BUKU CATATAN HARIAN PENELITIAN (BCHP)

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BUKU CATATAN HARIAN PENELITIAN
(BCHP)
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN TUGAS AKHIR
PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN WARALABA PADA
USAHA RITEL KATEGORI PRINTER DAN TINTA
PROGRAM UNGGULAN
1
2
3
ü
4
Bidang Fokus : Sistem Logistik dan Bisnis
Peneliti :
Rifqy Alfian Aziz
NIM. I 0307018
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126
Telp. (0271) 632110 Faks. (0271) 632110 HP.(085641214214)
e-Mail: [email protected]
commit to user
Oktober 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
Buku Catatan Harian Penelitian
(BCHP)
Judul Penelitian
: Perancangan Sistem Manajemen Waralaba
PadaUsaha Ritel Kategori Printer Dan Tinta
Program Unggulan
:
1
2
3
ü
4
1. Perancangan produk yang mengedepankan
sudut pandang Biomekanika, baik yang
dirancang secara manual maupun otomatis.
2. Perancangan Alat Bantu Produksi dan Alat
Ukur, baik yang dirancang secara manual
maupun otomatis.
3. Perancangan Sistem Logistik dan Supply
Chain, baik yang dirancang secara manual
maupun otomatis.
No 4 merupakan unggulan dari selain ke-3 (tiga)
dari program unggulan.
Kelompok Bidang Keminatan (KBK) : Sistem Logistik dan Bisnis
Peneliti
Jenis Kelamin
Lama Penelitian
Tanggal, Bulan, Tahun
Mulai Penelitian
Sampai Tanggal, Bulan, Tahun
Selesai Penelitian
Tujuan Penelitian
Sasaran Akhir Penelitian
:
:
:
:
Rifqy Alfian Aziz
Laki - Laki
5 bulan 4 hari
28 April 2011
:
30 September 2011
: 1.
Mendapatkan sebuah best practice untuk
perancangan sistem manajemen waralaba.
2. Menghasilkan sebuah sistem manajemen
waralaba yang dapat diterapkan
untuk
semua ritel kategori printer dan tinta.
3. Mengimplementasikan sistem manajemen
waralaba yang telah dibuat untuk Aston
Printer Center
: Merancang sistem manajemen waralaba pada
usaha
printer
dan
tinta
dengan
mengimplementasikan sistem yang dibuat dalam
bentuk prospektus penawaran untuk Aston
Printer Center
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, 26 September 2011
Ketua Kelompok Bidang Keminatan
Sistem Logistik dan Bisnis
Peneliti,
a.n Yuniaristanto, S.T., M.T.
NIP 19750617 200012 1 001
Rifqy Alfian Aziz
NIM. I 0307018
Mengetahui,
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Yuniaristanto, S.T., M.T.
NIP 19750617 200012 1 001
Irwan Iftadi, S.T., M.Eng.
NIP 19700404 199603 1 002
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Rifqy Alfian Aziz,
NIM : I 0307018. PERANCANGAN
SISTEM
MANAJEMEN WARALABA PADA USAHA RITEL KATEGORI
PRINTER DAN TINTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2011.
Industri ritel kategori printer dan tinta merupakan salah satu jenis bisnis
yang memiliki pasar potensial besar di Indonesia. Dalam mengembangkan usaha,
cara waralaba banyak digunakan oleh perusahaan besar yang telah sukses
sebelumnya di usaha ini seperti Veneta System, Acaciana, dan Gold Ink.
Kesuksesan usaha melalui bisnis waralaba dikarenakan sistem dan konsep bisnis
yang diterapkan sudah teruji dan memiliki tingkat kegagalan yang kecil yang
sudah terbukti memberikan keuntungan. Peluang bisnis bagi usaha kecil yang
berpotensi menjadi waralaba cukup besar, namun mereka kesulitan berkembang
karena tidak adanya manajemen yang baik. Oleh karena itu perlu dirancang
sebuah sistem manajemen waralaba pada usaha ritel kategori printer dan tinta.
Metodologi penelitian ini dimulai dengan melakukan functional
benchmarking terhadap tiga perusahaan yang unggul dalam kategori ritel yang
berbeda, yaitu Veneta System, Alfamart, dan Apotek K-24. Dari tahap
benchmarking kemudian didapatkan perbandingan karakteristik diantara ketiga
perusahaan tersebut. Dari perbandingan karakteristik kemudian didapatkan best
practice yang merupakan cara-cara terbaik yang efektif dan efisien dari masingmasing perusahaan. Hasil best practice akan digunakan sebagai dasar dalam
perancangan sistem manajemen waralaba. Sistem yang dirancang kemudian
diimplementasikan di Aston Printer Center. Implementasi sistem dilakukan
dengan membuat prospektus waralaba yang merupakan sebuah dokumen
penawaran waralaba. Prospektus waralaba kemudian dianalisis untuk melihat
sejauhmana hubungan dengan sistem manajemen waralaba yang telah dirancang
sebelumnya.
Hasil dari penelitian ini berupa sistem manajemen waralaba yang terdiri dari
empat bagian, yaitu manajemen kemitraan, manajemen barang dagangan,
manajemen pengembangan ritel, dan manajemen toko. Implementasi sistem
dengan menyusun prospektus waralaba khususnya dalam aspek finansial terdapat
tiga skenario investasi awal yang dapat dipertimbangkan karena memiliki waktu
titik impas yang berbeda serta mempunyai kelebihan dan kekurangan masing –
masing
Kata kunci: waralaba, ritel, functional benchmarking, best practice, prospektus
xvii + 130 hal; 19 gambar; 29 tabel; 3 lampiran
Daftar pustaka : 28 (1993 – 2011)
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
1.1. Latar Belakang
I-1
1.2. Perumusan Masalah
I-3
1.3. Tujuan Penelitian
I-4
1.4. Manfaat Penelitian
I-4
1.5. Batasan Masalah
I-4
1.6. Asumsi Penelitian
I-4
1.7. Sistematika Penulisan
I-5
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
2.1
Waralaba
II-1
2.1.1 Pemberi Waralaba (Pewaralaba)
II-4
2.1.2 Penerima Waralaba (Terwaralaba)
II-6
2.1.3 Franchise Fee
II-9
2.1.4 Royalti fee
II-9
2.1.5 Advertising fee
II-10
2.1.6 Jenis Waralaba
II-10
2.1.7 Perjanjian Waralaba
II-12
2.1.8 Panduan Operasi Manual Waralaba
II-15
2.1.9 Prospektus Penawaran
II-17
Sistem Bisnis Ritel
II-19
2.2.1 Pengertian Ritel
II-19
2.2.2 Jenis – Jenis Ritel
II-20
commit to untuk
user Ritel
2.2.3 Struktur Organisasi
II-21
BAB II
2.2
xi
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.4 Manajemen Bisnis Ritel
II-24
2.2.5 Fungsi yang Dijalankan Ritel
II-25
2.2.6 Proses Keputusan Manajemen Ritel
II-26
Benchmarking
II-27
2.3.1 Pengertian Benchmarking
II-27
2.3.2 Jenis – Jenis Benchmarking
II-28
2.3.3 Tahapan Benchmarking
II-30
2.4
Aston Printer Center
II-31
2.5
PT. Sumber Alfaria Trijaya
II-33
2.5.1 Visi dan Misi Alfamart
II-34
PT. Veneta Media Indonesia (Veneta System)
II-34
2.6.1 Visi dan Misi Veneta
II-35
PT. K-24 Indonesia (Apotek K-24)
II-35
2.7.1 Visi dan Misi Apotek K-24
II-36
2.7.2 Keunggulan Sistem Apotek K-24
II-37
2.3
2.6
2.7
BAB III
BAB IV
digilib.uns.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN
III-2
3.1
Studi Lapangan
III-2
3.2
Studi Pustaka
III-2
3.3
Perumusan Masalah
III-2
3.4
Penetapan Tujuan Penelitian
III-2
3.5
Benchmarking Perusahaan
III-2
3.5.1
III-3
Tahap Perencanaan (Planning)
3.5.2 Tahap Analisis
III-4
3.5.3 Tahap Integrasi (Integration)
III-4
3.6
Perancangan Sistem Manajemen Waralaba
III-4
3.7
Implementasi Sistem
III-4
3.8
Analisis Prospektus Penawaran
III-5
3.9
Kesimpulan dan Saran
III-5
PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN WARALABA
IV-1
4.1. Benchmarking Perusahaan
IV-1
4.1.1 Tahap Perencanaan (Planning)
IV-1
4.1.2 Tahap Analisis
commit to user
IV-15
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.3 Tahap Integrasi
IV-21
4.2. Perancangan Sistem Manajemen Waralaba
BAB V
IV-23
4.2.1. Manajemen Kemitraan
IV-24
4.2.2. Manajemen Pengembangan Ritel
IV-39
4.2.3. Manajemen Barang Dagangan
IV-51
4.2.4. Manajemen Toko
IV-60
PEMBUATAN DAN ANALISIS PROSPEKTUS
V-1
PENAWARAN
BAB VI
5.1
Pembuatan Prospektus Penawaran
V-1
5.2
Analisis Perancangan Prospektus Penawaran
V-1
5.2.1 Analisis Manajemen Kemitraan
V-1
5.2.2 Analisis Manajemen Pengembangan Ritel
V-9
5.2.3 Analisis Manajemen Barang Dagangan
V-13
5.2.4 Analisis Manajemen Toko
V-15
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
VI-1
6.2
Saran
VI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANNormalisasi Ukuran dengan
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
IV-
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Panduan Operasi Manual Waralaba
II-15
Tabel 2.2
Karakteristik Beberapa Jenis Ritel Modern
II-21
Tabel 2.3
Proses Keputusan Manajemen Ritel
II- 26
Tabel 4.1
Aspek dalam Usaha Waralaba
IV- 4
Tabel 4.2
Target Benchmarking
IV- 5
Tabel 4.3
Karakteristik PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart)
IV- 7
Tabel 4.4
Karakteristik PT. Veneta System Indonesia
IV-10
Tabel 4.5
Karakteristik PT. K-24 Indonesia
IV-13
Tabel 4.6
Perbandingan Manajemen Kemitraan
IV-16
Tabel 4.7
Perbandingan Manajemen Pengembangan Ritel
IV-18
Tabel 4.8
Perbandingan Manajemen Barang Dagangan
IV-19
Tabel 4.9
Perbandingan Manajemen Toko
IV-20
Tabel 4.10
Best Practice Manajemen Kemitraan
IV-21
Tabel 4.11
Best Practice Manajemen Pengembangan Ritel
IV-22
Tabel 4.12
Best Practice Manajemen Barang Dagangan
IV-22
Tabel 4.13
Best Practice Manajemen Toko
IV-23
Tabel 4.14
Penjabaran Tugas pada Ritel
IV-39
Tabel 4.15
Jumlah Sumber Daya Pewaralaba
IV-44
Tabel 4.16
Jumlah Sumber Daya Terwaralaba (Skenario 1)
IV-44
Tabel 4.17
Jumlah Sumber Daya Terwaralaba (Skenario 2)
IV-44
Tabel 4.18
Jumlah Sumber Daya Terwaralaba (Skenario 3)
IV-45
Tabel 4.19
Aspek dalam Mendesain Toko
IV-61
Tabel 5.1
Perbandingan Waralaba Toko Baru dan Take Over
V-2
Tabel 5.2
Perbandingan Tanggung Jawab Aktif dan Pasif
V-3
Tabel 5.3
Rincian Investasi Awal Keadaan Optimis
V-6
Tabel 5.4
Rincian Investasi Awal Keadaan Pesimis
V-7
Tabel 5.5
Perbandingan Laporan Keuangan Oleh Cabang dan Pusat
V-11
Tabel 5.6
Perbandingan Waktu Pelayanan
V-16
Tabel 5.7
Perbandingan Alternatif Pengiriman Barang
commit to user
V-17
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Fungsional
II-22
Gambar 2.2
Struktur Organisasi Berdasarkan Produk
II-22
Gambar 2.3
Struktur Organisasi Berdasarkan Georgrafis
II-22
Gambar 2.4
Struktur Organisasi Kombinasi
II-23
Gambar 2.5
Gerai Alfamart
II-33
Gambar 2.6
Gerai Veneta System
II-35
Gambar 2.7
Gerai Apotek K-24
II-36
Gambar 3.1
Diagram Alir Penelitian
III-1
Gambar 4.1
Alur Waralaba Bisnis Ritel Kategori Printer dan Tinta
IV-25
Gambar 4.2
Alur Pengajuan HKI
IV-29
Gambar 4.3
Alur Pengajuan SIUP, TDP, dan HO
IV-31
Gambar 4.4
Alur Pengajuan STPW Pemberi Waralaba
IV-33
Gambar 4.5
Alur Pengajuan STPW Penerima Waralaba
IV-34
Gambar 4.6
Struktur Organisasi Pewaralaba
IV-41
Gambar 4.7
Struktur Organisasi Terwaralaba (Skenario 1)
IV-42
Gambar 4.8
Struktur Organisasi Terwaralaba (Skenario 2)
IV-42
Gambar 4.9
Struktur Organisasi Terwaralaba (Skenario 3)
IV-43
Gambar 4.10 Skema Distribusi dengan 1 Gudang
IV-52
Gambar 4.11 Skema Distribusi dengan Lebih Dari 1 Gudang
IV-53
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1-1 Prospektus Penawaran Aston Printer Center
L1-1
Lampiran 2-1 Rancangan Investasi Awal Aston Printer Center Keadaan L2-1
Optimis
Lampiran 3-1 Rancangan Investasi Awal Aston Printer Center Keadaan L3-1
Pesimis
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Halaman
Tabel L2. 1
Rincian Fixture Toko
L2-1
Tabel L2. 2
Rincian Peralatan Toko
L2-1
Tabel L2. 3
Rincian Persediaan Awal
L2-2
Tabel L2. 4
Rancangan 1 Keadaan Optimis
L2-5
Tabel L2. 5
Rancangan 2 Keadaan Optimis
L2-6
Tabel L2. 6
Rancangan 3 Keadaan Optimis
L2-7
Tabel L3. 1
Rincian Fixture Toko
L3-1
Tabel L3. 2
Rincian Peralatan Toko
L3-1
Tabel L3. 3
Rincian Persediaan Awal
L3-2
Tabel L3. 4
Rancangan 1 Keadaan Pesimis
L3-5
Tabel L3. 5
Rancangan 2 Keadaan Pesimis
L3-6
Tabel L3. 6
Rancangan 3 Keadaan Pesimis
L3-7
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu
latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
batasan masalah dan asumsi, serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Saat ini tren bisnis dengan menggunakan konsep waralaba semakin
membumi di Indonesia. Semakin banyak orang dan perusahaan di berbagai negara
menggunakan konsep bisnis ini. Menurut Majalah Info Franchise Indonesia,
omset bisnis waralaba di Indonesia pada tahun 2010 telah berada di angka lebih
kurang Rp 114 triliun dengan jumlah tenaga kerja terserap lebih dari 700.000
orang. Hal ini meningkat pesat jika dibandingkan dengan omset pada tahun 2008
yang masih di angka Rp 81 triliun dengan jumlah tenaga kerja terserap lebih
kurang 500.000 orang. Jumlah tersebut masih diprediksikan akan meningkat pada
tahun – tahun mendatang.
Berdasarkan penelitian dalam Franchise (2009), industri waralaba nasional
dikelompokkan menjadi delapan kelompok besar yaitu makanan dan minuman
(food beverage), ritel dan minimarket, agen properti, kurir dan ekspedisi,
pendidikan, kesehatan dan kecantikan, pakaian dan perhiasan (fashion
accessories) serta otomotif. Salah satu kategori ritel yang memiliki pasar potensial
besar dan menjanjikan di Indonesia adalah kategori printer dan tinta
(Bataviase.2010). Menurut hasil survey IDC (International Data Corporation)
yang merupakan lembaga survei industri independen, memprediksi bahwa
pertumbuhan penjualan printer di Indonesia sepanjang 2011 akan meningkat 15%
dibandingkan tahun 2010 dari 2,3 juta unit printer laserjet dan inkjet diprediksi
menjadi 2,8 juta unit printer (Affandi, 2011). Dengan prediksi tersebut bisa
dipastikan pertumbuhan industri ritel kategori printer dan tinta akan semakin
berkembang dengan pesat.
Beberapa usaha pada ritel kategori printer dan tinta yang memiliki potensi
user
untuk berkembang, khususnya di commit
daerah to
Solo
dan sekitarnya, yaitu Aston Printer
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Center, Flash Mandiri, CV. Image Printer dan lainnya. Perkembangan usaha
tersebut dapat melalui dua cara yaitu dengan pola konvensional yaitu membuka
cabang ataupun dengan cara waralaba. Seorang pengusaha yang ingin memperluas
usahanya dengan membuka cabang sangat tergantung dari modal yang
dimilikinya. Dengan menggunakan pola cabang, seorang pengusaha tidak perlu
membayar sejumlah biaya terhadap pihak lain serta reputasi usahanya dapat dijaga
dengan baik karena operasional usahanya ditangani secara langsung. Berbeda
halnya jika menggunakan pola bisnis waralaba dimana salah satu keunggulannya
adalah perluasan usaha yang semakin cepat dengan menggunakan modal dari
penerima waralaba dan resiko yang ditanggung oleh penerima waralaba. Penerima
waralaba akan membayar sejumlah fee kepada pemberi waralaba dan sebagai
wujud tanggungjawabnya, pemberi waralaba akan memberikan bantuan berupa
dokumen operasional serta monitoring yang berkelanjutan. Namun perlu
diperhatikan bahwa pola bisnis waralaba juga memiliki kelemahan dimana
dimungkinkan terjadinya kualitas layanan penerima waralaba yang buruk
sehingga berpengaruh terhadap reputasi merek pemberi waralaba. Hal ini dapat
dikarenakan kurangnya seleksi calon penerima waralaba serta kurangnya
dukungan dan monitoring dari pemberi waralaba (Franchise, 2009).
Kesuksesan usaha melalui bisnis waralaba dikarenakan sistem dan konsep
bisnis yang diterapkan sudah teruji dan memiliki tingkat erorr yang kecil yang
sudah terbukti memberikan keuntungan. Dilihat dari sisi pewaralaba model bisnis
ini akan membantu mereka dalam mengembangkan usahanya karena mereka tidak
memerlukan biaya yang besar dalam membuka cabang. Keuntungannya adalah
pewaralaba mendapatkan royalti atas pemakaian merek dan sistem usahanya.
Sedangkan bagi pihak terwaralaba memudahkan mereka jika ingin memiliki bisnis
yang langsung memberikan keuntungan secara cepat tanpa membutuhkan waktu
yang lama (Franchise,2009)
Bentuk sukses usaha ritel kategori printer dan tinta di Indonesia yang dibuka
dengan pola waralaba adalah Veneta System, Acaciana, dan Gold Ink. Ketiga
perusahaan ini sukses memperluas jaringan usahanya dengan pola waralaba yang
commit toVeneta
user System yang membuka usaha
tersebar di puluhan tempat di Indonesia.
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejak tahun 2003 kini telah memiliki 147 outlet terwaralaba yang tersebar di
seluruh Indonesia. Selain itu Acaciana yang telah berdiri sejak tahun 1997 kini
telah memiliki 13 outlet terwaralaba yang tersebar di Indonesia. Sedangkan Gold
Ink yang berdiri sejak tahun 2007 kini memiiki lebih dari 11 outlet yang tersebar
di seluruh Indonesia. (Franchise, 2009)
Menurut Anang Sukandar, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI),
peluang bisnis dari usaha kecil yang berpotensi menjadi waralaba cukup besar
dengan pertumbuhan mencapai 12% per tahun. Namun, usaha kecil tersebut masih
kesulitan berkembang karena keterbatasan kemampuan dalam berwirausaha baik
menyangkut kompetensi dalam pengelolaan usaha, kemampuan berinovasi, dan
mengembangkan kreativitas serta masih rendahnya keuletan dalam berusaha.
(Bataviase, 2010). Kesulitan tersebut banyak disebabkan oleh tidak adanya
manajemen yang baik. Sebuah manajemen yang baik harus dimiliki oleh setiap
pengusaha sebagai syarat jika ingin mewaralabakan usahanya karena dapat
membantu pengusaha yang ingin sukses dalam bidang waralaba (Franchise,2009).
Dalam penelitian ini dirancang sebuah sistem manajemen waralaba yang
dikhususkan pada usaha ritel kategori printer dan tinta. Dalam menyusun sistem
manajemen waralaba digunakan metode functional benchmarking yang tidak
membatasi diri pada perbandingan terhadap pesaing langsung sehingga dapat
melakukan investigasi pada perusahaan – perusahaan yang unggul dalam industri
yang tidak sejenis. Metode benchmarking digunakan dalam penelitian ini karena
dengan metode ini dapat dilihat bagaimana usaha yang telah sukses dalam
menjalankan bisnis waralabanya sehingga dapat mengadopsi best practice untuk
meraih sasaran yang diinginkan. Hasil dari benchmarking menghasilkan sebuah
best practice yang digunakan dalam penyusunan sistem manajemen waralaba.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu
sistem manajemen waralaba pada usaha ritel kategori printer dan tinta.
commit to user
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
1.
Menghasilkan sebuah best practice untuk perancangan sistem manajemen
waralaba.
2.
Menghasilkan sebuah sistem manajemen waralaba yang dapat diterapkan
untuk semua ritel kategori printer dan tinta.
3.
Mengimplementasikan sistem manajemen waralaba yang telah dibuat untuk
Aston Printer Center.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1.
Memudahkan pemilik usaha ritel jika ingin membuka cabang baru melalui
sistem waralaba.
2.
Mengetahui prosedur mewaralabakan suatu usaha.
1.5 Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah, penelitian dilakukan dengan pembatasan
sebagai berikut :
1. Sistem
yang
dirancang
digunakan
untuk
pihak
pemberi
waralaba
(pewaralaba).
2. Implementasi sistem dilakukan pada Aston Printer Center.
3. Benchmarking dilakukan sampai tahap integrasi.
1.6 Asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Visi dan misi untuk semua ritel kategori printer dan tinta dianggap sama.
2. Selama kegiatan penelitian, tidak ada perubahan visi dan misi perusahaan.
3. Hasil dari benchmarking yang dilakukan cukup dijadikan sebagai sumber
referensi.
commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan
penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika
penulisan, sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori-teori yang dipakai untuk mendukung
penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara teoritis.
Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan
langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara
umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai
dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan,
pengumpulan data sampai dengan pengolahan data dan analisis.
BAB IV : PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN WARALABA
Bab ini berisi perancangan sistem manajemen waralaba yang dimulai
dengan benchmarking pada tiga perusahaan. Dari hasil benchmarking
didapatkan best practice yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam
perancangan sistem manajemen waralaba.
BAB V : PEMBUATAN DAN ANALISIS PROSPEKTUS PENAWARAN
Bab ini berisi pengimplementasian sistem yang telah dirancang dengan
membuat sebuah prospektus penawaran untuk Aston Printer Center.
Kemudian dilakukan analisis terhadap prospektus tersebut.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga
to user
menguraikan saran dancommit
masukan
bagi kelanjutan penelitian.
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat teori-teori relevan dan
mendukung analisis serta pemecahan masalah yang terdapat pada penelitian ini.
2.1.
Waralaba
Definisi waralaba menurut Amir Karamoy (Konsultan Waralaba) yang
dimuat dalam Andy (2009) adalah :
“Waralaba adalah suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang
memiliki merek dagang dikenal dan sistem manajemen, keuangan dan
pemasaran yang telah mantap, disebut pewaralaba, dengan perusahaan
atau individu yang memanfaatkan atau menggunakan merek dan sistem
milik pewaralaba, disebut terwaralaba. Pewaralaba wajib memberikan
bantuan teknis, manajemen dan pemasaran kepada terwaralaba dan
sebagai imbal baliknya, terwaralaba membayar sejumlah biaya (fee)
kepada pewaralaba. Hubungan kemitraan usaha antara kedua pihak
dikukuhkan dalam suatu perjanjian lisensi atau waralaba”
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perdagangan RI No. 12/MDAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda
Pendaftaran Usaha Waralaba, definisi waralaba yaitu :
“Franchise (waralaba) adalah perikatan antara pemberi waralaba
dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak
untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan / atau menggunakan
hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang
dimiliki
pemberi
waralaba
dengan
suatu
imbalan
berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah
kewajiban
menyediakan
dukungan
konsultasi
operasional
yang
berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba.”
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa waralaba merupakan
suatu pembelian merek dagang yang biasanya sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Calon pembeli waralaba bisa berupa individu maupun perusahaan, tergantung dari
commit to user
persetujuan pihak pewaralaba. Pihak terwaralaba wajib membayar sejumlah biaya
II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertentu kepada pewaralaba yang telah disepakati bersama dari awal kontrak, serta
mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pewaralaba.
Menurut Franchise (2009), waralaba pada hakikatnya memiliki beberapa
elemen sebagai berikut:
1.
Pewaralaba
Pewaralaba yaitu pihak pemilik/produsen dari barang atau jasa yang telah
memiliki merek tertentu serta memberikan atau melisensikan hak eksklusif
tertentu untuk pemasaran barang atau jasanya.
2.
Terwaralaba
Terwaralaba yaitu pihak yang menerima hak eksklusif dari pihak pewaralaba
untuk kemudian mengembangkan merek usahanya di beberapa wilayah.
3.
Master Franchise
Master franchise yaitu penerimaan hak eksklusif dari seorang terwaralaba
untuk mengembangkan merek usahanya dalam suatu negara dengan lingkup
besar.
4.
Elemen – elemen biaya waralaba
Elemen biaya ini muncul sebagai akibat dari bentuk kompensasi atas sebuah
hubungan yang terjadi. Biasanya elemen biaya ini yang menetapkan adalah
pewaralaba dan menjadi kewajiban dari seorang terwaralaba untuk
melaksanakannya. Adapun elemen – elemen biaya tersebut yaitu, franchise
fee, royalty fee, dan advertising fee.
Menurut Widjaja (2001) dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki
dua jenis kegiatan (Handrata dan Raharja, 2008) :
1.
Waralaba Produk dan Merek Dagangan (Product/Trade Mark Franchising)
Waralaba produk dan merek dagang adalah bentuk waralaba yang paling
sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba
memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang
dikembangkan oleh pemberi waralaba yang disertai dengan pemberian ijin
untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba. Pemberian ijin
penggunaan merek dagang tersebut diberikan dalam rangka penjualan produk
yang diwaralabakan tersebut. Atas pemberian izin penggunaan merek dagang
tersebut biasanya pemberi waralaba
suatu bentuk pembayaran
commit tomemperoleh
user
II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
franchise fee dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh keuntungan
(yang sering juga disebut dengan royalti berjalan) melalui penjualan produk
yang diwaralabakan kepada penerima waralaba. Dalam bentuk yang sangat
sederhana ini, waralaba produk dan merek dagang seringkali mengambil
bentuk keagenan, distributor atau lisensi penjualan.
2.
Waralaba Format Bisnis (Bussiness Format Franchising)
Agak berbeda dengan waralaba produk dan merek dagang, waralaba
format bisnis menurut pengertian yang diberikan oleh Martin Mandelson
dalam Franchising: Petunjuk Praktis bagi Pewaralaba dan Terwaralaba,
waralaba format bisnis adalah pemberian sebuah lisensi oleh seseorang
(pemberi waralaba) kepada pihak lain (penerima waralaba), lisensi tersebut
memberi
hak
kepada
penerima
waralaba
untuk
berusaha
dengan
menggunakan merek dagang/nama dagang pemberi waralaba, dan untuk
menggunakan keseluruhan paket, yang terdiri dari seluruh elemen yang
diperlukan untuk membuat seorang yang sebelumnya belum terlatih dalam
bisnis dan untuk menjalankannya dengan bantuan yang terus menerus atas
dasar-dasar yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Mandelson (2004), ada sekurangnya sembilan alasan dasar mengapa
pengusaha memilih untuk mewaralabakan usahanya. Alasan-alasan tersebut
adalah (Handrata dan Raharja, 2008) :
1.
Pengembangan jaringan usaha secara cepat begitu juga penetrasi pasarnya,
maksudnya disini pemberi waralaba dapat dengan mudah mengeksploitasi
teritorial pasarnya.
2.
Modal sepenuhnya berasal dari penerima waralaba; jadi modal yang
diperlukan pihak pemberi waralaba menjadi tidak terlalu besar untuk
menjadikan usahanya besar.
3.
Pemberi waralaba menerima persentase atas penghasilan penerima waralaba
tanpa menanggung kerugian penerima waralaba.
4.
Penerima waralaba membentuk sendiri manajemen operasional usahanya.
5.
Penerima waralaba membayar seluruh biaya pelatihan yang diselenggarakan
oleh pemberi waralaba. Ini berarti pemberi waralaba dapat memperoleh
penghasilan lebih dari kegiatan
pelatihannya
commit
to user tersebut.
II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.
Waralaba membentuk sistemnya sendiri sebagai pencari laba.
7.
Rasio keuangan ekuitas yang positif, karena tidak mengeluarkan modal
yang besar.
8.
Pemberi waralaba memperoleh penghasilan dari hasil penjualan dan bukan
keuntungan penerima waralaba.
9.
Pewaralaba tidak perlu terlalu terlibat langsung setiap hari atau memantau
jalannya usaha yang dilakukan terwaralaba.
2.1.1. Pemberi Waralaba (Pewaralaba)
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 pasal 1, pemberi waralaba
(pewaralaba) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada
pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual, penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba.
Menurut Widjaja (2002), keuntungan dan kerugian bagi pemberi waralaba antara
lain (Handrata dan Raharja, 2008):
1.
Keuntungan bagi pemberi waralaba.
Adapun keuntungan bagi pemberi waralaba antara lain:
a.
Waralaba dapat menghasilkan keuntungan yang memadai tanpa perlu
terlibat dengan resiko modal yang tinggi maupun dengan masalah –
masalah detail sehari-hari yang timbul dari pengelolaan dan manajemen
outlet eceran yang kecil. Semua kegiatan administrasi dan pengelolaan
jalannya bisnis serta produk yang diwaralabakan akan diselenggarakan
sepenuhnya oleh penerima waralaba.
b.
Tidak ada kebutuhan untuk menyuntik sejumlah besar modal untuk
meningkatkan kecepatan pertumbuhan yang besar. Masing-masing
outlet yang terbuka memanfaatkan sendiri sumber daya keuangan yang
disediakan oleh setiap penerima waralaba.
c.
Organisasi
pemberi
waralaba
mempunyai
kemampuan
untuk
memperluas jaringan secara lebih cepat pada tingkat nasional dan
tentunya pun internasional dengan menggunakan modal yang resikonya
seminimal mungkin.
commit to user
II-4
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Pemberi waralaba akan lebih mudah untuk melakukan eksploitasi
wilayah yang belum masuk dalam lingkungan organisasinya.
e.
Pemberi waralaba hanya akan mempunyai permasalahan staff yang
lebih sedikit karena ia tidak terlibat dalam masalah staff pada masingmasing pemilik outlet. Setiap karyawan pada outlet bisnis penerima
waralaba menjadi tanggung jawab penerima waralaba sepenuhnya.
f.
Penerima waralaba akan mengkonsentrasikan diri secara lebih optimum
pada bisnis yang diwaralabakan tersebut, oleh karena mereka adalah
pemilik bisnis itu sendiri.
g.
Pemberi waralaba cenderung untuk tidak memiliki aset outlet dagang
sendiri. Tanggung jawab bagi aset tersebut diserahkan pada penerima
waralaba yang memilikinya.
h.
Seorang pemberi waralaba yang melibatkan bisnisnya dalam kegiatan
