang sangat dalam
c. Menanamkan sifat saling pengertian
d. Partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi
e. Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB
D. Keterbatasan
1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma
selama sanggama (4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun bila dilakukan dengan
benar)
2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual
51
3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi koitus
4. Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual
5. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
melekat pada penis
6. Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama
terputus setiap melaksanankannya
E. Dapat dipakai untuk
1. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
2. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai filosofi untuk tidak memakai metodemetode KB lainnya
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain
5. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
6. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
F. Tidak dapat dipakai untuk
1. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
2. Suami yang sulit melakukan senggama terputus
3. Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologi
4. Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
G. Petunjuk Bagi Klien
1. Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan
hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan
metode senggama terputus
2. Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan
membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya
3. Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina
4. Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya
5. Senggama tidak dianjurkan pasa masa subur
52
DIAFRAGMA
A. Pengertian
Lateks (karet) yang berbentuk kubah yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi serviks
sebelum sanggama. Kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan
ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.
B. Jenis – jenis diafragma
 Flat spring (pegas logam pipih)
 Coil spring (pegas cincin)
 Arching spring (kombinasi pegas logam dan cincin)
C. Manfaat kontrasepsi diafragma:
 Segera efektif
 Tidak mempengaruhi produksi ASI
 Tidak mengganggu proses sanggama karena dapat disiapkan beberapa saat sebelumnya
 Tak ada risiko terhadap kesehatan klien
 Tidak ada efek samping yang sistemik
D. Manfaat non kontrasepsi
 Beberapa jenis diafragma (terutama bila digunakan bersamaan dengan spermasida) dapat
memberi perlindungan terhadap PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS)
 Dapat menampung sementara darah menstruasi bila sanggama dilakukan saat menstruasi
E. Keterbatasan kontrasepsi diafragma
 Tidak terlalu efektif (6-20 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian jika
diafragma dikombinasikan dengan spermisida)
53
 Efektivitas kontraseptif sangat tergantung pada motivasi klien dan cara penggunaan yang
benar, ketersediaan pasokan, dan waktu pemasangan yang sesuai
 Kesinambungan penggunaan diafragma sangat tergantung dari kepuasan pengguna selama
menggunakan metode ini
 Perlu pemeriksaan pelvik atau pasca-aplikasi oleh tenaga pelaksana terlatih untuk
menjamin ketepatan pemasangan
 Dapat terjadi infeksi saluran kemih bila proses pemasangan tidak tepat/salah
 Harus tetap terpasang hingga 6 jam pasca-sanggama
F. Diafragma tidak direkomendasikan untuk wanita dengan kondisi dibawah ini, kecuali
jika metode lain tidak tersedia atau tidak cocok:
•
Riwayat Toxic Shock Syndrome (TSS)
•
Alergi terhadap karet atau spermisida
•
Infeksi saluran kemih (Urinary Tract Infection) berulang
•
Stenosis vaginal
•
Kelainan pada organ genitalia
G. Seleksi klien pengguna diafragma
Sesuai untuk klien

Tidak sesuai untuk klien

Tidak menyukai metode kontrasepsi
Berdasarkan umur dan paritas serta
hormonal seperti perokok/ usia diatas
masalah
kesehatan
menyebabkan
35 tahun
kehamilan menjadi beresiko tinggi

Tidak suka penggunaan AKDR

Terenfeksi saluran uretra

Menyusui dan perlu kontrasepsi

Tidak stabil secara psikis/ tidak suka
menyentuh alat kelamin


Memerlukan proteksi terhadap IMS
Mempunyai
riwayat
karena keracunan

Memerlukan
metode

sederhana
sambil menunggu metode yang lain
H. Intruksi bagi klien:
54
Ingin metode efektif
sindrom
syok

Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual

Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan

Pastikan diafragma tidak berlubang

Oleskan sedikit spermisida krim/ jeli pada kap diafragma

Posisi saat pemasangan diafragma:
Satu kali diangkat keatas kursi/ dudukkan toilet
Sambil berbaring
Sambil jongkok
Lebarkan kedua bibir vagina
Masukkan diafragma kedalam vagina jauh kebelakang, dorong bagian depan pinggir
ke atas di balik tulang pubis
Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika
hubungan seksual dilakukan lebih dari 6 jam setelah pemasangan , tambahkan
spermisida kedalam vagina. Diafragma berada didalam vagina paling tidak 6 jam
setelah terlaksanannya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma didalam
vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat. (tidak dianjurkan mencuci vagina setiap
waktu pencucian vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan
seksual).
Menganggkat dan mencabut diafragma dengan mengguanakan jari telunjuk dan
tengah
Cuci dengan sabun dan air , keringkan sebelum disimpan kembali ketempatnya.
I. Penanganan efek samping
Efek samping
Penanganan
Infeksi saluran uretra
Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai
apabila diafragma menjadi pilihan utama
dalam
ber-KB.
mengosongkan
Sarankan untuk segera
kandung
kemih
setelah
melakukan hubungan seksual / sarankan
memakai metode lain
Dugaan
adanya
reaksiaa
alergi Walaupun jarang terjadi terasa kurang
diafragma / dugaan adanya reaksi alergi nyaman dan mungkin berbahaya. Jika ada
spermisida
gejala
iritasi
vagina,
khususnya
pasca
senggama dan tidak mengidap IMS, berikan
spermisida yang lain / bantu unguk memilih
metode lain.
55
Rasa nyeri pada tekanan terhadap Pastikan ketepatan letak diafragma apabila
kandung kemih/ rectum
alat terlalu besar. Cobalah dengan ukuran
yang lebih kecil. Tindak lanjut untuk
menyakinkan masalah telah ditangani
Timbul cairan vagina dan berbau jika Periksa adanya IMS / benda asing dalam
dibiarkan lebih dari 24 jam
vagina. Jika tidak ada sarankan klien untuk
melepas
diafragma
setelah
melakukan
hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6
jam setelah aktifitas terakir. Setelah diangkat,
diafragma harus di cuci dengan hati-hati
menggunakan
sabun
cair
,
jangan
menggunakanbedak/ talkjika akan disimpan.
Jika mengidap IMS lakukan pemrosesan alat
sesuai dengan pencegahan infeksi.
56
KONDOM
A. Profil
 Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk
HIV/AIDS.
 Efektif bila dipakai dengan baik dan benar
 Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS
 Tipe kondom terdiri dari:

Kondom biasa

Kondom berkontur

Kondom beraroma

Kondom tidak beraroma
 Selubung tipis terbuat dari karet, plastik (polivinil) atau bahan alamiah, tanpa atau
diberi spermisida untuk menambah efek kontraseptif.
 Selubung harus disarungkan pada penis saat penis telah dalam kondisi ereksi.
 Kualitas kondom tergantung bahan dasarnya, bentuk, warna, lubrikasi/ pelumasan,
ketebalan, tekstur dan ada-tidaknya tambahan spermisida (biasanya nonoxynol-9).
B. Mekanisme Kerja
Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita. Sebagai kontrasepsi dan pelindung
terhadap infeksi atau transmisi mikroorganisme penyebab PMS (hanya kondom dari bahan
lateks dan polivinil).
C. Efektifitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual.
Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara
konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu. 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.
D. Manfaat Kontrasepsi untuk kondom pria:
Efektif bila digunakan secara benar
Tidak mengganggu produksi ASI
57
Dapat digunakan metode pendukung bersamaan dengan metode lainnya atau metode
pelindung ataupun metode sementara
Tidak mengganggu kesehatan
Tidak ada efek samping sistemik
Cukup banyak tersedia diberbagai tempat (farmasi, toko obat atau petugas KB di
masyarakat) dan relatif murah
Tidak perlu resep atau pemeriksaan kesehatan/medik khusus
E. Manfaat non kontrasepsi untuk kondom pria
a. Bentuk partisipasi pria dalam program KB
b. Metode kontrasepsi yang mampu untuk klien terhadap PMS (kondom lateks dan
polivinil)
c. Dapat membantu mencegah ejakulasi dini atau mengurangi sensitifitas kontak penisvagina
d. Mengurangi insidensi kanker servik
e. Mencegah imuno-infertilitas
F. Keterbatasan kondom pria:
1. Efektifitasnya tidak terlalu tinggi (3-14 kehamilan per 100 wanita selama tahun
pertama penggunaan1)
2. Tingkat efektifitas kontraseptif sangat tergantung dari ketaatan dalam menjalankan
petunjuk penggunaan
3. Sangat tergantung motivasi pengguna (menggunakannya secara benar dan selama
kegiatan sanggama)
4. Bagi yang terganggu dengan pengurangan sensitifitas penis, akan lebih sulit untuk
mempertahankan ereksi
5. Harus selalu tersedia saat akan digunakan
6. Tidak semua klien dapat membeli di tempat umum
7. Ada masalah dalam pembuangan kondom bekas pakai
G. Yang sesuai menggunakan :
1. Pria yang menyukai metode ini dan ingin berpartisipasi aktif KB
2. Pasangan yang butuh alat kontrasepsi siap pakai
3. Pasangan yang membutuhkan alat kontrasepsi sementara menunggu kontrasepsi
terpilih lainnya (misalnya: implant, IUD atau sterilisaasi atas kehendak sendiri)
4. Pasangan yang butuh metode pendukung selain metode lain atau sementara belum
segera efektif
5. Pasangan yang menggunakan kontrasepsi hanya saat sanggama
6. Pasangan dengan risiko tinggi tertular PMS (termasuk HBV dan HIV/ AIDS), dimana
kontrasepsi lain (yang sedang digunakan) tidak memiliki kemampuan untuk itu
58
H. Informasi untuk klien:
1. Gunakan metode efektif lain apabila tidak dapat memenuhi syarat penggunaan yang
benar
2. Bila kehamilan mempunyai risiko tinggi atau sangat serius terhadap kesehatan
pasangan perempuan
3. Klien alergi terhadap bahan pembuat kondom
4. Pertimbangkan kembali penggunaan kondom bila klien ingin kontrasepsi jangka
panjang
5. Pasangan yang tak ingin repot setiap saat akan melakukan sanggama
6. Kondom tidak sesuai untuk mereka yang tidak mau tahu dengan aturan atau cara
penggunaan yang benar
I. Penanganan efek samping umum:
Reaksi alergi, meskipun tidak biasa, dapat membuat rasa tak nyaman dan menimbulkan
gangguan serius

Reaksi alergi terhadap kondom atau iritasi lokal pada penis :
–
Pastikan bahwa kondom tidak bahan-bahan tambahan
–
Jika timbul reaksi di setiap penggunaan, gunakan kondom alamiah
(lambskin atau gut) atau metode lain.1
–

Bantu klien memilih metode lainnya.
Reaksi alergi terhadap spermisida:
–
Jika timbul gejala setelah sanggama dan bukan akibat PMS, sediakan
spermisida jenis lainnya atau kondom tanpa bahan spermisida atau bantu
klien memilih metode yang lain.
J. Petunjuk bagi klien:

Gunakan kondom baru setiap akan bersanggama dan jangan dioles dengan minyak
pelumas

Sebaiknya gunakan kondom yang mengandung spermasida untuk perlindungan
maksimum.

Jangan gunakan gigi, pisau, gunting atau benda-benda tajam lainnya untuk membuka
kemasan kondom.

Kondom harus dipasang/disarungkan ke penis yang telah ereksi sebelum penetrasi ke
dalam vagina, karena tumpahan air mani sebelum ejakulasi juga mengandung sperma
aktif.
K. Cara pemasangan kondom Pria:
1. Buka kemasan kondom secara hati-hati agar kondom tidak robek.
2. Jangan lepas gulungan kondom sebelum memasangnya.
3. Pasang kondom pada saat penis telah ereksi
59
4. Jika klien tidak bersunat, tarik preputium ke belakang.
5. Tekan ujung kondom (tempat penampung ejakulat) dan tempelkan di ujung penis.
6. Sambil menahan ujungnya, gelincirkan gulungan kondom ke arah pangkal penis untuk
menyarungkan seluruh bagian penis
Penggunaan Kondom Pria:
Apa yang Harus Dikatakan Jika Dia Mengatakan
Saat dia mengatakan:
Anda dapat mengatakan:
“Saya tidak dapat merasakan apaapa. Seperti memakai sebuah jas hujan.”
“Saya tahu ada penurunan sensasi,
tetapi masih banyak sensasi yang bisa
“saya tahu saya bersih (bebas- dirasakan.” (Bukalah kondom dan rasakan
penyakit);
Saya
tidak
melakukan ketipisannya).
hubungan seks dengan siapapun selama_
bulan.”
“Terima kasih telah memberitahukan
kepada saya. Setahu saya, saya juga bebaspenyakit. Tetapi saya juga masih suka
menggunakan kondom karena mungkin
saja diantara kita mengidap suatu infeksi
dan tidak mengetahuinya.”
L. Waktu penggunaan kontrasepsi darurat:
Jika klien tidak ingin hamil, dan pasangannya:
 Tidak menggunakan kondom secara benar
 Lupa menggunakan kondom pada saat dia berhubungan seksual
 Ragu bahwa kondom yang digunakan tidak berfungsi baik atau telah rusak
 Melihat bahwa kondom bocor atau robek
60
SPERMISIDA
A. Definisi:
Bahan kimia (biasanya nonixynol-9) yang dapat menonaktifkan atau membunuh sperma
B. Jenis-Jenis:
 Aerosol (busa)
 Tablet Vaginal, suppositoria atau lapisan tipis (film) yang mudah larut (dissolvable film)
 Krim
C. Cara kerja:
Menyebabkan selaput sel sperma pecah sehingga motilitas dan aktifitas dalam transportasi
dan fertilisasi menjadi terganggu
D. Pilihan :
 Aerosols (busa) akan segera efektif setelah dimasukkan.
 Aerosols dianjurkan jika spermisida dipakai sebagai pilihan pertama
atau metode
kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien
 Tablet busa vagina dan suppositoria sangat mudah dibawa-bawa dan disimpan tetapi perlu
waktu 10-15 menit (pasca-insersi) untuk bekerja aktif sebelum sanggama.
 Suppositoria vaginal yang dapat meleleh juga memerlukan waktu 10-15 menit pascainsersi sebelum sanggama
 Jelly spermisida umumnya dipakai bersamaan dengan diafragma.
E. Manfaat kontrasepsi:
 Dapat segera efektif (busa dan krim)
 Tidak mempengaruhi produksi ASI
 Bisa dipakai sebagai pendukung bagi metoda lain
 Tak ada risiko terhadap kesehatan dan efek samping sistemik
 Mudah digunakan
 Menambah lubrikasi/pelumasan selama sanggama
 Tidak perlu resep atau pemeriksaan medik
F. Manfaat non kontrasepsi:
Bisa memberi perlindungan terhadap beberapa penyakit kelamin (mis: HBV, HIV/ AIDS)
61
G. Keterbatasan:
 Tidak terlalu efektif (6-261 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian)
 Efektifitas kontraseptif sangat tergantung dari kemauan klien untuk menggunakannya
secara benar dan konsisten
 Tergantung pada motivasi pengguna dan harus selalu dipakai dalam setiap kali
bersanggama
 Pengguna harus menunggu 10-15 menit pasca-insersi sebelum sanggama dapat
dilangsungkan
 Hanya efektif selama 1-2 jam dalam 1 kali aplikasi
 Ketersediaan pasokan menjadi syarat untuk kesiapan metode sebelum sanggama dilakukan
H. Spermisida sesuai untuk:

Wanita tidak suka atau tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal (mis: perokok
berusia > 35 tahun)

Wanita yang lebih suka memasang sendiri alat kontrasepsinya atau tidak sesuai dengan
kontrasepsi berupa alat (mis: AKDR)

Wanita menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukung

Wanita yang tak ingin hamil dan terlindung dari PMS tetapi pasangannya tidak mau
memakai kondom

Pasangan yg memerlukan metoda sementara sambil menunggu metoda lainnya

Pasangan yang jarang melakukan hubungan seks
I. Spermisida tidak sesuai untuk:
Spermisida tidak boleh digunakan jika pasangannya:
o Memerlukan metoda kontrasepsi yang sangat efektif
o Ingin suatu metode yang tidak harus ada persiapan sebelum melakukan sanggama
o Tidak mau repot untuk mengikuti berbagai petunjuk penggunaan dan siap pakai setiap
akan bersanggama
J. Efek samping Spermisida:
Iritasi vagina atau iritasi penis dan rasa tidak nyaman
•
Jika disebabkan oleh spermisida tertentu, coba jenis spermisida yang lain atau jika
masih tak menolong, bantu klien memilih metode lain.
Perasaan panas dan sangat mengganggu di dalam vagina
•
Yakinkan bahwa sensasi hangat adalah normal. Kalau masih tetap mengeluh, ganti
dengan spermisida lain atau bantu klien memilih metoda lain
Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik:
62
•
Pilih dari jenis spermisida yang mudah larut atau bila ragu bahwa tidak bekerja
efektif, tawarkan metode lain
K. Informasi umum untuk klien:
 Sebagai kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan secara benar sebelum setiap kali
melakukan sanggama
 Harus menunggu 10-15 menit pasca-insersi spermisida sebelum melakukan sanggama.
Spermisida bentuk busa (aerosol), tidak membutuhkan waktu tunggu (karena langsung
terlarut dan bekerja aktif) setelah disemprotkan.
 Perhatikan anjuran penggunaan, cara aplikasi, dan penyimpanan dari pabrik pembuatnya
(Misalnya: Kocok dahulu sebelum diaplikasikan ke dalam vagina)
 Ulangi pemberian spermisida bila dalam 1-2 jam pasca-insersi belum terjadi sanggama atau
perlu spermisida tambahan bila sanggama dilanjutkan berulang-kali
 Penting sekali untuk menempatkan spermisida jauh di dalam vagina agar kanalis servikalis
tertutup secara keseluruhan
L. Petunjuk umum untuk klien

Kocok tabungnya 20-30 kali sebelum digunakan

Simpan botolnya dalam posisi tegak dan letakkan aplikator pada mulut katup, kemudian
tekan aplikator untuk mengisi busa.

Dalam posisi berbaring, masukkan ujung aplikator ke dalam vagina hingga ujungnya
berada di atau dekat dengan serviks. Tekan pendorong dan depositkan busanya pada muara
serviks

Cuci aplikator dengan sabun dan air bersih hangat, bilas dan dikeringkan. Bagian tersebut
dapat diuraikan untuk dibersihkan. Aplikator hanya untuk dipakai sendiri, jangan berbagi
pakai dengan orang lain

Simpanlah tabung busa yang ada, tempatkan pada daerah aman, mudah diingat dan
terjangkau
M. Petunjuk penggunaan Tablet, Supositoria, Film Spermasida
o Keluarkan tablet vaginal, suppositoria atau selaput tipis (film) dari kemasannya.
o Sementara anda berbaring, masukkan tablet vaginal, supositoria atau film ke dalam
vagina hingga mencapai muara serviks (gunakan aplikator bila tersedia)
o Tunggu 10-15 menit agar spermasida larut dan aktif sebelum melakukan sanggama
o Cuci aplikator dengan sabun dan air bersih hangat, bilas dan keringkan. Uraikan untuk
dibersihkan lebih mudah. Jangan berbagi pakai dengan orang lain.
o Simpanlah pasokan tambahan tablets, suppositoria dan film di tempat yang sesuai.
o Catatan: Beberapa jenis spermisida vagina dapat menimbulkan sensasi hangat di dalam
vagina dan hal ini tergolong masih normal.
N. Petunjuk penggunaan Krim
63
Masukkkan krim spermisida ke dalam aplikator hingga penuh. Masukkan aplikator ke
dalam vagina hingga ujungnya berada di atau dekat dengan serviks. Dorong krim hingga
memenuhi area serviks. Krim akan langsung larut dan bekerja aktif.
Cuci aplikator dengan sabun dan air bersih hangat, bilas dan keringkan. Uraikan agar
mudah dibersihkan. Jangan berbagi pakai dengan orang lain.
Simpan tabung krim pada tempat yang aman, mudah diingat dan terjangkau
O. Aerosol:

Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan

Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas letakkan aplikator pada mulut kontainer
dan tekan aplikator untuk mengisi busa

Sambil berbaring lakukan insersi aplikator kedalam vagina mendekati servik, dorong
sampai busa keluar

Aplikator segera di cuci pakai sabun dan air , tiriskan dan keringkan . jangan berbagi
aplikator dengan orang lain
P. Hambatan Medis dari Penyedia Pelayanan spermisida
 Tidak ada pasokan spermisida dan alatnya
 Tidak tersedia berbagai pilihan (klien tidak diberi pilihan antara jenis-jenis spermisida)
 Terbatasnya pengetahuan petugas kesehatan
•
Tak tahu cara utilisasi atau memperoleh spermisida atau
•
Tak mau repot/berbagi pengetahuan dengan klien
64
A. Mutu Pelayanan Keluarga Berencana
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan suatu unsur
penting dalam upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana tercantum
dalam program aksi dari Internasional Conference on Population and Development, Kairo,
1994. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan
akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau dan akseptabel.
Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:
a. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
b. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan
c. Kerahasian dan privasi perlu dipertahankan
d. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
e. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan dalam
melayani berbagai pilihan kontrasepsi
f. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
g. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang telah ditentukan dan nyaman bagi klien
h. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
i.
Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan
j.
Ada mekanisme umpan balik yang efektif dari klien
Program yang berhasil memerlukan petugas terlatih yang:
a. Mampu memberi informasi kepada klien dengan sabar, penuh pengetian, dan peka
b. Mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan keterampilan teknis untuk memberi pelayanan
dalam bidang kesehatan reproduksi
c. Memenuhi standar pelayanan yang ditentukan
d. Mempunyai kemampuan mengenal masalah
e. Mempunyai kemampuan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi
masalah tersebut, termasuk kapan dan keman merujuk jika diperlukan
f. Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik
g. Mempunyai kemampuan memberi saran-saran untuk perbaikan program
h. Mempunyai pemantauan dan supervisi berkala
Pelayanan yang bermutu membutuhkan:
65
a. Pelatihan staf dalam bidang konseling, pemberian informasi dan keterampilan teknis
b. Informasi yang lengkap dan akurat untuk klien agar mereka dapat memilih sendiri metode
kontrasepsi yang akan digunakan
c. Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap kemampuan petugas
dalam memberikan pelayanan yang bermutu, khususnya dalam kemampuan teknis dan
interaksi interpersonal antara petugas dan klien
d. Petugas dan klien mempunyai visi yang sama tentang pelayan yang bermutu
B. Sistem Rujukan
a. Tujuan
Sistem rujukan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama
ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi
dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal kepada fasilitas
pelayanan yang lebih kompoten, terjangkau, dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. Merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas
pelayanan yang lebih kompoten untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi.
b. Tata Laksana
Rujukan medik dapat berlangsung:
1. Internal antar petugas di suatu Puskesmas
2. Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
3. Antara masyarakat dan Puskesmas
4. Antar Puskesmas dan Puskesmas yang lain
5. Antara Puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
6. Internal antara bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit,
laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain.
Jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
1. Tingkat rumah tangga --- pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarganya
sendiri
2. Tingkat masyarakat --- kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri
oleh kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada, Anggota RW, RT, dan
masyarakat (Posyandu)
66
3. Fasilitas pelayanan kesehatan profesional tingkat pertama --- Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Dokter Swasta, Bidan, Poloklinik Swasta, dll
4. Fasilitas pelayanan kesehatan profesional tingkat kedua --- Rumah Sakit Kabupaten,
Rumah Sakit Swasta, Laboratorium Klinik Swasta, dll
5. Fasilitas pelayanan kesehatan profesional tingkat ketiga --- Rumah sakit Kelas B dan
A serta Lembaga Spesialistik Swasta, Lab. Kesehatan Daerah, dan Lab. Klinik
Swasata, dll
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan
pemberian pelayanan yang lebih kompeten bermutu melalui upaya rujukan.
Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:
1. Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk
2. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan
3. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
4. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat
ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan
5. Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien
6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus
didampingi perawat/bidan
7. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera
menerima rujukan klien
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya
penanggulangan dan kodisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien
ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan:
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan
2. Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi
3. Pengantar kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien berikut
upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya pelayanan lanjutan
yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi
C. Manajemen Pasokan Alat Kontrasepsi
a. Panduan dasar penyimpanan alat/obat kontrasepsi
Tata cara penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang baik merupakan upaya menjaga
agar kualitas alat/obat kontrasepsi tersebut selalu dalam kondisi yang baik dan aman untuk
digunakan oleh klien KB. Untuk itu, para petugas di klinik dan di lapangan perlu
67
memperhatikan Pedoman Dasar Penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang isinya antara lain
sebagai berikut:
1. Bersihkan dan suci hamakan tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi secara teratur
2. Simpan alat/obat kontrasepsi dalam keadaan kering, tidak lembab, mendapat ventilasi
udara yang baik, dan tidak terkena sinar matahari langsung
3. Pastikan bahwa tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi bebas dari cipratan air atau
kebocoran atap karena hujan
4. Pastikan bahwa alat pengaman bahaya kebakaran berada dalam kondisi baik, serta siap
dan mudah diambil/digunakan
5. Tempatkan dus kondom yang terbuat dari karton, agar dijauhkan dari sumber
listrik/lampu, untuk mencegah bahaya kebakaran
6. Tempatkan dus penyimpanan alat/obat kontrasepsi (yang berada di gudang):

± 10 cm di atas lantai

± 30 cm dari tembok/dinding

Tinggi susunan dus tidak lebih dari 2,5 meter
7. Agar diatur dus karton sedemikian rupa sehingga kartu identitas/label yang berisi batas
waktu kadaluarsa atau waktu pembuatan di pabrik dapat mudah dilihat
8. Tempatkan
alat/obat
kontrasepsi
pada
posisi
yang
memungkinkan
untuk
pendistribusian pada sistem FEFE (First Expire – First Out distribution yaitu alokon
yang lebih awal masa kadaluarsanya, agar lebih awal didistribusikan/dipakai oleh
klien)
9. Tempatkan tiap jenis alat/obat kontrasepsi secara terpisah, jauhkan dari bahan-bahan
yang mengandung insektisida, bahan kimia, arsip tua/lama, peralatan kantor dan
material lain
10. Pisahkan alat dan obat kontrasepsi yang sampai pada batas waktu kadaluarsa, sesuai
dengan ketentuan Pemerintah atau Donor Agency/pemberi bantuan
11. Pastikan bahwa penyimpanan alat/obat kontrasepsi benar-benar dalam posisi aman
Sistem distribusi dengan cara FEFO
Untuk memastikan bahwa alat/obat kontasepsi belum sampai pada batas kadaluarsa
pada waktu disalurkan ke klien, maka perlu diterapkan kebijakan FEFO (First Expire, First
Out), sebagai pengganti sistem yang lama yaitu FIFO (First In First Out). Kebijakan ini
harus dinformasikan ke seluah jajaran petugas (klinik dan lapangan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada FEFO:
1. Teliti setiap dus alat/obat kontrasepsi yang tiba di gudang atau fasilitas pelayanan (RS,
Puskesmas, Klinik), kpan waktu kadaluarsa
68
2. Letakkan setiap dus alokon sesuai dengan urutan waktu kadaluarsa. Letak dus alokon
paling atas adalah dus alokon yang masa kadaluarsanya paling dekat/tua. Pastikan
bahwa alokon tersebut mudah terlihat dan mudah diambil oleh petugas untuk
disalurkan ke klien
3. Umumkan kepada petugas lain agar menggunakan alokon yang masa kadaluarsanya
paling tua terlebih dahulu pastikan untuk tidak menyalurkan alat/obat kontrasepsi yang
masa kadaluarsanya telah lewat.
Kualitas alat/obat kontrasepsi yang perlu mendapat perhatian
Jangan digunakan apabila terdapat tanda-tanda:
1. Pil KB

Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna)

Aluminium pembungkus rusak

Pada paket/strip, ada pil yang hilang

Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik cokelat, mudah pecah)
2. Kondom

Kondom terlihat rusak

Kemasan kondom terbuka/bocor

Segel kemasan tidak utuh
3. AKDR

Kemasan steril sudah rusak/terbuka
Catatan: efektivitas AKDR Cu tidak berkurang bila Cu-nya terlihat gelap atau ada
noda/bintik hitam
4. Suntik KB

Cairan memadat, walaupun sudah dikocok
Catatan: bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan
5. Implan

Kemasan steril terlihat rusak

Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut hilang atau berubah warna (tidak
putih)

Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut rusak atau bengkok/tidak lurus)
6. Spermisida

Tube/kemasan jelli mengkerut

Aplikator/tutup tube tidak mudah dibuka
7. Tablet Foam

Kemasan rusak atau ada tablet yang hilang
69

Kemasannya membengkak/menggelembung (menandakan bahwa isi di dalamnya
lembab/bocor)

Tablet telah berubah warna (seharusnya berwarna putih)

Tablet terlihat lunak, lembab/basah, beruap, atau mudah hancur
b. Panduan inventaris alat/obat kontrasepsi
Penjagaan mutu alat/obat kontrasepsi pada tempat penyimpanan
Efektivitas dan mutu alat/obat kontrasepsi dapat terjaga dengan baik, apabila
disimpan dalam kondisi yang baik. Guna menjaga kondisi ini maka dapat dilihat uraian
berikut ini.
Jenis Kontrasepsi
Pil KB
Kondisi penyimpanan
Masa kadaluarsa
Simpan di tempat kering, dan jauhkan dari 5 tahun
sinar matahari langsung.
Simpan di tempat kering, yaitu suhu > 40°C
Kondom
dan jauhkan dari sinar matahari langsung, 3-5 tahun
bahan kimia, dan bahan yang mudah
terbakar.
AKDR
Lindungi dari kelembaban, sinar matahari 7 tahun
langsung, suhu 15 – 30°C.
Spermisida
Simpan pada ruang bersuhu 15 - 30°C, 3 – 5 tahun
jauhkan dari temperatur tinggi.
Implan
Simpan di tempat kering, suhu > 30°C.
5 tahun
Simpan pada ruang bersuhu 15 - 30°C posisi
Suntik KB
vials tegak lurus menghadap ke atas,
jauhkan dari sinar matahari langsung.
Cara melakukan pengecekan kualitas alat/obat kontrasepsi
Untuk memastikan apakah alat/obat kontrasepsi dalam kodisi baik, sebelum didistribusikan
kepada klien, hal-hal yang dilakukan petugas sebagai berikut:
1. Petugas melakukan pengecekan kondisi fisik atas alat/obat kontrasepsi yang diterima.
2. Apabila kondisi kontrasepsi baik, kemudian akan disimpan lebih dari 6 bulan, apabila
kondisi tempat penyimpanan kurang baik terlalu panas/lembab), petugas perlu
melakukan pengecekan fisik secara berkala (mingguan/bulanan).
3. Lakukan pencatatan dan pelaporan atas temuan yang ada untuk mendapatkan solusi
yang baik.
70
Persyaratan Minimal Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu mata rantai fasilitas pelayanan
medis Keluarga Berencana yang pada umumnya terpadu dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana meliputi fasilitas pelayanan Keluarga Berencana
profesional dan fasilitas pelayanan Keluarga Berencanan masyarakat.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional diselenggarakan oleh tenaga
profesional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat kesehatan. Fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana profesional yang bersifat bergerak (mobil) adalah pelayanan yang
menjangkau masyarakat di pedesaan, yaitu Tim Keluarga Berencana Keliling, Puskesmas Keliling,
dan Tim mobil Kontap.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana oleh masyarakat adalah pelayanan Keluarga
Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat, meliputi PPKBD, Sun PPKBD, Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Pos KB – Kes, Kelompok Akseptor.
A. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana
Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode:
1. Sederhana (kondom, obat vaginal)
2. Pil KB
3. Suntik KB
4. AKDR/Implan bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih
5. Upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan
Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana:
1. Memberikan pelayanan KIE medis selama ataupun sesudah pelayanan
2. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB
3. Memberikan pelayanan AKDR/Implan dan pelayanan konseling bagi fasilitas pelayanan
yang memiliki tenaga bidan terlatih
4. Memberikan pelayanan rujukan sesuai dengan kemampuan
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana:
Tenaga minimal yang diperlukan adalah bidan yang sudah mendapat pelatihan Keluarga
Berencana.
71
Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana berokasi dan merupakan bagian dari:
1. Puskesmas pembantu
2. Balai pengobatan swasta
3. Balai kesehatan Ibu dan Anak swasta
4. Pos kesehatan TNI/POLRI
5. Fasilitas pelayanan keluarga berencana khusus (instansi pemerintah/swasta)
6. Dokter/bidan praktik swasta
7. Pondok bersalin desa (bidan di desa)
Prasarana dan Sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sederhana:
1. Ruangan, perlengkapan, dan peralatan
Ruangan tunggu, pendaftaran serta KIE medis, biasanya dipakai bersama dengan
pelayanan kesehatan lain. Ukuran minimal 2,5 x 4 m² dengan perlengkapan minimal.
2. Perlengkapan dan obat-obatan

Pelayanan metode kontrasepsi sederhana

Pelayanan metode pil KB

Pelayanan metode suntikan KB

Pelayanan metode AKDR/Implan
3. Papan nama fasilitas pelayanan
Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
B. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap
Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode:
1. Sederhana
2. Pil KB
3. Suntik KB
4. AKDR
5. Pemasangan/pencabutan implan
6. Kontrasepsi mantap pria, bagi yang memenuhi persyaratan
Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap:
1. Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
2. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, dan implan serta
kontrasepsi mantap pria bagi yang memenuhi persyaratan
3. Memberikan pelayanan konseling bagi fasilitas yang memiliki tenaga bidan terlatih
4. Memberikan pelayanan penaggulangan efek samping dan komplikasi sesuai dengan
kemampuan
72
5. Memberikan pelayanan rujukan
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap:
1. Dokter umum yang sudah mendapat pelatihan
2. Bidan atau perawat yang sudah mendapat pelatihan
3. Tenaga administrasi
Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap berlokasi dan merupakan bagian dari:
1. Puskesmas/Puskesmas dengan rawat inap
2. Balai pengobatan swasta
3. Balai kesehatan Ibu dan Anak swasta
4. Poliklinik TNI/POLRI
5. Rumah bersalin
Prasarana dan sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Lengkap:
1. Ruangan, perlengkapan, dan peralatan
Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan
perlengkapan minimal.
2. Perlengkapan dan obat-obatan

Pelayanan metode kontrasepsi sederhana

Pelayanan metode pil Kb

Pelayanan metode suntikan KB

Pelayanan metode AKDR

Pelayanan metode Implan

Pelayanan metode mantap pria, bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
3. Papan nama fasilitas pelayanan
Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
C. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna
Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode:
1. Sederhana
2. Pil KB
3. Suntik KB
4. AKDR
5. Pemasangan/pencabutan implan
6. Kontrasepsi mantap pria
7. Kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
73
Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna:
1. Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan
2. Memberikan pelayanan sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implan, dan kontrasepsi mantap
pria serta kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
3. Memberikan pelayanan konseling bagi klien
4. Memberikan pelayanan penanggulanagn efek samping dan komplikasi
5. Memberikan pelayanan rujukan
6. Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas sesuai dengan kemampuan
7. Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi
persyaratan
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna:
1. Dokter spesialis kebidanan/dokter spesialis bedah/dokter umum yang telah mendapat
pelatihan
2. Satu orang bidan yang telah mendapat pelatihan
3. Satu perawat kesehatan yang telah mendapat pelatihan
4. Satu orang tenaga konseling
5. Satu orang tenaga administrasi
Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna berlokasi dan merupakan bagian dari:
1. RSU kelas C yang mempunyai dokter spesialis obstetri dan ginekologi dan dokter spesialis
bedah serta umum yang telah mendapat pelatihan
2. RSU swasta setara yang mempunyai dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis bedah
serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan
3. RSU TNI/POLRI yang mempunyai dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis bedah
serta dokter umum yang telah mendapat pelatihan
4. RS Bersalin
Prasarana dan sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Sempurna:
1. Ruangan, perlengkapan, dan peralatan
Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan
peralatan minimal.
2. Perlengkapan dan obat-obatan

Pelayanan metode kontrasepsi sederhana

Pelayanan metode kontrasepsi pil KB

Pelayanan metode kontrasepsi suntik KB

Pelayanan metode kontrasepsi AKDR
74

Pelayanan metode kontrasepsi implan

Pelayanan metode mantap pria

Pelayanan metode mantap wanita, bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
3. Papan nama fasilitas pelayanan
Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
D. Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna
Merupakan fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan semua jenis pelayanan
kontrasepsi ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
Fungsi fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna:
1. Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan
2. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR dan implan serta
kontrasepsi mantap pria dan wanita
3. Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi
4. Memberikan pelayanan rujukan
5. Memberikan pelayanan rekanalisasi
6. Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan
8. Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling
9. Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis
Tenaga di fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna:
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan penanggulangan
infertilitas dan rekanalisasi
2. Dokter spesialis bedah yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas dan
rekanalisasi
3. Dokter spesialis anestesi
4. Dokter spesialis urologi
5. Dokter umum yang telah mendapat pelatihan
6. Tenaga konseling yang telah mendapat pelatihan
7. Bidan dan perawat yang telah mendapat pelatihan
8. Tenaga administrasi yang telah mendapat pelatihan
Fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna berlokasi dan merupakan bagian dari:
1. RSU kelas A
2. RSU TNI/POLRI kelas I
3. RSU swasta setara
75
4. RSU kelas B yang sudah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rekanalisasi
Prasarana dan sarana fasilitas pelayanan Keluarga berencana Paripurna:
1. Ruangan, perlengkapan dan peralatan
Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan
peralatan minimal.
2. Perlengkapan dan obat-obatan

Pelayanan metode kontrasepsi sederhana

Pelayanan metode pil KB

Pelayanan metode suntik KB

Pelayanan metode AKDR

Pelayanan metode implan

Pelayanan kontrasepsi mantap pria dan wanita

Pemayanan infertilitas dan rekanalisasi
3. Papan nama fasilitas pelayanan
Ukuran 60 x 20 cm², berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
76
Supervisi Fasilitas
A. Pengertian
Supervisi adalah proses atau kegiatan untuk melihat kinerja suatu unit atau individu
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tugas, program, atau pun semua aktivitas yang
dijalankan untuk mencapai suatu standar/target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Supervisi fasilitatif adalah suatu pendekatan supervisi dengan lebih mementingkan
kepada monitoring, pemecahan masalah bersama, dan komunikasi dua arah supervisor dan
yang disupervisi.
B. Tujuan
Menjaga proses juga mutu berlangsung secara berkesinambungan dengan cara
mempertemukan harapan klien dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.
C. Fokus dan cara melakukannya
Fokus supervisi fasilitatif adalah pada sistem dan proses kinerja dengan memanfaatkan
data/informasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta menentukan akar
penyebab masalah. Kemudian diaplikasikan upaya pemecahan masalah terpilih dalam rangka
menjaga dan memperbaiki kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan mencangkup depalan dimensi mutu:

Kompetensi teknis pelaksana pelayanan

Akses klien terhadap fasilitas pelayanan

Efektivitas pelayanan

Efesiensi pelayanan

Hubungan antarmanusia yaitu antara klien dan pelaksana pelayanan

Kesinambungan pelayanan

Keamanan pelayanan

Kenyamanan pelayanan
D. Karakteristik
Seorang supervisi fasilitatif diharapkan mempunyai krakteristik sebagai berikut:

Mempunyai sifat pemimpin

Mempunyai keterampilan berkomunikasi

Mempunyai kemampuan sebagai fasilitator yang dapat membantu sasaran selia

Mempunyai kemampuan analisis dan menemukan akar masalah

Mempunyai kemampuan sebagai narasumber dan mediator
77
E. Peran

Lakukan pengamatan mendalam dengan cara menelusuri penyebab dan faktor yang
mempengaruhi timbulnya masalah

Temukan kekuatan dan kelemahan kinerja tanpa menghakimi objek selia dan berusaha
memberikan saran yang sesuai. Gunakan alat penyelia yang berupa daftar tilik yang
terstruktur yang baik

Fokuskan supervisi pada proses dan sistem, bukan pada individu

Berorientasi pada pedoman mendatang dan bukan melihat pada kesalahan yang telah
terjadi

Lakukan supervisi yang berkesinambungan dengan cara pemantauan hasil supervisi yang
lalu serta menindaklanjuti
F. Waktu pelaksana
Supervisi fasilitatif dilakukan:

Setelah pelatihan keterampilan (pascapelatihan)