manufaktur/pedagang besar bisa mendapatkan distribusi yang lebih luas
dan kepastian bahwa ia mempunyai outlet untuk produknya.
i.
Tipe-tipe skema waralaba tertentu mampu menangani penerima
waralaba secara nasional. Pemberi waralaba, dalam skala yang besar
lebih dapat bernegosiasi dengan pihak-pihak yang sangat menaruh
perhatian dan mempunyai sejumlah pabrik, kantor, gudang, depot, atau
tempat-tempat lain diseluruh negeri, dan mengatur masing-masing
waralaba lokal untuk menangani pekerjaan yang muncul di perusahaanperusahaan di wilayah waralabanya. Hal ini mengefisiensi waktu para
penerima waralaba. Selain itu tidak semua penerima waralaba memiliki
kemampuan atau kapasitas untuk bernegosiasi atau pengaturan jasa
mengenai hal tersebut. Dengan pengkoordinasian keseluruh kegiatan
dibawah satu pemberi waralaba, masing-masing penerima waralaba
dapat menjamin bahwa kelompok nasional yang besar tanpa perlu
menimbulkan pertentangan atau benturan kepentingan (conflict interest)
di antara sesama penerima waralaba.
commit to user
II-5
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Kerugian bagi pemberi waralaba
Adapun kerugian bagi pemberi waralaba antara lain:
a.
Ada kemungkinan kekurangpercayaan diantara pemberi waralaba dan
penerima waralaba yang berasal dari ketidakseimbangan antara
penerima waralaba individu dalam organisasi penerima waralaba
dengan pihak-pihak yang harus dihubunginya dalam organisasi
waralaba. Hal ini harus dihindari bagi seorang pemberi waralaba.
b.
Ada kemungkinan dengan jumlah investasi yang sangat besar, suatu
unit perusahaan yang dimiliki dan dikerjakan sendiri dapat memberikan
keuntungan lebih besar dari keuntungan pemberi waralaba.
c.
Jika penerima waralaba membayar fee sebagai presentase dari penjualan
kotor, ada kemungkinan penerima waralaba akan bertindak secara tidak
terbuka dalam menunjukkan penghasilan kotornya.
d.
Kemungkinan terdapat kesulitan-kesulitan dalam rekrutmen orangorang yang cocok sebagai penerima waralaba untuk bisnis tertentu.
Selain kelebihan dan kekurangan bagi seorang pemberi waralaba, terdapat
masalah-masalah yang potensial bagi penerima waralaba, diantaranya :
1.
Adanya kemungkinan terwaralaba menurunkan reputasi nama atau merek
pewaralaba akibat kegagalannya memenuhi standar tertentu.
2.
Adanya kemungkinan pelayanan masing-masing terwaralaba berbeda-beda
sehingga mempengaruhi loyalitas pelanggan.
3.
Kemungkinan terjadinya persaingan tidak sehat diantara sesama terwaralaba
yang ikut merugikan pewaralaba.
2.1.2. Penerima Waralaba (Terwaralaba)
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 Pasal 1, penerima waralaba
(terwaralaba) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual, penemuan
atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba.
commit to user
II-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Widjaja (2002), terdapat keuntungan dan kerugian serta hak dan
kewaiban bagi penerima waralaba,yaitu (Handrata dan Raharja, 2008) :
1.
Keuntungan penerima waralaba.
Adapun keuntungan bagi penerima waralaba antara lain:
a.
Penerima waralaba dapat mengatasi kurangnya pengetahuan dasar dan
pengetahuan khusus yang dimiliki melalui program pelatihan yang
terstruktur dari pemberi waralaba (support).
b.
Penerima waralaba mendapat keuntungan dan aktivitas iklan dari
promosi pemberi waralaba pada tingkat nasional dan atau internasional.
c.
Penerima waralaba mendapatkan keuntungan dan daya beli yang besar
dari kemampuan negosiasi yang dilakukan pemberi waralaba atas
seluruh penerima waralaba dan jejaringnya.
d.
Penerima waralaba mendapat pengetahuan khusus dan berkemampuan
tinggi serta berpengalaman, organisasi dan manajemen kantor pusat
pemberi waralaba, walaupun dia tetap mandiri dalam bisnisnya sendiri.
2.
Kerugian penerima waralaba.
Adapun kerugian bagi penerima waralaba antara lain:
a.
Penerima waralaba harus membayar pemberi waralaba atas jasa yang
didapatkannya dan untuk penggunaan sistem waralaba yaitu dengan dan
dalam bentuk franchise fee pendahuluan atau uang waralaba terus
menerus.
b.
Pemberi waralaba mungkin membuat kesalahan dalam kebijakan
kebijakannya. Dia mungkin mengambil keputusan yang berkaitan
dengan inovasi bisnis yang berakhir pada kegagalan dan hal ini
mungkin dapat mempengaruhi aktivitas penerima waralaba.
c.
Reputasi, citra merek dan bisnis yang diwaralabakan mungkin menjadi
turun, karena alasan-alasan yang mungkin berada di luar kontrol baik
pemberi waralaba maupun penerima waralaba.
3.
Kewajiban penerima waralaba.
Adapun kewajiban bagi penerima waralaba antara lain:
a.
Melaksanakan seluruh prosedur yang diberikan oleh pemberi waralaba
guna melaksanakan Hakcommit
atas Kekayaan
to user Intelektual
II-7
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Memberikan kekuasaan bagi pemberi waralaba untuk melakukan
pengawasan maupun inspeksi berkala ataupun secara tiba-tiba, guna
memastikan bahwa penerima lisensi telah melaksanakan waralaba yang
diberikan dengan baik.
c.
Memberikan laporan-laporan baik secara berkala maupun atas
permintaan khusus dan pemberi waralaba.
d.
Membeli barang modal tertentu ataupun barang-barang tertentu lainnya
dalam rangka pelaksanaan waralaba dan pemberi waralaba.
e.
Menjaga kerahasiaan Hak atas Kekayaan Intelektual.
f.
Tidak memanfaatkan Hak atas Kekayaan Intelektual.
g.
Melakukan pendaftaran waralaba.
h.
Tidak melakukan kegiatan sejenis, serupa, ataupun yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan persaingan
dengan kegiatan usaha yang mempergunakan Hak atas Kekayaan
Intelektual.
i.
Melakukan pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan jumlah yang
telah disepakati bersama
4.
Hak penerima waralaba.
Hak bagi seorang penerima waralaba, antara lain :
a.
Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan dengan Hak
atas Kekayaan Intelektual;
b.
Memperoleh bantuan dan pemberi waralaba atas segala macam cara
pemanfaatan dan atau penggunaan Hak atas Kekayaan Intelektual
penemuan atau ciri khas usaha.
Selain hal – hal diatas, terdapat masalah-masalah yang potensial
menghadang penerima waralaba, diantaranya (Handrata dan Raharja, 2008) :
1.
Terjadi kejenuhan pasar karena terlalu banyak terwaralaba dengan merek atau
produk yang sama di wilayah tertentu.
2.
Adanya hasrat pewaralaba yang berlebihan untuk memperluas waralabanya
sehingga penghasilan potensial, ketrampilan managerial dan inisiatif yang
diperoleh para terwaralaba berkurang.
commit to user
II-8
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Pembatalan sepihak oleh pewaralaba bisa diberlakukan terhadap terwaralaba
yang dipandang gagal memenuhi kesepakatan.
4.
Pada beberapa industri jangka waktu pemberlakuan waralaba terlalu singkat.
5.
Sebagian besar kontrak menyebutkan bahwa royalti yang harus dibayar
terwaralaba hanya berdasarkan gross sales (penjualan bruto) tanpa
memperhitungkan laba terwaralaba.
2.1.3. Franchise Fee
Franchise fee merupakan biaya awal waralaba dimana biaya ini harus
dibayar di awal sebelum gerai waralaba beroperasi. Biaya ini dibayarkan untuk
lisensi atau hak penggunaan merek yang diwaralabakan selama jangka waktu
waralaba dan juga untuk hak menggunakan/meminjam pedoman operasional
selama jangka waktu tertentu. Besarnya franchise fee ini tergantung kebijaksanaan
pewaralaba, tetapi biaya ini penting untuk diketahui komposisinya. Biasanya
franchise fee mempunyai komposisi seperti berikut ini (Franchise, 2009) :
1.
Survei lokasi.
2.
Desain layout.
3.
Inventori awal, termasuk stock barang yang dibutuhkan.
4.
Sourcing (pencarian supplier) untuk initial inventory dan stock barang.
5.
Bimbingan dan diskusi untuk menyusun business plan.
6.
Rekrutmen dan/ atau seleksi para pegawai.
7.
Sepervisi dan eksekusi launching.
2.1.4 Royalty Fee
Royalty fee merupakan biaya yang harus dibayar setelah gerai waralaba mulai
beroperasi. Pada umumnya pewaralaba yang menetapkan kapan jadwal
pembayaran royalti tersebut. Metode penetapan fee ini beragam, namun umumnya
berupa prosentase terhadap setiap penghasilan yang diterima terwaralaba, dengan
mengecualikan unsur pajak bila ada. Terdapat pewaralaba yang menetapkan
royalti progresif yang mirip dengan pajak penghasilan waib pajak abadi (PPh 21),
juga terdapat pula yang menetapkan flat royalty dimana nilai royalti tetap tidak
peduli berapa pun penghasilan sang
terwaralaba
commit
to user(Franchise, 2009).
II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Royalty fee tersebut digunakan untuk beberapa hal seperti berikut ini
(Franchise, 2009) :
1.
Kelangsungan operasional pewaralaba dalam kaitannya dengan bimbingan
berkesinambungan bagi para terwaralaba.
2.
Pelaksanaan audit waralaba dan evaluasi bisnis yang keduanya merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari bimbingan berkesinambungan.
3.
Penelitian dan pengembangan
4.
Pengelolaan merek dagang dan strategi pemasaran
2.1.5 Advertising Fee
Advertising Fee ini merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai
keperluan pengelolaan merek dan strategi dana. Sehingga untuk kepentingan ini
dana tersebut biasanya tidak diambilkan dari royalty fee namun diambil dari dana
iuran dan advertising fee ini (Franchise, 2009).
2.1.6 Jenis Waralaba
Menurut Pedoman Pelaksanaan Keterkaitan Kemitraan di Bidang Industri
Kecil, terdapat tiga tipe atau jenis waralaba, yaitu (Pontoan dan Sutanto, 2008):
1.
Product Franchise
Pada tipe ini, pewaralaba menghasilkan atau memproduksi suatu produk atau
jasa yang dipasarkan oleh terwaralaba. Dalam tipe ini terwaralaba menyediakan
atau membentuk gerai untuk memasarkan produk yang dihasilkan pewaralaba.
Contoh: keagenan sepatu, pabrik sepatu X menghasilkan atau memproduksi
sepatu, lalu terwaralaba membuat gerai untuk memasarkan sepatu-sepatu tersebut
sesuai dengan petunjuk pewaralaba.
2.
Business Opportunity Ventures
Pada tipe ini, terwaralaba mendistribusikan produk atau jasa yang dihasilkan
pewaralaba. Dalam pendistribusian produk atau jasa tersebut, terwaralaba
mengikuti sistem yang ditetapkan pewaralaba akan tetapi tidak menggunakan
merek dagang pewaralaba. Contoh: dealer kendaraan bermotor A (mobil atau
sepeda motor) menjual produk dari pabrik tertentu, di dalam memasarkan produk
commit to user
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak menggunakan nama dan merek dagang pewaralaba tetapi mematuhi sistem
yang ditetapkan oleh pewaralaba.
3.
Business Format Franchising
Pada tipe ini, terwaralaba diberi lisensi untuk memasarkan produk atau jasa
milik pewaralaba sesuai dengan produk atau jasa milik pewaralaba sesuai dengan
sistem yang ditetapkan dan menggunakan merek dagang atau nama perusahaan
pewaralaba. Contoh: real estate, fast food, hotel.
Menurut International Franchise Association (IFA) berkedudukan di
Washington DC yang merupakan organisasi waralaba internasional yang
beranggotakan negara-negara di dunia, ada empat jenis waralaba yang mendasar
yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu (Pontoan dan Sutanto, 2008) :
1.
Product Franchise
Pada tipe ini produsen menggunakan produk waralaba untuk mengatur
bagaimana cara pedagang eceran menjual produk yang dihasilkan oleh produsen.
Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan barangbarang milik pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan nama dan
merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar biaya atau membeli
persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contohnya, toko ban
yang menjual produk dari pewaralaba, menggunakan nama dagang, serta metode
pemasaran yang ditetapkan oleh pewaralaba.
2.
Manufacturing Franchise
Pada tipe ini, waralaba memberikan hak pada suatu badan usaha untuk
membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan
merek dagang dan merek pewaralaba. Jenis waralaba ini seringkali ditemukan
dalam industri makanan dan minuman.
3.
Business Oportunity Ventures
Pada tipe ini, secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan
mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus
menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis, dan sebagai timbal
baliknya pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai
kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin-mesin penjualan otomatis atau
distributor.
commit to user
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Business Format Franchising
Pada tipe ini, bentuk waralaba inilah yang paling populer di dalam praktek.
Melalui pendekatan ini, perusahaan menyediakan suatu metode yang telah
terbukti untuk mengoperasikan bisnis bagi pemilik bisnis dengan menggunakan
nama dan merek dagang dari perusahaan. Umumnya perusahaan menyediakan
sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis membayar sejumlah biaya atau
royalti. Kadang-kadang, perusahaan juga mengharuskan pemilik bisnis untuk
membeli persediaan dari perusahaan.
2.1.7 Perjanjian Waralaba
Menurut Rachmadi (2007) ada beberapa aspek dasar atau kunci yang
seharusnya ditekankan dalam perjanjian waralaba. Pada umumnya, pewaralaba
merupakan pihak yang aktif dalam pembuatan perjanjian waralaba karena lebih
mengetahui
kondisi
bisnis.
Sebagai
calon
terwaralaba
sebaiknya
ikut
mengupayakan agar perjanjian mencakup semua masalah yang mungkin timbul.
Perjanjian harus adil dan harus melindungi pihak terwaralaba dan isi perjanjian
tersebut perlu mencakup beberapa hal, diantaranya (Pontoan dan Sutanto, 2008) :
A. Recitals (Pembukaan)
Pembukaan perjanjian warlaba pada intinya harus berisi tentang adanya
kesepakatan hubungan kontraktual. Informasi ini mencakup latar belakang
pengembangan dan hak kepemilikan dari pewaralaba yang akan dilisensikan
kepada terwaralaba. Seorang terwaralaba berkewajiban untuk mengoperasikan
format bisnis secara ketat sesuai dengan manual operasi dan standar pengendalian
kualitas yang diberikan oleh pewaralaba.
B. Status Hukum Terwaralaba
Status hukum yang dimaksud disini menekankan hubungan legal antara
seorang pewaralaba dan terwaralaba serta mengonfirmasi bahwa semua pihak
tidak bertindak dalam hubungan pegawai – pemberi kerja, prinsipal, dan agen,
mitra umum, atau status lainnya
C. Hak yang diberikan
Dalam sebuah perjanjian, seorang pewaralaba memberikan hak kepada
terwaralaba untuk menggunakan commit
kekayaan
intelektual yang dikembangkan oleh
to user
II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pewaralaba. Sebagai contoh hak yang diberikan mencakup sejumlah trademark,
service marks, tradedress (sign age, desain counter, seragam, desain fitur),
manual operasi, program pelatihan awal, program pendukung, dan on going
training, bantuan teknis, dan akses ke sumber daya, serta hak untuk membuat atau
mendistribusikan produk pewaralaba.
D. Cakupan Wilayah
Cakupan wilayah yang dimaksud meliputi batasan wilayah yang ditentukan
oleh apa, radius, jalan, kota, ataukah negara. Dan juga termasuk kesepakatan
apakah pewaralaba mempunyai hak untuk membuka cabang sendiri di wilayah
tersebut atau menambah terwaralaba lagi.
E. Pemilihan Lokasi Usaha
Penentuan lokasi usaha harus turut serta dijadikan perhatian dalam
penyusunan perjanjian waralaba. Terwaralaba bebas memilih lokasi dan kemudian
dimintakan persetujuan kepada pewaralaba. Ada beberapa pewaralaba yang
memberikan bantuan nyata dalam pemilihan lokasi, dalam bentuk studi pemasaran
dan demografis, negosiasi sewa dengan pemilik lahan, dan sebagainya.
F. Jasa yang diberikan oleh pewaralaba
Jasa yang diberikan oleh pewaralaba berupa layanan pra pembukaan yang
biasanya mencakup penggunaan manual operasi, rekruitmen dan latihan pegawai,
standar akuntansi dan sistem pembukuan, spesifikasi inventori dan peralatan,
standar konstruksi, rencana desain gedung dan interior, serta dukungan iklan dan
promosi grand opening. Layanan pasca pembukaan meliputi dukungan lapangan
dan trouble shooting, R&D produk baru, pengembangan kampanye promosi iklan
nasional, dan lain-lain.
G. Pasokan produk
Pada waralaba tertentu, pewaralaba memproduksi beberapa jenis produk atau
bahkan mengharuskan terwaralaba untuk membelinya sehingga harus dipastikan
bahwa dalam perjanjian produk atau bahan tersebut akan dipasok tepat waktu dan
berkualitas tinggi pada harga yang wajar.
commit to user
II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Besarnya Fee, Royalty, dan Pembayaran Lain yang terkait dengan Pewaralaba
dan Pelaporannya
Franchise fee dibayarkan secara berkala begitu perjanjian waralaba
dilakukan. Ini merupakan kompensasi atas pemberian waralaba, lisensi merek dan
rahasia dagang, pelatihan dan dukungan pra pembukaan, serta dukungan bahan
baku awal. Kategori pembayaran kedua yaitu royalti dari penjualan brutto.
Kategori ketiga adalah pembayaran fee untuk dana kerjasama iklan/promosi
nasional demi efisiensi dan konsistensi upaya pemasaran. Pembayaran fee yang
lain juga berupa penjualan produk/bahan baku, biaya audit dan inspeksi, dan lainlain.
I.
Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas dalam sebuah perjanjian waralaba harus mencakup
sistem jaminan kendali dan konsistensi kualitas. Beberapa bentuk batasan dalam
produk terwaralaba seperti komposisi, bahan baku, dan perlengkapan yang harus
memenuhi panduan dan spesifikasi prosedur operasi.
J.
Asuransi, Penanganan Catatan, dan Kewajiban Lain dari Terwaralaba
Terdapat berbagai resiko yang mungkin terjadi yang tidak dapat ditanggung
sendiri oleh seorang terwaralaba serta perlu diasuransikan, seperti banjir,
kebakaran, perlindungan atas mesin dan kendaraan, perlindungan dari bahaya
teroris, dan lain-lain. Pewaralaba biasanya mengikat terwaralaba dengan berbagai
kewajiban, seperti memberikan laporan keuangan, menjaga standar kualitas
pegawai dan pemasok, meng-upgrade peralatan atau fasilitas yang ada,
menyediakan produk atau fasilitas sesuai standar pewaralaba, dan lain-lain.
K. Perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual
Dalam sebuah perjanjian waralaba, seorang calon terwaralaba harus
memahami bahwa pewaralaba akan berusaha mencegah penyalahgunaan dan
penyebarluasan rahasia dagang yang dilisensikan termasuk penggunaan manual
operasi untuk pihak lain, terutama pesaing.
L. Penghentian Perjanjian Waralaba
Dalam perjanjian waralaba ada beberapa kemungkinan penyebab yang bisa
terjadi karena terwaralaba menyalahi standar kendali mutu, dan lain-lain.
commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
M. Pengalihan Waralaba
Dalam perjanjian waralaba, perlu dicantumkan pemberian ijin kepada
pembeli baru, pelatihan pembeli baru, pembayaran biaya pengambilalihan lisensi
dan pelatihan kepada pewaralaba.
2.1.8 Panduan Operasi Manual Waralaba
Menurut Franchise (2009), panduan operasi manual merupakan hal penting
sebelum sebuah bisnis waralaba dijual. Adapun penjelasan dari operasi manual
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Panduan Operasi Manual Waralaba
No
Bagian
1
Pendahuluan
2
Tahapan
Operasional
Panduan & Pra
Pembukaan
3
4
Kebijakan
Aspek
Pengantar
Sejarah Pewaralaba
Organisasi Pewaralaba
Hak dan Kewajiban Pewaralaba
Hak dan Kewajiban Terwaralaba
Tahapan Operasional dari bisnis yang harus diikuti
Terwaralaba
Desain Interior Outlet
Bentuk bangunan
Izin Usaha
Asuransi
Legalitas
Order Barang
Tim Manajemen
Aplikasi untuk lisensi,izin,pemeliharaan
Evaluasi
Negoisasi
Tema,Image,Dekorasi
Standar Kualitas Pelayanan
Kebijakan Harga
Gaji Karyawan
Pelayanan Customer
Penanganan berbagai komplain
Penampilan dan seragam karyawan
Jam Operasi
commit to user
II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1. Panduan Operasi Manual Waralaba (Lanjutan)
No
5
6
7
8
9
10
Bagian
Aspek
Operasional Dan
Pemeliharaan
Pemeliharaan Umum
Jobdesc karyawan
Keseharian
Laporan periodik
Inspeksi
Standar Keselamatan dan Kesehatan
Ruang Istirahat
Kunci, alarm, dan pengaman
Prosedur darurat
Peralatan, Sistem
Peralatan, inventarisasi kebutuhan kantor
Komputer, Suplai
Spesifikasi, vendor, perawatan, dan perbaikan peralatan
Operasional dan manajemen dari database franchisor
Administrasi
Personel
Menyimpan laporan dan akuntansi
Supplier
Rekruitmen dan Training
Quality Control
Kebijakan asuransi
Promosi Penjualan Perencanaaan Pembukaan
Promosi Umum (Ongoing)
Promosi Spesial
Kehumasan
Menggunakan public figure
Diskon dan promosi
Memelihara visi yang tinggi dalam komunitas
Memahami dan menganalisa tren dan statistik demografi
lokal
Proteksi Merk
Penggunaan dan pemakaian merk dagang
Dagang Dan
Contoh penyalahgunaan merk dagang
Rahasia Dagang
Pemeliharaan dan proteksi rahasia dagang
Memelihara dan menggunakan manual operasi
Proteksi dari software komputer dan manual operasi
Perjanjian menjaga rahasia untuk karyawan
Laporan Kepada
Petunjuk dan syarat - syaratnya
Pewaralaba
Contoh Form laporan
Sumber : Franchise (2009)
commit to user
II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.9 Prospektus Penawaran
Prospektus merupakan suatu penjelasan yang berupa keterangan tertulis dan
terperinci mengenai kegiatan suatu perusahaan atau organisasi baru. Prospektus
ini disebarluaskan kepada umum dan disampaikan kepada kelompok tertentu yang
berkepentingan (Franchise, 2009). Dalam sistem waralaba, prospektus ini penting
bagi pihak pewaralaba ataupun terwaralaba. Bagi pihak pewaralaba, prospektus
merupakan syarat utama yang harus diserahkan jika ingin mendapatkan STPW
(Surat Tanda Pendaftaran Waralaba). Dalam PP No.42 Tahun 2007 tentang
Waralaba yang mengatur kewajiban setiap pemberi waralaba (pewaralaba) harus
memberikan prospektus penawaran kepada calon penerima waralaba (terwaralaba)
pada saat menawarkan waralaba. Bagi seorang terwaralaba, prospektus menjadi
sebuah dokumen penting yang dapat digunakan untuk menilai apakah perusahaan
pewaralaba tersebut merupakan perusahaan yang baik atau tidak.
Kandungan prospektus waralaba sesuai dengan PP No.42 tentang Waralaba
antara lain:
A.
Data Identitas pemberi waralaba (pewaralaba);
B.
Legalitas usaha waralaba;
C.
Sejarah kegiatan usaha;
D.
Struktur organisasi pemberi waralaba (pewaralaba);
E.
Laporan keuangan 2 tahun terakhir;
F.
Jumlah tempat usaha;
G.
Daftar penerima waralaba;
H.
Hak dan kewajiban pewaralaba dan terwaralaba.
Dalam kaitannya memasarkan waralaba ada beberapa hal yang sering
menjadi perhatian para pewaralaba dalam memasarkan bisnisnya.
Menurut
Franchise (2009), berikut ini beberapa poin penting yang harus diperhatikan
dalam membuat sebuah penawaran waralaba, antara lain :
A.
Menampilkan Kisah Sukses Pewaralaba
Untuk informasi ini, seorang pewaralaba dapat menampilkan berbagai
prestasi baik berupa rekor ataupun penghargaan yang pernah diraih selama
menjalankan bisnis.
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id
B.
digilib.uns.ac.id
Menampilkan Kisah Sukses Waralaba
Untuk informasi ini bisa dilakukan jika sudah ada pihak terwaralaba.
Seorang pewaralaba dapat meminta testimonial dari terwaralaba yang telah
berhasil menjalankan bisnis. Testimoni yang dibuat semenarik mungkin sangat
ampuh untuk meyakinkan calon terwaralaba
C.
Menampilkan Keunggulan Produk
Keunggulan produk yang dapat ditawarkan dapat berupa diferensiasi produk
atau services yang ditawarkan dibandingkan dengan kompetitor sejenis. Selain itu
bisa juga ditampilkan dari sisi pengembangan produknya yang dilakukan oleh tim
RnD yang dimiliki oleh pewaralaba
D.
Menampilkan Keunggulan Merek
Seorang pewaralaba dapat menampilkan berbagai riset yang menunjukkan
posisi mereknya di industri. Jika merupakan pioner pertama di bidang tersebut,
pewaralaba dapat menonjolkan dirinya. Jika ada media yang pernah meliput
tentang waralabanya, seorang pewaralaba dapat menyertakan sumber tersebut baik
dalam media cetak ataupun elektronik.
E.
Menampilkan Sistem
Seorang pewaralaba dapat menggambarkan berbagai hal mengenai sistem
bisnis yang ditawarkannya meliputi: manajemen, keuangan, pemasaran, alur
pasokan, IT, SDM, dan logistik. Pewaralaba dapat menampilkan foto pabrik,
software yang digunakan, maupun alat keamanan.
F.
Bantuan Start-Up Usaha
Bantuan start-up usaha merupakan bantuan yang diberikan sebelum sebuah
usaha dijalankan. Bantuan ini dapat berupa bantuan perizinan, set-up interior dan
eksterior design, memberikan bantuan daftar supplier, pasokan produk, dan
lainnya.
G.
Program Training Bagi Karyawan dan Terwaralaba
Seorang pewaralaba dapat menampilkan berbagai foto kegiatan training
karyawan baik di inhouse training ataupun on store training. Materi pelatihan apa
saja yang akan diberikan nantinya dapat ikut disertakan.
commit to user
II-18
perpustakaan.uns.ac.id
H.
digilib.uns.ac.id
Dukungan yang Berkesinambungan
Pewaralaba dapat menampilkan dukungan berkelanjutan yang nantinya akan
diberikan kepada terwaralaba baik dukungan operasional, pemasaran, atau
pelatihan.
I.
Tingkat keuntungan dan pengembalian modal dari catatan outletnya
Pewaralaba dapat
membantu
menampilkan gambaran dari
tingkat
pengembalian modal dari outlet yang sudah berjalan sehingga calon terwaralaba
akan merasa lebih yakin dalam menentukan keputusannya.
J.
Kontrak Waralaba
Kontrak waralaba yang menarik menjadi salah satu daya tarik bagi calon
terwaralaba dalam menawarkan bisnis waralabanya.
2.2.
Sistem Bisnis Ritel
2.2.1. Pengertian Ritel
Ritel berasal dari kata retail yang berarti eceran. Bisnis ritel merupakan
suatu bisnis menjual dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk
memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pengguna akhir lainnya. Aktivitas
nilai tambah yang ada dalam bisnis ritel diantaranya meliputi assortment, holding
inventory, dan providing service (Sopiah dan Syihabudhin, 2009).
Menurut Foreign Agricultural Services, bisnis ritel adalah penjualan
barang secara eceran pada berbagai tipe gerai seperti kios, pasar, department
store, butik dan lain-lain (termasuk juga penjualan dengan sistem delivery
service), yang umumnya untuk dipergunakan langsung oleh pembeli yang
bersangkutan (Pandin, 2009)
Perkembangan ekonomi yang cukup meningkat disertai dengan kondisi
social, ekonomi dan demografi serta perubahan life style memunculkan banyak
sekali industri ritel. Hal ini menjadikan suasana kompetitif diantara industri ritel.
Perubahan paradigma pengelolaan ritel dari ritel tradisional ke ritel modern
membawa dampak yang sangat besar pada perkembangan manajemen ritel.
commit to user
II-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.2. Jenis – Jenis Ritel
Menurut Godam (2006) ritel di Indonesia dapat dikelompokkan
berdasarkan ciri – ciri tertentu, diantaranya :
A. Discount Stores / Toko Diskon
Discount store adalah toko pengecer yang menjual berbagai barang dengan
harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum, contohnya adalah
Makro dan Alfa
B. Specialty Stores / Toko Produk Spesifik
Specialty store adalah toko eceran yang menjual barang-barang jenis lini
produk tertentu saja yang bersifat spesifik. Contoh specialty stores yaitu toko
buku gramedia, toko musik disc tarra, toko obat guardian, dan lainnya.
C. Department Stores
Department store adalah suatu toko eceran yang berskala besar yang
pengeloaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departemen yang
menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti ramayana,
robinson, rimo, dan sebagainya
D. Convenience Stores
Convenience store adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang
terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh
minimarket alfa dan indomaret.
E. Catalog Stores
Catalog store adalah suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi
produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para konsumen potensial.
Toko katalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak.
F. Chain Stores
Chain store adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan
dimiliki oleh perusahaan yang sama.
G. Supermarket
Supermarket adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk
makanan dan juga sejumlah kecil produk non makanan dengan sistem konsumen
melayani dirinya sendiri / Swalayan, contohnya Hero.
commit to user
II-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Hypermarket
Hypermarket adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah
yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis
produk. Hypermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan
hypermarket. Contohnya antara lain Hypermarket giant, Hypermarket hypermart
dan Hypermarket carrefour.
Tabel 2.2. Karakteristik Beberapa Jenis Ritel Modern
Sumber : Pandin, 2009
2.2.3. Struktur Organisasi untuk Ritel
Menurut (Utami, 2010) , aktifitas spesifik yang dilakukan karyawan serta
garis otoritas dan tanggung jawab karyawan dalam perusahaan dapat diidentifikasi
melalui struktur organisasi perusahaan. Terdapat berbagai pilihan struktur
organisasi dalam ritel diantaranya :
A. Struktur Organisasi Fungsional
Struktur ini disusun berdasarkan fungsi yang dijalankan oleh masing –
masing departemen.
commit to user
II-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Fungsional
Sumber : Utami, 2010
B. Struktur Organisasi Berdasarkan Produk
Struktur ini disusun berdasarkan barang dagangan yang dijual dalam ritel.
Gambar 2.2. Struktur Organisasi Berdasarkan Produk
Sumber : Utami, 2010
C. Struktur Organisasi Berdasarkan Geografis
Struktur ini disusun berdasarkan wilayah geografis yang dilayani oleh ritel.
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Berdasarkan Georgrafis
Sumber : Utami, 2010
commit to user
II-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Struktur Organisasi Kombinasi
Struktur ini merupakan bentuk kombinasi antara fungsional dan geografis
maupun barang dagangan yang dijual.
Gambar 2.4. Struktur Organisasi Kombinasi
Sumber : Utami, 2010
Struktur organisasi antara ritel satu dengan yang lainnya berbeda menurut
tipe dari ritel dan ukuran perusahaan. Struktur organisasi ritel dibedakan menurut
jenis ritel dan ukuran perusahaan, antara lain (Utami, 2010) :
A.
Organisasi Ritel Tunggal (Single Store)
Pemilik merupakan manajer organisasi secara keseluruhan. Ketika penjualan
tumbuh, karyawan dipekerjakan dengan spesialisasi terbatas. Saat penjualan
meningkat dan pemilik menambah jumlah karyawan maka spesialisasi pekerjaan
bisa terjadi.
B.
Organisasi Regional Departement Store
Manajer harus mengawasi unit secara geografis yang saling berjauhan.
Dalam sebagian perusahaan ritel, dua eksekutif senior bekerja bersama sama
untuk mengatur perusahaan. Pada organisasi ini terdapat divisi antara lain, divisi
barang dagangan, divisi pembelian, manajer kelompok, dan divisi ritel.
C.
Organisasi Perusahaan dari Rantai Regional Department Store
Keputusan pada kantor pusat meliputi aktivitas mengarah pada strategi dan
peningkatan produktivitas dengan mengoordinasikan aktivitas rantai – rantai
regional.
commit to user
II-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.4. Manajemen Bisnis Ritel
A.
Mengelola Keuangan Ritel
Peranan sebuah aspek keuangan memegang hal yang penting dalam bisnis
ritel. Mengelola keuangan ritel terdiri dari administrasi keuangan seperti
pembuatan buku kas, buku pembelian, buku persediaan barang, buku penjualan,
buku utang, dan buku piutang, yang dapat digunakan sebagai sarana untuk
mencatat transaksi keuangan ritel. Selain itu, dalam mengelola keuangan terdapat
efisiensi keuangan dengan cara efisiensi kas, meminimalisasi piutang,
meningkatkan perputaran persediaan, dan membuat perencanaan keuangan yang
dapat mempermudah merencanakan penerimaan dan pengeluaran keuangan
(Hartono, 2007).
B.
Mengelola Barang Dagangan
Barang dagangan merupakan bauran produk yang menjadi aset terbesar
dalam sebuah bisnis minimarket. Sehingga barang dagangan harus dikelola secara
sistematis dan menyeluruh. Ada pun unsur-unsur pengelolaan barang dagangan
dalam bisnis minimarket adalah pengadaan barang dagangan, pengelompokan
barang, dan penjualan barang (Hartono, 2007).
1)
Pengadaan Barang
Pengadaan barang dagangan dimulai dari proses pemesanan barang dengan
berbagai pertimbangan yaitu perhitungan berapa lama waktu yang dibutuhkan
mulai barang dipesan sampai barang datang (lead time), jumlah yang cukup untuk
memenuhi konsumen dalam satu periode penjualan, dan batas jumlah minimal
stok barang sampai pada penempatan barang-barang dagangan di rak display.
2) Persediaan Barang Dagangan
Bisnis ritel adalah bisnis yang sangat tergantung pada ketersediaan
inventori atau barang dagangan (Gusway, 2007). Inventori ritel yang sehat adalah
inventori dengan nilai ITO (Inventory Turn Over) yang kecil. ITO digunakan
untuk mengukur seberapa efektif peritel memanfaatkan investasinya pada
inventori. ITO merupakan angka yang terbentuk dari perbandingan antara ratarata inventori dan sales.
commit to user
II-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Penggolongan Barang
Penggolongan merupakan salah satu kegiatan untuk memberikan klasifikasi
barang.
4) Penjualan dan Penetapan Harga Jual Barang
Penetapan harga jual produk merupakan salah satu bagian penting dari
keseluruhan rencana bisnis dan strategi pemasaran perusahaan, karena
langsung berpengaruh terhadap pelanggan dan perusahaan
5) Stock Opname
Stock opname (pemeriksaan) dilakukan secara berkala untuk semua jenis
barang yang ada di rak display maupun di gudang. Hasil pemeriksaan fisik
dicocokkan jumlahnya dengan saldo di komputer
2.2.5. Fungsi yang Dijalankan Ritel
Ritel mempunyai fungsi – fungsi yang dapat meningkatkan nilai produk
dan jasa yang dijual kepada konsumen serta memudahkan distribusi produk.
Fungsi yang dijalankan ritel memiliki manfaat baik bagi produsen atau konsumen.
Fungsi tersebut antara lain (Utami, 2010):
A.
Menyediakan Berbagai Macam Produk dan Jasa
Ritel sebagai pelaku bisnis berusaha menyediakan berbagai macam
kebutuhan konsumen, yaitu beraneka ragam produk dan jasa baik dari sisi
keanekaragaman jenis, merek, dan ukuran.
B.
Memecah
Memecah disini berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih
kecil yang akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen. Jika produsen
memproduksi barang dan jasa dalam ukuran besar maka harga barang dan jasa
tersebut menjadi tinggi.
C.
Perusahaan Penyimpan Persediaan
Ritel merupakan perusahaan yang menyimpan stok atau persediaan dengan
ukuran lebih kecil. Dalam hal ini, pelanggan akan diuntungkan karena terdapat
jaminan ketersediaan barang dan jasa yang disimpan dalam ritel. Sehingga
konsumen tidak perlu khawatir karena mereka tahu bahwa ritel akan menyediakan
produk produk tersebut bila mereka
menginginkannya.
commit
to user
II-25
perpustakaan.uns.ac.id
D.
digilib.uns.ac.id
Penghasil Jasa
Ritel memberi kemudahan bagi konsumen dalam mengonsumsi produk –
produk yang dihasilkan oleh konsumen. Ritel mampu mengantar produk hingga
ke dekat tempat konsumen, selain itu ritel juga menyediakan jasa yang
membuatnya mudah bagi konsumen dalam membeli dan menggunakan produk.
Ritel menawarkan kredit sehingga konsumen dapat memiliki barang sekarang dan
membayarnya kemudian. Selain itu ritel juga memperlihatkan barang yang
mereka jual sehingga konsumen dengan mudah dapat melihatnya.
E.
Meningkatkan Nilai Produk dan Jasa
Dengan adanya barang dan jasa yang dijual ritel, untuk suatu aktivitas
pelanggan yang memiliki beberapa barang, pelanggan akan membutuhkan ritel
karena tidak semua barang dijual dalam keadaan lengkap. Pembelian salah satu
barang ke ritel akan menambah nilai barang tersebut terhadap kebutuhan
konsumen.
2.2.6. Proses Keputusan Manajemen Ritel
Menurut Utami (2010), terdapat empat bagian dalam menentukan
pemahaman terhadap keseluruhan proses keputusan dalam manajemen ritel. Hal
tersebut diperjelas dalam empat bagian yang dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3. Proses Keputusan Manajemen Ritel
No
Bagian
1
Memahami
Lingkup Bisnis
Ritel
2
Strategi
Pengembangan
Ritel
Aspek
Tren dan Format Ritel
Customer
Strategi Pemasaran
Aspek SDM
Aspek Keuangan
Aspek Pemilihan Lokasi
Manajemen Jaringan Persediaan
dan Sistem Informasi
Membangun Manajemen
Relasional
commit to user
II-26
Keterangan
Ruang Lingkup
Paradigma
Peluang Bisnis Ritel
Perilaku Pelanggan
Promosi Barang
Struktur Organisasi
Pelaporan keuangan
Penentuan lokasi
Sistem Distribusi Barang
Customer Relationship
Management
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2 Proses Keputusan Manajemen Ritel (Lanjutan)
No
3
Bagian
Manajemen
Barang
Dagangan
Aspek
Perencanaan dan Pengelolaan
Barang
Sistem Pembelian Barang
Penetapan Harga Barang
Bauran Komunikasi Ritel
4
Manajemen
Toko
Pengaturan Layout Toko,
Desain,Visualisasi Barang
Aspek Kualitas Layanan
Sistem Antrean dan Penanganan
Keluhan
Keterangan
Pengelolaan Barang
Dagangan
Perencanaan Barang
Dagangan
Sistem Pembelian Barang
Strategi Penetapan harga
Metode Komunikasi
dengan Pelanggan
Layout Toko
Desain
Konsep kualitas layanan
Fasilitas Parkir
Pengiriman Barang ke
Konsumen
Penerimaan Barang
Waktu Pelayanan Toko
Penanganan
Komplain/keluhan
Sumber : Utami (2010)
2.3.
Benchmarking
2.3.1. Pengertian Benchmarking
Soedjono (1994) menyatakan bahwa benchmarking adalah suatu alat
manajemen yang dipakai dengan maksud untuk menganalisa apa, mengapa dan
seberapa hebatnya pesaing atau organisasi yang terbaik dalam melakukan tata cara
bisnisnya dengan fokus kepada kepuasan pelanggan dan juga merupakan suatu
usaha untuk memperbaiki diri secara terus-menerus agar menjadi kompetitif dan
terbaik di tingkat dunia (Afiffey, 2008).
Proses benchmarking adalah kunci menuju perbaikan kinerja perusahaan.
Tiga pendorong utama banyaknya perusahaan di dunia yang menggunakan
benchmarking adalah (Afiffey, 2008):
A.
Persaingan Global, yaitu karena perusahaan-perusahaan menyadari bahwa
mereka harus sama atau melebihi praktik-praktik terbaik yang digunakan
pesaing untuk bertahan hidup.
B.
Tanda Penghargaan Mutu
commit to user
II-27
perpustakaan.uns.ac.id
C.
digilib.uns.ac.id
Perbaikan Terobosan, yaitu perubahan yang mencolok lebih banyak
disebabkan oleh benchmarking.
Perusahaan diharapkan dapat mengetahui apakah sudah mencapai kinerja
terbaik dengan menggunakan benchmarking. Proses perbaikan kinerja diharapkan
dapat membawa perusahaan dapat berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan
lain terutama yang bergerak dalam industri yang sejenis. Selain itu, untuk
mengetahui apakah sasaran strategisnya sudah tepat dan apakah proses kerjanya
sudah berjalan dengan baik (Afiffey, 2008).
Benchmarking membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Hal ini bertujuan agar dapat dilakukan perbaikan dari kelemahan
yang dimiliki
oleh perusahaan.
Selain
membantu
dalam
belajar dari
kepemimpinan perusahaan lain, benchmarking dapat membantu dalam melakukan
prioritas alokasi sumber daya, mampu tetap kompetitif, dan mencapai total
kepuasan konsumen (Afiffey, 2008).
2.3.2. Jenis – Jenis Benchmarking
Menurut
Gaspersz
(2002),
pada
dasarnya
terdapat empat
jenis
benchmarking, antara lain :
A.
Internal Benchmarking
Internal benchmarking merupakan investigasi benchmarking yang paling
mudah dengan membandingkan operasi – operasi di antara fungsi fungsi dalam
organisasi itu sendiri. Jenis investigasi ini dapat diterapkan pada perusahaan
internasional atau multidivisi. Dengan demikian internal benchmarking adalah
paket upaya perbaikan terus menerus untuk mengidentifikasi praktek bisnis
terbaik yang ada di dalam lingkungan perusahaan sendiri. Dengan melakukan
internal benchmarking akan diperoleh informasi yang lebih jelas, kritis, dan
obyektif tentang adanya kesenjangan performansi itu. Selanjutnya dengan
memahami
informasi
tersebut,
berbagai
upaya
untuk
mengurangi
dan
menghilangkan kesenjangan itu dapat dilakukan.
Impelementasi
internal
benchmarking
akan
mendorong
semakin
berkembangnya komunikasi internal dan pemecahan masalah secara bersama di
antara unit bisnis atau bagian yangcommit
ada dalam
organisasi itu.
to user
II-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam melakukan perbandingan, perlu ditetapkan benchmark target.
Untuk jenis internal benchmarking, yang menjadi target adalah unit bisnis atau
fungsi – fungsi dalam perusahaan yang diketahui memiliki performansi terbaik
atau memiliki keunggulan tertentu pada sifat – sifat tertentu, sehingga patut untuk
diteladani oleh unit bisnis lain atau fungsi – fungsi lain dalam perusahaan itu.
B.
Competitive Benchmarking
Merupakan tingkatan yang lebih lanjut dari internal benchmarking.
Competitive benchmarking berfungsi untuk memposisikan produk dari perusahaan
terhadap produk dari pesaing. Competitive benchmarking diposisikan untuk
menciptakan atau meningkatkan daya saing serta mampu memperbaiki posisi
produk dalam pasar yang kompetitif. Melalui competitive benchmarking akan
diperoleh informasi tentang performansi terbaik dari pesaing, dimana informasi
tersebut dapat digunakan untuk menciptakan produk yang terbaik dari yang
terbaik .
Dalam competitive benchmarking, target pembanding berada di luar
perusahaan dan bersifat fleksibel, tergantung pada tujuan melakukan competitive
benchmarking itu. Dalam hal benchmark target dapat berupa produk – produk
sejenis yang terbaik yang menjadi pesaing utama, atau bukan produk sejenis
asalkan performansi spesifik tertentu dari produk itu dipandang dapat diinstalasi
pada desain produk baru atau keunggulannya dapat mendatangkan inspirasi atau
gagasan baru bagi perbaikan produk yang sudah ada.
Implementasi competitive benchmarking relatif lebih sulit dibandingkan
dengan internal benchmarking, karena informasi yang diperlukan berada di luar
perusahaan yakni pesaing domestik atau asing, sehingga diperlukan usaha
tambahan untuk memperoleh informasi penting itu.
Competitive benchmarking sering juga disebut sebagai eksternal
benchmarking. Informasi ini dapat diperoleh dari majalah, asosiasi bisnis sejenis,
publikasi riset, dan sumber lain
C.
Functional Benchmarking
Merupakan jenis benchmarking yang tidak harus membatasi diri pada
perbandingan terhadap pesaing langsung. Functional benchmarking dapat
melakukan investigasi pada perusahaan
yang unggul dalam industri
commit–toperusahaan
user
II-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tidak sejenis. Relevansi dari pembandingan pada functional benchmarking
perlu dipertahankan dengan mendifinisikan karakteristik performansi yang harus
serupa dengan fungsi – fungsi dari perusahaan. Misalnya, Xerox Corporation
ingin meningkatkan waktu penyerahan dari small parts ke teknisi, membuat
Xerox mengidentifikasi L.L Bean sebagai pemimpin yang unggul dalam operasi
pergudangan dan pemenuhan pesanan dan operasi pergudangan. Di sini terlihat
bahwa Xerox Corporation sebagai perusahaan fotocopy meniru L.L Bean yang
unggul dalam operasi pergudangan dan pemenuhan pemesanan. Kedua
perusahaan, Xerox Corporation dan L.L Bean merupakan perusahaan tidak
sejenis.
Nilai target pembanding pada functional benchmarking dapat berasal dari
perusahaan tidak sejenis yang unggul. Implementasi functional benchmarking
memang lebih sulit dilakukan, mengingat informasi yang diperlukan panda
umumnya lebih sulit diperoleh dan benchmarking target memerlukan imajinasi
dan kreativitas yang tinggi.
D.
Generic Benchmarking
Merupakan jenis benchmarking dimana beberapa fungsi bisnis dan proses
adalah sama tanpa mempedulikan ketidakserupaan atau ketidaksejenisan di antara
industri – industri. Generic benchmarking membutuhkan konseptualisasi yang
komprehensif serta merupakan jenis benchmarking yang paling sulit. Generic
benchmarking merupakan perluasan dari functional benchmarking.
2.3.3. Tahapan Benchmarking
Metode benchmarking yang dilakukan bertujuan untuk mengukur dan
membandingkan kinerja terhadap aktivitas atau kegiatan serupa yang sejenis.
Berikut ini merupakan beberapa tahapan dalam benchmarking, diantaranya
(Gaspersz, 2002) :
A.
Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap ini dilakukan identifikasi subjek benchmarking, identifikasi target
benchmarking, dan menentukan metode pengumpulan data yang kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data.
commit to user
II-30
perpustakaan.uns.ac.id
B.
digilib.uns.ac.id
Tahap Analisis
Tahap ini dilakukan perbandingan antara ketiga perusahaan yang menjadi
subjek benchmarking. Pada tahap ini juga digunakan untuk menentukan
kelemahan dan kekuatan yang ada di antara perusahaan yang di benchmarking.
C.
Tahap Integrasi (Integration)
Tahap ini mencakup metode benchmarking yang digunakan untuk
menentukan target operasional dalam proses perubahan atau perbaikan. Disini
semua temuan yang diperoleh dalam studi benchmarking harus dikomunikasikan
ke semua orang dalam hierarki perusahaan agar menjadi jelas serta meminta
dukungan dan komitmen dari para pembuat keputusan agar menjamin sumber
daya yang diperlukan untuk mencapai target yang telah ditentukan itu.
D.
Tahap Tindakan
Pada tahap ini mencakup implementasi rencana – rencana yang telah dibuat
dan dikembangkan oleh seluruh pekerja. Suatu mekanisme pelaporan dibutuhkan
dalam tahap ini untuk memantau efektifitas dari rencana itu. Pemantauan
dilakukan secara kontinyu demgan demikian informasi dalam tahap ini akan
menjadi umpan balik bagi tahap perencanaan selanjutnya.
2.4.
Aston Printer Center
Aston Printer Center merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang penjualan printer, refill tinta, dan jasa perbaikan/ servis printer. Perusahaan
ini merupakan perusahaan perseorangan dengan pemilik yaitu Bapak Ahmad
Agus Purnawan. Perusahaan ini mempunyai kantor pusat di Jalan Imam Bonjol
No.28, Salatiga Jawa Tengah. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2006 dan
kemudian membuka sistem kemitraan pada tahun 2007. Bentuk usaha dari Aston
Printer Center ini masih tergolong ke dalam usaha business opportunity.. Dalam
menjalankan usahanya Aston Printer Center bekerjasama dengan beberapa
distributor printer seperti Canon, Epson, Hp, dan lainnya. Sedangkan untuk tinta,
Aston Printer Center ini mengimpor langsung dari Korea kemudian dilakukan
packaging dan labelling dengan merk AmazInk.
Sistem Kemitraan yang dijalankan oleh Aston Printer Center telah berjalan
selama 4 tahun yang dimulai daricommit
tahun to
2007.
userHingga kini Aston Printer Center
II-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
telah memiliki 22 mitra dengan persebaran seluruhnya berada di Pulau Jawa.
Aston Printer Center (APC) menetapkan kebijakan dimana dalam satu kota hanya
ada satu mitra. Jika nanti ada pemohon baru yang ingin bergabung dengan APC
untuk menjadi mitra harus mendapatkan izin dari mitra yang terlebih dahulu
membuka usaha di sana baru kemudian datang langsung ke APC Pusat. Selama
ini persetujuan untuk menerima masyarakat yang ingin bergabung langsung
menjadi mitra dari APC dilaksanakan dengan pertimbangan dan rekomendasi dari
mitra yang sudah bergabung sebelumnya.
Sistem Kemitraan yang dijalankan oleh APC ini memiliki beberapa
ketentuan diantaranya, jumlah franchise fee yaitu Rp 15.000.000,00 yang dibayar
di awal dan bersifat sekali untuk selamanya. Uang sebesar itu belum termasuk
stok awal dan juga anggaran untuk publikasi, promosi, serta sewa lokasi. Untuk
lokasi, pihak mitra yang harus mencari sendiri dimana letak perusahaan akan
didirikan. Selain itu tidak adanya royalty fee setiap bulannya. Namun demikian,
semua barang wajib diorder langsung ke pusat sehingga keuntungan yang didapat
oleh APC per bulannya adalah dari penjualan barang ke cabang untuk tiap
bulannya. Sebelum mitra beroperasi maka diadakan training terlebih dahulu bagi
para teknisi yang nantinya akan ditugaskan di cabang. Training dilakukan di APC
Pusat selama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Jika dalam
perjalanannya masih ada kesulitan, maka APC Pusat membuka konsultasi bagi
para mitranya yang mengalami kesulitan untuk kemudian dicari solusi bersama.
Saat ini di APC menginginkan sebuah manajemen yang kuat dan bagus.
APC Pusat belum melakukan pendokumentasian sistem mereka. Mereka
membutuhkan sebuah manajemen yang kuat dan bagus agar nantinya jika sistem
tersebut diduplikasi oleh mitranya maka mitranya akan mempunyai kualitas yang
sama dengan pusat. Salah satu kelemahan dalam sistem mereka saat ini adalah
kualitas mitra sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan pusat. Jika hal ini
dibiarkan maka akan merusak nama APC di mata konsumen. Selain itu sistem
manajemen yang kuat dan adanya pendokumentasian sistem yang baku
merupakan salah satu syarat yang diperlukan bagi sebuah perusahaan yang ingin
mewaralabakan usahanya.
commit to user
II-32
perpustakaan.uns.ac.id
2.5.
digilib.uns.ac.id
PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart)
Perusahaan ini membuka skema waralaba pada tahun 2001. Waralaba
Alfamart adalah usaha minimarket yang dimiliki dan dioperasikan berdasarkan
kesepakatan waralaba dari PT. Sumber Alfaria Trijaya,Tbk. selaku pemegang
merk Alfamart.
Gambar 2.5. Gerai Alfamart
Sumber : Sumber Alfaria Trijaya,2010
Model bisnis Alfamart adalah menjual berbagai kebutuhan sehari – hari
dengan harga terjangkau dan berlokasi di sekitar wilayah perumahan. Data pada
bulan April 2010 menyatakan bahwa Alfamart didukung oleh lebih dari 3700
jaringan toko dan 400 lebih supplier aktif. Hal ini menjadikan Alfamart menjadi
salah satu pemain utama di bisnis minimarket. Alfamart juga berkontribusi
menyerap tenaga kerja lebih dari 40.000 orang. Dengan demikian menjadikan
Alfamart menjadi salah satu employer terbesar di Indonesia saat ini dan salah satu
jenis waralaba yang paling diminati sekarang (Franchise, 2009).
commit to user
II-33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.5.1. Visi dan Misi Alfamart
Menurut Sumber Alfaria Trijaya (2010) , visi dan misi yang dimiliki oleh
Alfamart adalah :
A.
Visi Alfamart
1) Menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka yang dimiliki oleh
masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil,
pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing
secara global.
B.
Misi Alfamart
1) Memberikan kepuasan kepada pelanggan / konsumen dengan berfokus
pada produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.
2) Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan
selalu menegakkan tingkah laku / etika bisnis yang tertinggi.
3) Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.
4) Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus
bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan,
pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.
2.6.
PT. Veneta Media Indonesia (Veneta System)
Perusahaan ini membuka skema waralaba pada tahun 2003. Waralaba
Veneta System adalah sebuah merek jasa isi ulang tinta printer (Cartridge Refill
Center) yang cukup disegani. Model bisnis Veneta System adalah melayani isi
ulang tinta printer dan juga penjualan cartridge. Saat ini Veneta System telah
mengoperasikan 148 outlet di seluruh Indonesia dimana 40% diantaranya
merupakan waralaba, dan sisanya adalah milik sendiri. Kepercayaan yang tinggi
membuat Veneta System menjadi market leader di bisnis kategori ini. Meskipun
usaha yang bermain di kategori ini cukup banyak, namun Veneta System sudah
seperti merek generik untuk kategori isi ulang dan dianggap sebagai sebuah brand
principle (Franchise,2009).
commit to user
II-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6. Gerai Veneta System
Sumber : Veneta System,2008
2.6.1. Visi dan Misi VenetaSystem
Visi dan misi yang dimiliki oleh Veneta System adalah (Veneta System.,
2008) :
A.
Visi Veneta System
1) Menjadi jaringan waralaba terbesar di Indonesia dalam bidang refill
tinta printer, dan produk regenerasi dengan dukungan dari Veneta
System
B.
Misi Veneta System.
1) Membangun jaringan outlet Veneta System dengan konsep waralaba
di seluruh kota besar di Indonesia.
2) Mengembangkan pasar refill tinta printer di Indonesia.
2.7.
PT. K-24 Indonesia (Apotek K-24)
Perusahaan ini membuka skema waralaba pada tahun 2005. Waralaba
Apotek K-24 adalah sebuah merek jasa penjualan obat – obatan yang sudah sangat
dikenal di masyarakat. Apotek K-24 ini mempunyai keunikan yang membedakan
dengan apotek yang lain dimana apotek ini buka 24 jam setiap hari dan harga
selalu sama. Apotek K-24 ini telah beroperasi lebih dari 180 gerai di Indonesia.
Kesuksesan Apotek K-24 ini membuatnya meraih 22 penghargaan dari berbagai
pihak.
commit to user
II-35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.7. Gerai Apotek K-24
Sumber : Amik, 2010
2.7.1. Visi dan Misi Apotek K – 24
Visi dan Misi merupakan hal mendasar dalam sebuah perusahaan yang
menunjukkan target dan keinginan yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut.
Visi dan Misi yang dimiliki oleh Apotek K-24 ini adalah (Arifiah, 2008):
A.
Visi Apotek K-24
1) Menjadi merek nasional yang menjadi pemimpin pasar bisnis apotek
di Negara Republik Indonesia, melalui apotek jaringan waralaba yang
menyediakan ragam obat yang komplit, buka 24 jam termasuk hari
libur yang tersebar di seluruh Indonesia.
2) Menjadi merek nasional kebanggaan bangsa Indonesia yang menjadi
berkat dan bermanfaat bagi masyarakat, karyawan-karyawati dan
pemilik.
3) Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga
yang sama pagi-siang-malam dan hari libur.
B.
Misi Apotek K – 24
1) Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga
sama pagi-siang-malam dan hari libur: Apotek K-24 melayani
masyarakat selama 24 jam perhari 7 hari perminggu dengan
memberlakukan kebijakan harga yang tetap sama pada pagi hari, siang
commit to user
hari, malam hari maupun hari libur.
II-36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Menyediakan kualitas pelayanan prima : Apotek K - 24 senantiasa
mempelajari dan mengusahakan peningkatan kualitas pelayanan untuk
memaksimalkan tingkat kepuasan para pelanggan dan penerima
waralaba.
2.7.2. Keunggulan Sistem Apotek K-24
Berikut ini merupakan keunggulan dari sistem yang dimiliki oleh Apotek
K-24 (Arifiah, 2008) :
a.
Konsep bisnis waralaba yang unggul dan telah teruji.
b.
Brand Awarness yang tinggi
c.
Royalty Fee ringan ( 1,2% ).
d.
Terwaralaba memperoleh transfer pengetahuan sehingga mampu mengelola
gerai secara mandiri, mendapatkan dukungan dalam pendirian gerai,
perijinan, rekruitmen dan pelatihan staff, teknologi informasi, strategi
pemasaran, di dukung dengan panduang operational serta dukungan yang
berkelanjutan
e.
Memiliki konsep bisnis khas yang prima, buka selama 24 Jam tiap hari.
Obat yang dijual komplit dengan harga jual bersaing dengan harga sama
baik pagi, siang, malam maupun hari libur. Selain itu melayani konsultasi
obat secara gratis, layanan pesan antar bagi masyarakat yang membutuhkan
obat namun tidak dapat datang ke Apotek K–24, sekaligus jaminan akan
keaslian obat
karena obat diperoleh dari distributor resmi, legal dan
terpercaya, dilengkapi dokumen pembelian asli/faktur yang sah dan
pengecekan barang ketika menerima obat dari supplier dengan tata cara
yang benar.
f.
Apotek K–24 hanya menyediakan obat dari sumber-sumber dengan
prosedur yang resmi sehingga keaslian obat lebih terjamin. Hal ini sebagai
upaya membantu program Pemerintah dalam memerangi peredaran obat
palsu yang notabene kian marak di pasaran. Cara yang dilakukan adalah
dengan mencegah masuknya obat palsu ke jaringan Apotek K-24,
memusnahkan obat yang sudah kadaluwarsa, kemasan obat yang tidak
terpakai serta memberi informasi
dan
commit
to layanan
user masyarakat.
II-37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas model penelitian dan kerangka pikir atau metodologi
yang digunakan dalam penelitian beserta penjelasan singkat setiap tahapannya.
Mulai
Studi Lapangan
Studi Pustaka
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan Penelitian
Benchmarking Perusahaan
Perancangan Sistem Manajemen
Waralaba
Implementasi Sistem
Pembuatan Prospektus Penawaran
Analisis Prospektus Penawaran
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
commit to user
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.1 Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan sebagai observasi awal untuk mengetahui lebih
jelas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Observasi awal dilakukan
melalui pengamatan di tempat penelitian dan diskusi dengan beberapa orang yang
berkompeten.
3.2 Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan tahap pemahaman teori-teori yang mendasari
penelitian. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari ide-ide, rumusan-rumusan
dan konsep-konsep teoritis dari berbagai literatur yang dapat dipakai sebagai
landasan teoritis untuk melakukan penelitian.
3.3 Perumusan Masalah
Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
merumuskan masalah yang diambil. Perumusan masalah yang ada yaitu
bagaimana merancang suatu
sistem manajemen waralaba pada usaha ritel
kategori printer dan tinta.
3.4 Penetapan Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah penetapan
tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan sebuah best
practice yang nantinya akan digunakan dalam perancangan sistem manajemen
waralaba, menghasilkan sebuah sistem manajemen waralaba yang dapat
diterapkan untuk semua ritel kategori printer dan tinta, dan mengimplementasikan
sistem manajemen waralaba yang telah dibuat untuk semua bisnis ritel kategori
printer dan tinta
3.5 Benchmarking Perusahaan
Dalam penelitian ini digunakan strategi functional benchmarking. Strategi
ini tidak harus membatasi diri pada perbandingan terhadap pesaing langsung,
sehingga dapat melakukan investigasi pada perusahaan – perusahaan yang unggul