Supervisi rutin berkala

Permintaan objek selia
78
PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB
1. Latar Belakang
Dalam membuat monitoring dan evaluasi pelayanan Keluarga Berencana (KB)
diperlukan suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan. Pelayanan program KB secara Nasional
memiliki arti suatu proses untuk mendapatkan data dan informasi yang merupakan suatu
substansi pokok dalam system informasi program KB Nasional dan dibutuhkan untuk
kepentingan operasional program.
Data dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan,
pemantauan, dan penilaian serta pengendalian program. Oleh karena itu data dan informasi
yang dihasilkan harus akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya. Dalam upaya memenuhi harapan
tersebut, seyogyanya data dan informasi yang didapat hendaknya berkualitas, untuk itu perlu
dilakukan langkah-langkah penyempurnaan sesuai dengan perkembangan program dengan visi
dan misi program baru serta perkembangan kemauan teknologi informasi.
Pencatatan dan pelaporan program KB secara nasional tahun 2001 telah dilaksanakan
sesuai dengan system, pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui instruksi Menteri
Pemberdayaan Perempuan, dan Kepala BKKBN Nomor 191/HK-011/D2/2000 tanggal 29
september 2000 tentang kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional meliputi
pengumpulan, pencatatan, serta pengelolahan data dan informasi tentang kegiatan dan hasil
kegiatan operasional.
Dewasa ini sistem pencatatan dan pelaporan telah disesuaikan dengan tuntutan informasi,
desentralisasi dan perbaikan kualitas. Sistem pencatatan dan pelaporan program KB Nasional
yang disesuaikan meliputi sub sistem pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi, sub sistem
Pelaporan Pengendalian Lapangan serta Sub sistem pencatatan Pelaporan Pengendalian
Keluarga dan Sub sistem Pencatatan Pelaporan Pendataan Keluarga Miskin.
2. Batasan
Dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan yang tepat dan benar diperlukan
keseragaman pengertian sebagai berikut :
1) Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan KB.
2) Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi.
3) Peserta KB baru adalah PUS yang pertama kali mengguakan kontrasepsi atau PUS yang
kembali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan
keguguran atau persalinan.
79
4) Peserta KB lama adalah peserta KB yang masih menggunakan kontrasepsi, namun tidak
ada tanda-tanda kehamilan.
5) Peserta KB ganti cara adalah peseta KB yang berganti pemakaian dari satu metode
kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.
6) Pelayanan fasilitas pelayanan KB adalah semua kegiatan pelayanan kontrasepsi oleh
fasilitas pelayanan KB baik berupa pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun
tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang diberikan pada
PUS baik calon maupun peserta KB.
7) Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di dalam fasilitas pelayanan adalah
pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan
kontrasepsi kepada calon dan peserta KB yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan KB.
8) Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di luar fasilitas pelayanan adalah
pemberian pelayanan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB maupun tindakan-tindakan
lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan di luar fasilitas
pelayanan KB (TKBK,Safari,Posyandu).
3. Definisi fasilitas pelayanan KB:
Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal seorang paramedis atau dan yang sudah mendapat latihan KB dan memberikan
pelayanan KB baik dengan cara sederhana (kondom,obat vaginal), pil KB,suntik KB, IUD bagi
fasilitas pelayanan yang mempunyai bidang yang telah mendapat pelatihan serta upaya
penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukannya.
Fasilitas pelayanan KB lengkap adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal dokter umum yang telah mendapat pelatihan dan memberikan pelayanan: cara
sederhana, suntik KB, IUD bagi dokter atau bidan yang telah mendapat pelatihan, implant bagi
dokter yang telah mendapat pelatihan, kontap pria bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
untuk pelayanan kontap pria.
Fasilitas pelayanan KB sempurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah/dokter umum yang telah mengikuti
pelatihan dan memberikan pelayanan: cara seerhana, pil KB, suntik KB, IUD, pemasangan dan
pencabutan implant, kontap pria, kontap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk
pelayanan kontap wanita.
Fasilitas pelayanan KB paripurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal dokter spesialis kebidanan yang telah mngikuti pelatihan penanggulangan infertilisasi
dan rekanalisasi/dokter spesialis bedah yang telah mengikuti pelatihan pengaggulangan
infertilitas dan rekanalisasi serta memberikan pelayanan semua jenis kontrasepsi ditambah
80
dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas. Status fasilitas pelayanan KB
adalah status kepemilikan pengelolaan fasilitas pelayanan KB yang dikelompokkan dalam 4
(empat) status kepemilikan yaitu: Depkes, ABRI, Swasta serta instansi pemerintah lain diluar
Depkes dan ABRI.
4. Konseling
Konseling merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedik
dalam bentuk percakapan individual dalam usaha untuk membantu PUS guna meningkatkan
kemampuan dalam memilih pengunaan metode kontrasepsi serta memantapkan penggunaan
kontrasepsi yang telah dipilih.
Konseling baru adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau
paramedic kepada calon peserta KB yang akhirnya menjadi peserta KB baru pada saat itu.
Konseling lama adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau
paramedik kepada peserta KB untuk memantapkan penggunaan kontrasepsi. Konseling akibat
sampingan atau komplikasi adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan akibat penggunaan
kontrasepsi. Sedangkan konseling akibat sampingan atau komplikasi ringan adalah kelainan
dan atau gangguan kesehatan penggunaan kontrasepsi yang penanganannya tidak memerlukan
rawat inap.
Konseling akibat sampingan atau komplikasi berat adalah kelainan dan atau gangguan
kesehatan akibat penggunaan kontrasepsi yang penanganannya memerlukan rawat inap.
Kegagalan adalah terjadinya kehamilan pada peserta KB.
5. Jenis-jenis Serta Kegunaan, Register, dan Formulir.
1) Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/85)
Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru dan
pendaftaran ulang semua klinik KB. Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun
anggaran (bulan maret setiap tahun). Kartu ini berisi infomasi tentang identitas klinik KB,
jumlah tenaga, dan sarana klinik KB serta jumlah desa di wilayah kerja klinik KB yang
bersangkutan.
2) Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/B/89)
Dipergunakan sebagai tanda pengenal dan tanda bukti bagi setiap peserta KB. Kartu
ini diberikan terutama kepada peserta KB baru baik dari pelayanan KB jalur pemerintah
maupun swasta (dokter/bidan praktek swasta/apotek dan RS/Klinik KB swasta). Pada jalur
pelayanan pemerintah, kartu ini merupakan sarana untuk memudahkan mencari kartu status
peserta KB (K/IV/KB/85). Kartu ini merupakan sumber informasi bagi PPKBD/Sub PPKB
tentang kesertaan anggota binaannya di dalam berKB.
81
3) Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/85)
Dibuat bagi setiap pengunjung baru klinik KB yaitu peserta KB baru dan peserta KB
lama pindahan dari klinik KB lain atau tempat pelayanan KB lain. Kartu ini berfungsi untuk
mencatat ciri-ciri akseptor hasil pemeriksaan klinik KB dan kunjungan ulangan peserta KB.
4) Kartu Klinik KB (R/I/KB/90)
Dipergunakan untuk mencatat semua hasil pelayanan kontrasepsi kepada semua
peserta KB setiap hari pelayanan. Tujuan penggunaan register ini adalah untuk
memudahkan petugas klinik KB dalam membuat laporan pada akhir bulan.
5) Register Alat-alat Kontrasepsi di Klinik KB (R/II/KB/85)
Dipergunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran (mutasi) alat-alat
kontrasepsi di klinik KB. Tujuan adalah untuk memudahkan membuat laporan tentang alat
kontrasepsi setiap akhir bulan.
6) Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90)
Dipergunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan, 1 lembar untuk Unit
Pelaksana Kepala klinik.
7) Kartu Pendaftaran Klinik Keluarga Berencana (K/O/KB/85)
Kartu ini digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama dan pendaftaran ulang
semua klinik KB. Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan Maret
setiap tahun). Kartu ini berisi informasi tentang identitas klinik, tenaga dan saran klinik KB
yang bersangkutan. Kartu ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan tambahan lembar
”khusus” pada lembar pertama yang dipergunakan untuk laporan ke BKBN pusat. Kartu
ini ditandatangani oleh penanggung jawab klinik KB yang bersangkutan. Kartu
pendaftaran ini setelah diisi dan masing – masing dikirim ke unit :
1) 1 lembar K/O/KB/85 yang khusus (bagian sebelah kanan dari lembar pertama untuk
BKBN pusat di Jakarta.
2) 1 lembar untuk BKBN propinsi
3) 1 lembar untuk Unit Pelaksana Propinsi
4) 1 lembar untuk BKBN Kabupaten/kotamadya
Halaman depan terdiri dari dua bagian yaitu:
82
1) Bagian sebelah kiri, untuk mencatat cir-ciri peserta KB. Bagian ini terutama
dimaksudkan untuk mencatat cir-ciri setiap peserta KB baik peserta KB baru maupun
peserta KB pindahan dari klinik KB/tempat pelayanan kontrasepsi lain
2) Data dibagian ini sangat diperlukan apabila suatu saat untuk mengetahui ciri-ciri
akseptor KB secara Nasional maupun tingkat wilayah lainya.Bagian sebelah kanan,
untuk mencatat hasi-hasil pemeriksaan klinik.
3) Petugas klinik KB yang melakukan pengisisan K/IV/KV/85 membutuhkan tanda
tangan dan nama terang pada K/IV/KV/85 di tempat yang telah disediakan.
8) Register Alat-alat Kontrasepsi KB (R/II/KB/85)
Register ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah petugas klinik KB
memuat/mengisi laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/9), khususnya untuk bagian tabel V
: “Persediaan Kontrasepsi di Klinik KB”. Pada setiap hari pelayanan, semua penerimaan
dan engeluaran kontrasepsi dicatat/dibukukan dalam register alat-alat kontrasepsi ini.
Setiap baris menunjukan penerimaan/pengeluaran kontrasepsi pada satu tanggal tertentu.
Pada hari/tanggal berikutnya, pengeluaran/pemasukan dicatat
pada hari/tanggal
berikutnya, demikian dan seterusnya untuk setiap hari pelayanan, sampai habis periode
satu bulan.
Setelah sampai pada hari/tanggal terakhir dari satu bulan yang bersangkutan
dilakukan penjumlahan untuk penerimaan dan pengeluaran alat kontrasepsi selama satu
bulan. Disamping, kedalam register ini dituliskan pula sisa (stock) alat-alat kontrasepsi
yang ada diklinik KB pada akhir bulan. Untuk tiap hari dalam bulan berikutnya pencatatan
dilakukan pada lembar (halaman) baru.
9) Laporan Bulanan Klinik Keluarga Berencan (F/II/KB/90)
Laporan bulanan klinik KB dibuat oleh petugas klinik KB sebulan sekali, yaitu pada
setiap akhir bulan kegiatan pelayanan kontrasepsi di klinik KB. Laporan bulanan klinik KB
sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan pelayanan kontrasepsi dan haasilnya, yaitu
pelayanan ole klinik KB(di dalam dan diluar klinik KB) serta PPKBD/Sub PPKBD
diwilayah binaan klinik KB yang bersangkutan.
Laporan bulanan klinik KB ditandatangani oleh pimpinan klinik KB atau petugas
yang ditunjuk. Laporan bulanan klinik KB dibuat rangkap 5(lima), yaitu:
 1 (satu) lembar dikirim ke BKKBN Pusat
 1(satu) lembar dikirim ke BKKBN Kabupaten Kota Madya
 1 (satu) lembar dikirim ke Unit Pelaksanatingkat Kabupaten Kota Madya
 1 (satu) lembar dikirim ke Camat
 1 (satu) lembar sebagai arsip untuk klinik kB yang bersangkutan
83
Laporan bulanan klinik KB yang dikirim ke BKKBN Pusat (Minat Biro Pencatatan
dan Pelaporan) dengan menggunakan sampul atau amplop khusus tanpa dibubuhi perangko
dan sudah harus dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Pengisian
laporan bulanan klinik kB ini didasarkan pada data yang terdapat dalam :
 Register klinik KB (R/I/KB/89)
 Register alat kontrasepsi KB (R/I/KB/85)
 Laporan bulanan PLKB (F/I/PLKB/90)
 Laporan-laporan serta catatan-catatan lainya.
10)
Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB (REK/F/II/89)
Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB (REK/F/II/KB/89) ini dibuat sebuan sekali,
yaiu pada awal bulan berikutna dari bulan laporan. Tujuannya untuk meaporkan seluruh
kegiatan pelayanan KB dan hasilnya dari seluruh klinik KB yang berada di suatu wilayah
kabupaten/kotamadya pada satu bulan laporan.
Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB
ini dibuat oleh BKKBN Kabupaten/Kotamadya dalam rangkap 3 (tiga) dan dikirim kepada:
 1 (satu) lembar untuk BKKBN Propinsi.
 1 (satu) lembar untuk Unit Pelayanan KB Departemen Kesehatan Tingkat
Kabupaten/Kotamadya.
 1 (satu) lembar untuk arsip.
11)
Rekapitulasi
 Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB ini harus sudah dikirimkan ke BKKBN
Propinsi yang bersankutan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya dari bulan
laporan.
Lembar
rekapitulasi
ini
ditandatangani
oleh
Kepala
BKKBN
Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan.
Pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB ditujukan kepada
kegiatan dan hasil kegiatan operasional yang meliputi:
a.
Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
Hasil Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi baik di Klinik KB maupun di Dokter/bidan
Praktek Swasta
b.
Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB
 Mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
84
Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, diharapkan dapat
menyediakan berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi diseluruh wilayah
sampai tingkat kecamatan dan desa. Adapun mekanisme pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi sebagai berikut:
a.
Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB dan pendaftaran ulang setiap
bulan Januari, smua klinik KB mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/OO)
b.
Setiap peserrta KB baru dan pindahahn dibuat Kartu Status peserta KB
(K/IV/KB/00) yang antara lain memuat cirri-ciri peserta KB bersangkutan. Kartu
ini disimpan di klinik dan digunakan waktu kunjungan ulang.
c.
Setiap peserta KB baru atau pindahan dari klinik KB dibuat Kartu Pesreta KB
(K/I/KB/00)
d.
Setiap pelayanan KB di klinik KB, dicatat dalam Register klinik KB (R/I/KB/00)
dan pada akhir bulan dijumlahkan, karena register ini merupakan sumber data untuk
membuat laporan bulanan klinik
e.
Setiap penerimaan dan pengeliaran jenis alat kontrasepsi oleh klinik dicatat dalam
Register Alat kontrasepsi KB (R/II/OO), setiap akhir bulan dijumlahkan sebagai
sumber membuat laporan bulanan
f.
Pelayanan KB yang dilakukan oleh Dokter/Bidan praktek swasta setiap hari dicatat
dalam buku hasil pelayanan kontrasepsi pada Dokter/Bidan Swasta (B/I/DBS/00).
Setiap akhir bulan dijumlahkan dan merupakan sumber data dalam membuat
laporan nulanan petugas penghubung DBS/PBS
g.
Setiap bulan PKB/PLKB tatu petugas yang ditunjuk sebagai petugas penghubung
dokter/bidan praktek swasta membuat laporan bulanan ini merupakan sumber data
untuk pengisian laporan bulanan klinik KB.
h.
Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik KB (F/II/KB/000) yang
datanya diambil dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/KB/00) Laporan
bulanan petugas Penghubung Dokter/Bidan Praktek Swasta (F/I/PH/-DBS/00) dan
Register Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/00).
 Arus Laporan Pelayanan Informasi adalah sebagai berikut:
Kartu pembinaan klinik KB (KB/0/KB/00) dibuat oleh klinik KB rangkap 2 (dua).
1 lembar untuk kantor BKKBN kabupaten/kota yang dikirim selambat-lambatnya
tanggal 7 februari setiap bulan ke kantor BKKBN kabupaten/kota dan arsip. Laporan
bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrsepsi oleh dokter/bidan praktek
swasta dalam rnagkap 2 (dua). Dikirim selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya
ke klinik bidan induk di wilayah kerjanya dan arsip.
85
Laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/00) dibuat oleh klinik KB dalam rangkap 4
(empat) dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 7 bulan berikutnya, masing-masing
ke kantor BKKBN kabupaten/kota, mitra kerja tingkat II, kantor Camat dan Arsip.
Rekapitulasi
kartu
pendaftaran
klinik
KB
Tingkat
Kabupaten/lota
(RekKab.k/0/KB/00), dibuat rangkap 2 (dua) oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dan
dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 14 februari setiap tahun, masing-masing ke
kanwil BKKBN Kabupaten Propinsi dan Arsip.
Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB Tingkat kabupaten/kota (RekKab/F/KB/00) dibuat 2 (dua) rangkap setiap bulan oleh kantor BKKBN kabupaten/kota
dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya ke kanwil BKKBN Propinsi
dan Arsip.
Rekapitulasi Kartu pendaftaran klinik KB tingkat propinsi (Rek-prop.K/0/KB/00)
dibuat rangkap 2 (dua) oleh kanwil BKKBN propinsi dan dikirim selambat-lambatnya
tanggal 21 februari setiap tahun ke BKKBN pusat dan Arsip. Rekapitulasi laporan
bulanan klinik KB tingkat propinsi (Rek.prop./F/KB/00) dibuat rangkap 2 (dua) oleh
kanwil BKKBN propinsi dan dikirim selambat-lambatnya tanggak 15 bulan berikutnya
ke BKKBN Pusat dan Arsip. BKKBN propinsi (bidang informasi keluarga dan analisa
program) setiap bulan menyampaikan laporan umpan balik ke kantor BKKBN pusat, ke
kanwil BKKBN, kabupaten dan mitra kerja tingkat I.
BKKBN Pusat (Direktorat Pelaporan dan Statistik) setiap bulan menyampaikan
umpan balik kepda semua pimpinan di jajaran BKKBN Pusat, ke kanwil BKKBN,
propinsi dan Mitra kerja Tingkat Pusat
6. Monitoring dan Evaluasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kontrasepsi masih dirasakan adanya
kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu dilakukan monitoring dan evaluasi. Melalui
system pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrsepsi dari hasil monitoring dan evaluasi
tersebut dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat dilakukan
perbaikan kegiatan system pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
1.
Cakupan laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporan meliputi jumlah,
ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat ini lapangan sampai tingkat pusat.
2.
Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas data pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi perlu dilihat bagaimana masukan laporan, baik laporan bulanan maupun
86
laporan tahuna serta bagamana informasi yang disajikan setiap bulan atau tahunan. Dalam
hal ini sering/dapat terjadi laporan mengalami keterlambatan dan cakupannya belum dapat
optimal maupun kualitas dan kuantitas datanya serta informasi yang disampaikan belum
optimal. Keterlambatan penyajian data informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh
proses pengumpulan data laporannya terlambat serta banyaknya kesalahan pengelolahan
ke bawah dan ke samping sehingga memperlambat proses pengelolahannya.
3.
Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas
tenaga:
 Ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaiman kondisi jumlah tenaga klinik yang melakuka pencatatan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
 Kualitas tenaga
Apakah petugas klinik sudah mengikuti pelatihan RR
4.
Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat bagaimana sarana, perlu dilihat
bagaimana sarana pendukung kelancaran pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
diantaranya:

Ketersedian formulir dan kartu

Ketersedian Buku Petunjuk Teknis pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi

Ketersediaan faksimili untuk seluruh kabupaten/kota untuk kecepatan pelaporan

Ketersedian computer sampai dengan tingkat kabupaten/kota
87
PENDOKUMENTASIAN RUJUKAN KB
Tujuan sistem rujukan disini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama ditujukan
umtuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang
timbul, baik secara vertical maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah adsministrasi. Dengan pengertian
tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten dengan tujuan untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi.
1. Tata Laksana
Rujukan Medik dapat berlangsung
a. Internal antar petugas di satu puskesmas
b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
c. Antara masyarakat dan puskesmas
d. Anatara satu puskesmas dan puskesmas lain
e. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
f. Internal antara bagian/unit palayanan di dalam satu rumah sakit
g. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit laboratorium
atau pelayanan fasilitas yang lain.
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam system rujukan tersebut berjenjang
dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan
nasional denga dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik kesatuan pelayanan yang
lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien-klien ke
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengaharuskan
pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan. Untuk itu dalam
melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:
a.
Konseling tentangkondisi klien yang menyebabkan memerlukan rujukan
b.
Konseling tentang kondisi yang diharapka diperoleh di tempat rujukan
c.
Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
d.
Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat ini
riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan
e.
Bila perlu berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien
88
f.
Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tenpat rujukan harus didampingi
perawat/bidan
g.
Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkin segera menerima
rujukan klien
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberi upaya
penangulanggan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien
ketempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan :
a.
Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan
b.
Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi
c.
Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien berikut
upaya penaggulangan yang telah diberikan serta sasaran upaya pelayanan lanjutan yang harus
dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi.
89
PENCEGAHAN INFEKSI
Tujuan

Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya penyakit infeksi

Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan kontrasepsi metode
AKDR, suntik, susuk, dan kontrasepsi mantap

Menurunkan risiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS, baik
bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan
A. Perlindungan dari infeksi dikalangan petugas
Beberapa hal berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar:

Anggap setiap orang (klien maupun staf) dapat menularkan infeksi

Cuci tangan – upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang

Gunakan (sepasang sarung tanga sebelum menyentuh apa pun yang basah seperti kulit
terkelupas, membran mukosa, darah atau duh tubuh lain, serta alat-alat yang telah dipakai
dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan invasif

Gunakan perlindungan fisik (misalnya: kacamata pelindung (goooles), masker, dan
celemek) untuk mengantisipasi percikan duh tubuh (sekresi maupun ekskresi), contohnya
ketika membersihkan alat-alat maupun bahan lainnya

Gunakan bahan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun mebran mukosa sebelum
melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan
bahan antiseptik berbahan dasar alkohol

Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup jarum suntik (recapping),
memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin, gunakan jarum tumpul
untuk menjahit luka

Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas
pembuangan dan untuk mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada masyarakat

Pemprosesan terhadap instrumen, sarung tangan dan bahan lain setelah dipakai dengan cara
mendekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% dan di cuci bersih, kemudian disterilisasi
atau didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan cara yang di anjurkan.
1. Upaya kewaspadaan standar
a) Mencuci tangan

Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi dan benda-benda yang
terkontaminasi

Segera setelah melepas sarung tangan

Sebelum dan setelah mmeriksa pasien satu ke pasien lain
90
b) Sarung tangan

Untuk kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, bahan-bahan yang terkontaminasi

Untuk kontak dengan membran mukosa dan kulit yang tak utuh (non-intact skin):
koyak, terkelupas, dll
c) Masker, kacamata, pelindung wajah

Melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi kontak
dengan darah dan duh tubuh
d) Gaun operasi

Melindungi kulit dari percikan darah maupun duh tubuh lain

Mencegah agar pakaian tidak terkontaminasi darah maupun duh tubuh selama
melakukan tindakan
e) Kain linen

Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak menyentuh
kulit maupun membran mukosa

Jangan lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang telah terkontaminasi
f) Peralatan untuk perawatan klien

Tangani alat yang telah terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh
kulit atau membran mukosa dan untuk mencegah agar baju maupun lingkungan
tidak terkontaminasi

Bersihkan peralatan pakai ulang (reusable) sebelum digunakan kembali
g) Membersihkan lingkungan

Perawatan rutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan perabotan di
ruang asuhan pasien
h) Benda-benda tajam

Hendaknya selalu memakai autodisable syringe

Jangan memasang kembali tutup jarum suntik yang telah digunakan

Jangan melepas jarum dari alat suntik/sempit sekali pakai (disposable)

Jangan membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan tangan

Letakkan benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam wadah anti tusukan
i) Resusitasi pasien

Gunakan pelindung mulut, kantung resusitasi, atau alat pernapasan lainnya untuk
menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke mulut
j) Penempatan pasien
Tempatkan pasien yang dapat mengkontaminasi lingkungan maupun yang tidak
terjamin kebersihannya pada ruang khusus/terpisah.
91
B. Pemprosesan alat
1. Dekontaminasi

Memakai sarung tangan

Rendam alat-alat selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5 % (didapatkan dengan
mencampur 1 bagian pemutih deterjen dengan 9 bagian air)

Permukaan (terutama meja tindakan) yang mungkin terkena duh tubuh harus
didekontaminasi. Lap dengan disenfektan misalnya dengan klorin 0,5 % sebelum
dipakai kembali, atau jika tampak terkontaminasi, atau sekurang-kurangnya setiap hari
merupakan cara dekontaminasi yang tidak mahal.
2. Pencucian dan pembilasan

Pakai sarung tangan tebal (sarung tangan rumah tangga)

Cuci semua instrumen dengan air, deterjen dan sikat yang lembut

Sikat semua geligi, sambungan dan permukaan alat

Bilas bersih hingga deterjen hilang karena beberapa deterjen dapat menghambat kerja
disinfekten kimiawi

Keringkan instrumen
3. Sterilisasi

Sterilisasi uap
 121°C, 106kpa, waktu yang diperlukan 20 menit untuk alat yang tidak dibungkus,
30 menit untuk alat yang dibungkus
 Jangan memuat alat terlalu banyak
 Diamkan semua alat sampai kering sebelum diangkat

Sterilisasi panas kering (oven)
 170°C selama 1 jam (total waktu keseluruhan proses), waktu penghitungan dimulai
setelah suhu yang diinginkan tercapai
 Untuk alat-alat tajam (gunting, jarum), sterilisasi dilakukan dengan suhu 160°C
selama 2 jam (total waktu keseluruhan proses)

Sterilisasi kimia
 Glutaraldehid (cydex): direndam selama 8-10 jam
 Formaldehid 8 %, direndam selama 24 jam
 Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum disimpan
4. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

DTT denga merebus
Petunjuk merebus:
 Seluruh alat harus terendam
 Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih
92
 Selalu merebus selama 20 menit dalam panci tertutup
 Jangan menambah apa pun ke dalam air mendidih
 Pakai alat tersebut sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering
yang telah di DTT. Simpan selama 1 minggu

DTT dengan mengukus
 Selalu kukus selama 20 menit dalam kukusan
 Kecilkan api sehingga air tetap mendidih
 Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap
 Jangan pakai lebih dari 3 panci uap
 Keringkan dalam panci tertutup ata kontainer DTT sebelum dipakai atau disimpan

DTT dengan kimia
Sejumlah disinfektan kimia untuk Disinfeksi Tingkat Tinggi:
 Klorin
 Formaldehid (formalin)
 Glutaraldehid
Langkah-langkah untuk DTT dengan kimia:
 Setelah didekontaminasi, cuci dan bilas alat-alat hingga bersih, kemudian
keringkan
 Rendam semua alat dalam larutan disinfektan selama 20 menit
 Bilas dengan air yang telah direbus dan keringkan dengan dianginkan
 Dapat disimpan selama 1 minggu dalam wadah kering dan tertutup yang telah di
DTT
 Untuk melakukan DTT pada wadah, rebus wadah tersebut (bisa kecil0 atau isi
dengan larutan klorin 0,5% dan rendam selama 20 menit. Bilas sisi dalam wadah
dengan air yang telah direbus. Keringkan dengan dianginkan sebelum digunakan
C. Pembuangan limbah
Tujuan pembuangan limbah dengan cara yang aman adalah:

Untuk mencegah penularan infeksi kepada petugas yang menangani limbah

Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyarakat di sekitar, dan

Untuk melindungi petugas yang menangani limbah dari luka tusuk
Limbah medis dapat berupa limbah terkontaminasi maupun tidak terkontaminasi.
Limbah yang tak terkontaminasi(seperti kertas dari kantor) tidak menimbulkan risiko infeksi
dapat dibuang ke tempat sampah umum. Limbah terkontminasi (darah atau alat/bahan
terkontaminasi darah) memerlukan penanganan yang benar untuk mengurangi penularan
infeksi kepada petugas klinik maupun kepada masyarakat setempat.
93
Cara penanganan limbah yang benar:

Menggunakan sarung tangan rumah tangga (utility gloves)

Memindahkan limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan dlaam wadah tertutup

Membuang alat/benda tajam ke dalam wadah tahan tusuk

Menuangkan limbah cair secara hati-hati ke dalam saluran pembuangan

Membakar atau mengbur limbah padat yang terkontaminasi

Mencuci tangan, sarung tangn, dan wadah yng telah digunakan untuk membuang limbah
yang dpat menginfeksi.
94
Infeksi menular seksual dan kontrasepsi
Pengertian
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang
mendapat perhatian penting pada kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Tipe Infeksi
Istilah ISR/IMS mencakup 4 tipe infeksi yaitu:
1. Infeksi yang merusak saluran reproduksi
2. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan yang tidak disebabkan karena penularan
melalui hubungan seks, tetapi merupakan pertumbuhan berlebih dari, bakteri yang
normal ada dalam vagina (bakteri vaginosis dan jamur)
3. Infeksi melalui hubungan seks yang memberi dampak lebih luas selain alat reproduksi
(sifilis dan HIV/AIDS)
4. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan akibat komplikasi dari tindakan yang
dilakukan untuk membantu kasus persalinan, keguguran dan pengguguran, insersi
AKDR atau operasi obstetri ginekologi
Jenis IMS
1. Gonore
2. Sifilis
3. Klamidia
4. Kandidiasis
5. Trikomoniasis
6. Bakterial vaginosis
7. Herpes simpleks
Komplikasi IMS
Pada perempuan
Pada bayi baru lahir
Pada laki-laki

Radang panggul

Prematuritas

Epididimitis

Infertilitas

Berat lahir rendah

Prostatitis

Kehamilan ektopik

Sifilis kongenital

Striktur uretra

Keguguran

Oftalmia neonatorum

Infertilitas

Lahir mati

Pneumonia klamidia

AIDS

Kenker serviks

Septikemia

Hepatitis

AIDS

AIDS

Hepatitis

Hepatitis
95
Skrining atau penapisan klien
1. Skrining klien dapat dilakukan dengan anamnesis yang cermat atau melalui konseling.
Apabila mungkin pemeriksaan organ reproduksi dilengkapi dengan pemeriksaan
laboratorium sederhana untuk melihat mikroorganisme yang ada (pemeriksaan duh
kelamin dengan mikroskop dan pewarnaan Gram, larutan NaCl dan KOH)
2. Berikan pengobatan sesuai dengan hasil temuan mikroorgganisme atau dari hasil
pendekatan sindrom
3. Selalu tanyakan pada klien adakah: duh vagina atau uretra; lesi atau ulkus pada alat
kelamin; pembengkakan pada kelenjar getah bening di daerah inguinal (selangkangan);
nyeri perut bagian bawah
4. Tanyakan juga apakah pasangannya mengalami hal seperti di atas
5. Riwayat hubungan seks seminggu sampai sebulan terakhir
6. Apakah klien atau pasangannya berganti pasangan dalam waktu sebulan ini?
7. Apakah klien atau pasangannya mempunyai aktivitas atau profesi yang menyebabkan
ia berganti pasangan atau sering berpindah tempat?
8. Apakah klien menyadari ia terkena IMS dan adakah usaha yang dilakukan sebelum
datang ke fasilitas ini?
Diagnosis dan pengobatan ISR/IMS
1. Diagnosis ISR/IMS pada fasilitas kesehatan bisa dilakukan berdasarkan pendekatan
sindrom dengan identifikasi gejala yang spesifik sesuai dengan jenis mikroorganisme
penginfeksi dan penilaian tentang risiko penularan
2. Pemeriksaan duh tubuh dengan laboratorium dan pemeriksaan serologi akan sangat
baik untuk mendapatkan ketepatan diagnosis dan pengobatan. Paling tidak fasilitas
pelayanan kontrasepsi atau pelayanan kesehatan reproduksi mempunyai perangkat
pemeriksaan laboratorium sederhana
3. Apabila diagnosis klien meragukan dan pengobatan tidak memberikan hasil yang
memuaskan, klien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan lain yang lebih lengkap dan
kemajuan penyembuhannya harus selalu dipantau
Kontrasepsi dan pencegahan IMS
Konseling, edukasi, peyanan kontrasepsi da pengobatan IMS secara terpadu merupakan
bagian yang penting untuk pencegahan dan mengurangi insiden IMS.
Jenis Kontrasepsi
Keterangan
96
Kondom lateks

Merupakan metode terbaik untuk pencegahan
IMS dan HIV/AIDS, bil digunakan terus
menerus dan benar

Tapi kondom tidak melindungi infeksi yang
berasal dari ulkus atau lesi pada selangkangan
yang tidak tertutup oleh kondom
Female
Condom
(Kondom 
perempuan)
Walaupun data klinis terbatas, kondom ini
cukup efektif untuk pencegahan kontak dengan
sperma maupun bakteri penyebab IMS dan HIV

Sebagai alternatif apabila kondom untuk lakilaki tidak ada atau tidak bisa digunakan

Terbatasnya pemakaian kondom perempuan
juga disebabkan oleh faktor harga dan kurang
nyaman
Spermisida

Tidak melindungi penularan IMS/HIV, oleh
karena itu pemakaian spermisida saja tanpa
pengaman (barrier) lain tidak dianjurkan
Diafragma

Digunakan bersama dengan spermisida, dapat
mengurangi
transmisi
IMS.
Perlindungan
terhadap HIV belum pernah dibukatikan

Sebagai alternatif apabila penggunaan kondom
laki-laki tidak bisa dilakukan
Metode kontrasepsi lain

Seluruh metode kontrasepsi yang lain tidak
dapat melindungi klien dari IMS dan HIV

Perempuan yang berisiko terhadap perlu
menggunakan tambahan kondom di samping
pemakaian metode kontrasepsi yang lain
97
Remaja dan kontrasepsi
Pengertian
Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun (menurut WHO dan
Departemen Kesehatan) atau 10-24 tahun (menurut UNFPA) dan belum menikah.
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan
kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahluk seksual.
Masalah
1. Sebagian remaja sudah mengalami pematangan organ reproduksi dan bisa berfungsi
atau bereproduksi, namun secara sosial, mental dan emosi mereka belum dewasa.
Mereka akan mengalami banyak masalah apabila pendidikan dan pengasuhan
seksualitas dan reproduksi mereka terabaikan. Banyak diantara merekasudah seksual
aktif bahkan berganti-ganti pasangan seks. Akibatnya banyak terjadi infeksi menular
seksual, kehamilan dini, kehamilan yang tidak diinginkan dan usaha aborsi tidak aman
di antara mereka.
2. Informasi yang tepat tentang masalah seksual dan reproduksi bagi remaja sangat kurang
dan akses pelayanan yang bersifat youth friendly juga tidak memadai bahkan hampir
tidak ada.
3. Kurangnya pengetahuan dan komitmen petugas kesehatan untuk menangani masalah
remaja dan terbatasnya fasilitas, membuat remaja tidak pernah mendapat perlindungan
dan pemeliharaan dengan tepat.
4. Remaja merupakan kelompok marginal dan kesalahan yang mereka lakukan dianggap
aib oleh masyarakat sehingga persoalan reproduksi remaja di Indonesia tidak
diperhitungkan oleh pembuat kebijakan.
5. Fakta yang terbaru menyebutkan bahwa:

15% remaja sudah melakukan hubungan seks di luar nikah

Jumlah penderita HIV-AIDS pada akhir tahun 2005 sebanyak 46,19% adalah
remaja (usia 15-29 tahun) dimana 43,5% terinfeksi melalui hubungan seks yang
tidak aman dan 50% tertular lewat jarum suntik

60% dari pekerja seks di Indonesia adalah remaja perempuan berusia 24 tahun atau
kurang dan 30% nya adalah mereka yang berumur 15 tahun atau kurang