dalam industri yang tidak sejenis. (Gaspersz, 2002)
commit to user
III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.5.1. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi subjek benchmarking, identifikasi
target benchmarking, penentuan metode pengumpulan data dan dilanjutkan
dengan pengumpulan data.
a.
Identifikasi Subjek Benchmarking
Subjek benchmarking dipilih dengan melakukan identifikasi terhadap
perusahaan yang bergerak di bidang ritel dan telah berhasil di bidangnya. Langkah
– langkah dalam mengidentifikasi subjek benchmarking dalam penelitian ini
antara lain:
1) Mengidentifikasi dan memilih organisasi / perusahaan mana yang akan
dijadikan sebagai subjek benchmarking.
2) Mencari informasi mengenai perusahaan yang akan dijadikan sebagai subjek
benchmarking.
Indikator keberhasilan perusahaan yang akan dijadikan sebagai subjek
benchmarking dapat dilihat dari jumlah terwaralaba yang menjadi mitra bisnisnya.
Selain itu perusahaan yang menjadi market leader di bidangnya dapat dijadikan
sebagai subjek benchmarking.
b.
Identifikasi Target Benchmarking
Target benchmarking merupakan item yang dijadikan sebagai dasar dalam
mendapatkan informasi yang ingin diperoleh. Penentuan target benchmarking
didasakan pada literatur mengenai manajemen ritel dan waralaba serta
berdasarkan wawancara. Literatur yang digunakan yaitu berdasarkan Franchise
(2009) yang dapat dilihat pada tabel 2.1. dan Utami (2010) yang dapat dilihat
pada tabel 2.3. Sedangkan wawancara dilakukan kepada Store Manager Venetta
System
c.
Penentuan Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam melakukan benchmarking pada penelitian ini
adalah metode observasi langsung, wawancara, dan literatur dari artikel, internet
maupun penelitian terdahulu.
commit to user
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Pengumpulan Data
Langkah terakhir dalam tahap perencanaan adalah pengumpulan data. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan data pada perusahaan yang menjadi subjek
benchmarking.
3.5.2. Tahap Analisis
Pada tahap ini dilakukan perbandingan terhadap perusahaan – perusahaan
yang menjadi subjek benchmarking. Perbandingan dilakukan berdasarkan target
benchmarking yang telah ditentukan.
3.5.3. Tahap Integrasi (Integration)
Pada tahap integrasi, hasil dari benchmarking yang telah dilakukan pada
perusahaan yang menjadi subjek benchmarking dikumpulkan menjadi satu lalu
dirangkum menjadi sebuah best practice
3.6 Perancangan Sistem Manajemen Waralaba
Pada tahap ini dilakukan perancangan sistem manajemen waralaba pada
bisnis ritel kategori printer dan tinta. Perancangan dilakukan dengan berdasarkan
benchmarking yang telah dilakukan. Dari benchmarking yang dilakukan
didapatkan sebuah best practice yang kemudian digunakan dalam perancangan
sistem manajemen waralaba.
Hasil dari perancangan sistem manajemen waralaba ini menghasilkan
sebuah sistem manajemen waralaba yang nantinya dapat digunakan sebagai
panduan bagi setiap bisnis ritel kategori printer dan tinta jika ingin
memwaralabakan usahanya. Hasil dari perancangan sistem manajemen waralaba
ini nanti akan diimplementasikan kepada Aston Printer Center yang merupakan
sebuah usaha ritel kategori printer dan tinta.
3.7 Implementasi Sistem
Pada tahap ini dilakukan implementasi dari sistem yang telah dibuat.
Implementasi dilakukan pada Aston Printer Center Salatiga yang merupakan
sebuah bisnis ritel kategori printer dan tinta.
commit to user
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Implementasi yang dilakukan dengan melalui tahap – tahap berikut ini :
1.
Tahap Pertama : Pembuatan Prospektus Penawaran
Prospektus merupakan suatu penjelasan yang berupa keterangan tertulis
dan terperinci mengenai kegiatan suatu perusahaan atau organisasi baru.
Prospektus inilah yang nantinya akan dijadikan sebuah pedoman untuk
menduplikasi sistem yang dalam hal ini sistem waralaba dari pihak
pewaralaba ke pihak terwaralaba. Prospektus dibuat mengacu pada sistem
manajemen waralaba yang dirancang
2.
Tahap Kedua : Sosialisasi Prospektus kepada Pimpinan Perusahaan
Setelah prospektus penawaran selesai dibuat, maka prospektus tersebut
kemudian disosialisasikan kepada pimpinan perusahaan Aston Printer Center.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan keterangan yang jelas mengenai
isi dari prospektus yang dibuat serta untuk melakukan konfirmasi ulang
mengenai kebenaran data yang ada dalam prospektus penawaran tersebut.
3.8 Analisis Prospektus Penawaran
Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai hasil dari prospektus
penawaran yaang telah dibuat untuk Aston Printer Center Salatiga. Analisis ini
menunjukan sejauhmana hubungan antara sistem manajemen waralaba yang telah
dirancang dengan prospektus penawaran. Dari analisis ini akan diperoleh masukan
yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan untuk perbaikan sistem yang
dibuat.
3.9 Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir dari penelitian ini adalah Kesimpulan dan Saran. Pada
tahap ini akan dibahas hasil perancangan sistem dengan mempertimbangkan
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan memberikan saran untuk perbaikan
maupun untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN WARALABA
Bab ini membahas mengenai perancangan sistem manajemen waralaba,
dimulai
dari
benchmarking
terhadap
tiga
perusahaan
yang
kemudian
menghasilkan sebuah best practice yang nantinya akan dijadikan dasar dalam
peancangan sistem manajemen waralaba
4.1. Benchmarking Perusahaan
Metode benchmarking yang dilakukan bertujuan untuk mengukur dan
membandingkan kinerja terhadap aktivitas atau kegiatan serupa yang sejenis.
4.1.1 Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi subjek benchmarking, identifikasi
target benchmarking, penentuan metode pengumpulan data dan dilanjutkan
dengan pengumpulan data.
A.
Identifikasi Subjek Benchmarking
Dalam
menentukan
perusahaan
yang
dijadikan
sebagai
subjek
benchmarking melalui langkah – langkah berikut ini :
1)
Mengidentifikasi dan memilih organisasi / perusahaan yang akan dijadikan
sebagai subjek benchmarking.
Penelitian
awal
direncanakan
dengan
menggunakan
competitive
benchmarking dimana perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan yang
memiliki bisnis yang sama dan merupakan pesaing satu sama lain. Penelitian
dilakukan di perusahaan yang sukses dalam kategori yang sama, yaitu bidang
printer dan tinta yang memiliki cabang dalam jumlah banyak dengan menerapkan
sistem waralaba. Dengan berdasarkan panduan dari Direktori Franchise dan BO,
didapatkan data mengenai perusahaan – perusahaan yang dapat dijadikan sebagai
subjek benchmarking. Perusahaan yang dipilih ada tiga, yaitu Venetta System,
Gold Ink, dan Acaciana. Pertimbangan yang digunakan dalam memilih ketiga
perusahaan tersebut adalah ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pengisian (refill) tinta dan sukses dengan memiliki
to user
banyak cabang yang tersebar dicommit
seluruh
Indonesia dengan membuka sistem
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waralaba. Perusahaan yang masih berbentuk BO (Business Opportunity) tidak
dipilih karena dinilai belum stabil secara keuangan karena masih mengalami naik
turunnya bisnis.
2)
Mencari informasi mengenai perusahaan yang akan dijadikan sebagai subjek
benchmarking.
Informasi mengenai ketiga perusahaan didapatkan dari internet dan Majalah
Info Franchise. Beberapa informasi yang didapatkan antara lain:
a.)
Sejarah perusahaan;
b.)
Jumlah terwaralaba;
c.)
Kesuksesan dan penghargaan yang diraih perusahaan;
d.)
Paket investasi yang ditawarkan;
e.)
Pendapat dari masyarakat dan pihak lain mengenai perusahaan.
Setelah didapatkan informasi mengenai perusahaan yang dijadikan sebagai
subjek benchmarking, kemudian dilanjutkan dengan menghubungi ketiga
perusahaan tersebut untuk mengajukan permohonan sebagai tempat penelitian.
Kontak dilakukan dengan bantuan telepon maupun datang secara langsung ke
Venetta System, Gold Ink, dan Acaciana. Namun karena keterbatasan data dan
izin untuk melakukan penelitian di Gold Ink dan Acaciana, maka penelitian tidak
dapat dilakukan di kedua perusahaan tersebut. Oleh karena itu dilakukan
pengulangan langkah dari awal dengan mengganti metode dari competitive
benchmarking
menjadi
functional
benchmarking.
Dengan
menggunakan
functional benchmarking maka perusahaan yang akan dijadikan sebagai subjek
benchmarking tidak megharuskan perusahaan yang sejenis maupun perusahaan
yang menjadi pesaing. Dengan melakukan pengulangan cara didapatkan hasil
akhir bahwa benchmarking dilakukan terhadap tiga perusahaan yang ketiganya
merupakan perusahaan waralaba yang bergerak di bidang ritel namun memiliki
kategori bisnis yang berbeda. Ketiga perusahaan tersebut adalah :
a.
Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart)
Nama waralaba
: Alfamart
Pemilik waralaba
: PT. Sumber Alfaria Trijaya (SAT)
Tahun Berdiri
: 2001
Kategori Bisnis
: Minimarket
commit to user
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
b.
c.
digilib.uns.ac.id
Pusat
: Jakarta
Jumlah outlet
: 3700
PT. Veneta Media Indonesia (Veneta System)
Nama waralaba
: Veneta System
Pemilik waralaba
: PT. Veneta Media Indonesia
Tahun Berdiri
: 2003
Kategori Bisnis
: Refill ink
Pusat
: Jakarta
Jumlah outlet
: 147
PT. K-24 Indonesia (Apotek K24)
Nama waralaba
: Apotek K24
Pemilik waralaba
: PT. K-24 Indonesia
Tahun Berdiri
: 2005
Kategori Bisnis
: Apotek/ Toko Obat
Pusat
: Yogyakarta
Jumlah terwaralaba
: 126
Pemilihan ketiga perusahaan tersebut untuk dijadikan subjek benchmarking
adalah karena ketiganya memiliki keunggulan masing – masing dan menjadi
market leader di bidangnya. Alfamart merupakan retail minimarket besar di
Indonesia yang sukses dengan menerapkan konsep minimarket. Alfamart unggul
dalam proses distribusi barangnya dimana mempunyai 14 distribution center di
seluruh Indonesia yang melayani gerai – gerai di sekitarnya. Apotek K24 dipilih
karena sukses menjadi apotek pertama di Indonesia yang mempunyai keunikan
waktu pelayanannya 24 jam serta manajemen yang sukses yang dilakukan oleh
pihak terwaralaba. Sedangkan Venetta System merupakan market leader
waralaba kategori refill tinta yang berhasil sukses dengan mengedukasi mengenai
tinta refill yang banyak diragukan masyarakat dan unggul di bidang peralatan
dimana mempunyai pabrik remanufacturing produk sehingga produk ditangani
langsung di Indonesia.
commit to user
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
B.
digilib.uns.ac.id
Identifikasi Target Benchmarking
Target benchmarking digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
perbandingan sehingga apa yang menjadi tujuan telah jelas di awal dan tidak
mengalami penyimpangan dari yang diharapkan. Penentuan target benchmarking
selain didasarkan pada literatur dari Franchise (2009) dan Utami (2010), juga
didasarkan pada hasil wawancara terhadap Store Manager Veneta System tentang
prosedur dalam waralaba. Dari hasil wawancara dengan narasumber diketahui
bahwa dalam mewaralabakan usaha perlu memperhatikan banyak aspek. Adapun
aspek – aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1. Aspek dalam Usaha Waralaba
No
Bagian
1
Aspek Hukum
2
Paket Penawaran
2
Paket Penawaran
3
Aspek Pengelolaan Barang
4
Sistem Manajemen
Keuangan
5
Aspek Relasional
Aspek
Legalitas Hukum
Izin Usaha
Franchise Fee
Royalty Fee
Advertising Fee
Distribution Fee
Administration Fee
Biaya Renovasi Tempat
Biaya Pembelian Peralatan Toko
Biaya Sewa Tempat
Biaya Launching
Biaya Perijinan
Biaya Deposito Awal
Stock Awal
Biaya perpanjangan kontrak
Sistem distribusi barang
Hubungan dengan supplier
Pengiriman barang
Pemesanan Barang
Sistem pemeriksaan barang
Pelaporan Keuangan Harian
Penggajian Karyawan
Konsultasi
Monitoring
commit to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1. Aspek dalam Usaha Waralaba (Lanjutan)
No
6
Bagian
Aspek SDM
7
Aspek Pelayanan
Aspek
Struktur Organisasi
Jumlah SDM
Sistem Recruitment Karyawan
Tanggung Jawab Terwaralaba
Penanganan Komplain
Jam Operasi
Shift Kerja
Fasilitas pembayaran
Fasilitas parkir
Berdasarkan literatur dan wawancara, maka yang menjadi target
benchmarking dalam penelitian ini ada empat hal yang ditunjukkan pada tabel 4.2
Tabel 4.2. Target Benchmarking
No
1
Target
Benchmarking
Manajemen
Kemitraan
Aspek
Keterangan
Bentuk Kemitraan
Bentuk Kepemilikan
Syarat dan Ketentuan menjadi
Penerima Waralaba (Terwaralaba)
Alur Kemitraan
Tanggung Jawab Terwaralaba
Sistem Training
Strategi Pembukaan Gerai
Konsultasi
Monitoring
Hukum dan
Legalitas Hukum
Perizinan
Izin Usaha
Struktur Finansial
Franchise Fee
Royalty Fee
Advertising Fee
Distribution Fee
Administration Fee
Biaya Renovasi Tempat
Biaya Pembelian Peralatan Toko
Biaya Sewa Tempat
Biaya Launching
Biaya Perijinan
Biaya Deposito Awal
Stock Awal
commit to user Biaya perpanjangan kontrak
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2. Target Benchmarking (Lanjutan)
No
2
Target
Benchmarking
Manajemen
Pengembangan
Ritel
Aspek
Keterangan
SDM
Pemilihan Lokasi
Keuangan
Manajemen
Relasional
Strategi Pemasaran
3
4
Manajemen Barang
Dagangan
Manajemen Toko
Perencanaan dan
Pengelolaan Barang
Harga Jual Barang
Pemeriksaan Barang
Layout Toko
Pelayanan
Penanganan Keluhan
C.
Struktur Organisasi
Jumlah SDM
Sistem Recruitment Karyawan
Penentuan Lokasi
Standart Lokasi
Pelaporan Keuangan Harian
Penggajian Karyawan
Loyalitas Pelanggan
Promosi Barang
Sistem distribusi barang
Hubungan dengan supplier
Pengiriman barang
Pemesanan Barang
Penetapan Harga Barang
Sistem pemeriksaan barang
Design toko
Ukuran Toko
Waktu Pelayanan
Shift Kerja
Penerimaan pesanan oleh
Konsumen
Pengiriman Barang ke Konsumen
Fasilitas pembayaran
Fasilitas parkir
Penanganan komplain/keluhan
Penentuan Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam melakukan benchmarking adalah metode
observasi langsung, literatur dari artikel, internet maupun penelitian terdahulu
serta wawancara langsung.
D.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data mengenai karakteristik sistem dari
ketiga subjek benchmarking, yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart), PT.
Venetta System Indonesia, dan PT. K-24 Indonesia. Data tersebut ditunjukkan
pada Tabel 4.3. – Tabel 4.5.
commit to user
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Karakteristik PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart)
Bagian
A.
Manajemen
Toko
No
1
Aspek
Bentuk
Kemitraan
Target
Benchmarking
Bentuk
Kepemilikan
Syarat dan
Ketentuan
menjadi Penerima
Waralaba
(Terwaralaba)
Alfamart
Waralaba Toko Baru >> sistem
umum, franchisee mengajukan
usulan lokasi, invest kecil
Waralaba Take Over >> franchisee
berinvestasi pada toko yg sudah
berjalan, invest besar (terdapat
biaya pengganti)
a. Perorangan/ Badan Usaha
(Koperasi, CV, PT )
b. WNI
c. Sudah/akan mempunyai lokasi
dengan luas minimal 80 m2 (di luar
gudang & tempat tinggal karyawan)
d. Memenuhi persyaratan perjanjian
sesuai dengan ketentuan yg berlaku
e.Bersedia mengikuti sistem dan
prosedur yang berlaku di Alfamart
f. Menyiapkan dana investasi
Alur Kemitraan
Presentasi Awal > Pemilihan
Lokasi > Presentasi Lanjutan >
Perjanjian Waralaba > Pembukaan
Gerai
Tanggung Jawab
Terwaralaba
Sistem Training
Pasif
Strategi
Pembukaan Gerai
Skema Pembukaan diatur oleh
pusat
Training di pusat 3 bulan
(menggandeng instansi/lembaga
pelatihan)
Door to door, Pembagian
brosur/leaflet, diskon pembukaan
2
Hukum dan
Perizinan
Konsultasi
Konsultasi dilakukan sesuai
kebutuhan terwaralaba, jangka
waktu sesuai dengan perjanjian
Monitoring
Dilakukan setiap hari dari laporan
keuangan
Legalitas Hukum
Terdaftar HKI
Izin Usaha
Terdaftar dengan STPW
commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Karakteristik PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) (Lanjutan)
Bagian
No
3
Aspek
Struktur
Finansial
Target
Benchmarking
Franchise Fee
Royalty Fee
Advertising Fee
Distribution Fee
B.
Manajemen
Pengemban
gan Ritel
1
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
Rp600.000
Biaya Perijinan
Rp15.000.000
Biaya Deposito
Awal
Stock Awal
Rp0
Biaya
perpanjangan
kontrak
Struktur
Organisasi
Jumlah SDM
Rp45.000.000 (masa kontrak 5
tahun)
Pemilihan
Lokasi
Standart Lokasi
3
Keuangan
Rp45.000.000 (masa kontrak 5
tahun)
progresif tergantung omzet diatas
75.000.000 (antara 2-3%)
2%
Administration
Fee
Biaya Renovasi
Tempat
Biaya Pembelian
Peralatan Toko
Biaya Sewa
Tempat
Biaya Launching
Sistem
Recruitment
Karyawan
Penentuan Lokasi
2
Alfamart
Pelaporan
Keuangan Harian
Penggajian
commit to
Karyawan
user
IV-8
Rp92.000.000
Rp67.070.000
Rp 150.000.000 - Rp 250.000.000
(tergantung ukuran gerai)
Rp8.000.000
Kepala Toko, Asisten Kepala Toko,
Merchandiser, Kasir, Pramuniaga
10 - 12 orang /gerai
Jobfair, Lowongan Koran,
Kerjasama dengan SMK, referensi
pihak terwaralaba
Pihak terwaralaba menentukan
lokasi sendiri namun sesuai dengan
persetujuan Pewaralaba, survey
lokasi
Di daerah pemukiman warga
dengan satu daerah bisa terdiri lebih
dari 1 outlet (survey oleh pusat)
Hasil penjualan dibawa oleh
petugas pengiriman barang ke
distribution center (DC). Petugas
DC kemudian mengirimkan uang
tersebut ke rekening pusat melalui
bank
Hasil penjualan hanya dipakai untuk
pembiayaan cashflow toko pihak
terwaralaba
Setiap selesai tutup bulan, pihak
terwaralaba menerima laporan
keuangan
Dikenakan Administration Fee
sebesar Rp 600.000,Dilakukan oleh pihak terwaralaba
(Kepala Toko) , bulanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Karakteristik PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) (Lanjutan)
Bagian
No
4
C.
Manajemen
Barang
Dagangan
Aspek
Manajemen
Relasional
Target
Benchmarking
Loyalitas
5
Strategi
Pemasaran
Promosi Barang
1
Aspek
Perencanaan
dan
Pengelolaan
Barang
Sistem distribusi
barang
Hubungan dengan
supplier
Pengiriman barang
Alfamart
Kartu Membership (AKU)
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(Alfamart)
Mempunyai 18 gudang (Distibution
Center) yang tersebar di beberapa
titik
Supplier mengirim barang ke gudang
pusat region lalu didistribusikan ke
gerai
Pengiriman barang dalam sehari
hanya 1 kali
Biaya pengiriman ditanggung oleh
terwaralaba dengan membayar
distribution fee
D.
Manajemen
Toko
Pemesanan Barang
Sistem terkomputerisasi
2
Harga Jual
Barang
Penetapan Harga
Barang
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(Alfamart)
3
Aspek
Pemeriksaan
Kualitas
Sistem
pemeriksaan
barang
Setiap barang yang datang langsung
dicek, jika tidak sesuai (cacat)
dikembalikan. Jika barang kurang
maka segera dilaporkan
1
Layout Toko
Design toko
Rak, meja kasir
Ukuran Toko
Ukuran gerai minimal 80 m2 sampai
120 m2
Waktu Pelayanan
1 minggu 7 hari, dari jam 8.00 - 22.00
(ada yang 24 jam)
Shift Kerja
1 hari 2 shift
Penerimaan
pesanan oleh
Konsumen
Telepon
Pengiriman Barang
ke Konsumen
Dikirim ke rumah dengan minimal
pemesanan
Fasilitas
pembayaran
Cash, debet
Fasilitas parkir
Tersedia tempat parkir di depan toko
Penanganan
Komplain
Ada nomor untuk pengaduan
komplain, Kotak saran
2
3
Pelayanan
Penanganan
Keluhan
commit to user
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4. Karakteristik PT. Veneta System Indonesia
Bagian
A.
Manajemen
Toko
No
1
Aspek
Bentuk
Kemitraan
Target
Benchmarking
Bentuk
Kepemilikan
Veneta System
Waralaba Toko Baru >> sistem
umum, franchisee mengajukan
usulan lokasi, invest kecil
Waralaba Take Over >> franchisee
berinvestasi pada toko yg sudah
berjalan, invest besar (terdapat
biaya pengganti)
Syarat dan
Ketentuan
menjadi Penerima
Waralaba
(Terwaralaba)
a. Perorangan/ Badan Usaha
(Koperasi, CV, PT )
b. WNI
c. Sudah/akan mempunyai lokasi
dengan tempat yang dibutuhkan
minimal 60 m2 dengan lebar depan
minimal 4 m
d. Memenuhi persyaratan perjanjian
sesuai dengan ketentuan yg berlaku
e.Bersedia mengikuti sistem dan
prosedur yang berlaku di K24
f. Menyiapkan dana investasi
sekitar 700 juta
Alur Kemitraan
Tanggung Jawab
Terwaralaba
Sistem Training
Strategi
Pembukaan Gerai
Presentasi > Pemiihan Lokasi >
Perjanjian Waralaba > Training >
Pra Operasional > Pembukaan
Gerai
Aktif
Training 3 bulan di Pusat. Jika 1-2
bulan setelah training tidak
kompeten maka diberhentikan/di
training ulang
Skema Pembukaan diatur oleh
pusat
Door to door, Pembagian
brosur/leaflet, diskon pembukaan
Konsultasi
Konsultasi dilakukan sesuai
kebutuhan terwaralaba, jangka
waktu sesuai dengan perjanjian
Monitoring
Dilakukan setiap hari dari laporan
keuangan dan CCTV yang terdapat
di kantor dan terhubung dengan
kantor pusat
commit to user
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4. Karakteristik PT. Veneta System Indonesia (Lanjutan)
Bagian
No
2
3
Aspek
Target
Benchmarking
Hukum dan
Perizinan
Legalitas Hukum
Terdaftar HKI
Izin Usaha
Terdaftar dengan STPW
Struktur
Finansial
Franchise Fee
Advertising Fee
Rp100.000.000 (masa kontrak 5
tahun)
tergantung produk (antara 2,5 - 5%
dari total penjualan sebulan)
-
Distribution Fee
Ongkos kirim paket
Administration
Fee
Biaya Renovasi
Tempat
Biaya Pembelian
Peralatan Toko
Biaya Sewa
Tempat
Biaya Launching
-
Rp80.000.000
Biaya Perijinan
Rp5.000.000
Biaya Deposito
Awal
Stock Awal
Rp100.000.000
Biaya
perpanjangan
kontrak
Struktur
Organisasi
Jumlah SDM
Rp100.000.000 (masa kontrak 5
tahun)
Royalty Fee
1
Sumber
Dayam
Manusia
(SDM)
2
Pemilihan
Lokasi
Sistem
Recruitment
Karyawan
Penentuan Lokasi
Standart Lokasi
3
Veneta System
Keuangan
Pelaporan
Keuangan Harian
-
Rp10.000.000
Rp80.000.000
Kepala Toko, Asisten Kepala Toko,
Kasir, Teknisi, Kurir
8 -10 orang / gerai
Dicarikan oleh pusat dengan
pertimbangan Area manager,
rekomendasi pihak terwaralaba
dengan seleksi pusat
Pihak terwaralaba mengajukan
usulan lokasi, Pewaralaba memilih
lokasi sendiri lalu membuka gerai
terlebih dahulu
Di jalan raya (sentra bisnis)
Hasil penjualan dikirim langsung ke
rekening pusat setiap hari
Keuangan ditangani langsung oleh
pusat
Tiap bulan owner akan menerima
rincian keuangan dan langsung
ditransfer ke rekening owner
Biaya administrasi langsung
dipotong oleh pusat
Penggajian
Karyawan
commit to user
IV-11
Dilakukan oleh pusat (pihak
pewaralaba), karyawan terima gaji
lewat bank, bulanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4. Karakteristik PT. Veneta System Indonesia (Lanjutan)
Bagian
No
4
5
C. Manajemen
Barang
Dagangan
1
Aspek
Target Benchmarking
Manajemen
Relasional
Strategi
Pemasaran
Loyalitas
Kartu Membership
Promosi Barang
Ditentukan langsung oleh
Pewaralaba (Veneta)
Aspek
Perencanaan
dan
Pengelolaan
Barang
Sistem distribusi barang
Mempunyai gudang di 2
tempat di Pulau Jawa
Hubungan dengan
supplier
Pemesanan dilakukan
oleh pihak terwaralaba
kepada gudang, lalu
dikirim lewat paket
(bekerjasama dgn
penyedia jasa
pengiriman)
Pengiriman barang
tergantung dari
pemesanan. Tidak ada
ketentuan dalam
pemesanan
Biaya pengiriman
ditanggung oleh pihak
terwaralaba (kerjasama
dengan penyedia jasa
pengiriman)
Manual
Ditentukan langsung oleh
Pewaralaba (Apotek K24)
Setiap barang yang
datang langsung dicek,
jika tidak sesuai (cacat)
dikembalikan. Jika
barang kurang maka
segera dilaporkan
Meja kasir, rak display
Pengiriman barang
D. Manajemen
Toko
Pemesanan Barang
Penetapan Harga Barang
2
Harga Jual
Barang
3
Aspek
Pemeriksaan
Kualitas
Sistem pemeriksaan
barang
1
Layout Toko
Design toko
Pelayanan
Ukuran Toko
Waktu Pelayanan
2
Shift Kerja
3
Veneta System
Penanganan
Keluhan
Ukuran minimal 30m2
Jam 9.00 - 20.00 (dengan
2 shift yaitu 9.00 - 17.00
dan 12.00 - 20.00)
1 hari 2 shift
Penerimaan pesanan oleh
Konsumen
Telepon
Pengiriman Barang ke
Konsumen
Fasilitas pembayaran
Fasilitas parkir
Dikirim ke rumah gratis
Penanganan Komplain
Ada nomor untuk
pengaduan komplain,
Kotak saran
commit to user
IV-12
Cash, debet
Tersedia tempat parkir di
depan toko
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5. Karakteristik PT. K-24 Indonesia
Bagian
No
1
Aspek
Bentuk
Kemitraan
Target Benchmarking
Bentuk Kepemilikan
Syarat dan Ketentuan
menjadi Penerima
Waralaba (Terwaralaba)
Alur Kemitraan
Tanggung Jawab
Terwaralaba
3
Hukum
dan
Perizinan
Struktur
Finansial
Waralaba Toko Baru >>
sistem umum, franchisee
mengajukan usulan lokasi,
invest kecil
a. Perorangan/ Badan Usaha
(Koperasi, CV, PT )
b. WNI
c. Sudah/akan mempunyai
lokasi dengan tempat yang
dibutuhkan minimal 60 m2
dengan lebar depan minimal 4
m
d. Memenuhi persyaratan
perjanjian sesuai dengan
ketentuan yg berlaku
e.Bersedia mengikuti sistem
dan prosedur yang berlaku di
K24
f. Menyiapkan dana investasi
sekitar 700 juta
Presentasi > Pemilihan lokasi
> Perjanjian waralaba > Pra
Operasional > Pelatihan Awal
> Pembukaan Gerai
Aktif
Sistem Training
Training di pusat 3 bulan
Strategi Pembukaan
Gerai
Skema Pembukaan diatur
oleh pusat
Iklan
Konsultasi
Legalitas Hukum
Konsultasi dilakukan sesuai
kebutuhan terwaralaba,
jangka waktu sesuai dengan
perjanjian
Dalam setahun hanya
beberapa kali , dan ketika
pihak terwaralaba
mengalami kendala
Terdaftar HKI
Izin Usaha
Terdaftar dengan STPW
Franchise Fee
Royalty Fee
Rp60.000.000 (masa
kontrak 6 tahun)
1,2 % dari omzet perbulan
Advertising Fee
0,3 % dari omzet perbulan
Distribution Fee
-
Administration Fee
-
Biaya Renovasi Tempat
Rp30.000.000
Monitoring
2
Apotek K-24
commit to user
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5. Karakteristik PT. K-24 Indonesia (Lanjutan)
Bagian
A. Manajemen
Toko
B. Manajemen
Pengembangan
Ritel
No
3
Aspek
Struktur
Finansial
1
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
Target
Benchmarking
Biaya Pembelian
Peralatan Toko
Rp240.000.000
Biaya Sewa Tempat
Rp200.000.000
Biaya Launching
Rp10.000.000
Biaya Perijinan
Rp17.500.000
Biaya Deposito Awal
Rp60.000.000
Stock Awal
-
Biaya perpanjangan
kontrak
Struktur Organisasi
1,7 % dari penjualan kotor
tahun ke 4 dan tahun ke 5
Kepala Toko, Apoteker,
Karyawan
15 orang (untuk 2 shift)
/gerai
Rekomendasi pihak
terwaralaba dengan seleksi
pusat
Pihak terwaralaba
menentukan lokasi sendiri
namun sesuai dengan
persetujuan Pewaralaba,
survey lokasi
Radius 1,2 km
Jumlah SDM
Sistem Recruitment
Karyawan
2
Pemilihan
Lokasi
Penentuan Lokasi
Standart Lokasi
3
Keuangan
Pelaporan Keuangan
Harian
Pelaporan Keuangan
Harian
Penggajian Karyawan
C. Manajemen
Barang
Dagangan
Apotek K-24
Hasil penjualan langsung
ditangani oleh pihak
terwaralaba
Sistem pelaporan keuangan
sepenuhnya dilakukan oleh
pihak terwaralaba
Dilakukan oleh pihak
terwaralaba, bulanan
4
Manajemen
Relasional
Loyalitas
5
Strategi
Pemasaran
Promosi Barang
1
Aspek
Perencanaan
dan
Pengelolaan
Barang
Sistem distribusi
barang
Mempunyai gudang yang
menjadi satu dengan kantor
pusat
Hubungan dengan
supplier
Diperbolehkan mengadakan
perjanjian dengan supplier
luar namun atas seizin
Pewaralaba dan lulus proses
screening
commit to user
IV-14
Ditentukan langsung oleh
Pewaralaba (K24)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5. Karakteristik PT. K-24 Indonesia (Lanjutan)
Bagian
No
Aspek
Target
Benchmarking
Pengiriman barang
C. Manajemen
Barang
Dagangan
D. Manajemen
Toko
Apotek K-24
Pemesanan Barang
Pengiriman barang
tergantung dari pemesanan.
Biaya pengiriman
ditanggung oleh pihak
terwaralaba
Manual
2
Harga Jual
Barang
Penetapan Harga
Barang
Ditentukan langsung oleh
Pewaralaba (K24)
3
Aspek
Pemeriksaan
Kualitas
Sistem pemeriksaan
barang
1
Layout Toko
Design toko
Setiap barang yang datang
langsung dicek, jika tidak
sesuai (cacat) dikembalikan.
Jika barang kurang maka
segera dilaporkan
Meja kasir, display obat
Ukuran Toko
2
Pelayanan
Waktu Pelayanan
Shift Kerja
3
Penanganan
Keluhan
Ukuran gerai minimal 60m2
dengan lebar depan minimal
45m. Jika ada ruang kosong
disarankan untuk tempat
praktik dokter
1 minggu 7 hari, 24 jam
nonstop
1 hari 2 shift
Penerimaan pesanan
oleh Konsumen
Pengiriman Barang ke
Konsumen
Datang ke toko
Fasilitas pembayaran
Cash, debet
Fasilitas parkir
Tersedia tempat parkir di
depan toko
Ada nomor untuk pengaduan
komplain, Kotak saran
Penanganan Komplain
Dikirm ke rumah gratis
4.1.2 Tahap Analisis
Pada tahap ini dilakukan perbandingan antara ketiga perusahaan yang
menjadi subjek benchmarking. Perbandingan dilakukan dengan melihat ketiga
perusahaan tersebut dari berbagai aspek yang menjadi target benchmarking.
Adapun perbandingan ketiga perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6
hingga tabel 4.9.
commit to user
IV-15
Tabel 4.6. Perbandingan Manajemen Kemitraan
No
Aspek
1
Bentuk Kemitraan
Target Benchmarking
Alfamart
Apotek K24
Veneta System
Bentuk Kepemilikan
Waralaba Toko Baru >> sistem umum,
franchisee mengajukan usulan lokasi, invest
kecil
Waralaba Take Over >> franchisee
berinvestasi pada toko yg sudah berjalan,
invest besar (terdapat biaya pengganti)
Waralaba Toko Baru >> sistem umum,
franchisee mengajukan usulan lokasi,
invest kecil
Waralaba Toko Baru >> sistem umum,
franchisee mengajukan usulan lokasi, invest
kecil
Waralaba Take Over >> franchisee
berinvestasi pada toko yg sudah berjalan,
invest besar (terdapat biaya pengganti)
Syarat dan Ketentuan menjadi
Penerima Waralaba
(Terwaralaba)
a. Perorangan/ Badan Usaha (Koperasi, CV,
PT )
b. WNI
c. Sudah/akan mempunyai lokasi dengan luas
minimal 80 m2 (di luar gudang & tempat
tinggal karyawan)
a. Perorangan/ Badan Usaha (Koperasi,
CV, PT )
b. WNI
c. Sudah/akan mempunyai lokasi dengan
tempat yang dibutuhkan minimal 60 m2
dengan lebar depan minimal 4 m
a. Perorangan/ Badan Usaha (Koperasi,
CV, PT )
b. WNI
c. Sudah/akan mempunyai lokasi dengan
tempat yang dibutuhkan minimal 60 m2
dengan lebar depan minimal 4 m
d. Memenuhi persyaratan perjanjian sesuai
dengan ketentuan yg berlaku
e.Bersedia mengikuti sistem dan prosedur
yang berlaku di Alfamart
f. Menyiapkan dana investasi
d. Memenuhi persyaratan perjanjian sesuai
dengan ketentuan yg berlaku
e.Bersedia mengikuti sistem dan prosedur
yang berlaku di K24
f. Menyiapkan dana investasi sekitar 700
juta
Presentasi Awal > Pemilihan Lokasi >
Presentasi > Pemilihan lokasi > Perjanjian
Presentasi Lanjutan > Perjanjian Waralaba > waralaba > Pra Operasional > Pelatihan
Pembukaan Gerai
Awal > Pembukaan Gerai
Pasif
Aktif
d. Memenuhi persyaratan perjanjian sesuai
dengan ketentuan yg berlaku
e.Bersedia mengikuti sistem dan prosedur
yang berlaku di K24
f. Menyiapkan dana investasi sekitar 700
juta
Presentasi > Pemiihan Lokasi > Perjanjian
Waralaba > Training > Pra Operasional >
Pembukaan Gerai
Aktif
Sistem Training
Training di pusat 3 bulan (menggandeng
instansi/lembaga pelatihan)
Training di pusat 3 bulan
Strategi Pembukaan Gerai
Skema Pembukaan diatur oleh pusat
Door to door, Pembagian brosur/leaflet,
diskon pembukaan
Skema Pembukaan diatur oleh pusat
Iklan
Training 3 bulan di Pusat. Jika 1-2 bulan
setelah training tidak kompeten maka
diberhentikan/di training ulang
Skema Pembukaan diatur oleh pusat
Door to door, Pembagian brosur/leaflet,
diskon pembukaan
Alur Kemitraan
Tanggung Jawab Terwaralaba
IV-16
Tabel 4.6. Perbandingan Manajemen Kemitraan (Lanjutan)
No
Aspek
Target Benchmarking
Konsultasi
Monitoring
2
Hukum dan Perizinan
3
Struktur Finansial
Legalitas Hukum
Izin Usaha
Franchise Fee
Royalty Fee
Advertising Fee
Distribution Fee
Administration Fee
Biaya Renovasi Tempat
Biaya Pembelian Peralatan Toko
Biaya Sewa Tempat
Biaya Launching
Biaya Perijinan
Biaya Deposito Awal
Stock Awal
Biaya perpanjangan kontrak
Alfamart
Apotek K24
Veneta System
Konsultasi dilakukan sesuai kebutuhan
terwaralaba, jangka waktu sesuai dengan
perjanjian
Dilakukan setiap hari dari laporan keuangan
Konsultasi dilakukan sesuai kebutuhan
terwaralaba, jangka waktu sesuai dengan
perjanjian
Dalam setahun hanya beberapa kali , dan
ketika pihak terwaralaba mengalami
kendala
Konsultasi dilakukan sesuai kebutuhan
terwaralaba, jangka waktu sesuai dengan
perjanjian
Dilakukan setiap hari dari laporan
keuangan dan CCTV yang terdapat di
kantor dan terhubung dengan kantor pusat
Terdaftar HKI
Terdaftar dengan STPW
Rp45.000.000 (masa kontrak 5 tahun)
progresif tergantung omzet diatas 75.000.000
(antara 2-3%)
Terdaftar HKI
Terdaftar dengan STPW
Rp60.000.000 (masa kontrak 6 tahun)
1,2 % dari omzet perbulan
Terdaftar HKI
Terdaftar dengan STPW
Rp100.000.000 (masa kontrak 5 tahun)
tergantung produk (antara 2,5 - 5% dari
total penjualan sebulan)
0,3 % dari omzet perbulan
Rp30.000.000
Rp240.000.000
2%
Rp600.000
Rp92.000.000
Rp67.070.000
Rp 150.000.000 - Rp 250.000.000
(tergantung ukuran gerai)
Rp8.000.000
Rp15.000.000
Rp0
Rp45.000.000 (masa kontrak 5 tahun)
IV-17
Ongkos kirim paket
Rp80.000.000
Rp200.000.000
Rp10.000.000
Rp17.500.000
Rp60.000.000
Rp10.000.000
Rp5.000.000
Rp100.000.000
Rp80.000.000
1,7 % dari penjualan kotor tahun ke 4 dan Rp100.000.000 (masa kontrak 5 tahun)
tahun ke 5
Tabel 4.7. Perbandingan Manajemen Pengembangan Ritel
No
1
Aspek
Sumber Dayam
Manusia (SDM)
Target Benchmarking
Struktur Organisasi
Jumlah SDM
Sistem Recruitment Karyawan
2
3
Pemilihan Lokasi
Keuangan
Alfamart
Apotek K24
Kepala Toko, Asisten Kepala Toko,
Merchandiser, Kasir, Pramuniaga
10 - 12 orang /gerai
Jobfair, Lowongan Koran, Kerjasama dengan
SMK, referensi pihak terwaralaba
Kepala Toko, Apoteker, Karyawan
15 orang (untuk 2 shift) /gerai
Rekomendasi pihak terwaralaba dengan
seleksi pusat
Veneta System
Kepala Toko, Asisten Kepala Toko, Kasir,
Teknisi, Kurir
8 -10 orang / gerai
Dicarikan oleh pusat dengan pertimbangan
Area manager, rekomendasi pihak
terwaralaba dengan seleksi pusat
Penentuan Lokasi
Pihak terwaralaba menentukan lokasi sendiri Pihak terwaralaba menentukan lokasi
namun sesuai dengan persetujuan
sendiri namun sesuai dengan persetujuan
Pewaralaba, survey lokasi
Pewaralaba, survey lokasi
Pihak terwaralaba mengajukan usulan
lokasi, Pewaralaba memilih lokasi sendiri
lalu membuka gerai terlebih dahulu
Standart Lokasi
Di daerah pemukiman warga dengan satu
Radius 1,2 km
daerah bisa terdiri lebih dari 1 outlet (survey
oleh pusat)
Hasil penjualan dibawa oleh petugas
Hasil penjualan langsung ditangani oleh
pengiriman barang ke distribution center
pihak terwaralaba
(DC). Petugas DC kemudian mengirimkan
uang tersebut ke rekening pusat melalui bank
Di jalan raya (sentra bisnis)
Hasil penjualan hanya dipakai untuk
Sistem pelaporan keuangan sepenuhnya
pembiayaan cashflow toko pihak terwaralaba dilakukan oleh pihak terwaralaba
Keuangan ditangani langsung oleh pusat
Pelaporan Keuangan Harian
Setiap selesai tutup bulan, pihak terwaralaba
menerima laporan keuangan
Penggajian Karyawan
4
Manajemen Relasional Loyalitas
5
Strategi Pemasaran
Promosi Barang
Hasil penjualan dikirim langsung ke
rekening pusat setiap hari
Dikenakan Administration Fee sebesar Rp
600.000,Dilakukan oleh pihak terwaralaba (Kepala
Toko) , bulanan
Tiap bulan owner akan menerima rincian
keuangan dan langsung ditransfer ke
rekening owner
Biaya administrasi langsung dipotong oleh
pusat
Dilakukan oleh pihak terwaralaba, bulanan Dilakukan oleh pusat (pihak pewaralaba),
karyawan terima gaji lewat bank, bulanan
Kartu Membership (AKU)
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(Alfamart)
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(K24)
IV-18
Kartu Membership
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(Veneta)
Tabel 4.8. Perbandingan Manajemen Barang Dagangan
No
1
Aspek
Target Benchmarking
Aspek Perencanaan Sistem distribusi barang
dan Pengelolaan
Barang
Hubungan dengan supplier
Pengiriman barang
Alfamart
Apotek K24
Mempunyai 18 gudang (Distibution
Center) yang tersebar di beberapa titik
Veneta System
Mempunyai gudang yang menjadi satu
dengan kantor pusat
Mempunyai gudang di 2 tempat di Pulau
Jawa
Supplier mengirim barang ke gudang pusat Diperbolehkan mengadakan perjanjian
region lalu didistribusikan ke gerai
dengan supplier luar namun atas seizin
Pewaralaba dan lulus proses screening
Pemesanan dilakukan oleh pihak
terwaralaba kepada gudang, lalu dikirim
lewat paket (bekerjasama dgn penyedia
jasa pengiriman)
Pengiriman barang dalam sehari hanya 1
kali
Pengiriman barang tergantung dari
pemesanan. Tidak ada ketentuan dalam
pemesanan
Pengiriman barang tergantung dari
pemesanan.
Biaya pengiriman ditanggung oleh
Biaya pengiriman ditanggung oleh pihak Biaya pengiriman ditanggung oleh pihak
terwaralaba dengan membayar distribution terwaralaba
terwaralaba (kerjasama dengan
fee
penyedia jasa pengiriman)
Pemesanan Barang
Sistem terkomputerisasi
Manual
Manual
Penetapan Harga Barang
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(Alfamart)
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(K24)
Ditentukan langsung oleh Pewaralaba
(Apotek K-24)
2
Harga Jual Barang
3
Aspek Pemeriksaan Sistem pemeriksaan barang
Kualitas
Setiap barang yang datang langsung dicek, Setiap barang yang datang langsung
jika tidak sesuai (cacat) dikembalikan. Jika dicek, jika tidak sesuai (cacat)
barang kurang maka segera dilaporkan
dikembalikan. Jika barang kurang maka
segera dilaporkan
IV-19
Setiap barang yang datang langsung
dicek, jika tidak sesuai (cacat)
dikembalikan. Jika barang kurang maka
segera dilaporkan
Tabel 4.9. Perbandingan Manajemen Toko
No
1
Aspek
Layout Toko
2 Pelayanan
3
Penanganan Keluhan
Target Benchmarking
Design toko
Ukuran Toko
Waktu Pelayanan
Alfamart
Apotek K24
Rak, meja kasir
Meja kasir, display obat
Ukuran gerai minimal 80 m2 sampai 120 m2 Ukuran gerai minimal 60m2 dengan lebar
depan minimal 45m. Jika ada ruang
kosong disarankan untuk tempat praktik
dokter
1 minggu 7 hari, dari jam 8.00 - 22.00 (ada 1 minggu 7 hari, 24 jam nonstop
yang 24 jam)
Shift Kerja
1 hari 2 shift
Penerimaan pesanan oleh
Telepon
Konsumen
Pengiriman Barang ke Konsumen Dikirim ke rumah dengan minimal
pemesanan
Fasilitas pembayaran
Cash, debet
Fasilitas parkir
Tersedia tempat parkir di depan toko
Penanganan Komplain
Ada nomor untuk pengaduan komplain,
Kotak saran
IV-20
Veneta System
Meja kasir, rak display
Ukuran minimal 30m2
Jam 9.00 - 20.00 (dengan 2 shift yaitu 9.00
- 17.00 dan 12.00 - 20.00)
1 hari 2 shift
Datang ke toko
1 hari 2 shift
Telepon
Dikirm ke rumah gratis
Dikirim ke rumah gratis
Cash, debet
Tersedia tempat parkir di depan toko
Ada nomor untuk pengaduan komplain,
Kotak saran
Cash, debet
Tersedia tempat parkir di depan toko
Ada nomor untuk pengaduan komplain,
Kotak saran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.3 Tahap Intergrasi
Pada tahap ini menunjukkan hasil dari benchmarking yang telah dilakukan.
Pada penelitian ini hasil dari perbandingan yang dilakukan pada ketiga perusahaan
tersebut kemudian dikumpulkan menjadi satu lalu dirangkum menjadi sebuah best
practice. Hasil dari best practice tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 – tabel 4.13
Tabel 4.10. Best Practice Manajemen Kemitraan
No
1
Aspek
Keterangan
a. Waralaba Toko Baru
b. Waralaba Take Over
a. Perorangan/ Badan Usaha (Koperasi, CV, PT )
b. WNI
c. Sudah/akan mempunyai lokasi
d. Memenuhi persyaratan perjanjian sesuai dengan ketentuan yg
berlaku
e.Bersedia mengikuti sistem dan prosedur yang berlaku
f. Menyiapkan dana investasi
Alur Kemitraan
Presentasi Awal > Pemilihan Lokasi > Presentasi Lanjutan >
Perjanjian Waralaba > Panduan Pra Operasional > Pembukaan
Gerai
Tanggung
a. Tanggung jawab aktif dan pasif
JawabTerwaralaba b. Tanggung jawab aktif dan pasif
Sistem Training
a. Training langsung oleh pewaralaba selama 3 bulan
b. Training oleh lembaga yang berkompeten
c. Sistem Monitoring selama masa training dan operasional
Strategi Pembukaan Strategi diatur oleh pewaralaba
Gerai
Door to door, Pembagian brosur/leaflet, diskon pembukaan
Konsultasi
Konsultasi dilakukan sepanjang waktu selama perjanjian waralaba
Monitoring
2
3
Best Practice
Bentuk Kepemilikan
Bentuk
Kemitraan
Syarat dan
Ketentuan menjadi
Penerima Waralaba
(Terwaralaba)
Hukum dan Legalitas Hukum
Perizinan Izin Usaha
Franchise Fee
Struktur
Finansial
Royalty Fee
Advertising Fee
Distribution Fee
Administration Fee
Biaya Renovasi
Tempat
Biaya Pembelian
Peralatan Toko
a.Monitoring tiap hari
b.Monitoring tiap beberapa bulan sekali
c.Monitoring 1 kali dalam setahun
Terdaftar HKI
Terdaftar dengan STPW
Besaran tergantung pewaralaba dengan memperhatikan balik modal
keuntungan
Besaran tergantung pewaralaba, dibayarkan selama masa perjanjian
(5 tahun)
Dibayar di awal ,berkaitan dengan materi promosi sepanjang tahun
selama masa perjanjian 5 tahun
a. Untuk sistem pelaporan keuangan terpusat langsung dipotong
oleh pewaralaba
b. Untuk sistem pelaporan oleh cabang menjadi tanggungjawab
terwaralaba
a. Untuk sistem pelaporan keuangan terpusat langsung dipotong
oleh pewaralaba
b. Untuk sistem pelaporan oleh cabang tidak terdapat
a. Untuk tempat yang sistemnya sewa biaya lebih kecil
b. Untuk tempat yang bangun dari awal biaya lebih besar
c. Besar biaya tergantung spesifikasi desain dan layout
commitditoawal,
user
Dibayarkan
besarnya tergantung spesifikasi alat yang
ditentukan oleh pewaralaba
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10. Best Practice Manajemen Kemitraan (Lanjutan)
No
Aspek
Keterangan
Best Practice
Biaya Sewa Tempat Untuk tempat yang sistemnya sewa
Biaya Launching
Biaya Perijinan
Dibayarkan di awal, besarnya tergantung materi promosi yang
ditentukan oleh pewaralaba
Dibayarkan di awal, besarnya tergantung izin daerah oleh
pemerintah setempat
Dapat dibayarkan atau tidak
Biaya Deposito
Awal
Stock Awal
Stock dagangan awal untuk berjualan awal
Biaya perpanjangan Diperpanjang setiap 5 tahun sekali, besaran tergantung pewaralaba
kontrak
Tabel 4.11. Best Practice Manajemen Pengembangan Ritel
No
1
2
3
4
5
Aspek
Keterangan
Best Practice
Sumber
Daya
Manusia
Struktur Organisasi Kepala Toko, Asisten Kepala Toko, Merchandiser, Kasir,
Teknisi, Kurir, Pramuniaga
Jumlah SDM
Berjumlah antara 8 - 12 orang
Sistem Recruitment Bursa kerja (jobfair), lowongan pekerjaan di koran, kerjasama
Karyawan
dengan SMK, referensi pihak terwaralaba dengan persetujuan
pewaralaba
Pemilihan Penentuan Lokasi a. Pihak terwaralaba mengajukan usulan lokasi
Lokasi
b. Survey lokasi dari pihak pewaralaba.
Standart Lokasi
a. Jalan raya
b. Komplek pemukiman
Keuangan Pelaporan
a. Sistem Pelaporan Keuangan Terpusat oleh pewaralaba
Keuangan Harian b. Sistem Pelaporan Keuangan oleh terwaralaba
Penggajian
a. Penggajian dilakukan oleh pewaralaba yang kemudian
Karyawan
ditransfer ke bank pihak terwaralaba
b. Penggajian langsung oleh terwaralaba
Manajemen Loyalitas
Program Membership
Re lasional Pelanggan
Strategi
Promosi
Pemasaran
Materi promosi ditentukan oleh pihak pewaralaba
Tabel 4.12. Best Practice Manajemen Barang Dagangan
No
1
Aspek
Keterangan
Perencanaan Sistem distribusi
barang
dan
Pengelolaan
Barang
Hubungan dengan
supplier
Best Practice
a.Mempunyai gudang Distribution Center yang tersebar di wilayah
tertentu
Dari gudang kemudian dikirim ke gerai/toko terwaralaba.
Pengiriman dilakukan dengan memperhatikan kedekatan lokasi
b.Mempunyai gudang yang tergabung menjadi satu dengan kantor
pusat
Dari gudang kemudian dikirim ke toko terwaralaba
a.Supplier bekerjasama dengan pusat
Pemilihan supplier berdasarkan persetujuan pewaralaba saja
b.Supplier bekerjasama langsung dengan cabang
Pemilihan supplier langsung dilakukan oleh terwaralaba dengan
persetujuan
terwaralaba
commit pihak
to user
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12. Best Practice Manajemen Barang Dagangan (Lanjutan)
No
Aspek
Keterangan
Pengiriman barang
Best Practice
a. Pengiriman barang dilakukan tiap hari
b. Pengiriman barang dilakukan tergantung pesanan terwaralaba
c. Biaya pengiriman dibayar di awal dalam bentuk distribution fee
Pemesanan Barang
2
3
Harga Jual
Barang
Quality
Control
d. Biaya pengiriman ditanggung oleh pihak terwaralaba dan
biasanya bekerjasama dengan agen pengiriman
a. Sistem Terkomputerisasi
b. Sistem Manual
Harga diatur oleh pihak pewaralaba
Penetapan Harga
Barang
Sistem pemeriksaan Barang yang datang dicek langsung kemudian dikembalikan jika ada
barang
cacat
a. Dikembalikan bersamaan dengan kedatangan petugas pengiriman
barang
b. Dikembalikan melalui jasa pengiriman
Tabel 4.13. Best Practice Manajemen Toko
No
1
2
3
Aspek
Keterangan
Best Practice
Layout Toko Design toko
Ukuran Toko
Waktu Pelayanan
Pelayanan
Rak, meja kasir, display
Minimal 60 m2
a. Jam operasi 1 minggu 7 hari jam 8.00 - 22.00
b. Jam operasi 24 jam
Shift Kerja
2 kali
Penerimaan Pesanan Melalui telepon/ sms
oleh Konsumen
Pengiriman Barang
ke Konsumen
Fasilitas
Pembayaran
Fasilitas Parkir
Penanganan Penanganan
Komplain
Keluhan
a. Delivery gratis
b. Delivery dengan minimum order
a. Cash
b. Kredit
Tersedia fasilitas parkir di depan toko
a. Nomor telpon pengaduan
b. Kotak kritik dan saran
4.2. Perancangan Sistem Manajemen Waralaba
Setelah didapatkan best practice yang berupa langah – langkah terbaik
dalam bisnis ritel kemudian dilakukan perancangan sistem manajemen waralaba.
Best practice tersebut digunakan sebagai bahan acuan dalam perancangan sistem
manajemen waralaba untuk ritel kategori printer dan tinta. Sistem manajemen
waralaba yang dirancang dibagi menjadi 4 bagian yaitu : manajemen kemitraan,
commit
to user
manajemen operasional, manajemen
barang
dagangan, dan manajemen toko.
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.1 Manajemen Kemitraan
A. Bentuk Kemitraan
1.) Bentuk Kepemilikan
Berdasarkan hasil benchmarking, bentuk kepemilikan dalam usaha
waralaba ada dua, yaitu waralaba toko baru dan waralaba take over.
Kedua cara tersebut dapat dilakukan tetapi harus melihat dari kesiapan
akan sumber daya yang dimiliki pewaralaba yang dalam hal ini adalah
modal usaha.
a. Waralaba Toko Baru
Jika usaha waralaba baru berjalan, maka sistem yang tepat
digunakan adalah waralaba toko baru. Sistem ini memberikan
kemudahan bagi calon mitra untuk menjadi terwaralaba dengan
cara membangun bisnis waralaba dari awal yang dimulai dengan
penentuan lokasi, pembangunan toko hingga pembukaan toko.
Sistem ini tidak membutuhkan modal yang besar bagi pewaralaba.
Semua modal diserahkan kepada terwaralaba sebagai pembeli
lisensi waralaba dari pewaralaba.
b. Waralaba Take Over
Jika usaha waralaba yang berjalan telah berkembang, maka
sistem ini bisa dijalankan. Sistem ini membutuhkan modal
pewaralaba yang besar. Pewaralaba membuka toko baru hingga
toko tersebut beroperasi. Setelah toko tersebut beroperasi,
pewaralaba bisa menjual toko tersebut kepada calon terwaralaba
atau pihak yang sudah menjadi terwaralaba. Modal investasi yang
dikeluarkan oleh terwaralaba lebih besar dibanding sistem
waralaba toko baru karena investasi tersebut digunakan untuk
mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh pewaralaba.
2.) Syarat dan Ketentuan Penerima Waralaba (Terwaralaba)
Bekerjasama dengan seseorang sebagai mitra bisnis tidak boleh
sembarangan karena keberhasilan bisnis waralaba juga tergantung dari
pihak penerima waralaba. Oleh karena itu dalam menerima permohonan
seseorang untuk menjadi
calontoterwaralaba,
seorang pewaralaba harus
commit
user
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selektif dalam memilih. Syarat dan ketentuan untuk menjadi penerima
waralaba atau terwaralaba antara lain:
a. Perorangan / Badan Usaha (Koperasi, CV, PT, dan lainnya);
b. Warga Negara Indonesia;
c. Sudah atau akan mempunyai lokasi tempat usaha;
d. Memenuhi persyaratan perijinan yang nantinya diperlukan;
e. Bersedia mengikuti sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh
pewaralaba;
f. Mengetahui tentang printer dan tinta;
g. Mempunyai komitmen untuk terjun langsung dalam bisnis;
h. Menyiapkan dana investasi;
i. Memiliki rekening di bank.
Persyaratan tersebut wajib diperhatikan oleh pewaralaba dalam
menerima calon terwaralaba karena perekrutan terwaralaba merupakan
proses penting untuk menentukan keberhasilan bisnis waralaba.
3.) Alur Kemitraan
Seorang terwaralaba perlu melalui beberapa proses terlebih dahulu
sebelum dia dapat membuka usahanya. Proses tersebut dapat dilihat
pada gambar 4.1
commit to
userRitel Kategori Printer dan Tinta
Gambar 4.1. Alur Waralaba
Bisnis
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan Gambar :
a.
Calon terwaralaba menerima informasi mengenai bisnis
yang
diwaralabakan.
b.
Calon terwaralaba menghubungi pewaralaba untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut.
c.
Pewaralaba melakukan presesentasi awal dengan menjelaskan
secara singkat mengenai bisnis yang diwaralabakan, keuntungan
menjadi terwaralaba serta alur kemitraan.
d.
Calon terwaralaba yang tertarik dengan bisnis waralaba yang
ditawarkan segera mencari alternatif lokasi tempat berdirinya
usaha.
e.
Pewaralaba melakukan presentasi lanjutan. Presentasi ini terfokus
kepada prosedur operasional saat bisnisnya nanti telah beroperasi.
f.
Calon terwaralaba yang setuju kemudian melakukan perjanjian
dengan pewaralaba. Saat perjanjian, pewaralaba akan menyerahkan
prospektus penawaran yang berisi gambaran tentang bisnis serta
prosedur operasional dalam berbisnis waralaba.
g.
Pewaralaba akan membimbing pihak
terwaralaba sampai toko
resmi dibuka.
h.
Toko resmi dibuka.
Alur bisnis waralaba tersebut menjelaskan gambaran mengenai
prosedur bagi calon terwaralaba jika ingin menjadi mitra waralaba.
4.) Tanggung Jawab Terwaralaba
Pihak
terwaralaba
selaku
penerima
waralaba
wajib
bertanggungjawab sepenuhnya atas keberlangsungan usaha yang
dijalankannya. Pihak terwaralaba harus bertindak secara aktif dan tidak
diperkenankan kepemilikan yang pasif. Keberhasilan suatu usaha tidak
selamanya bergantung dari pewaralaba tetapi juga peran serta dari
terwaralaba. Dalam perancangan sistem ini kepemilikan waralaba yang
dikenakan merupakan kepemilikan aktif dengan tanggung jawab pihak
terwaralaba yang besar.
commit to user
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.) Sistem Training
Training merupakan pelatihan yang diberikan dari pewaralaba
kepada pihak terwaralaba. Pelatihan dilakukan langsung oleh pihak
pewaralaba sebagai pemilik dari waralaba yang mengetahui secara jelas
bisnis yang dijalankan. Pelatihan diberikan kepada pihak terwaralaba
langsung beserta karyawannya. Karena waralaba ini mensyaratkan
kepemilikan yang aktif maka pihak terwaralaba juga mendapatkan
pelatihan. Sistem training yang diberlakukan adalah sebagai berikut :
a.
Pelatihan dilakukan selama kurang lebih 1-2 bulan di kantor
pewaralaba.
b.
Selama
masa
pelatihan
tersebut,
pewaralaba
berkewajiban
memantau performansi dari calon karyawan yang dilatih, jika tidak
berkompeten maka akan langsung dipulangkan.
c.
Setelah lebih dari 2 bulan maka peserta pelatihan akan
dikembalikan ke toko yang menjadi tempat mereka bekerja.
d.
Setelah mulai bekerja, pewaralaba berkewajiban memastikan
bahwa karyawan yang lulus dari training merupakan karyawan
yang telah lulus kompetensi. Jika ternyata masih belum
berkompeten maka akan diberikan peringatan dan kemudian pihak
terwaralaba akan mengirimkan karyawan tersebut untuk diberikan
pelatihan lagi.
6.) Strategi Pembukaan Gerai
Pewaralaba berkewajiban membantu pihak terwaralaba sampai
toko tersebut dibuka. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah
strategi pembukaan. Hal ini menjadi tugas langsung oleh pewaralaba.
Berikut ini strategi pembukaan bisnis waralaba baru, yaitu :
a.
Pembagian brosur/leaflet
b.
Menyebar informasi sebulan sebelum pembukaan toko
c.
Menawarkan diskon pembelian pada saat pembukaan toko.
d.
Melakukan demonstrasi mengenai produk di kantor – kantor
ataupun instansi pemerintah.
commit to user
IV-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7.) Konsultasi
Konsultasi merupakan kegiatan memberikan nasihat atau masukan
atas permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini pihak terwaralaba
dapat melakukan konsultasi kepada pewaralaba jika menemui kesulitan
dalam mengoperasikan bisnisnya. Sebuah konsultasi dapat dilakukan
melalui telepon, email ataupun datang langsung ke tempat pewaralaba.
Masa konsultasi sesuai dengan masa perjanjian waralaba. Umumnya
setiap 5 tahun sekali perjanjian waralaba harus diperbaharui, maka
waktu konsultasi berakhir pula pada saat masa berlaku dari perjanjian
waralaba tersebut selesai.
8.) Monitoring
Monitoring merupakan kegiatan mengukur sekaligus memantau
kemajuan dari usaha yang sedang berjalan. Dalam hal ini monitoring
dilakukan oleh pewaralaba terhadap usaha yang dilakukan oleh
terwaralaba. Hal ini penting dilakukan untuk melihat sejauhmana
perkembangan dari usaha yang sedang berjalan. Monitoring dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
a. Monitoring Harian
Monitoring harian dilakukan setiap hari dengan melihat pada
laporan keuangan harian. Selain itu dapat juga dilakukan dengan
bantuan rekaman CCTV yang terpasang di toko yang berhubungan
langsung dengan kantor pusat. Monitoring secara harian cocok
dilakukan jika usaha telah berkembang besar karena membutuhkan
dukungan teknologi yang besar serta sumber daya yang handal.
b. Monitoring Berkala
Monitoring berkala dilakukan tidak setiap hari dan waktu yang
ditentukan lebih fleksibel. Monitoring berkala dapat terjadi secara
mendadak tanpa pemberitahun sebelumnya, dan bisa juga
tergantung dari permintaan terwaralaba. Monitoring dilakukan
dengan melihat laporan keuangan bulanan ataupun tahunan. Cara
ini cocok digunakan untuk usaha yang baru diwaralabakan karena
commit to user
IV-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak membutuhkan teknologi yang handal dan cara ini lebih
mudah diterapkan daripada monitoring harian.
B. Hukum dan Perizinan
1.) Legalitas Hukum
Salah satu dari enam kriteria yang harus dimiliki sebuah usaha
agar dapat digolongkan sebagai waralaba yang berdasarkan pada
Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008
adalah harus memiliki HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang telah
terdaftar. Sebuah waralaba harus mempunyai HKI agar diakui
keberadaannya sebagai waralaba. Di Indonesia Hukum yang mengatur
HKI di Indonesia di antaranya adalah Paten, Merek, Cipta, Desain
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan
Perlindungan Varietas Tanaman. Bagi sebuah usaha yang akan
mewaralabakan usahanya harus mempunyai merek terlebih dahulu
karena hal ini menjadi salah satu keunikan usaha tersebut yang
membedakan dengan usaha yang lain.
Adapun tata cara pendaftaran merek dagang dapat dilihat pada
gambar 4.2
Gambar 4.2. Alur Pengajuan HKI
commit to user
IV-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi
seorang pewaralaba untuk mengurus HKI antara lain:
a.
Surat Pernyataan Pemilikan Merek
b.
Etiket merek, dengan jumlah 20 puluh helai dengan ketentuan
1.
Ukuran maksimal 9 X 9 Cm dan minimal 2 X 2 Cm.
2.
Warna, jika etiket merek berwarna, harus disertai pula satu
lembar etiket yang tidak berwarna (hitam putih).
3.
Terjemahan, jika etiket merek yang menggunakan bahasa
asing dan atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf latin
atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa
Indonesia
wajib
disertai
terjemahannya
dalam
bahasa
Indonesia, dalam huruf latin, dan dalam angka yang lazim
digunakan dalam bahasa Indonesia.
c.
Akta pendirian badan hukum
d.
Surat Kuasa Khusus
Penjelasan lebih lanjut
mengenai tata cara pendaftaran merek
dagang dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran
Merek.
2.) Izin Usaha
Izin usaha yang diperlukan dalam bisnis waralaba ini antara lain:
a.
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda Daftar
Perusahaan) dan HO (Izin Gangguan)
SIUP merupakan surat izin untuk dapat melaksanakan usaha
perdagangan. TDP merupakan bukti bahwa usaha tersebut telah
melakukan wajib daftar perusahaan. Sedangkan HO merupakan
pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan
dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan gangguan, dan atau
kerugian atau bahaya.
SIUP, TDP, maupun HO wajib dimiliki setiap orang yang
memiliki usaha, karena surat tersebut berfungsi sebagai alat atau
bukti pengesahan dan
legalitas
dari usaha yang didirikan. Dalam
commit
to user
IV-30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembuatannya antara SIUP, TDP, dan HO tidak dapat dipisahkan
karena pendaftaran ketiganya berada dalam satu formulir yang sama.
Berikut ini merupakan prosedur dalam pembuatan SIUP, TDP, dan
HO menurut Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan
Republik Indonesia Nomor : 289/MPP/KEP/10/2001 Tentang
Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP):
Gambar 4.3 Alur Pengajuan SIUP, TDP, dan HO
Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi
seorang pewaralaba untuk mengurus permohonan SIUP, TDP, dan
commit Keputusan
to user
HO antara lain menurut
Menteri Perindustrian Dan
IV-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 289/MPP/KEP/10/2001
Tentang
Ketentuan
Standar
Pemberian
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan (SIUP):
 Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan
 Fotokopi NPWP perusahaan
 Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) / HO dari Pemda
setempat
bagi
dipersyaratkan
kegiatan
SITU
usaha
perdagangan
berdasarkan
yang
Undang-Undang
Gangguan (HO)
 Neraca perusahaan.
Dalam mengajukan izin ini usaha pewaralaba harus berjalan
terlebih dahulu karena nanti akan dilakukan survei oleh pemerintah
mengenai usaha yang akan diurus perizinannya. Oleh karena itu
sebelum membuat izin, lebih baik usaha tersebut telah berjalan.
Pihak terwaralaba dibebaskan untuk tidak mengurus SIUP,
TDP, dan HO dengan menggunakan SIUP Pewaralaba, namun
bisa juga dibuat jika diperlukan. Adapan kelengkapan yang harus
dipenuhi bagi seorang terwaralaba untuk mengurus permohonan
SIUP antara lain:

Fotokopi
SIUP
pewaralaba
yang
dilegalisasi
oleh
pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP tersebut;

Fotokopi
akte
notaris
atau
bukti
lainnya
tentang
pembukaan kantor terwaralaba

Fotokopi KTP pihak terwaralaba

Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (pewaralaba)

Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) / HO dari Pemda
setempat
bagi
dipersyaratkan
kegiatan
SITU
usaha
berdasarkan
perdagangan
yang
Undang-Undang
Gangguan (HO).
b.
STPW Pemberi Waralaba
STPW Pemberi Waralaba merupakan surat tanda pendaftaran
commit
to user
waralaba yang harus
dimiliki
oleh setiap pewaralaba jika ingin
IV-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mewaralabakan usahanya. Berikut ini merupakan prosedur dalam
pembuatan STPW Pemberi Waralaba berdasarkan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008
Tentang Penyelenggaraan Waralaba.
Gambar 4.4. Alur Pengajuan STPW Pemberi Waralaba
Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi
seorang pewaralaba untuk mengurus permohonan STPW Pemberi
Waralaba berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan
Waralaba :
 Fotokopi Izin Teknis
 Fotokopi Prospektus Penawaran Waralaba
 Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
 Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta Perubahan
yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang
(khusus bagi yang berbadan hukum)
 Fotokopi Tanda Bukti Pendaftaran HKI
 Fotokopi KTP Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan
commit to user
IV-33
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
STPW Penerima Waralaba
STPW Penerima Waralaba merupakan surat tanda pendaftaran
waralaba yang harus dimiliki oleh setiap terwaralaba sebagai bukti
bahwa dia memiliki lesensi sebagai penerima waralaba. Berikut ini
merupakan prosedur dalam pembuatan STPW Penerima Waralaba
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan Waralaba
Gambar 4.5. Alur Pengajuan STPW Penerima Waralaba
Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi
seorang pewaralaba untuk mengurus permohonan STPW Pemberi
Waralaba :

Fotokopi Izin Teknis

Fotokopi Prospektus Penawaran Waralaba dari Pemberi
Waralaba

Fotokopi Perjanjian Waralaba

Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Fotokopi STPW Pemberi Waralaba
commit to user
IV-34
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta Perubahan
yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang
(khusus bagi yang berbadan hukum)

Fotokopi Tanda Bukti Pendaftaran HKI

Fotokopi KTP Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan.
C. Struktur Finansial
Struktur finansial berisi tentang biaya – biaya yang dikeluarkan dalam
waralaba.
1) Franchise Fee
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba pada saat
pihak terwaralaba bersepakat untuk menerima hak waralaba dari pewaralaba
dan dibayarkan sekali selama masa perjanjian. Biaya ini dikeluarkan sebagai
ganti izin pemakaian nama dan bisnis dari pihak pewaralaba. Komponen
pembentuk biaya ini adalah biaya untuk penggunaan nama dan merk dagang
perusahaan, biaya desain layout, biaya rekrutmen dan/atau seleksi pegawai,
serta biaya launching outlet. Selain itu biaya ini juga dipengaruhi oleh
kuatnya brand image perusahaan. Semakin baik dan kuat brand image
perusahaan, maka semakin besar tingkat kepercayaan seseorang terhadap
merek tersebut, sehingga semakin besar nilai franchise fee
2) Royalty Fee
Biaya ini merupakan biaya yang dibayarkan oleh pemegang waralaba
setiap bulan dari keuntungan yang diperolehnya. Banyak cara untuk
menentukan besarnya biaya ini, diantaranya :

Dengan prosentase tetap yang diambil dari keuntungan per bulan

Dengan prosentase yang meningkat seperti pajak progresif yang
diambil dari keuntungan per bulan

Dengan prosentase yang tetap tiap bulannya namun prosentase tiap
produk berbeda.
Sistem penentuan royalty fee yang baik untuk diterapkan pada ritel
kategori printer dan tinta ini diambil dari hasil penjualan produk dimana
to user
prosentase adalah tetap dan commit
prosentase
pengambilan produk printer dan tinta
IV-35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbeda. Prosentase royalty fee untuk produk tinta dikenakan lebih besar
daripada printer. Besarnya prosentase ditentukan oleh pewaralaba.
3) Advertising Fee
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba untuk
membayar biaya iklan dari usaha yang dijalankan oleh terwaralaba. Biaya
ini dibayarkan sekali di awal pada saat perjanjian dan sebelum toko dibuka.
Biaya ini digunakan untuk membiayai segala bentuk promosi yang
dilakukan sepanjang tahun selama masa perjanjian berlaku. Komponen
pembentuk biaya ini tergantung dari cara promosi yang digunakan. Semakin
besar cara yang digunakan, maka akan semakin besar pula biaya yang
dikeluarkan.
4) Distribution Fee
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba untuk
membayar biaya pengiriman barang dari pihak pewaralaba. Bagi waralaba
yang menerapkan sistem keuangan terpusat, maka biaya ini langsung
dipotong dari hasil penjualan tiap bulannya oleh pewaralaba. Jika
menerapkan sistem keuangan oleh cabang maka besar biaya pengiriman ini
menjadi beban dari pihak terwaralaba. Komponen pembentuk biaya ini
tergantung dari jarak pengiriman, berat barang yang dikirim, dan banyaknya
pengiriman yang dilakukan.
5) Administration Fee
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba untuk
membiayai
administrasi
keuangan
usahanya.
Bagi
waralaba
yang
menerapkan sistem keuangan terpusat, maka dikenakan biaya ini sebagai
pengganti kegiatan administrasi yang ditangani oleh pewaralaba. Jika
menerapkan sistem keuangan oleh cabang maka unsur biaya ini ditiadakan
karena pengelolaan keuangan langsung ditangani oleh cabang. Besar biaya
administrasi tergantung dari pihak pewaralaba. Komponen pembentuk biaya
ini berasal dari pengeluaran untuk internet, transportasi, dan listrik.
6) Biaya Fixture Toko
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan renovasi
bangunan serta untuk membeli
peralatan
commit
to user yang dibutuhkan toko. Renovasi
IV-36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan sesuai dengan standar layout dan desain yang ditetapkan oleh
pewaralaba. Oleh karena itu biaya ini wajib dikeluarkan oleh pihak
terwaralaba dan dibayarkan di awal pada saat perjanjian. Komponen
pembentuk biaya ini tergantung dari spesifikasi layout dan desain yang
ditetapkan oleh pewaralaba.
7) Biaya Pembelian Peralatan Toko
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan
toko yang nantinya digunakan sebagai peralatan toko. Peralatan toko akan
disediakan oleh pihak pewaralaba dan pihak terwaralaba mengganti dengan
sejumlah biaya. Biaya ini wajib dibayarkan oleh terwaralaba pada saat
perjanjian usaha dan sebelum gerai dibuka. Komponen pembentuk biaya ini
tergantung dari peralatan toko yang ditetapkan oleh pewaralaba.
8) Biaya Sewa Tempat
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa
dari lokasi yang dijadikan toko. Biaya ini hanya dibayarkan bagi tempat
yang disewa dan tidak untuk tempat yang menjadi milik pribadi terwaralaba.
Jika lokasi yang dipilih merupakan pilihan dari terwaralaba maka biaya
sewa tempat menjadi tanggung jawab terwaralaba untuk membayar kepada
pemilik tempat. Jika lokasi yang dipilih merupakan pilihan dari pewaralaba,
maka pihak terwaralaba wajib membayar sejumlah biaya untuk sewa tempat
dan kemudian dibayarkan kepada pewaralaba pada saat perjanjian dilakukan
atau sebelum gerai dibuka. Komponen pembentuk biaya sewa ini tergantung
dari lokasi yang dipilih dan masa sewa lokasi tersebut.
9) Biaya Launching
Biaya launching merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
pembukaan gerai yang terkait dengan promosi. Biaya ini dikeluarkan oleh
terwaralaba untuk selanjutnya dibayarkan kepada pewaralaba. Pewaralaba
yang akan mengurusi segala bentuk promosi untuk pembukaan toko. Besar
biaya launching tergantung dari materi promosi yang dilakukan. Semakin
besar promosi yang dilakukan maka semakin tinggi pula biaya yang
dikeluarkan. Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari cara launching
commit to user
IV-37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang digunakan. Semakin besar cara yang digunakan, maka akan semakin
besar pula biaya yang dikeluarkan.
10) Biaya Perijinan
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
perijinan dalam membuka usaha. Biaya ini dikeluarkan oleh terwaralaba
untuk selanjutnya dibayarkan kepada pewaralaba. Pewaralaba yang akan
mengurusi segala bentuk perijinan dalam pembukaan usaha baru.
Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari lokasi dimana usaha akan
didirikan karena biaya perijinan di suatu wilayah tergantung dari pemerintah
setempat.
11) Biaya Deposito Awal
Biaya deposito awal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak
terwaralaba dan besarnya tergantung dari pewaralaba. Biaya ini bukan
merupakan uang muka namun biaya ini digunakan sebagai jaminan atas
usaha yang dilakukan oleh terwaralaba dan sekaligus untuk mengantisipasi
akan hal buruk yang terjadi. Biaya ini merupakan pilihan bagi seorang
pewaralaba. Komponen pembentuk biaya ini berasal dari total investasi
awal. Jikapihak pewaralaba menginginkan adanya unsur biaya ini besarnya
dapat ditentukan dari 25-30 % dari total investasi awal.
12) Persediaan Awal
Persediaan awal merupakan persediaan barang yang dijadikan sebagai
initial stock sebelum toko tersebut beroperasi. Persediaan inilah yang
nantinya dijadikan sebagai stock awal dalam beroperasi. Stock awal ini
berupa barang yang besarnya ditentukan oleh pewaralaba dan pihak
terwaralaba berkewajiban mengganti stock awal tersebut dengan biaya
setara total harga barang yang menjadi stock awal. Penentuan stock awal ini
berdasarkan data permintaan produk yang terjadi untuk tiap bulannya.
13) Biaya Perpanjangan Kontrak
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba sebagai
bentuk perpanjangan dari kontrak waralaba. Jika tidak ingin memperpanjang
kontrak maka tidak wajib membayar biaya ini. Komponen pembentuk biaya
franchisee
perpanjangan kontrak ini adalah
commit
to user fee yang ditambah dengan biaya
IV-38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perizinan setelah kontrak sebelumnya dinyatakan habis. Waktu pembayaran
dari biaya ini adalah setiap 5 tahun sekali karena izin STPW hanya berlaku
selama 5 tahun dan selanjutnya harus diperpanjang.
4.2.2 Manajemen Pengembangan Ritel
A. Sumber Daya Manusia (SDM)
1.) Struktur Organisasi
Sebelum membuat sebuah struktur organisasi perlu mendefinisikan
terlebih dahulu tugas tugas yang ada dalam sebuah perusahaan.
Menurut Waters (2011), terdapat tugas pokok yang harus ada dalam
sebuah struktur perusahaan ritel. Penjabaran tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.14
Tabel 4.14. Penjabaran Fungsi pada Ritel
No
Jabatan
1.
Owner
2.
3.
Tugas
merupakan pemilik yang berkuasa dan
bertanggungjawab penuh atas kepemilikan perusahaan
Operational
merupakan orang yang bertanggungjawab penuh
Manager
terhadap kegiatan operational toko sehari – hari.
-Sales Counter a Pelayanan penjualan pada customer
b Penerimaan servis
c Pemesanan barang oleh customer
d Inventaris barang dagangan
-Cashier
a Pelayanan pembayaran barang yang dibeli oleh
customer.
b Pelayanan pembayaran barang yang diservis
c Pencatatan laporan keuangan harian
-Kurir
a Melayani jasa pengirimian kepada customer
-Teknisi
a Pelayanan servis pada customer
b Mampu menjelaskan kepada customer perihal
permasalahan
Finance
Bertanggung jawab penuh dalam hal mengelola
keuangan yang berhubungan dengan operasional ritel
-Finance
a. Menyusun anggaran belanja
b. Penggajian karyawan
c. Pemberian THR
d. Pemberian santunan karyawan
Accounting
a. Pencatatan laporan keuangan harian
b. Pembukuan laporan keuangan
(jurnal,neraca,laporan laba rugi, dll)
commit to user
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14. Penjabaran Fungsi pada Ritel (Lanjutan)
No
Jabatan
4.
Marketing
5.
6.
7.
8.
Tugas
a. Mengenalkan perusahaan serta produk yang dijual
kepada khalayak umum (masyarakat) dengan promosi
melalui berbagai macam media (promotion), hubungan
kemasyarakatan (public relations), maupun display di
toko (visual displays).
b. Menghasilkan ide dan gagasan untuk
memasyarakatkan produk
c. Bertanggungjawab melakukan pemilihan supplier
yang tepat untuk perusahaan.
Merchandising Bertugas dalam pembelian (buying), penjualan barang
(selling), perencanaan (planning), dan pengendalian
kapasitas (inventory control)
-Purchasing a. Perencanaan barang yang akan dibeli ke supplier
b. Pembelian sekaligus pembayaran barang dari
supplier
c. Pengiriman barang ke distributor
a. Pengeluaran barang dari gudang
-Inventory
b. Penerimaan barang dari supplier
c. Pengecekan kualitas (quality control)
Human
a. Mengadakan recruitmen karyawan baru
Relations
b. Training karyawan baru
c. Bertanggungjawab atas cuti / ijin karyawan
Information & Bertanggungjawab dalam pengelolaan information
Technology
technology dalam perusahaan
Security
Bertanggung jawab melindungi dan menjaga keamanan
toko dan perusahaan dari pencurian.
Setelah penjabaran fungsi masing – masing pekerjaan baru
kemudian dirancang struktur organisasi perusahaan. Salah satu bentuk
struktur organisasi untuk ritel menurut Utami (2010) adalah struktur
organisasi
fungsional,
dimana
struktur
organisasi
ini
disusun
berdasarkan fungsi yang dijalankan oleh masing – masing departemen
(bagian). Struktur ini cocok diterapkan pada ritel kategori printer dan
tinta karena dengan menggunakan struktur organisasi ini tanggung
jawab dilakukan oleh masing – masing bagian yang langsung
bertanggungjawab kepada atasan.
Struktur organisasi yang dirancang ada 2 buah, yaitu struktur
commit to user
organisasi untuk pewaralaba dan struktur organisasi untuk terwaralaba.
IV-40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6. Struktur Organisasi Pewaralaba
Penyusunan
struktur
organisasi
bagi
terwaralaba
harus
memperhatikan modal yang dimiliki karena semakin banyaknya
karyawan akan menyebabkan banyaknya pengeluaran yang harus
dikeluarkan tiap bulannya untuk penggajian. Oleh karena itu untuk
meminimalisasi biaya gaji karyawan, maka sebuah jabatan dapat
merangkap jabatan lain. Terdapat 3 skenario dalam perancangan
struktur organisasi bagi pihak terwaralaba.
Skenario 1 dilakukan dalam keadaan pihak terwaralaba baru saja
membuka gerai tokonya. Keadaan ini tidak membutuhkan karyawan
dalam jumlah yang banyak. Pada skenario 1, struktur organisasi
terwaralaba dikepalai oleh seorang store manager. Store manager bisa
sang terwaralaba sendiri atau menunjuk orang lain. Akan tetapi lebih
baik jika store manager merupakan pihak terwaralaba langsung karena
pengawasan yang dilakukan dapat berjalan aktif. Untuk fungsi
marketing accounting, dan finance dilakukan oleh store manager.
Sedangkan fungsi purchasing dan inventory digabung menjadi satu
menjadi merchandising dan fungsi HRD, IT , dan security dihilangkan.
Struktur organisasi untuk skenario 1 dapat dilihat pada gambar 4.7
commit to user
IV-41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.7. Struktur Organisasi Terwaralaba (Skenario 1)
Skenario 2 seperti ditunjukkan pada gambar 4.8 dilakukan dalam
keadaan bisnis terwaralaba sudah berkembang cukup baik. Keadaan ini
membutuhkan karyawan dalam jumlah yang banyak sehingga harus
dilakukan pemecahan jabatan. Berbeda dengan skenario 1, fungsi
marketing dan accounting tidak dilakukan oleh store manager namun
berdiri sendiri, namun fungsi finance masih dilakukan oleh store
manager. Fungsi purchasing dan inventory juga tidak digabung
menjadi satu yaitu merchandising namun berdiri sendiri. Sedangkan
fungsi HRD, IT , dan security dihilangkan.
OWNER
Store Manager
Sales
Counter
Cashier
Kurir
Teknisi
Accounting
Marketing
Purchasing
Inventory
Gambar 4.8. Struktur Organisasi Terwaralaba (Skenario 2)
Fungsi human resource tidak penting bagi terwaralaba karena
sebagian tugasnya dikerjakan oleh pihak pewaralaba. Untuk tugas
human resource yang berhubungan
dengan kebutuhan karyawan seperti
commit to user
IV-42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cuti, libur dan lainnya menjadi tangggungjawab seorang store manager.
Untuk IT dan security merupakan optional (pilihan). Kedua fungsi
tersebut bisa diadakan atau tidak tergantung dari kebutuhan dan sumber
daya yang dimiliki. Jika pewaralaba memmpunyai bisnis waralaba yang
menggunakan IT, maka pihak terwaralaba juga wajib mempunyai
karyawan yang menguasai IT. Jika keadaan ini terjadi maka dapat
disebut sebagai skenario 3 dan bentuk struktur organisasinya dapat
dilihat pada gambar 4.9
Gambar 4.9. Struktur Organisasi Terwaralaba (Skenario 3)
2.) Jumlah SDM
Berdasarkan struktur organisasi yang dibuat maka kemudian dapat
dihitung alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh masing masing
pekerjaan. Dasar pengalokasian sumber daya ini adalah dengan melihat
tugas yang dimiliki oleh masing – masing jabatan. Untuk jabatan yang
berat alokasi sumber daya manusia lebih banyak. Alokasi sumber daya
manusia untuk usaha ritel kategori printer dan tinta dapat dilihat pada
tabel 4.15. sampai tabel 4.18.
commit to user
IV-43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15. Jumlah Sumber Daya Pewaralaba
No
Jabatan
1. Owner
2. Store Manager
-Sales Counter
-Cashier
-Kurir
-Teknisi
3. Finance
-Finance
-Accounting
4. Marketing
5. Merchandising
-Purchasing
-Inventory
6. Human Relations
7. Information & Technology
8. Security
Total
Jumlah
1 orang
1 orang
3 orang
2 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
18 orang
Tabel 4.16. Jumlah Sumber Daya Terwaralaba (Skenario 1)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jabatan
Store Manager
Sales Counter
Cashier
Kurir
Teknisi
Merchandising
Total
Jumlah
1 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
1 orang
10 orang
Tabel 4.17. Jumlah Sumber Daya Terwaralaba (Skenario 2)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jabatan
Store Manager
Sales Counter
Cashier
Kurir
Teknisi
Accounting
Marketing
Purchasing
Inventory
Total
commit to user
IV-44
Jumlah
1 orang
2 orang
2 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
12 orang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.18. Jumlah Sumber Daya Terwaralaba (Skenario 3)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
7.
8.
Jabatan
Store Manager
Sales Counter
Cashier
Kurir
Teknisi
Accounting
Marketing
Purchasing
Inventory
Information & Technology
Security
Total
Jumlah
1 orang
2 orang
2 orang
1 orang
3 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
15 orang
3.) Sistem Rekrutmen Karyawan
Perekrutan karyawan merupakan proses mendapatkan orang yang
dijadikan sebagai karyawan perusahaan. Nantinya karyawan tersebut
bisa ditempatkan di toko ataupun di kantor pusat. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk melakukan perekrutan karyawan, diantaranya :
a)
Cara kerjasama, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Cara ini dipilih karena para
lulusan SMK merupakan tenaga yang terlatih untuk langsung
terjun di dunia usaha.
b)
Iklan di media, yaitu dengan melakukan pemasangan info
lowongan kerja di semua media baik koran, TV, ataupun radio.
c)
Rekomendasi, yaitu dengan mempertimbangkan sumber daya
manusia yang direkomendasikan oleh pihak terwaralaba. Dalam
hal ini pihak terwaralaba yang memilih calon calon pegawai dan
kemudian mengajukan calon – calon tersebut untuk diseleksi oleh
pewaralaba. Jika memenuhi standar yang ditetapkan maka calon –
calon tersebut dapat direkrut menjadi pegawai.
Adapun standar yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam
melakukan perekrutan karyawan, antara lain:
a) Pria/ Wanita;
user dibutuhkan karyawan pria.
Untuk posisi kurir,commit
teknisi,to
security
IV-45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Pendidikan Minimal SMA/SMK;
c) Menguasai Komputer & Ms. Office (terutama Ms.Word dan
Ms.Excell);
d) Lebih diutamakan memiliki SIM C;
e) Lebih diutamakan memiliki memiliki kendaraan pribadi;
f) Lebih diutamakan telah bekerja di perusahaan sejenis sebelumnya;
g) Memiliki pengalaman dibidang retail, printer, dan tinta ;
h) Mampu bekerja dibawah tekanan;
i) Ulet, teliti, cekatan dan mau bekerja keras;
j) Mempunyai relasi yang luas;
k) Bersedia ditempatkan diseluruh unit kerja perusahaan.
B. Pemilihan Lokasi
1) Penentuan Lokasi
Lokasi merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
perkembangan dari usaha yang didirikan. Jika lokasi yang dipilih salah
maka akan mengakibatkan usaha tidak sukses. Untuk penentuan lokasi
dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
a)
Rekomendasi,
yaitu
dengan
mempertimbangkan
lokasi
yang
direkomendasikan oleh pihak terwaralaba. Dalam hal ini pihak
terwaralaba yang memilih dan kemudian mengajukan lokasi tersebut
untuk diseleksi oleh pewaralaba. Jika lokasi tersebut memenuhi standar
yang ditetapkan maka lokasi tersebut dapat dipilih.
b) Pihak pewaralaba melakukan survei lokasi terlebih dahulu mengenai
tempat yang akan dijadikan calon lokasi berdirinya usaha.
2.) Standar Lokasi
Adapun standar lokasi yang dapat dijadikan acuan dalam memilih
lokasi untuk tempat usaha ini antara lain :
a) Dekat dengan kompleks perkantoran/ instansi pemerintah;
b) Lokasi jauh dari kompetitor sejenis;
c) Lokasi terletak dekat dengan jalan raya;
d) Lokasi dekat dengan kawasan
warga/ asrama mahasiswa;
commitpemukiman
to user
IV-46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Kemudahan akses transportasi mencapai lokasi;
f) Mempunyai tempat parkir.
Lokasi yang akan digunakan sebagai tempat berdirinya usaha
disarankan dengan menggunakan sistem sewa karena resiko sewa lebih kecil
jika dibandingkan dengan membangun toko dari awal yang membutuhkan
dana pembangunan yang besar. Lebih baik lagi jika terwaralaba mempunyai
lokasi sendiri yang merupakan milik pribadi. Hal ini dapat mengurangi
biaya operasional sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi sedikit.
C. Keuangan
1) Pelaporan Keuangan Harian
Pelaporan keuangan harian merupakan aktivitas melaporkan segala
bentuk transaksi yang terjadi dalam satu hari kerja. Transaksi yang
dilaporkan merupakan transaksi keuangan baik berupa pembelian maupun
penjualan. Dari hasil benchmarking, dalam pelaporan keuangan harian ada
dua cara yang dapat dipilih, diantaranya :
a.
Pelaporan Keuangan Terpusat
Pelaporan keuangan terpusat berarti segala bentuk laporan keuangan
yang menangani adalah pusat yang dalam hal ini adalah pewaralaba. Dalam
cara ini, pihak terwaralaba tidak menangani keuangan usaha tiap hari secara
langsung karena laporan keuangannya langsung dilaporkan untuk kemudian
dikerjakan oleh pihak pewaralaba. Jika menggunakan sistem seperti ini
dapat memilih alternatif cara, yaitu
1.
Pihak terwaralaba membuka rekening atas nama pribadi dan rekening
atas usahanya. Setiap hari karyawan toko melakukan penyetoran atas
keuangan pada hari itu ke rekening pewaralaba. Pihak pewaralaba yang
akan menangani segala bentuk pembiayaan termasuk biaya operasional.
Biaya biaya yang menjadi kewajiban dari pihak terwaralaba akan
dipotong
langsung oleh pewaralaba. Hasil bersih keuntugan dan
laporan keuangan akan dikirim tiap bulan ke rekening terwaralaba.
2.
Setiap hari pada saat ditutupnya pembukuan, hasil penjualan pada saat
itu setelah dihitung olehcommit
karyawan
toko lalu diserahkan kepada petugas
to user
IV-47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari pihak terwaralaba. Dalam hal ini baik petugas dari pihak
terwaralaba maupun pewaralaba mempunyai tanggungjawab terkait
dengan keuangan yang dilaporkan tersebut. Hasil penjualan yang
dibawa oleh petugas dari pewaralaba kemudian akan ditangani oleh
pewaralaba. Biaya biaya yang menjadi kewajiban dari pihak
terwaralaba akan dipotong
langsung oleh pewaralaba. Hasil bersih
keuntugan dan laporan keuangan akan dikirim tiap bulan ke rekening
terwaralaba.
Cara ini cocok diterapkan bagi usaha yang tidak membutuhkan peran
seorang pemilik waralaba secara penuh. Pihak terwaralaba bertindak pasif
karena segala sesuatunya telah dikerjakan oleh pewaralaba dan terwaralaba
hanya menerima laporan keuangan serta keuntungan tiap bulannya.
Kelebihan cara ini adalah cocok bagi pihak terwaralaba yang sibuk dan
tidak mempunyai waktu untuk mengurusi bisnisnya. Kekurangan dari cara
ini adalah pihak terwaralaba tidak dapat memantau secara langsung
perkembangan bisnisnya karena pihaknya hanya menerima laporan
keuangan serta keuntungan perbulannya tanpa mengetahui sejauhmana
perkembangan harian dari usahanya. Selain itu dengan menggunakan cara
ini maka pihak terwaralaba dikenakan administration fee sebagai ganti
dalam pengurusan administrasi yang dilakukan oleh pewaralaba.
b.
Pelaporan Keuangan oleh Cabang
Pelaporan keuangan oleh cabang berarti segala bentuk laporan
keuangan yang menangani adalah cabang langsung yang dalam hal ini
adalah pihak terwaralaba. Pihak terwaralaba bertanggungjawab penuh atas
laporan keuangan bisnisnya. Disini peran seorang pemilik waralaba sangat
penting. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan pelaporan keuangan
terpusat dimana peran serta terwaralaba tidak begitu penting. Kelebihan dari
cara ini adalah pihak terwaralaba mengetahui secara pasti bagaimana
laporan keuangan usahanya sehingga
dapat
diketahui sejauhmana
keberhasilan dan perkembangan usahanya. Kekurangan dari cara ini adalah
pihak terwaralaba membutuhkan tenaga yang mampu mengerjakan dan
bertanggungjawab penuh atas
perhitungan
commit
to userlaporan keuangan tersebut.
IV-48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Penggajian Karyawan
Penggajian karyawan merupakan pekerjaan membayar tenaga kerja
dengan imbalan berupa uang. Sistem penggajian yang tepat bagi usaha ritel
jenis printer dan tinta adalah pembayaran gaji tiap bulan. Hal ini lebih
memudahkan daripada penggajian yang dilakukan tiap hari ataupun tiap
minggu. Berdasarkan hasil benchmarking, dalam melakukan penggajian ada
2 cara yang dapat dipilih. Hal ini berkaitan dengan cara pelaporan keuangan
yang digunakan oleh terwaralaba.
1.
Jika menggunakan cara pelaporan keuangan terpusat, maka yang
menentukan besarnya gaji adalah pihak terwaralaba. Gaji langsung
dibayarkan kepada karyawan melalui kepala toko. Tiap bulannya dari
hasil penjualan yang dihasilkan oleh sebuah toko akan dihitung
besarnya pengeluaran untuk pembayaran gaji oleh pewaralaba. Setelah
itu biaya penggajian tersebut ditransfer ke rekening toko, Kepala toko
yang
berkewajiban
mengambil
biaya
tersebut
dan
kemudian
membagikan kepada para karyawan.
2.
Jika menggunakan cara pelaporan keuangan oleh cabang, yang
menentukan besarnya gaji adalah pihak terwaralaba dengan koordinasi
dari pewaralaba. Setiap bulannya dari hasil penjualan setelah dipotong
biaya
operasional
dan
lainnya
akan
didapatkan
keuntungan.
Keuntungan akan menjadi milik dari pihak terwaralaba. Biaya yang
dipotong termasuk biaya untuk penggajian karyawan akan langsung
dibayarkan oleh pihak terwaralaba langsung ke karyawannya pada akhir
bulan.
D. Manajemen Relasional
1) Loyalitas Pelanggan
Loyalitas merupakan kesetiaan terhadap sesuatu. Loyalitas penting bagi
sebuah usaha agar terus berkembang karena loyalitas berhubungan dengan
pelanggan.
commit to user
IV-49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan
yaitu :
1.
Reward/ penghargaan
Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan penghargaan terhadap
pelanggan pelanggan yang setia. Penghargaan dapat berupa diskon ataupun
hadiah langsung.
2.
Membership/ keanggotaan.
Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat sebuah kartu anggota bagi
para konsumen. Bagi konsumen yang mempunyai kartu ini akan diberikan
berbagai fasilitas istimewa seperti potongan diskon, hadiah langsung dan
lainnya yang berbeda dengan konsumen yang tidak memiliki kartu.
3.
Milis atau group
Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat sebuah perkumpulan berupa
group atau milis baik melalui media internet atau langsung. Dengan adanya
perkumpulan semacam ini maka informasi mengenai usaha terwaralaba
khususnya informasi mengenai promo produk dapat tersampaikan dengan
baik. Selain itu kehadiran perkumpulan atau milis ini dapat digunakan
sebagai alat monitoring pelayanan yang dilakukan.
Ketiga cara tersebut dapat meningkatkan loyalitas konsumen terhadap
usaha terwaralaba sekaligus juga akan meningkatkan trafik penjualan.
E. Strategi Pemasaran
1) Promosi Barang
Kegiatan promosi penting untuk dilakukan karena kegiatan ini
mempengaruhi persepsi, sikap, dan perilaku konsumen terhadap usaha
pewaralaba yang sedang dijalankan. Strategi promosi yang bisa dilakukan
untuk usaha ini antara lain:

Melalui iklan, yaitu dengan media TV (lokal maupun nasional, radio,
surat kabar, spanduk dan majalah.

Penjualan langsung, yaitu dengan promosi ke kantor – kantor dan
instansi pemerintahan.
commit to user
IV-50
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
Promosi penjualan, yaitu dengan memberikan kupon hadiah serta
mengikuti pameran komputer dan elektronik.