20% dari 2,3 juta kasus aborsi setiao tahun di Indonesia dilakukan oleh remaja an
mereka mendapatkan tindakan aborsi tidak aman serta menyebabkan komplikasi
yang dapat membawa mereka pada kematian
98
Solusi masalah
1. Informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan remaja sudah waktunya
diberikan untuk melindungi mereka dari penularan IMS dan HIV/AIDS dan kehamilan yang
tidak diinginkan.
2. Pemberian pelayanan ini sebaiknya juuga diberikan dalam satu paket dengan pendidikan
kesehatan reproduksi bagi remaja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pelayanan kontrasepsi pada remaja antara
lain:
1. Pelajari dulu perilaku seksual remaja tersebut, apakah ia sudah mulai berhubungan seks sejak
masih muda, apakah ia berganti-ganti pasangan, adakah riwayat IMS, adakah riwayat
kehamilan dan aborsi?
2. Dasar pemberian kontrasepsi pada remaja adalah untuk pencegahan kehamilan dan
pencegahan IMS, sebelum remaja siap untuk merubah perilakunya kembali pada fase
abstinensi atau sebelum mereka siap membentuk sebuah keluarga dan mempunyai anak.
3. Kontrasepsi pada remaja bersifat temporer dan harus tidak memberikan efek samping dan
kesulitan pada pengembalian kesuburan.
4. Pelayanan pap smier dan pemeriksaan laboratorium untuk skrining IMS perlu dilakukan
terutama bagi remaja yang sudah aktif berhubungan seksual lebih dari 1 tahun dan ada riwayat
berganti-ganti pasangan.
99
PENDAHULUAN
Program Keluarga Berencana ini mendukung untuk diadakannya suatu pelayanan kontrasepsi.
Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan
utama bagi wanita. Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu di dalam paket pelayanan
kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian serius karena dengan mutu pelayanan
keluarga berencana berkualitas akan meningkatkan tingkat kesejahteraan, kesehatan bayi dan anak
serta kesehatan reproduksi.
Program KB di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957, namun masih menjadi urusan kesehatan
dan belum menjadi urusan kependudukan. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program
KB selanjutnya digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk
serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Menurut World Health Organization (WHO) expert
komite 1970, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk mengatur jumlah kelahiran,
Ratna Novalia Sari (2015) menyebutkan bahwa Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo
Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan.
Namun keuntungan dari kontrasepsi tersebut bertujuan untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur jarak kelahiran, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengontrol waktu
keahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menunjukan bahwa pada tahun
2013 ada 8.500.247 pasangan usia subur (PUS) yang merupakan peserta KB baru, dan hampir
separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi hormonal suntikan. Oleh karena itu
sebelum PUS menggunakan alat kontrasepsi sebaiknya diperlukan pertimbangan mengenai efek
samping yang akan timbul terhadap fungsi reproduksi dan juga kesejahteraan umum.
Salah satu alasan penghentian atau perubahan penggunaan alat kontrasepsi adalah efek samping
yang dirasakan tersebut. Penggunaaan alat kontrasepsi hormonal dapat menimbulkan berbagai
efek samping yang salah satu di antaranya adalah perubahan berat badan akseptor. Hal ini
disebabkan oleh hormon progesteron yang mempermudah terjadinya perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah jaringan kulit bertambah.
Penambahan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan oleh akseptor
kontrasepsi hormonal terutama kontrasepsi hormonal suntik KB Depo Medroxyprogesterone
Acetate (DMPA).
Beberapa studi penelitian didapatkan peningkatan berat badan akibat penggunaan kontrasepsi
DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh dan adanya hubungan dengan regulasi nafsu
makan. Salah satu studi menemukan peningkatan nafsu makan yang dilaporkan sendiri oleh wanita
yang menggunakan kontrasepsi DMPA setelah 6 bulan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
100
kandungan pada DMPA yaitu hormon progesteron, yang dapat merangsang pusat pengendalian
nafsu makan di hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan nafsu makan.
PENGERTIAN KONTRASEPSI
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindar dan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara,dapat pula bersifat permanen.Efektivitas kontrasepsi
adalah keunggulan carakontrasepsi tertentudalam mencegah kehamilan dalam kenyataan
penggunaan sehari-hari dayaguna kontrasepsi terdiri atas daya gunateoritis atau fisiologik
(theoreticaleffectiveness),daya guna pemakaian (use effectiveness) dan dayagunademografik
(demografic effectiveness).Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).Efek samping adalah
perubahan fisik atau psikis yang timbul akibatdari penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak
berpengaruh seriusterhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002).
CARA KERJA KONTRASEPSI
Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi mengusahakan
agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah tidak memiliki efek
samping yang merugikan, lama kerja dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu
persetubuhan, harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas, dapat diterima pasangan
suami istri, tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang terlambat selama penatalaksanaan.
SASARAN KONTRASEPSI
Sasaran dalam penggunaan alat kontrasepsi yaitu :
1. Pasangan usia subur, semua pasangan usia subur yang ingin menunda, menjarangkan kehamilan
dan mengatur jumlah anak;
2. Ibu yang mempunyai banyak anak dianjurkan memakai kontrasepsi untuk menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi yang disebabkan karena faktor multiparitas (banyak
melahirkan anak);
3. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan, Ibu yang mempunyai penyakit yang
bisa membahayakan keselamatan jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan
memakai kontrasepsi.
FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI
101
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode kontrasepsi yaitu efektifitas kontrasepsi
progestin tinggi, efek samping minor (gangguan siklus haid, perubahan berat badan, keterlambatan
kembalinya kesuburan dan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang), kerugian hanya sedikit
dan jarang terjadi pada wanita yang mengunakan kontrasepsi progesterone, komplikasikomplikasi
yang potensial, biaya kontrasepsi progesterone yang terjangkau.
JENIS KONTRASEPSI
Berbagai jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi:
1. Kontrasepsi Sterilisasi yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada
wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh
ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila memang ingin melakukan pencegahan kehamilan
secara permanen, misalnya karena faktor usia.
2. Kontrasepsi teknik, dibagi menjadi :
1) Coitus Interruptus adalah ejakulasi yang dilakukan di luar vagina. Faktor kegagalan
biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang
atau terlambat menarik penis keluar.
2) Sistem kalendar adalah tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu kedisiplinan
dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu bertahan
hidup sampai dengan 48 jam setelah ejakulasi. Faktor kegagalan karena salah menghitung
masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat.
3) Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah selama tiga bulan setelah melahirkan saat bayi
hanya minum air susu ibu (ASI) dan menstruasi belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi
kehamilan. Tapi jika ibu hanya menyusui kurang dari enam jam per hari, kemungkinan
terjadi kehamilan cukup besar.
3. Kontrasepsi mekanik, terdiri dari:
1) Kondom adalah suatu alat kontrasepsi yang terbuat dari latex. Terdapat kondom untuk pria
maupun wanita serta berfungsi sebagai pemblokir sperma. Kegagalan pada umumnya
karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis
setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina.
2) Spermatisida adalah suatu bahan kimia aktif untuk membunuh sperma, berbentuk cairan,
krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina lima menit sebelum
senggama. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah
spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang
dari enam jam setelah senggama.
3) Vaginal diafragma adalah lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut
rahim bila dipasang dalam liang vagina enam jam sebelum senggama. Efektivitasnya
102
sangat kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas
80%.
4) Intra Uterine Device (IUD) atau spiral adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan
polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan dipasang di mulut
rahim. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul,
pendarahan di luar masa menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari biasanya.
4. Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang cara kerjanya bersifat hormonal bisa berupa pil
KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan,
susuk/implan yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB atau spiral berhormon.
Kontrasepsi hormonal terdiri dari:
1) Pil Kombinasi Oral Contraception (OC) Pil kombinasi merupakan kombinasi dosis
rendah estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi estrogen dan
progesteron atau yang hanya terdiri dari progesteron saja merupakan penggunaan
kontrasepsi terbanyak.
2) Koyo KB Digunakan dengan ditempelkan di kulit setiap minggu. Kekurangannya
adalah menimbulkan reaksi alergi bagi yang memiliki kulit sensitif dan kurang cocok
untuk digunakan pada daerah beriklim tropis.
3) Susuk KB ( Implan ) Implan terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsulnya berisi
levornorgestrel sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 cm.
Kapsul yang dipasang harus dicabut menjelang akhir masa 5 tahun. Terdapat dua jenis
Implan yaitu Norplant dan Implanon.
4) Suntik KB Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Cara pemakaiannya
dengan menyuntikkan zat hormonal ke dalam tubuh. Zat hormonal yang terkandung
dalam cairan suntikan dapat mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya
penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan.
KONTRASEPSI HORMONAL
KB hormonal adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang cara penggunaannya
disuntikkan secara intramuscular (IM). Cara kerja KB suntik menurut Saifudin (2003),
diantaranya adalah: menekan ovulasi, mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Komposisi suntik kombinasi terdiri dari 25 mg depo medroksi progesterone asetat
dengan 5 mg estradiol sipinoat dan 50 mg norethindrone enantat dengan 5 mg etradiol
valerat. Komposisi suntik progestin terdiri dari 150 mg depo medroksi progesterone asetat
dan 200 mg depo norestisteron enantat.
103
Jenis KB suntik golongan progestin menurut Saifudin (2003) adalah 1). Depo
Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) mengandung 150 mg DMPA diberikan 3 bulan sekali
secara intramuscular. Depo noretisterone (Depo Noristerate) yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan secara intramuscular.
Cara kerja DMPA diantaranya adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis
dan atrofi, menghambat transportasi gamet oleh tuba, gangguan haid.
Gejala dan keluhan biasanya yaitu amenorhoe (tidak datangnya haid pada setiap bulan
selama akseptor mengikuti suntik KB), metrhoragia (perdarahan yang berlebihan diluar
masa haid), spotting (bercak – bercak perdarahan diluar masa haid yang terjadi selala
akseptor mengikuti KB suntik), menorrhagia (datangnya darah haid dalam jumlah banyak).
Alat kontrasepsi hormonal suntik DMPA adalah satu-satunya kontrasepsi hormonal
yang konsisten terkait dengan penambahan berat badan. Sebuah studi prospektif menemukan
bahwa wanita yang menggunakan Depo-Provera memperoleh penambahan berat badan ratarata sebesar 5,1 kg selama 36 bulan, sedangkan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
kombinasi tidak mendapatkan kenaikan berat badan.
Perdebatan mengenai meningkatnya berat badan sebagai akibat dari penggunaan
DMPA-IM yang terus menerus, serta penambahan jumlah berat dilaporkan naik dari waktu
ke waktu, bervariasi dari sekitar 1-2 kg setelah 1 tahun penggunaan menjadi antara 4- 10 kg
setelah penggunaan yang lama sekitar 3- 5 tahun. Menurut WHO, dalam menyelidiki efek
samping dan alasan penghentian DMPAIM menemukan bahwa wanita dewasa memperoleh
rata-rata 1,9 kg pada tahun pertama penggunaan DMPA-IM, dan berat badan dikutip sebagai
salah satu alasan utama untuk penghentian penggunaan DMPA-IM ini.
Perhitungan untuk mengetahui berat badan normal (BBN) dihitung dengan
mengurangi ukuran tinggi badan (dalam cm) dengan angka 100. Berat badan ideal (BBI)
diperoleh dengan mengurangi BBN dnegan 10% dari BBN, sedangkan berat badan berlebih
jika berat badan seseorang lebih dari 15% dari BBN.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan berat badan seseorang menurut Wijayanti
(2006) adalah:
1.
Herediter Kencenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu telah lama diketahui.
Hal ini disebabkan oleh kebiasaan keluarga makan banyak dan berkali-kali tiap harinya.
Dengan demikian masukan energi tiap harinya melebihi kebutuhannya.
2.
Bangsa atau suku Pada bangsa atau suku tertentu kadangkadang terlihat lebih banyak
anggotaanggotanya yang menderita obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan
faktor yang lebih menonjol. Keturunan atau latar belakang kebudayaan seperti biasa
makan makanan yang mengandung banyak energi, tidak berolah raga dan sebagainya.
104
3.
Gangguan emosi Gangguan emosi merupakan sebab terpenting obesitas pada remaja.
Pada anak yang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya timbul rasa lapar
yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Adanya kebiasaan makanan
yang terlampau banyak akan menghilang dengan menyembuhnya gangguan emosi yang
dideritanya.
4.
Fisiologi Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia dan ini sering
meningkatkan berat badan pada usia pertengahan.
METODE OPERATIF WANITA ( MOW )
KONDOM
Kondom adalah alat kontrasepsi bagi pria yang digunakan pada alat kelamin, terbuat dari
karet tipis, kulit, lateks dan plastik. Kondom ini berguna untuk mencegah pertemuan sel telur
wanita dan sel mani dari laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Pembinaan akseptor yang
dberikan yaitu
1.
Acara pemakaian
Sarungkan pada alat kelamin laki-laki saat dalam keadaan tegang, baru kemudian dilakukan
hubungan kelamin.
2.
Keuntungan
1) Mencegah kehamilan
2) Dapat dipakai sendiri
3) Mudah didapat
4) Praktis
5) Murah
6) Memberi perlindungan terhadap penyakit – penyakit akibat hubungan seks.
7) Dapat diandalkan karena cukup efektif
8) Sederhana, ringan disposable
9) Tidak mempunyai efek samping
10) Pria ikut secara aktif dalam program KB
3.
Tempat memperoleh kondom
1) Apotik
2) Puskesmas
3) BPS
4) Toko obat
5) Cara pembuangan kondom yang benar
105
6) Jangan dibuang kedalam toilet
7) Jangan dibuang ke dalam selokan atau got/ parit
8) Jangan dilempar ke halaman
9) Dibakar bersama sampah
10) Bersihkan dulu ( cuci ), bungkus, ikat lalu masukkan ke tempat sampah
11) Ditanam
PIL KB
Pil KB berisi hormon estrogen dan progesteron yang berguna untuk mencegah lepasnya sel
telur dari indung telur wanita. Ada 2 macam kemasan pil, yaitu :
1) Kemasan berisi 21 Pil
2) Kemasan berisi 28 Pil
Sebelum meminum pil KB, Kesehatan ibu perlu diperiksa terlebih dahulu. Jika menurut hasil
pemeriksaan ibu bisa memakai pil KB barulah ibu dapat mulai minum pil KB. Untuk kemasan
berisi 21 pil, tablet pertama diminum setiap hari ke lima haid. Untuk kemasan berisi 28 pil, tablet
pertama diminum pada setiap hari pertama haid, mulai dari tanda panah.
1. Cara pemakaian
Pil KB diminum setiap hari satu tablet secara teratur, tidak boleh lupa. Hanya dengan
meminum pil secara teratur dapat diperoleh manfaat pil KB sebagai cara mencegah kehamilan.
2. Keuntungan
1) Pil KB manjur untuk mencegah kehamilan bila dipakai sesuai petunjuk, diminum setiap
hari secara teratur.
2) Bila ingin mempunyai anak lagi, maka ibu bisa hamil kembali setelah pemakaian pil
dihentikan.
3) Siklus haid teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri
haid.
4) Mudah dihentikan setiap saat
3. Kerugian
1) Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
2) Pusing
3) Nyeri payudara
4) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
5) Berat badan naik sedikit
4. Efek samping
106
1) Aminorea
2) Perdarahan/spotting
3) Berat badan meningkat
4) Jerawat
5) Mual/pusing/muntah
5. Tempat memperoleh Pil KB
1) Apotik
2) Klinik KB
3) Puskesmas
4) BPS
6. Yang perlu diingat
1) Bila sudah hampir habis segeralah minta kepada tempat pelayanan, supaya tidak tertunda.
2) Jangan lupa, pil KB harus diminum setiap hari secara teratur.
3) Apabila lupa, minumlah saat itu juga 1 tablet dan malamnya minum 1 tablet lagi
4) Apabila 2 hari lupa minum pil, pergilah ke klinik beritahukan kepada dokter atau bidan
(jika sering lupa minum pil KB bisa terjadi kehamilan)
5) Apabila merasa pusing atau mual pil KB tetap diminum
6) Apabila tidak cocok memakai pil KB pergilah ke tempat pelayanan untuk minta dibantu
dokter atau bidan. Mungkin perlu ganti cara KB lainnya
7) Bagi aseptor yang cocok, pil KB bisa dipakai dalam jangka waktu cukup lama
SUNTIKAN KB
Kontrasepsi yang berisi depo medroksiprogesteron asetat (DMPA), estradiol sipionat
(cycloferm), noretindron enatat(NETEN).
Tekhnik penyuntikan ialah seca intramuskulus dalam, di daerah muskulus gluteus maksimus
atau deltoideus.
1.
Keuntungan
a. Praktis
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
2.
Kerugian
a. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
b. Gangguan haid
c. Harus disuntik setiap bulan
107
3.
Efek samping
a. perdarahan bercak (spotting)
b. aminorea
c. peningkatan berat badan
d. Pusing
e. Timbulnya jerawat
f. Tempat memperoleh pelayanan kontrasepsi suntikan
4.
Klinik KB
a. Puskesmas
b. BPS
c. Rumah sakit
5.
Penting untuk diingat
a. Suntikan KB diberikan saat ibu sedang haid, terutama untuk memastikan bahwa saat
suntikan itu diberikan ibu sedang tidak hamil
b. Sebelum diberi suntikan KB, kesehatan ibu harus diperiksa dulu, yaitu vital signnya
c. Suntikan KB dapat diberikan sambil duduk atau berbaring
d. Jika suami pergi selama satu bulan hingga tiga bulan atau lebih, ibu tetap harus mendapat
suntikan KB secara teratur
e. Terdapat kemungkinan ibu mengalami gangguan seperti nyeri pada perut, hal ini adalah
efek samping dari pemakaian suntikan KB. Pergilah ketempat pelayanan kesehatan, untuk
mendapatkan nasihat atau bantuan bidan atau dokter.
IUD / AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM)
IUD (Intra Uterin Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah alat
kontrasepsi yang ditempatkan di dalam rahim yang berjangka panjang dapat sampai 10 tahun dan
dapat dipakai oleh semua usia perempuan usia reproduksi. IUD mencegah pertemuan sel sperma
dengan sel telur sehingga kehamilan tidak terjadi.Ada beberapa macam IUD :
a. Bentuk seperti spiral, namanya lippes loop
b. Bentuk seperti huruf T dan dililiti tembaga, namanya cooper-T
c. Berbentuk seperti pohon kelapa atau kipas terbuka dan dililiti tembaga, namanya multi load
1. Cara kerja IUD
IUD mencegah pertemuan sel sperma dengan sel telur sehingga kehamilan tidak terjadi.
108
2. Cara pemakaian IUD
IUD dipasang pada rongga rahim wanita pada saat sedang haid atau
pada masa nifas.
Pemasangan dilakukan oleh dokter atau bidan yang terlatih.
3. Keuntungan
a. Praktis tidak perlu mengingat ingat
b. Ekonomis
c. Aman
d. Efektif untuk proteksi jangka panjang
e. Tidak mengganggu hubungan suami istri
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
4. Kerugian
a. Rasa nyeri atau mulas beberapa saat setelah pemasangan
b. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, karena petugas kesehatan yang sudah
terlatih yang dapat melepas AKDR
c. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukannya, perempuan harus memasukkas jarinya ke dalam vagina, sebagian besar
perempuan tidak mau melakukan.
5. Efek samping
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Kram/nyeri haid
d. Keputihan
6. Tempat memperoleh pelayanan IUD
a. Puskesmas
b. Klinik KB
c. BPS
d. Dokter kandungan
e. Rumah sakit
7. Penting untuk diingat
a. Mengecek kesehatan umum ibu ( vital sign) sebelum pemakaian IUD
109
b. Pemasangan IUD dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih
IMPLANT atau AKBK (alat kontrasepsi bawah kulit)
Implant atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang terdiri dari enam kapsul kecil berisi
hormon lovonorgestrel, implant dipasang di bawah kulit lengan atas bagian dalam, implant dipakai
selama lima tahun.
a.
Cara kerja kontrasepsi implant
Keenam kapsul implan secara tetap melepaskan sejumlah hormon yang dapat mencegah
lepasnya sel telur dari indung telur dan mengentalkan lendir pada mulut rahim, sehingga sel sperma
tidak dapat masuk ke dalam rahim. Hormon ini juga dapat menipiskan selaput lendir rahim
sehingga hasil pembuahan tidak dapat tertanam di dalam rahim.
b. Keuntungan
a. Perlindungan jangka panjang (5 tahun)
b. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
c. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
d. Tidak mengganggu kegiatan senggama
e. Dapat dicabut setiap saat saat sesuai dengan kebutuhan
c. Kerugian
a. Harus diinsisi/ dilukai kecil untuk memasukkan implant
b. Nyeri didaerah pemasangan implant
d. Efek samping
a. Aminorea
b. Perubahan berat badan
c. Jerawat
d. Mual dan muntah
e. Pusing dan sakit kepala
e. Tempat memperoleh pelayanan IUD
a. Puskesmas
b. Klinik KB
c. BPS/ RB
d. Rumah sakit
110
f.
Yang perli diingat
a. Sebelum pemasangan implant, kesehatan umum (vital sign) klien harus diperiksa terlebih
dahulu
b. Sesudah pemasangan implan, kemungkinan ibu mengalami rasa nyeri pada tempat
pemasangan. Biasanya hanya sebentar, tidak perlu khawatir, dan jangan diapa-apakan. Jika
tidak tertahankan segera pergi ke tempat pelayanan kesehatan untuk meminta bantuan bidan
atau dokter
c. Selama 3 hari sesudah pemasangan. Ibu diperbolehkan mandi tetapi jaga supaya daerah
tempat pemasangan tetap kering
d. Jika ada keluhan, pergilah ke tempat pelayanan kesehatan agar dapat ditolong oleh dokter
atau bidan
e. Sesudah lima tahun, segeralah menuju tempat pelayanan kesehata karena keenam kapsul itu
harus dicabut. Jika masih menginginkan kontrasepsi implant dokter atau bidan akan
menggantinya dengan yang baru.
MOW / STERILISASI
Merupakan metode pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi
oleh sperma. Cara Kerja Tubektomi menghambat sperma karena saluran sel telur tertutup.
Tubektomi/MOW adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita atau saluran bibit
pria yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan
lagi. Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW ( Metoda Operasi Wanita ) atau tubektomi,
yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh
sperma.
Metode operasi wanita MOW atau tubektomi merupakan metode yang paling efektif, murah,
aman dan permanen. Sebagai dasar dalam melaksanakan MOW yaitu dengan menggunakan
formula 100 dengan memperhatikan faktor umur dan paritas. Adanya kedua faktor tersebut, maka
penulis merasa tertarik melakukan suatu penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan
MOW untuk pada pasangan usia subur dengan dibatasi pada faktor umur ibu dan paritas.
Tubektomi merupakan tindakan operasi dengan memotong atau mengikat bagian saluran yang
dilalui sel telur, untuk mencegah agar tidak terjadi pembuahan (kehamilan), ( Anonimus 2001 ).
Ada beberapa macam operasi pada organ kelamin wanita yang dapat mempengaruhi fungsi
fisologis hewan yaitu : tubektomi, ovario histerektomi ( OH ), dan histerektomi ( Archibald, 1974
). Operasi tubektomi ( begitu juga vasektomi ) tidak ada hubungannya dengan naik atau turunnya
gairah seksual pada wanita, prosedur tubektomi dilakukan melalui laparotomi dengan anestesi
111
umum dan laparotomi juga memerlukan fasilitas ruang operasi dan peralatan medis yang lengkap
( Anonimus, 2001 ).
Alat kelamin Wanita terdiri atas sepasang ovarium atau penghasil sel telur, ovarium
mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai organ eksokrin yang menghasilkan gamet ( oosit ) dan organ
endokrin yang menghasilkan hormone ( estrogen dan progesterone). Sebagai organ eksokrin,
ovarium bertanggung jawab untuk diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan
kesuksesan perkembang biakan spesies
( Siregar, 2006 ). Saluran reproduksi yang terdiri atas
tuba fallopii yang merupakan tempat fertilisasi dan memberikan nutrisi dan faktor–faktor
pertumbuhan untuk mendukung atau menstimulasi perkembangan awal embrio. Oviduct
menerima oosit yang diovulasikan dan mentransfernya menuju uterus (Toelihere, 1985 ).
a.
Keuntungan
1) Permanen dan efektif.
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui
3) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
4) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%.
5) Tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak mengganggu hubungan seksual.
b. Kerugian Tubektomi :
1) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
2) Tidak bisa mempunyai anak lagi
c.
Efek samping
1) Demam pasca operasi
2) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
3) Perdarahan superfisial
d. Tempat mendapatkan pelayanan kontrasepsi Tubektomi
Di rumah sakit
e.
Yang perlu diingat
1) bagi wanita usia subur berumur diatas 26 tahun , dan sudah punya anak cukup ( 2 anak ),
anak terkecil harus berusia minimal 5 tahun.
2) Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum
operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan lambung agar makan obat
maag sebelum dan sesudah puasa
3) Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai
4) Harus mendapatkan persetujuan dari masing-masing pasangan
112
f.
Indikasi
Seminar kuldoskopi Indonesia pertama (1972) telah mengambil keputusan tentang indikasi
tubektomi sebagai berikut :
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
4. Keputusan ini dikenal denga keputusan 100 ( umur ibu x banyaknya anak = 100 )
Pada konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela indonesia di medan ( 3-5 juni
1976 ) dianjurkan pada umur antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut:
1. Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih
2. Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih
3. Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih
g.
Cara tubektomi
1. Saat operasi
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval sesudah
keguguran tubektomi dapat langsung dilakukan. Dianjurkan agar tubektomi pasca
persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam
setelah bersalin.
Tubektomi pada persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba, infeksi dan
kegagalan. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke 7-10 pasca persalinan. Tubektomi
setelah hari itu akan lebih sulit dilakukan karena alat-alat genital telah menciut dan mudah
berdarah.
2. Cara mencapai Tuba
Cara-cara yang dilakukan di indonesia saat ini ialah dengan laparotomi, laparotomi mini,
dan laparoskopi.
3. Laparotomi
Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa pasca persalinan,
merupakan cara yang banyak dilakukan di Indonesia sebelum tahun 70an. Tubektomi juga
dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea, dimana kehamilan selanjutnya tidak
diinginkan lagi, sebaiknya setiap laparotomi harus dijadikan kesempatan untuk
menawarkan tubektomi.
4. Laparotomi mini
113
Laparotomi khusus tubektomi ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Uterus
yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut yang masih longgar
memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1-2 cm dibawah pusat.
Kalau tubektomi dilakukan pada 3-5 hari postpartum, maka dapat dilakukan insisi mediana
karena uterus dan tuba telah berinvolusi. Dilakukan insisi mediana setinggi 2 jari dibawah
fundus uteri sepanjang 1-2 cm.
5. Laparoskopi
Laparoskop dimasukkan ke dalam selubung dan alat panggul diperiksa. Tuba dicari dengan
menggunakan manipulasi uterus dari kanula rubin, lalu sterilisasi dilakukan dengan
menaggunakan cincin folope yang dipasang pada pars ampularis tuba. Setelah yakin tidak
terdapat perdarahan, pnemoperitonium dikelurkan dengan menekan dinding perut. Luka
ditutup dengan 2 jahitan subkutikuler, lalu dipasang band aid. Pasien dapat dipulang 6-8
jam.
6. Cara penutupan Tuba
Cara tubektomi yang dapat dilakukan adalah cara Pomeroy, Kroener, Irving, pemasangan
cincin folope, klip filshie, dan elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba.
1) Cara Pomeroy
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahan, kemudian diangkat sampai melipat. Dasar
lipatan diikat dengan sehelai Catgut biasa no.0 atau no.1. lipatan tuba kemudian
dipotong di atas ikatan catgut tadi. Tujuan pemakaian catgut biasa ini ialah lekas
diabsorpsi, sehingga kedua ujung tuba yang di potong lekas menjauhkan diri, dengan
demikian rekanalisasi tidak dimungkinkan.
2) Cara Kroener
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat dengan
sehelai benang sutera, atau dengan catgut yang tidak udah diabsorpsi.
3) Cara Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangya setelah kedua ujung potongan diikat
dengan catgut kronik no.0 atau no.00. ujung potongan proksimal ditanamkan di dalam
miometrium dinding depan uterus. Ujung potogan ditanamkan di dalam ligamentum
latum. Dengan cara ini rekanalisasi spontan tidak mungkin terjadi. Cara tubektomi ini
hanya dapat dilakukan pada laparotomi besar seperti seksio sesarea.
4) Pemasangan Cincin Falope
Cincin falope ( yoon ring ) terbuat dari silikon, dewasa ini banyak digunakan. Dengan
aplikator bagian ismus uba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut.
Sesuah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat
suplai darah lagi dan akan menjadi jibrotik. Cincin falope dapat dipasang pada
laparotomi mini, laparoskopi atau dengan laprokator.
114
5) Pemasangan Klip
Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh kerusakan minimal agar
dapat dilakukan rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip filshie mempunyai
keuntungan dapat digunakan pada tua yang edema. Klip Hulka-clemens digunakan
dengan cara menjepit tuba. Oleh karena klip tidak memperpendek panjang tuba, maka
rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.
6) Elektro-koagulasi dan Penutupan tuba
Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparoskopik. Dengan memasukkan
grasping forceps melalui laparoskop tuba dijepit kurang lebih 2 cm dari kornua,
diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul lanilla, kemudian dilakukan
kauterisasi. Tuba terbakar kurang lebih 1 cm ke proksimal, dan distal serta
mesosalping terbakar sejauh 2 cm. Pada waktu kauterisasi tuba tamapak menjadi putih,
menggembung, lalu putus. Cara ini sekarang banyak ditinggalkan.
7. Tindak lanjut
Minggu pasca operasi, pemeriksaan adanya keluhan nyeri perut, tekanan darah, nadi, suhu
dan pemeriksaan perut dengan palpasi, tidak dilakukan pemeriksaan dalam. 1 bulan pasca
operasi, diperlukan pemeriksaan tentang haid, periksa dalam dan bila perlu dilakukan
patensi tuba. 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun pasca operasi ádalah untuk mengetahui keadaan
haid, kemungkinan komplikasi, kemungkinan hamil, keehatan badan, hubungan seks dan
perkawinan.
PEMBINAAN AKSEPTOR KB MELALUI KONSELING
Penyuluhan KB adalah kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku keluarga dan masyarakatguna mewujudkan keluarga berkualitas. Tugas penyuluhan
KB meliputi persiapan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan dan pembinaan generasi.
Dalam pembinaan pada akseptor KB sangat penting terutama pada pasangan usia subur yang baru
menikah dalam penggunaan alat kontrasepsi dengan tujuan memberikan dukungan dan
pemantapan penerimaan gagasan KB serta penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk
mencapai tujuan tersebut ada tiga fase, yaitu fase menunda kesuburan, fase menjarangkan
kehamilan, fase mengakhiri kesuburan atau kehamilan. Yang pertama adalah fase menunda
kehamilan yaitu dimana PUS akan menunda kehamilan dengan usia istri kurang dari 20 tahun.
Kedua adalah fase menjarangkan kehamilan yaitu menjarangkan kehamilan dengan memberi jarak
kelahiran anak 2 – 4 tahun dan periode usia istri antara 20 – 30 atau 35 tahun. Ketiga yaitu fase
115
mengakhiri kehamilan yaitu keadaan dimana mengakhiri kesuburan atau kehamilan setelah
mempunyai 2 orang anak dengan periode usia istri diatas 30 tahun. Pembinaan akseptor KB
melalui konseling. Langkah konseling KB dengan SATU TUJU
SA
: Sapa dan Salam
T
: Tanya
n informasi tentang dirinya
U
: Uraikan
TU
: Bantu
u klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya
116
Download