Diskon selama masa pembukaan toko.

Papan nama, yaitu dengan menempatkan sebuah papan nama di depan
toko yang memudahkan dalam memberikan informasi kepada
konsumen

Web, yaitu dengan membuat sebuah web online bagi toko. Hal ini
sangat memudahkan bagi konsumen jika ingin melihat barang yang
dijual oleh toko serta jika ingin melakukan pembelian secara online.

Milis atau group, yaitu dengan menyebarkan informasi berupa promosi
kepada perkumpulan atau komunitas yang dibuat.

Melalui situs pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan
lainnya.
4.2.3 Manajemen Barang Dagangan
A. Perencanaan Dan Pengelolaan Barang
1) Sistem Distribusi Barang
Distribusi berkaitan dengan aktivitas pengiriman barang dari
pewaralaba ke pihak terwaralaba. Dari hasil benchmarking, skema
distribusi barang untuk ritel kategori printer dan tinta dapat dilihat pada
gambar 4.10.
commit to user
IV-51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.10. Skema Distribusi dengan 1 Gudang
Dari gambar 4.10 dapat dilihat bahwa pewaralaba memiliki
gudang yang menjadi satu dengan kantor pusat. Dari gudang tersebut
produk didistribusikan langsung ke tempat terwaralaba. Skema ini
cocok untuk bisnis waralaba yang baru saja berkembang dan belum
begitu besar. Kedekatan gudang dengan tempat terwaralaba sangat
penting kaitannya. Skema distribusi ini disebut sebagai sistem gudang
pribadi atau gudang swasta (Firmansyah, 2011)
Jika nanti waralaba telah berkembang pesat dan memiliki area
pengiriman yang luas maka perlu dibuat skema distribusi yang lebih
besar dengan menempatkan lokasi gudang sesuai dengan kedekatan
pada lokasi terwaralaba. Gudang ini disebut sebagai gudang distribution
centre (Firmansyah, 2011). Skema distribusi tersebut dapat dilihat pada
gambar 4.11.
commit to user
IV-52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.11. Skema Distribusi dengan lebih dari 1 Gudang
2)
Hubungan dengan Supplier
Supplier
yang
menjadi
rekanan
bisnis
dari
pewaralaba
mempunyai peranan penting dalam proses distribusi barang. Pemilihan
supplier menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk ritel
kategori printer dan tinta ini pemilihan supplier ditentukan langsung
oleh pewaralaba. Pihak terwaralaba tidak diperkenankan mengadakan
perjanjian dengan supplier lain tanpa sepengetahuan pewaralaba. Hal
ini menjadi salah satu perjanjian antara pewaralaba dengan terwaralaba.
Pemilihan supplier yang baik sangat menentukan keberhasilan
usaha karena hal ini berhubungan dengan kualitas pelayanan yang
diberikan. Oleh karena itu dalam melakukan pemilihan supplier harus
dilakukan dengan sangat teliti.
commit to user
IV-53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut ini merupakan beberapa panduan dalam memilih supplier
menurut Raharjo (2001).
a.
Ketepatan waktu pelayanan. Hal yang harus diperhatikan di sini
berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu penyerahan;
b.
Akurasi pelayanan, berkaitan dengan pelayanan yang dapat
diandalkan dan bebas dari kesalahan – kesalahan;
c.
Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan;
d.
Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan
penanganan keluhan;
e.
Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan
sarana pendukung;
f.
Kemudahan mendapatkan pelayanan;
g.
Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan
permintaan khusus dan lain – lain.
3)
Pengiriman Barang
Pengiriman barang dari pewaralaba ke terwaralaba perlu
diperhatikan tingkat keefisienannya. Pengiriman tiap hari tidak cocok
digunakan untuk produk printer dan tinta karena kebutuhan akan kedua
barang ini bukan termasuk kebutuhan yang mendesak setiap hari. Pola
pengiriman yang dapat diterapkan adalah dengan menunggu pesanan
dari terwaralaba. Dalam sebulan pihak terwaralaba akan melakukan
pemesanan
sebanyak
berapa
terwaralaba. Pewaralaba
kali
tergantung
dari
berkewajiban memenuhi
kebutuhan
pesanan dari
terwaralaba dengan mengirimkan barang sesuai dengan waktu yang
ditentukan oleh terwaralaba. Hal ini lebih efisien jika dibandingkan
dengan pengiriman barang setiap hari.
Pada pengiriman barang terdapat aktivitas pembelian barang dan
pemesanan barang oleh konsumen/ terwaralaba. Untuk melihat
sejauhmana keefektifitasan dari aktivitas pengiriman barang dapat
dilihat dari laporan dan dokumen yang terkait. Adapun laporan dan
dokumen tersebut antaracommit
lain : to user
IV-54
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Form Sales Order
Form ini digunakan dalam aktivitas penerimaan order dari
konsumen/ terwaralaba yang memuat informasi mengenai :

Nomor Sales Order (SO)

Tanggal terjadinya order

Tanggal kirim produk

Model pembayaran (debet/cash)

Nama dan Alamat Konsumen/Terwaralaba

Kriteria produk (nama produk,jumlah pesan, satuan produk,harga
satuan)

Catatan (diskon, uang muka)

Tanda tangan penanggungjawab
b.
Form Faktur Penjualan
Form ini dikeluarkan atas barang – barang yang dijual ke
konsumen/ terwaralaba yang memuat informasi mengenai :

Nomor Sales Order (SO)

Nomor Faktur penjualan

Tanggal pembuatan faktur

Nama dan Alamat Konsumen/Terwaralaba

Kriteria produk (nama produk,jumlah pesan, satuan produk,harga
satuan dan total harga)

Tanda tangan penanggungjawab
c.
Kartu Gudang
Kartu gudang digunakan untuk mencatat aktivitas keluar masuk
barang yang memuat informasi mengenai :

Nomor Kartu Gudang

Nama Barang

Tanggal Masuk Barang

Tanggal Keluar Barang

Sisa Barang
commit to user
IV-55
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
Kriteria Produk (Jumlah barang, satuan, harga barang, dan total
harga)

Tanda tangan penanggungjawab
d.
Form Delivery Order
Form ini merupakan surat jalan yang diberikan kepada konsumen/
terwaralaba terkait dengan pengiriman barang yang dibeli/dipesan.
Form ini memuat informasi mengenai :

Nomor form

Tanggal pengiriman barang

Nama dan alamat konsumen/terwaralaba

Barang yang dikirim (nama barang, jumlah barang, satuan barang,
harga)

No kendaraan yang dipakai untuk mengirim

Tanda tangan konsumen/terwaralaba dan petugas pengirim.
e.
Form Retur Barang
Form ini digunakan untuk pengembalian barang oleh konsumen/
terwaralaba karena terdapat hal – hal yang tidak diinginkan yang ada
pada barang. Form ini memuat informasi mengenai :

Nomor Form retur

Tanggal pengiriman barang

Nama dan alamat konsumen/terwaralaba

Barang yang dikembalikan ( nama barang, jumlah barang, satuan
barang, harga)

Alasan pengembalian barang

Tanda tangan penanggungjawab
f.
Laporan Keuangan
Form ini digunakan untuk mengetahui aktivitas keuangan yang
terjadi baik harian, bulanan atau waktu – waktu yang ditetapkan. Form
ini memuat informasi mengenai :

Nomor Laporan Keuangan

Tanggal pembuatan laporan
commit to user
Pemasukan

IV-56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

Pengeluaran

Saldo

Tanda tangan penanggungjawab
4)
Pemesanan Barang
Pemesanan barang oleh terwaralaba dapat dilakukan secara
manual atau melalui sistem yang terintegrasi dengan bantuan teknologi
komputer.
Sistem
yang
terkomputerisasi
memudahkan
dalam
pemesanan barang karena pewaralaba langsung dapat mengetahui
kondisi dari persediaan barang secara langsung sehingga dapat
diketahui kapan waktu pengiriman yang sesuai. Namun cara ini
membutuhkan dukungan teknologi yang besar dan tepat diterapkan bagi
usaha waralaba yang memiliki banyak terwaralaba yang tersebar luas.
Bagi usaha waralaba yang belum begitu besar lebih tepat menggunakan
cara pemesanan manual melalui telepon atau email. Hal ini lebih mudah
dilakukan, efisien serta menghemat biaya.
Dalam pemesanan barang terdapat aktivitas pembelian dan
pemesanan barang. Untuk melihat sejauhmana keefektifitasan dari
aktivitas pemesanan barang dapat dilihat dari laporan dan dokumen
yang terkait. Adapun laporan dan dokumen tersebut antara lain :
a.
Form Purchase Request Barang
Form ini digunakan untuk mengajukan permintaan barang ke
bagian keuangan untuk meminta persetujuan pembelian. Form ini
memuat informasi mengenai :

Nomor Form Purchase Request

Tanggal permintaan barang

Barang yang diminta ( nama barang, jumlah kembali,satuan
produk, harga)

Tanda tangan penanggungjawab
b.
Form Purchase Order Barang
Bagi pewaralaba form ini digunakan untuk mengajukan
pembelian barang ke supplier, sedangkan bagi pihak terwaralaba form
commit to user
IV-57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini digunakan untuk mengajukan pembelian barang ke pewaralaba.
Form ini memuat informasi mengenai :

Nomor Form Purchase Order

Tanggal pembelian barang

Barang yang diminta ( nama barang, jumlah kembali,satuan
produk, harga)

Tanda tangan penanggungjawab
c.
Form Bukti Terima Barang
Bagi pewaralaba form ini merupakan form bukti penerimaan
barang dari supplier, sedangkan bagi terwaralaba form ini merupakan
form bukti penerimaan barang dari pewaralaba. Form ini memuat
informasi mengenai :

Nomor Bukti Terima Barang

Nomor Purchase Order

Nomor Delivery Order

Tanggal terima barang

Nama pengirim barang

Barang yang diminta ( nama barang, jumlah kembali,satuan
produk, harga)

Tanda tangan pengirim dan penerima barang
B. Harga Jual Barang
1)
Penetapan Harga Barang
Harga suatu barang yang dijual oleh terwaralaba harus sesuai
dengan standar harga yang ditetapkan oleh pewaralaba. Dalam hal ini
pewaralaba
berkewajiban
berkewajiban
menaati
menetapkan
peraturan
harga
harga
yang
dan
terwaralaba
ditetapkan
oleh
pewaralaba. Strategi yang bisa diterapkan dalam penetapan harga jual
menurut Utami (2010) antara lain :

Penetapan harga di bawah harga pasar

Penetapan harga sama dengan harga pasar
commit to user
Penetapan harga di atas harga pasar

IV-58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penetapan harga dengan melihat harga pasar adalah dengan
memperhatikan harga yang ditawarkan oleh competitor/ pesaing
sejenis. Penetapan harga dilakukan dengan memperhatikan margin
keuntungan yang diambil. Penetapan harga di bawah harga pasar berarti
mengambil margin keuntungan lebih kecil daripada margin keuntungan
yang diambil oleh competitor/ pesaing. Penetapan harga sama dengan
harga pasar berarti mengambil margin keuntungan sama dengan margin
keuntungan yang diambil oleh competitor/ pesaing.
Sedangkan
penetapan harga di atas harga pasar berarti mengambil margin
keuntungan lebih besar daripada margin keuntungan yang diambil oleh
competitor/ pesaing.
Bagi usaha yang sudah dikenal dan memiliki reputasi yang baik di
masyarakat, maka penetapan harga di atas harga pasar bisa menjadi
pilihan yang tepat, namun bagi usaha yang baru saja berkembang
pilihan ini tidak tepat karena tidak akan membuat penjualan meningkat
karena mereka belum dikenal pasar. Penetapan harga yang sesuai
adalah dengan melakukkan penetapan harga sama dengan harga pasar.
Namun pemilihan cara ini perlu ditunjang dengan peningkatan kualitas
layanan dan juga biaya operasional yang dikeluarkan. Hal yang tidak
boleh terjadi adalah jika menetapkan harga namun tidak memperhatikan
biaya operasional yang dikeluarkan.
Salah satu hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
menentukan harga jual adalah dengan menggunakan penetapan harga
ganjil (Ma’ruf,2005). Harga ganjil yang dimaksud merupakan harga
yang berakhir dalam jumlah atau bilangan yang ganjil. Sebagai contoh
dengan penetapan harga Rp 399.900,00 merupakan harga yang lebih
murah bagi konsumen dibandingkan dengan harga Rp 400.000,00.
C. Pemeriksaan Kualitas
1)
Sistem Pemeriksaan Barang
Pengecekan kualitas penting untuk dilakukan dan ini berlaku bagi
pewaralaba dan juga terwaralaba.
Bagi pewaralaba pengecekan kualitas
commit to user
IV-59
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan
digilib.uns.ac.id
untuk
mengecek
sejauhmana
kualitas
barang
yang
diterimanya dari supplier. Usaha kategori printer dan tinta ini
mendapatkan barang dari supplier, oleh karena itu penting untuk
dilakukan pengecekan kualitas dari barang sebelum barang tersebut
didistribusikan ke terwaralaba. Pengecekan kualitas yang dilakukan
termasuk memastikan ada atau tidaknya garansi pada produk. Karena
biasanya produk yang didistribusikan dalam kondisi tersegel maka tidak
mungkin dilakukan pengecekan kualitas dengan membuka segel. Oleh
karena itu pengecekan kualitas difokuskan pada keadaan bumgkus
barang.
Rusak atau tidaknya kardus barang kadang menunjukkan
bahwa barang di dalam telah mengalami perlakuaan yang tidak baik
selama proses pengiriman. Barang dengan keadaan kardus yang rusak
bisa ditukarkan kembali ke supplier sebelum didistribusikan ke
terwaralaba. Hal ini untuk mengantisipasi barang rusak yang diterima
oleh konsumen.
4.2.4 Manajemen Toko
A. Layout Toko
1) Desain Toko
Desain toko yang menarik harus diperhatikan karena merupakan
salah satu daya tarik bagi konsumen. Desain toko yang menarik dapat
menjadikan keunikan tersendiri yang menjadikan pembeda dengan yang
lain. Desain toko bagi setiap terwaralaba harus sama dan identik karena
hal tersebut dapat dijadikan sebuah keunikan atau cirri khas tersendiri
yang membedakan dengan kompetitor lainnya. Hal tersebut juga
memudahkan konsumen dalam mengingat karena hal yang unik
biasanya akan diingat. Menurut Utami (2010), dalam mendesain sebuah
toko harus memperhatikan beberapa aspek yang dapat dilihat pada tabel
4.19.
commit to user
IV-60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19. Aspek dalam Mendesain Toko
Aspek Desain
Toko
Desain Toko
Tata Letak
Produk
Komunikasi
visual
Penerangan
Warna
Musik
Keterangan
harus sesuai dengan strategi dan image perusahaan
harus bisa mempengaruhi psikologis pembeli
mempertimbangkan anggaran
penempatan pintu masuk
penerangan di luar toko
pengaturan jendela dan dinding
pengaturan papan reklame
ketinggian langit - langit dengan lantai
menarik
mudah dalam pengambilan
menggunakan media papan, gambar, grafik
penggunaan media sesuai dengan strategi dan image
perusahaan
harus diperhatikan ke uptodate an penggunaan
media
pembuatan media harus semenarik mungkin
memperhatikan pencahayaan yang sesuai, tidak
terlalu terang dan tidak terlalu gelap
menggunakan lampu sorot produk
menggunakan warna warna yang mempengaruhi
psikologis
memilih warna yang mengesankan kebersihan
seperti putih
memilih warna yang mampu membangun mood
pembeli seperti hijau dan biru
menggunakan musik yang mewakili image
perusahaan (jingle)
memilih musik yang berirama atraktif
2) Ukuran Toko
Luas yang diperlukan untuk usaha ritel kategori printer dan tinta ini
adalah minimal 45 m2 (tidak termasuk parkir). Kebutuhan akan ruang
dalam toko antara lain :
a. Gudang barang, minimal luas 12 m2
b. Ruang Store Manager, minimal 9 m2
c. Ruang Teknisi, minimal 9 m2
d. Ruang Pelayanan (display produk, kasir) minimal 15 m2
commit to user
e. Parkir, minimal luas 15 m2
IV-61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pelayanan
1)
Waktu Pelayanan
Jam buka toko untuk ritel kategori printer dan tinta ini adalah dari
pukul 08.00 sampai 20.00. Ada alternatif jam operasi lain yaitu 24 jam,
namun untuk ritel jenis ini jam operasi tersebut tidak tepat karena
kebutuhan akan printer dan tinta bukan kebutuhan yang mendesak
seperti halnya obat di apotik. Ritel kategori ini buka setiap hari dari
senin hingga minggu dengan pertimbangan bahwa hari minggu
merupakan hari yang potensial karena banyak toko yang tutup ketika
hari minggu.
2)
Shift Kerja
Sesuai dengan Undang Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa waktu kerja untuk satu minggu
yang terdiri dari 6 hari kerja adalah maksimal 7 jam, dan jika terdiri
dari 5 hari kerja adalah maksimal 8 jam. Sehingga jika disesuaikan
dengan jam operasi ritel kategori ini yang buka selama 7 hari dalam
seminggu, maka waktu kerja yang sesuai adalah 6 jam sehari. Sehingga
shift atau pembagian kerja ada 2 yaitu dari jam 08.00 – 14.00 dan 14.00
– 20.00.
3)
Penerimaan Pesanan oleh Konsumen
Salah satu fasilitas dalam pelayanan adalah memberikan
kemudahan kepada konsumen dalam mendapatkan pelayanan yang
diinginkan. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya kemudahan
konsumen dalam memesan produk yang akan dibelinya. Konsumen
dapat menghubungi toko melalui telepon untuk mendapatkan informasi
apakah produk yang diinginkan tersebut tersedia atau tidak. Hal ini
akan memudahkan konsumen daripada mereka datang ke toko
langsung. Jika nantinya didukung oleh IT yang memadai maka pesanan
dapat dilakukan secara online dengan melakukan pemesanan via
internet dari web yang dimiliki oleh toko terwaralaba.
commit to user
IV-62
perpustakaan.uns.ac.id
4)
digilib.uns.ac.id
Pengiriman Barang ke Konsumen
Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas pengiriman
barang. Konsumen akan merasakan kenyamanan dan kemudahan dalam
pembelian melalui pengiriman. Pengiriman barang dilakukan oleh kurir
jika lokasi konsumen dekat dan masih dalam satu wilayah. Jika
lokasinya jauh maka pengiriman dilakukan dengan bekerjasama dengan
agen pengiriman barang.
5)
Fasilitas Pembayaran
Konsumen dalam membeli barang biasanya menggunakan uang
tunai, namun akan lebih baik jika diberikan alternatif lain yaitu
pembayaran
melalui kartu kredit. Hal ini memudahkan konsumen
terlebih lagi jika pembelian yang dilakukan dalam jumlah besar.
6)
Fasilitas Parkir
Fasilitas parkir termasuk area parkir yang luas dan kedekatan area
parkir dengan pintu masuk harus diperhatikan. Hal ini dapat
memudahkan konsumen dalam membeli produk ke toko. Luas lahan
yang dapat dijadikan tempat parkir adalah minimal 15 m2.
C. Penanganan Komplain/ Keluhan
Komplain atau keluhan merupakan wujud ketidakpuasan akan
pelayanan yang diberikan. Untuk mengatasi hal tersebut dapat
digunakan beberapa cara, yaitu:

Konsumen datang langsung
Konsumen yang ingin menyampaikan komplain atau keluhan
kepada toko dapat menyampaikannya secara langsung dengan
datang ke toko. Komplain atau keluhan tersebut akan ditangani
oleh petugas toko untuk kemudian diselesaikan dan dicarikan
solusi bersama.

Kotak Saran
Kotak ini berisi saran dan kritik yang ditujukan kepada toko.
Konsumen yang kurang puas terhadap pelayanan yang didapatkan
commit to user
IV-63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat menuliskan keluhan, kritik, maupun saran pada sebuah
lembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam kotak saran.

Nomor Pengaduan
Nomor pengaduan ini dimaksudkan sebagai media konsumen yang
ingin menyampaikan keluhan, kritik, maupun saran atas pelayanan
toko via telepon. Konsumen dapat menyampaikan keluhannya
melalui pesan singkat (sms) ataupun berbicara langsung melalui
telepon.

Web dan email
Web dan email ini dimaksudkan sebagai media konsumen yang
ingin menyampaikan keluhan, kritik, maupun saran atas pelayanan
toko dengan menggunakan media internet.

Milis atau group
Konsumen yang terdaftar sebagai anggota milis atau group
merupakan konsumen yang memiliki loyalitas tinggi terhadap
perusahaan. Oleh karena itu komplain atau keluhan dari mereka
sangat membantu bagi kemajuan usaha.
commit to user
IV-64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBUATAN DAN ANALISIS PROSPEKTUS PENAWARAN
Bab ini menjelaskan mengenai implementasi sistem yang dilakukan dengan
membuat sebuah prospektus penawaran dan kemudian dilakukan analisis terhadap
prospektus penawaran tersebut.
5.1
Pembuatan Prospektus Penawaran
Prospektus penawaran merupakan sebuah dokumen tertulis yang berisi
keterangan terperinci mengenai pewaralaba. Prospektus inilah yang nantinya
diberikan kepada terwaralaba sebagai panduan dalam menjalankan usahanya.
Prospektus penawaran dibuat berdasarkan sistem manajemen waralaba
untuk kategori printer dan tinta yang telah dirancang sebelumnya. Sistem yang
telah dirancang tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi tempat
implementasi sistem, yaitu Aston Printer Center. Penjelasan lebih lanjut mengenai
prospektus penawaran dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.2
Analisis Perancangan Prospektus Penawaran
Setelah prospektus dibuat dengan melihat kondisi tempat implementasi
yaitu Aston Printer Center, kemudian dilakukan analisis terhadap prospektus
tersebut. Analisis ini menunjukan sejauhmana hubungan antara sistem yang telah
dirancang dengan prospektus penawaran yang dibuat sebagai hasil dari
implementasi sistem.
5.2.1 Analisis Manajemen Kemitraan
Dari hasil perancangan sistem terdapat tiga aspek rancangan untuk
manajemen kemitraan yang digunakan dasar dalam perancangan prospektus
penawaran, yaitu aspek bentuk kemitraan, aspek hukum dan perizinan, dan aspek
struktur finansial.
Pada aspek bentuk kemitraan, bentuk kepemilikan pada Aston Printer
Center menggunakan sistem kepemilikan toko baru dimana sistem ini merupakan
sistem waralaba pada umumnya dengan investasi awal sepenuhnya ditanggung
commit
to usersaat ini oleh Aston Printer Center,
pihak terwaralaba. Sistem ini dapat
diterapkan
V-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
namun sebaiknya Aston Printer Center memperhatikan alternatif lain sistem
kepemilikan waralaba, yaitu sistem waralaba take over.
Perbandingan kedua
sistem tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1. Perbandingan Waralaba Toko Baru dan Take Over
Waralaba Toko Baru
Waralaba Take Over
- Investasi kecil
- Investasi besar
- Dimulai dari awal
- Sudah berjalan
- Diurus oleh terwaralaba
- Diurus oleh pewaralaba
- Belum menjanjikan keuntungan
- Sudah menjanjikan keuntungan
- Belum dapat diprediksi
- Lebih aman
Waralaba take over relatif lebih aman dan sudah teruji menguntungkan
karena operasionalnya dikerjakan sendiri, namun nilai investasinya lebih tinggi
dibandingkan dengan membuka toko baru karena ada biaya toko sejak dibuka
hingga mencapai kondisi mapan. Sedangkan waralaba toko baru belum tentu
dalam kondisi aman karena operasional toko ditangani langsung oleh terwaralaba
sehingga monitoring dari pihak pewaralaba tidak bisa 100 %. Salah satu kelebihan
waralaba take over adalah keadaan yang sudah teruji menguntungkan sehingga
akan lebih menarik minat calon terwaralaba untuk berinvestasi dibandingkan
dengan waralaba toko baru yang harus dimulai dari awal.
Syarat dan ketentuan menjadi terwaralaba Aston Printer Center menjelaskan
mengenai item item yang harus dipenuhi oleh calon terwaralaba jika ingin
menjadi terwaralaba Aston Printer Center. Syarat dan ketentuan tersebut wajib
dijadikan pedoman oleh pihak Aston Printer Center dalam memilih calon
terwaralaba. Dalam pemilihan calon terwaralaba hendaknya Aston Printer Center
memberlakukan aturan yang ketat dan tidak sembarangan dalam memilih. Hal ini
untuk mengantisipasi hal – hal buruk yang terjadi kemudian.
Alur kemitraan menjelaskan mengenai tahapan – tahapan dari seorang calon
terwaralaba yang dimulai dari awal hingga menjadi terwaralaba Aston Printer
commit to user
Center. Pada tahapan alur kemitraan, hal yang harus diperhatikan adalah pada saat
V-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan perjanjian waralaba. Pada saat ini semua biaya yang menjadi investasi
awal dalam pendirian waralaba Aston Printer Center harus dibayar lunas. Selain
itu Aston Printer Center wajib memastikan bahwa semua persyaratan yang
diperlukan dalam perjanjian telah terpenuhi dan tidak ada syarat yang bermasalah
secara hukum. Pada dokumen surat perjanjian waralaba antara Aston Printer
Center dengan terwaralaba, hal yang harus dikaji ulang adalah tidak adanya sanksi
yang diberikan kepada pihak pewaralaba jika melakukan pelanggaran. Sanksi
terhadap pelanggaran perjanjian hanya diberikan kepada terwaralaba namun tidak
bagi pewaralaba. Hal ini harus dikaji lagi karena bisnis waralaba merupakan
bisnis yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sehingga tidak boleh
terdapat hal yang merugikan bagi satu pihak atau menguntungkan pihak yang lain.
Tanggung jawab terwaralaba Aston Printer Center terhadap toko yang
dimilikinya adalah tanggung jawab aktif yang membutuhkan perhatian dan
tanggung jawab langsung pihak terwaralaba. Untuk saat ini tanggung jawab aktif
bisa dijalankan, namun sebaiknya Aston Printer Center tidak mengabaikan
kemungkinan untuk menerapkan tanggung jawab pasif di kemudian hari.
Perbedaan keduanya dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Perbandingan Tanggung Jawab Aktif dan Pasif
Aktif
Pasif
- Tanggung jawab terwaralaba besar
- Tanggung jawab terwaralaba kecil
- Toko diurus oleh terwaralaba
- Toko diurus oleh pewaralaba
- Laporan keuangan oleh cabang
- Laporan keuangan oleh pusat
- Cocok untuk entrepreneur
- Cocok untuk investor
- Tidak ada biaya administrasi
- Terdapat biaya administrasi
Tanggung jawab terwaralaba ini berhubungan dengan pelaporan keuangan
harian toko. Selama Aston Printer Center masih menerapkan sistem pelaporan
keuangan yang ditangani langsung oleh cabang, maka tanggung jawab
terwaralaba harus aktif. Namun Aston Printer Center juga tidak boleh
commit to user
mengabaikan karakteristik dan kemauan calon terwaralaba. Jika calon terwaralaba
V-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai jiwa entrepreneurship, maka tanggung jawab aktif lebih cocok
digunakan karena dibutuhkan peran serta dan tanggung jawab terwaralaba yang
besar. Selain itu dinamika dalam memimpin dan membesarkan toko akan menjadi
sebuah tantangan tersendiri bagi pihak terwaralaba. Tetapi jika calon terwaralaba
mempunyai jiwa seorang investor, maka tanggung jawab pasif lebih cocok
diterapkan. Hal ini dikarenakan prinsip seorang investor hanya menanamkan
modal saja dan berharap dapat keuntungan secepatnya, sehingga detail
operasional toko tidak diperhatikan. Oleh karena itu perlu campur tangan
langsung dari pihak pewaralaba dalam menanganinya. Tanggung jawab yang pasif
memunculkan biaya – biaya yang harus dikeluarkan oleh terwaralaba terkait
dengan penanganan langsung dari pewaralaba seperti biaya administrasi. Hal
tersebut merupakan keuntungan dari tanggung jawab pasif bagi pihak pewaralaba,
sedangkan bagi pihak terwaralaba keuntungan yang diperoleh adalah tidak
mengeluarkan tenaga yang besar dalam mengurus operasional toko.
Sistem training yang dilakukan oleh Aston Printer Center terhadap
karyawan pihak terwaralaba dilakukan sepenuhnya di kantor pusat Aston Printer
Center. Masa training selama tiga bulan dianggap sudah mencukupi dalam hal
penguasaan materi. Selain itu dengan adanya sistem monitoring terhadap
perkembangan karyawan pada saat terjun di toko terwaralaba, akan sangat
menguntungkan bagi pihak terwaralaba. Hal ini menunjukkan dukungan yang
tidak terputus oleh Aston Printer Center terhadap kualitas karyawan, karena
kualitas karyawan berakibat pada pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Strategi pembukaan toko bagi pihak terwaralaba diatur oleh Aston Printer
Center. Dalam hal ini Aston Printer Center mempunyai sebuah SOP tentang cara
pembukaan toko yang dilengkapi dengan strategi pemasaran. Hal ini
menguntungkan bagi pihak terwaralaba karena dengan mengikuti prosedur yang
ditentukan diharapkan dapat mengikuti kesuksesan yang diraih oleh Aston Printer
Center.
Konsultasi bagi terwaralaba dilayani selama masa perjanjian yaitu 5 tahun.
Konsultasi dilakukan dengan melalui media telepon, email atau datang langsung
to user
ke Aston Printer Center Pusat.commit
Kebijakan
ini sudah tepat dilakukan karena
V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsultasi merupakan salah satu hak yang wajib diterima oleh setiap terwaralaba
sebagai bentuk bantuan dukungan dari pewaralaba. Masa konsultasi 5 tahun sama
dengan masa perjanjian waralaba yang juga berakhir pada 5 tahun.
Monitoring Aston Printer Center terhadap terwaralaba dilakukan dalam
jangka waktu perjanjian waralaba selama 5 tahun. Monitoring dilakukan secara
berkala dengan melihat laporan keuangan terwaralaba. Selama ini monitoring
Aston Printer Center terhadap terwaralaba masih sangat kurang. Aston Printer
Center melakukan monitoring hanya pada saat terwaralaba mengalami kesulitan.
Jika nantinya Aston Printer Center menerapkan adanya royalty fee, maka
monitoring harus dilakukan secara insentif karena hal ini merupakan salah satu
bentuk tanggung jawab dan kewajiban Aston Printer Center terhadap terwaralaba.
Monitoring yang kurang dapat menyebabkan Aston Printer Center tidak
mengetahui perkembangan outlet terwaralaba dengan jelas. Hal ini dapat
berakibat negatif jika pelayanan terwaralaba buruk karena akan berpengaruh pada
citra Aston Printer Center.
Legalitas hukum Aston Printer Center telah terdaftar untuk merek tinta yaitu
amazINK. Merek yang telah terdaftar tersebut dapat menjadikan suatu identitas
bagi Aston Printer Center. Selain itu penggunaan merek amazINK juga
merupakan salah satu kriteria
yang harus dimiliki sebuah usaha agar dapat
digolongkan sebagai waralaba. Sehingga dengan demikian usaha Aston Printer
Center sudah siap untuk disebut sebagai waralaba.
Izin usaha Aston Printer Center ada dua macam yaitu izin untuk mendirikan
usaha yang terdiri dari SIUP, TDP, dan HO serta izin mendirikan waralaba yaitu
STPW Pemberi Waralaba. Dari kedua izin tersebut yang belum dimiliki adalah
STPW Pemberi Waralaba. Sebagai syarat izin mendirikan usaha semua dokumen
perizinan telah dimiliki oleh Aston Printer Center, namun untuk izin waralaba
Aston Printer Center belum mendapatkan izin karena Aston Printer Center masih
belum berbentuk waralaba. Karena STPW merupakan syarat membuka waralaba,
maka Aston Printer Center sebaiknya segera mengurus izin tersebut. Bagi calon
terwaralaba kelak juga harus memiliki STPW Penerima Waralaba. Izin ini penting
commit to user
V-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di Indonesia sebagai bukti bahwa usaha yang didirikannya adalah murni waralaba.
Jika tidak mempunyai izin tersebut maka akan diberikan denda oleh pemerintah.
Struktur finansial yang dirancang untuk Aston Printer Center ada 2, yaitu
rancangan untuk keadaan optimis dan rancangan untuk keadaan pesimis. Kedua
rancangan ini ditampilkan dalam prospektus agar calon pewaralaba dapat
mengetahui secara pasti bahwa baik dalam keadaan pesimis ataupun optimis,
bisnis ini tetap memberikan keuntungan. Namun yang membedakan adalah kapan
terjadinya titik impas (BEP). Rancangan untuk keadaan optimis dibuat
berdasarkan Aston Printer Center Tegal, sedangkan untuk keadaan pesimis
dengan melihat keadaan pada Aston Printer Center Klaten. Penjelasan lebih lanjut
mengenai rincian investasi tersebut terdapat pada Lampiran 2.
Pada keadaan optimis terdapat tiga rancangan skenario sperti ditunjukkan
pada tabel 5.3. Rancangan 1 tidak memperhitungkan adanya royalty fee,
sedangkan rancangan 2 terdapat royalty fee yang berbeda tiap kategori barang.
Sementara untuk rancangan 3 besar royalty fee yang dikenakan sama terhadap
semua barang.
Tabel 5.3 Rincian Investasi Awal Keadaan Optimis
Rincian
Rancangan 1
Rancangan 2
Rancangan 3
Franchise Fee
Rp
15.000.000 Rp
15.000.000 Rp
15.000.000
fixture toko
Rp
10.150.000 Rp
10.150.000 Rp
10.150.000
peralatan
Rp
16.484.400 Rp
16.484.400 Rp
16.484.400
persediaan awal
Rp
30.618.000 Rp
30.618.000 Rp
30.618.000
royalty fee
Dana minimal yang
dipersiapkan
- Tinta (ink + toner) 4%
- Tinta (ink + toner) 4%
-
- Infus (2%)
- Infus (4%)
-
- sparepart (2%)
- sparepart (4%)
-
- aksesoris printer (2%)
- aksesoris printer (4%)
- cartridge (2%)
9 bulan
- cartridge (4%)
9,5 bulan
8,1 bulan
BEP
Total Investasi
Sewa Tempat (1 tahun)
-
Rp
Rp
Rp
72.252.400
Rp
18.000.000 Rp
90.252.400
Rp
commit to user
V-6
72.252.400
Rp
72.252.400
18.000.000 Rp
18.000.000
90.252.400
Rp
90.252.400
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada keadaan pesimis juga terdapat tiga rancangan skenario seperti
ditunjukkan pada tabel 5.4. Rancangan 1 tidak memperhitungkan adanya royalty
fee, sedangkan rancangan 2 terdapat royalty fee yang berbeda tiap kategori barang.
Sementara untuk rancangan 3 besar royalty fee yang dikenakan sama terhadap
semua barang.
Tabel 5.4. Rincian Investasi Awal Keadaan Pesimis
Rincian
Rancangan 1
Rancangan 2
Rancangan 3
Franchise Fee
Rp
15.000.000 Rp
15.000.000 Rp
15.000.000
fixture toko
Rp
10.150.000 Rp
10.150.000 Rp
10.150.000
peralatan
Rp
16.484.400 Rp
16.484.400 Rp
16.484.400
persediaan awal
Rp
30.618.000 Rp
30.618.000 Rp
30.618.000
royalty fee
BEP
-
- Tinta (ink + toner) 4%
- Tinta (ink + toner) 4%
-
- Infus (2%)
- Infus (4%)
-
- sparepart (2%)
- sparepart (4%)
-
- aksesoris printer (2%)
- aksesoris printer (4%)
-
- cartridge (2%)
37 bulan
- cartridge (4%)
40 bulan
31 bulan
Total Ivestasi
Sewa Tempat (1 tahun)
Dana minimal yang
dipersiapkan
Rp
Rp
Rp
72.252.400
Rp
18.000.000 Rp
90.252.400
Rp
72.252.400
Rp
72.252.400
18.000.000 Rp
18.000.000
90.252.400
Rp
90.252.400
Rancangan yang dipakai dalam prospektus penawaran adalah rancangan 1
baik untuk keadaan optimis maupun pesimis. Rancangan 1 dipilih karena
rancangan ini sesuai dengan kebijakan Aston Printer Center yang tidak menarik
royalty fee dari hasil penjualan terwaralaba.
Kebijakan yang diambil oleh Aston Printer Center tersebut dapat tetap
dilaksanakan. Namun jika melihat bahwa usaha ini memberikan prospek yang
menjanjikan maka Aston Printer Center sebaiknya memperhatikan rancangan
investasi awal yang lain. Adanya item tambahan berupa royalty fee dalam bentuk
prosentase keuntungan terhadap penjualan masing – masing barang kecuali printer
dapat memberikan keuntungan finansial kepada Aston Printer Center. Hal ini
dikarenakan semakin banyak produk yang dijual maka semakin besar juga royalti
yang akan didapatkan. Sehingga bagi pihak terwaralaba akan memberikan
keuntungan tambahan.
commit to user
V-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prosentase yang dikenakan pada royalty fee menyebabkan terjadinya waktu
titik impas (BEP). Semakin banyak royalty fee yang dikenakan, maka semakin
lama pula waktu BEP bagi pewaralaba. Hal tersebut berlaku baik dalam keadaan
optimis maupun pesimis. Untuk itu sebaiknya Aston Printer Center jika akan
menerapkan rancangan ini memperhatikan faktor lamanya BEP.
Sesuai dengan rancangan investasi awal pada prospektus penawaran baik
untuk keadaan optimis maupun pesimis, terdapat beberapa aspek finansial yang
terdapat pada rancangan sistem manajemen waralaba namun tidak masuk ke
dalam perhitungan di prospektus penawaran, antara lain:
1)
Distribution Fee
Biaya ini dikeluarkan setiap bulan oleh terwaralaba dan menjadi satu dengan
biaya transportasi.
2)
Administration Fee
Biaya ini dikeluarkan jika keuangan terwaralaba ditangani oleh pusat.
Karena pada saat ini Aston Printer Center tidak menerapkan sistem
keuangan terpusat maka biaya ini tidak masuk ke dalam perhitungan
3)
Biaya Deposito Awal
Biaya ini tidak masuk ke dalam perhitungan investasi awal karena Aston
Printer Center tidak menerapkan adanya uang muka yang dijadikan sebagai
deposito awal sehingga biaya ini ditiadakan.
4)
Biaya Perpanjangan Kontrak
Biaya ini tidak masuk ke dalam pehitungan investasi awal karena biaya ini
dikeluarkan nanti pada saat masa berlaku perjanjian telah selesai.
Selain keempat biaya ini, terdapat tiga biaya lain dalam struktur finansial
yang masuk dalam komponen franchise fee, yaitu biaya perijinan, advertising fee,
biaya penggunaan merk, biaya launching.
Rancangan investasi yang dibuat menggunakan asumsi bahwa modal yang
dimiliki oleh terwaralaba adalah modal sendiri sehingga tidak memperhitungkan
adanya biaya pengeluaran untuk membayar pinjaman di bank. Namun sebaiknya
pihak Aston Printer Center perlu mempertimbangkan hal ini karena tidak menutup
commit
to user
kemungkinan bahwa modal yang
dimiliki
oleh terwaralaba tidak sepenuhnya
V-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan modal sendiri dan bisa berupa modal pinjaman. Jika hal tersebut
terjadi maka akan berpengaruh pada waktu BEP (titik impas) karena biaya yang
dikeluarkan menjadi bertambah untuk membayar pinjaman dan bunga bank.
Aston Printer Center hendaknya mengikuti langkah yang dilakukan oleh Alfamart
dan Apotek K24 yang mengadakan perjanjian kredit waralaba dengan bank swasta
di Indonesia seperti BRI, BNI, Mandiri, dan lainnya. Adanya perjanjian untuk
memberikan keringanan pengambilan kredit waralaba ini sangat menguntungkan
baik untuk pewaralaba maupun terwaralaba. Bagi pewaralaba langkah ini akan
memudahkan dalam merekrut banyak terwaralaba karena cara ini dapat
memfasilitasi bagi terwaralaba yang tidak mempunyai modal sendiri untuk dapat
bergabung menjadi terwaralaba. Sedangkan bagi terwaralaba memudahkan dalam
mencari pinjaman sehingga dapat memiliki bisnis waralaba dengan mudah dan
cepat. Kentungan dengan melakukan perjanjian ini adalah adanya bunga yang
relatif jauh lebih rendah yaitu sampai 10% dibanding dengan kredit ritel pada
umumnya yang berkisar 13%.
Langkah ini nantinya dapat menjadi salah satu nilai jual bisnis waralaba
Aston Printer Center yaitu dengan adanya kemudahan dalam peminjaman modal
usaha di bank.
5.2.2 Analisis Manajemen Pengembangan Ritel
Berdasarkan hasil perancangan sistem terdapat lima aspek rancangan untuk
manajemen pengembangan ritel yang digunakan dasar dalam perancangan
prospektus penawaran, yaitu aspek sumber daya manusia, aspek pemilihan lokasi,
aspek keuangan, aspek manajemen relasional, dan aspek strategi pemasaran.
Pada aspek sumber daya manusia, struktur organisasi yang dirancang untuk
terwaralaba Aston Printer Center adalah struktur organisasi fungsional dengan
pembagian tugas pada masing – masing departemen. Pembagian tugas pada
terwaralaba Aston Printer Center ada 4 bagian, yaitu kepala toko, teknisi, dan
marketing. Pada kondisi saat ini, pembagian tersebut sudah berjalan efektif.
Namun perlu dipersiapkan beberapa skenario struktur organisasi untuk
commit
to user Pada pembagian tugas yang
mengantisipasi perkembangan toko
nantinya.
V-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dirancang untuk waktu saat ini masih terdapat beberapa tugas yang dirangkap,
seperti finance dan accounting yang dipegang oleh kepala toko dan tugas sales
counter yang dipegang oleh marketing. Nantinya jika toko sudah berkembang
dengan baik, maka perlu dipersiapkan beberapa skenario seperti yang telah
dirancang pada sistem manajemen waralaba printer dan tinta.
Jumlah sumber daya manusia yang dirancang untuk terwaralaba ada 4
orang. Jumlah ini sudah cukup bagi toko terwaralaba. Penentuan banyaknya
sumber daya karyawan ini harus memperhatikan kondisi finansial toko karena
terkait dengan pembayaran gaji. Selain itu shift kerja juga mempengaruhi jumlah
karyawan. Oleh karena itu sebaiknya Aston Printer Center menyiapkan beberapa
skenario bagi terwaralaba mengenai jumlah karyawan dengan mempertimbangkan
waktu operasional dan perkembangan toko. Semakin baik perkembangan toko
maka pekerjaan karyawan akan semakin berat sehingga membutuhkan
penambahan jumlah karyawan.
Sistem rekruitmen karyawan bagi toko terwaralaba diserahkan kepada
terwaralaba untuk mencari calon karyawannya. Jika terwaralaba tidak
mendapatkan calon yang sesuai, maka Aston Printer Center Pusat akan membantu
mencarikan karyawan baru melalui pengumuman di koran dan iklan. Hal tersebut
merupakan bentuk dukungan Aston Printer Center Pusat terhadap terwaralabanya.
Penentuan lokasi bagi pihak terwaralaba oleh Aston Printer Center
dilakukan dengan dua cara, yaitu rekomendasi dan survei pewaralaba. Kedua cara
ini sudah efektif untuk dilakukan karena dengan cara tersebut ada keterlibatan dari
pihak Aston Printer Center selaku pemberi waralaba namun tidak menghilangkan
kebebasan terwaralaba dalam menentukan lokasi usahanya. Dengan
adanya
keterlibatan tersebut maka diharapkan lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang
tepat sebagai lokasi outlet pihak terwaralaba, karena lokasi yang strategis
merupakan kunci dari keberhasilan penjualan. Selain itu adanya hak wilayah
yang diberikan kepada terwaralaba merupakan langkah yang tepat karena
memberikan kesempatan bagi terwaralaba untuk mengembangkan daerah tersebut.
Pengaturan wilayah akan memudahkan pihak pewaralaba dalam membentuk jalur
distribusi barang yang dimilikinya.commit to user
V-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Standar lokasi yang ditetapkan oleh Aston Printer Center Pusat dalam
memilih lokasi sudah tepat. Standar ini harus selalu dijadikan pedoman baik bagi
terwaralaba ataupun Aston Printer Center Pusat dalam memilih lokasi. Aston
Printer Center Pusat menyarankan untuk memilih lokasi dengan sistem sewa. Hal
ini cukup efektif dibandingkan dengan toko baru karena resiko sewa lebih kecil
jika dibandingkan dengan membangun toko dari awal yang membutuhkan dana
pembangunan yang besar. Namun jika terwaralaba sudah mempunyai lokasi
sendiri akan lebih menguntungkan bagi terwaralaba karena dapat mengurangi
biaya operasional untuk sewa bangunan sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi
sedikit.
Pelaporan Keuangan harian bertujuan memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan. Dalam pelaporan keuangan ini pihak
Aston Printer Center menerapkan sistem pelaporan keuangan oleh cabang. Sistem
tersebut saat ini dapat dilakukan mengingat kondisi Aston Printer Center belum
didukung oleh sumber daya maupun teknologi yang mencukupi. Namun
sebaiknya Aston Printer Center harus mulai memperhatikan alternatif sistem
pelaporan keuangan yang dikelola oleh Aston Printer Center sendiri.
Perbandingan kedua sistem dapat dilihat pada Tabel 5.5
Tabel 5.5 Perbandingan Laporan Keuangan oleh Cabang dan Pusat
Cabang
Pusat
- Laporan diurus oleh terwaralaba
- Laporan diurus oleh pewaralaba
- Tidak ada biaya administrasi
- Terdapat biaya administrasi
- Monitoring oleh pewaralaba susah
- Monitoring oleh pewaralaba mudah
- Cocok untuk entrepreneur
- Cocok untuk investor
- Tidak
- Harus
membutuhkan
dukungan
SDM
dan
teknologi yang handal.
SDM dan teknologi
- Penggajian karyawan oleh cabang
menyiapkan
- Penggajian karyawan oleh pusat
Kelemahan dari sistem pelaporan keuangan oleh cabang adalah monitoring
commit to user
atas laporan keuangan terwaralaba menjadi sangat kurang. Hal ini dikarenakan
V-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aston Printer Center tidak menangani keuangan secara langsung sehingga
perkembangan terwaralaba tidak dapat diketahui secara pasti. Namun kelebihan
dari sistem ini adalah tidak membutuhkan SDM dan teknologi yang handal. Jika
pelaporan keuangan diurus oleh Aston Printer Center Pusat, maka harus
mempersiapkan SDM dan teknologi yang handal. Teknologi yang digunakan
dapat berupa sistem akuntansi yang terintegrasi.
Seperti halnya dengan tanggung jawab terwaralaba, maka Aston Printer
Center juga wajib memperhatikan karakteristik dari pihak terwaralaba. Bagi calon
terwaralaba yang mempunyai karakter seorang entrepreneur, maka tidak menjadi
masalah jika pelaporan keuangan ditangani langsung oleh terwaralaba. Namun
jika calon terwaralaba mempunyai karakter seorang investor, cara pelaporan
keuangan yang ditangani oleh terwaralaba tentunya tidak akan sesuai. Hal ini
dikarenakan calon terwaralaba tersebut lebih memilih mempercayakan pelaporan
keuangan kepada Aston Printer Center. Jika hal tersebut terjadi, maka Aston
Printer Center perlu menyiapkan rencana sistem pelaporan keuangan yang
ditangani langsung oleh pusat.
Penggajian karyawan berhubungan dengan sistem pelaporan keuangan yang
dipakai. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.3, jika nantinya dikembangkan
sistem pelaporan keuangan yang ditangani langsung oleh Aston Printer Center,
maka penggajian karyawan juga otomatis menjadi tanggung jawab Aston Printer
Center sebagai pewaralaba. Sistem ini memberikan dampak adanya sebuah
administration fee yang dibayarkan oleh terwaralaba ke pihak pewaralaba yang
merupakan biaya pengganti pengurusan administrasi keuangan
Loyalitas pelanggan penting untuk dijaga agar konsumen atau pelanggan
selalu setia terhadap produk yang dijual Aston Printer Center. Cara membentuk
loyalitas pelanggan pada Aston Printer Center
adalah dengan menggunakan
media milis atau group dan memberikan penghargaan berupa diskon. Pemberian
diskon sudah cukup efektif dalam menunjang penjualan, namun menggunakan
media milis atau group belum efektif dilakukan karena terbukti dari sepinya group
Aston Forum. Sebaiknya Aston Printer Center lebih mengoptimalkan kembali
commit
to user
group dan milis yang sudah dibuat
dengan
menginformasikan kepada pelanggan.
V-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu dapat digunakan cara keanggotaan atau membership bagi setiap
pelanggan yang berminat. Keuntungan dengan cara ini adalah adanya database
pelanggan yang tersimpan sehingga memudahkan bagi toko jika nanti akan
memberikan informasi kepada pelanggan sehubungan dengan promosi atau berita
mengenai toko.
Strategi promosi yang diterapkan Aston Printer Center sudah berjalan
efektif namun perlu ditingkatkan lagi khususnya strategi pemasaran yang
berhubungan dengan internet. Penggunaan website serta forum Aston di internet
harus lebih dioptimalkan lagi.
5.2.3 Analisis Manajamen Barang Dagangan
Dari hasil perancangan sistem terdapat tiga aspek rancangan untuk
manajemen barang dagangan yang digunakan dasar dalam perancangan
prospektus penawaran, yaitu aspek perencanaan dan pengelolaan barang, aspek
harga jual barang, dan aspek pemeriksaan kualitas.
Pada aspek perencanaan dan pengelolaan barang, untuk sistem distribusi
barang pada Aston Printer Center menggunakan gudang pribadi dimana lokasi
gudang menjadi satu dengan lokasi kantor pusat. Hal ini efektif dilakukan pada
saat ini mengingat hampir 85 % lokasi mitra berada di Jawa Tengah dan dekat
dengan kantor pusat sehingga cara ini efektif dilakukan dengan pertimbangan
efisiensi biaya. Namun jika nanti lokasi mitra sudah tersebar di luar Jawa perlu
dipikirkan lagi untuk menggunakan gudang distribution center yang lokasinya
melihat pada kedekatan dengan lokasi mitra. Keputusan tersebut nantinya
menyebabkan Aston Printer Center harus mempersiapkan anggaran biaya untuk
membangun gudang distribution center tersebut.
Hubungan dengan supplier pada Aston Printer Center dilakukan dengan cara
gabungan, yaitu mitra diberikan kebebasan untuk mencari supplier lain untuk
produk selain yang ditentukan oleh Aston Printer Center. Adapun produk yang
harus dibeli lewat Aston Printer Center adalah tinta, infuse, toner dan sparepart
cartridge laserjet. Produk tersebut dikategorikan sebagai produk yang sangat
commitproduk
to user tersebut, terwaralaba diberikan
berpengaruh pada kualitas. Selain
V-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebebasan untuk mengadakan kerjasama dengan supplier lain. Untuk printer
Brother, supplier dipilihkan oleh Aston Printer Center. Kebijakan ini dilakukan
dengan tujuan agar kualitasnya terjaga. Namun perlu diperhatikan juga bahwa
dengan kebebasan memilih supplier bagi produk printer akan membawa kesulitan
bagi terwaralaba karena pihak terwaralaba masih baru dalam usaha penjualan
printer dan tinta. Kesulitan yang dihadapi adalah dalam menentukan harga jual
produk ke konsumen. Jika Aston Printer Center tidak memberikan panduan
mengenai harga jual maka terwaralaba akan mengalami kesulitan. Dampak
lainnya adalah adanya perbedaan harga di antara terwaralaba. Oleh karena itu
perlu dikaji kembali keputusan mengenai kebebasan pemilihan supplier.
Sebaiknya semua barang tanpa terkecuali dipasok langsung oleh Aston Printer
Center dan terwaralaba mengambil barang langsung dari Aston Printer Center
Pusat. Selain mampu menambah pemasukan bagi pewaralaba dengan menjual
barang berupa printer, cara ini memberikan kemudahan bagi terwaralaba karena
tidak usah disulitkan dengan pemilihan supplier yang sesuai.
Aspek perencanaan dan pengelolaan barang juga terkait dengan pengiriman
dan pemesanan barang. Pengiriman barang pada Aston Printer Center tergantung
dari pemesanan mitra. Biaya pengiriman dijadikan satu dengan biaya pembelian
barang. Untuk saat ini hal tersebut dapat dilakukan, namun jika nanti Aston
Printer Center ingin menerapkan sistem informasi yang terkomputerisasi maka
pengiriman barang tidak usah menunggu pemesanan dari mitra. Database
terwaralaba akan langsung muncul di Aston Printer Center Pusat sehingga tanpa
pemberitahuan pemesanan, Aston Printer Center Pusat langsung dapat
mengirimkan barang.
Penetapan harga barang untuk produk yang dijual oleh terwaralaba diatur
oleh Aston Printer Center. Harga barang yang ditetapkan dalam bentuk kisaran
margin keuntungan. Tiap daerah berbeda dalam penetapan harganya. Aston
Printer Center memperhatikan lokasi dimana terwaralaba membuka tokonya. Hal
ini dikarenakan setiap lokasi memiliki harga sewa yang berbeda, sehingga
penetapan harga mengikuti dari pemilihan lokasi tersebut.
commit to user
V-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sistem pemeriksaan barang yang ditetapkan oleh Aston Printer Center sudah
cukup efektif dilakukan. Pengecekan kualitas berhubungan dengan pelayanan
kepada pelanggan sehingga hal ini merupakan hal yang penting bagi toko agar
senantiasa menjual barang dengan kualitas yang baik.
5.2.4 Analisis Manajemen Toko
Dari hasil perancangan sistem terdapat tiga aspek rancangan untuk
manajemen toko yang digunakan dasar dalam pembuatan prospektus penawaran,
yaitu aspek layout toko, aspek pelayanan, dan aspek penanganan keluhan.
Perancangan untuk aspek layout toko dibagi menjadi dua, desain toko dan
ukuran toko. Saat ini Aston Printer Center sudah mempunyai desain toko yang
nantinya diterapkan kepada calon terwaralaba. Hal ini sudah baik dilaksanakan
karena desain toko dapat menjadi salah satu identitas dan ciri khas yang
membedakan dengan usaha sejenis lainnya.
Ukuran toko yang ditetapkan oleh Aston Printer Center Pusat merupakan
standar bagi sebuah lokasi untuk berdirinya toko Aston Printer Center. Sama
halnya dengan pemilihan lokasi, ukuran toko tersebut harus dijadikan dasar bagi
terwaralaba dalam mencari lokasi yang tepat.
Waktu Pelayanan di Aston Printer Center dimulai pukul 08.00 sampai pukul
17.00 atau selama 9 jam dari hari senin sampai sabtu dan libur pada hari minggu.
Aturan tersebut sudah berlaku sejak awal hingga sekarang. Kebijakan tersebut
dapat dilakukan namun jika ingin mendapatkan lebih banyak konsumen dan
menaikkan penjualan, maka pihak Aston Printer Center perlu memperhatikan
alternatif lain waktu pelayanan toko yaitu dengan membuka pelayanan pada hari
minggu dan memperpanjang waktu pelayanan sampai malam. Penjelasan lebih
lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.6.
commit to user
V-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.6. Perbandingan Waktu Pelayanan
Aston Printer Center
Rancangan Alternatif
- Waktu Operasional Senin – Sabtu
- Waktu Operasional Senin - Minggu
- Pukul 08.00 – 17.00
- Pukul 08.00 – 20.00
- Hanya 1 shift kerja
- Terdapat 2 shift kerja
- Tidak ada pergantian karyawan
- Terdapat pergantian karyawan
- Tidak
- Membutuhkan karyawan banyak
membutuhkan
karyawan
banyak
Alternatif ini dapat membantu menaikkan trafik penjualan toko karena
kebanyakan ritel printer dan tinta tutup pada hari minggu sehingga jika konsumen
ingin mencari printer dan tinta pada hari tersebut akan kesulitan. Selain itu
memperpanjang waktu pelayanan sampai malam juga dapat menaikkan trafik
penjualan karena jarang ditemui ritel jenis ini yang buka hingga malam. Peluang
tersebut hendaknya ditangkap oleh Aston Printer Center sebagai sebuah
kesempatan. Tentunya dengan memperpanjang waktu pelayanan
juga harus
memperhatikan kondisi keuangan toko terkait dengan penggajian tenaga kerja,
karena memperpanjang waktu pelayanan toko berarti menambah juga waktu kerja
bagi karyawan.
Shift kerja berhubungan dengan waktu pelayanan toko. Saat ini di Aston
Printer Center menerapkan kebijakan bahwa shift merupakan pergantian waktu
istirahat dan bukan pergantian karyawan. Jadi karyawan bekerja selama 9 jam dan
mendapatkan istirahat selama 45 menit. Shift dikenakan hanya untuk pergantian
istirahat. Jika kemudian alternatif menambah waktu operasional pelayanan sampai
malam dan buka dari senin sampai minggu dilakukan, maka Aston Printer Center
harus memperhatikan kebutuhan sumber daya juga. Sesuai dengan hasil
rancangan sistem yaitu buka dari jam 08.00 – 20.00 dari hari senin sampai minggu
maka pergantian shift sebagai berikut. Shift 1 bekerja dari jam 08.00 sampai
14.00, sedangkan shift 2 bekerja dari jam 14.00 sampai 20.00. Istirahat bagi
karyawan masing – masing shift selama 45 menit. Untuk kepentingan ibadah
commit to user
disediakan ruang di toko.
V-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penerimaan pesanan oleh konsumen pada Aston Printer Center selain
melalui datang langsung juga dilayani melalui telepon serta email. Penggunaan
telepon dan email sudah efektif bagi konsumen khususnya pihak terwaralaba jika
ingin memesan barang ke toko. Untuk pemesanan dalam jumlah banyak mampu
dilayani dengan media email. Meskipun cara ini sudah efektif dilakukan, Aston
Printer Center juga tidak boleh mengabaikan fungsi media internet melalui
website. Aston Printer Center saat ini sudah mempunyai website, namun belum
ditangani secara optimal. Hal ini perlu mendapat perhatian lanjut, karena
pengoptimalan website yang efektif dapat menunjang penjualan ke konsumen.
Untuk itu Aston Printer Center perlu mengoptiumalkan website yang sudah
dimiliki dan melayani pemesanan melalui website.
Pengiriman barang ke tempat konsumen dan terwaralaba Aston Printer
Center dilayani oleh kurir jika lokasi dekat dan masih dalam satu wilayah. Namun
jika lokasinya jauh maka pengiriman dilakukan dengan bekerjasama melalui agen
pengiriman barang. Kedua cara tersebut sudah efektif dilakukan saat ini, namun
sebaiknya Aston Printer Center perlu memperhatikan cara yang paling efektif
dengan melihat pertimbangan – pertimbangan yang dijelaskan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Perbandingan Alternatif Pengiriman Barang
Melalui Kurir
Agen Pengiriman Barang
- Kualitas pengiriman tidak terjamin
- Kualitas pengiriman terjamin
- Membutuhkan
armada
untuk
- Tidak
mengambil
armada
pengiriman
pengiriman
- Dapat
membutuhkan
keuntungan
- Tidak
dapat
keuntungan
banyak dari biaya pengiriman
banyak
mengambil
dari
biaya
pengiriman
- Menambah anggaran pembelian
- Tidak
menambah
anggaran
pembelian armada
armada
Dengan melihat perbandingan antara pengiriman melalui agen dan kurir
commit to user
pribadi, hendaknya Aston Printer Center mempertimbangkan kembali kebijakan
V-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam melakukan pengiriman kepada terwaralaba. Selain berhubungan dengan
kualitas barang, hal tersebut juga membuka kesempatan bagi Aston Printer Center
untuk mengambil keuntungan dari cara tersebut.
Fasilitas pembayaran pada Aston Printer Center menerapkan fasilitas
pembayaran langsung dan melalui transfer bagi terwaralaba. Pembayaran bagi
terwaralaba sudah efektif diterapkan karena lokasi terwaralaba letaknya jauh dari
Aston Printer Center sehingga akan memudahkan cara pembayaran. Namun
sebaiknya fasilitas pembayaran bagi pelanggan yang datang langsung ke toko
ditambah dengan menggunakan bantuan pembayaran melalui kartu kredit. Hal ini
akan memudahkan pelanggan dalam melakukan transaksi pembelian sehingga
pelanggan tidak usah membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Fasilitas parkir merupakan salah satu bentuk pelayanan terhadap konsumen.
Aston Printer Center memasukkan item fasilitas parkir ini ke dalam surat
perjanjian. Oleh karena itu fasilitas parkir merupakan salah satu syarat lokasi
yang dapat dipilih untuk mendirikan toko. Hal tersebut merupakan cara yang tepat
agar terwaralaba mempunyai lokasi yang benar – benar sesuai sebagai tempat
untuk mendirikan toko. Luas parkir yang disyaratkan oleh Aston Printer Center
adalah minimal mampu menampung 5 sepeda motor dan 2 unit mobil. Hal ini
sudah cukup sebagai syarat memilih lokasi dengan pertimbangan pengantaran
barang ke toko terwaralaba menggunakan mobil sehingga harus tersedia lahan
yang cukup untuk mobil parkir di depan toko.
Penanganan komplain terhadap Aston Printer Center dilayani secara
langsung di toko dan melalui telepon. Pelanggan yang ingin memberikan
komplain atau keluhan terhadap pelayanan toko dapat datang langsung ke toko
dan menyampaikan keluhannya. Selain itu dapat dengan menelpon ke toko secara
langsung. Cara ini sudah efektif dilakukan, namun sebaiknya Aston Printer Center
juga menggunakan fungsi media internet dengan mengoptimalkan web yang
sudah dimiliki. Dengan pengoptimalan website diharapkan ada interaksi langsung
antara konsumen dengan toko.
commit to user
V-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan mengenai beberapa kesimpulan dan saran dari
penelitian yang dilakukan. Kesimpulan hasil penelitian merupakan jawaban dari
tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sedangkan saran berisi tentang hal-hal yang
harus dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya agar diperoleh hasil yang
lebih baik.
6.1
Kesimpulan
Dari seluruh tahap-tahap penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1.
Best practice telah didapatkan dari hasil benchmarking terhadap tiga
perusahaan yaitu Alfamart, Veneta System, dan Apotek K24. Best practice
berisi langkah – langkah terbaik dari ketiga perusahaan yang dikumpulkan
menjadi satu dan kemudian disesuaikan untuk ritel kategori printer dan tinta.
2.
Sistem manajemen waralaba yang dirancang untuk ritel kategori printer dan
tinta terdiri dari empat aspek yaitu manajemen kemitraan, manajemen
barang dagangan, manajemen pengembangan ritel, dan manajemen toko.
Keempat aspek tersebut dirancang berdasarkan best practice yang telah
disesuaikan untuk ritel kategori printer dan tinta.
3.
Hasil rancangan sistem manajemen waralaba telah diimplementasikan di
perusahaan Aston Printer Center. Implementasi dilakukan dengan membuat
prospektus penawaran yang dibuat khusus untuk Aston Printer Center.
6.2
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1.
Dalam menerapkan skenario alternatif yang dirancang pada sistem
manajemen
waralaba
ini,
sebaiknya
Aston
mempertimbangkan karakteristik dari calon terwaralaba.
commit to user
VI-1
Printer
Center
Download