2007_10_07_K-AU Timpang-c

advertisement
ASAL USUL - Minggu, 07 Oktober 2007
Page 1 of 2
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
Persona
Rubrik
Berita Utama
Buku
Desain
Foto dan Komik
Hiburan
International
Kehidupan
Keluarga
Konsultasi
Kontak
Metropolitan
Nama dan
Peristiwa
Nasional
Nusantara
Olahraga
Persona
Seni & Budaya
Surat Pembaca
Urban
Berita Yang lalu
Anak
Asuransi
Audio Visual
Bahari
Bentara
Bingkai
Dana Kemanusiaan
Didaktika
Ekonomi
Internasional
Ekonomi Rakyat
Elektronik
Fokus
Furnitur
Ilmu Pengetahuan
Interior
Jendela
Kesehatan
Klass
Laporan Khusus
Aceh Baru
Laporan Khusus
Hidup Bersama
Bencana
LaporanKhusus
Lingkungan
Lintas Timur Barat
Makanan dan
Minuman
Muda
Musik
Otomotif
Otonomi
Pendidikan
Pendidikan Dalam
Negeri
Pendidikan
Informal
Pendidikan Luar
Negeri
Perbankan
Pergelaran
Perhubungan
Pixel
Properti
Pustakaloka
Rumah
Sorotan
Swara
Tanah Air
Minggu, 07 Oktober 2007
Search :
ASAL USUL
Berita Lainnya :
Timpang
Ariel Heryanto
Lebih dari satu dekade lalu rezim militer Burma terpukau konsep dwifungsi
ABRI, bahkan ideologi Pancasila sesudah dipelintir Orde Baru. Mereka ingin
mengimpor semua itu dari Indonesia. Maklum waktu itu jadi perwira militer di
Indonesia kelihatan wah banget. Hak istimewa berlimpah. Berada di atas
hukum. Dan yang terpenting bisa kaya raya tanpa berperang.
Siapa tidak terpikat? Ada anekdot seorang Presiden Amerika Serikat
berkunjung ke Indonesia. Dalam acara santai, sang tamu negara bertanya
kepada Presiden RI, bagaimana caranya bisa berkuasa berpuluh tahun. Sang
tuan rumah membisikkan rahasianya: masuklah Golkar dan ikutlah P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Ketika Orde Baru rontok, bukan cuma militer Indonesia yang panik. Bisa
dibayangkan betapa pusing militer di Burma. Tidak ada lagi tokoh teladan.
Mungkin ada yang menyanggah, antek-antek Orde Baru masih gentayangan
sesudah berganti nama, suara, dan baju untuk merangsek masuk pucuk
kekuasaan lagi. Benar, tetapi bagaimanapun juga Indonesia sekarang tidak
sama dengan 15 atau 20 tahun lalu.
Sebulan ini media massa kita meributkan kasus mantan jenderal yang diduga
menerima hadiah dari pengusaha dengan cara yang keabsahannya
dipermasalahkan beberapa pihak. Pada zaman Orde Baru mana mungkin harta
jenderal atau mantan jenderal dipertanyakan? Mana ada koran menyiarkan
berita begituan?
Perkembangan di Burma bisa diikuti dengan melirik sejarah Indonesia sendiri.
Di Burma, militer mengambil alih kekuasaan secara tidak sah (alias kup) setelah
terbukti kalah dalam pemilihan umum tahun 1990. Sejak itu mereka goyang kaki
di tampuk kekuasaan. Untuk mempertahankan kenikmatan ini mereka tidak
ragu membuat banjir darah rakyat yang dibantai. Sementara para jenderal dan
keluarga mereka hidup mewah, khususnya bila berpelesir ke luar negeri.
Sulit dibilang militer Indonesia melakukan kup. Mereka memang merebut
kekuasaan dari serombongan tentara berpangkat menengah yang melakukan
penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa perwira tinggi. Kelompok ini
menamakan diri Gerakan 30 September (G30S), tanpa embel-embel "PKI".
Apakah PKI ikut diam-diam atau sama sekali tidak terlibat, masih diteliti para
ahli.
Orde Baru tidak kalah pemilu lalu merebut kekuasaan, seperti junta militer di
Burma, tetapi perbedaan itu tidak total. Ada bayang-bayang pemilunya di situ.
Bisa dibilang Orde Baru merupakan pihak yang beruntung mendapatkan durian
jatuh dari pohon yang digoyang-goyang pemerintah sebelumnya (Presiden
Soekarno) dan militer waktu itu.
Menurut sarjana Daniel Lev almarhum, dibatalkannya pemerintahan
parlementer di Indonesia akhir dekade 1950-an dan ditegakkannya negara
otoriter Demokrasi Terpimpin merupakan siasat Presiden Soekarno dan
Jenderal Nasution untuk mencegah berkuasanya PKI yang diramalkan akan
menang jika diadakan pemilihan umum nasional secara adil dan demokratis.
Yang terjadi kemudian sudah kita ketahui bersama. Soekarno terjungkal. PKI
dibantai habis-habisan. Militer naik panggung kekuasaan tanpa harus
bertanggung jawab pada siapa pun. Modal asing masuk dan menggenjot
industri kapitalisme yang dalam bahasa Orde Baru disebut Pembangunan.
Abdul Ghofur dan
· KH
Ajaran Sunan Drajat
Paciran
· Dari
Menembus Jepang
· ASAL USUL
ASAL USUL - Minggu, 07 Oktober 2007
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
Teknologi
Informasi
Telekomunikasi
Teropong
Wisata
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi
Hasilnya menakjubkan, tetapi tidak terbagi merata.
Ketimpangan antara kesejahteraan para jenderal dan prajurit pada tahun 1965
telah menjadi salah satu motivasi Gerakan 30 September. Begitulah penjelasan
resmi mereka dalam siaran pers setelah merebut stasiun RRI.
Ketimpangan itu ternyata tidak pernah menyempit sejak berkuasanya Orde
Baru. Malahan menjadi-jadi. Sebagian dari ketimpangan itu diakibatkan tidak
meratanya kesempatan melakukan penjarahan harta karun bangsa dan negara.
Istilah lain untuk korupsi.
Beberapa mantan jenderal yang sebulan terakhir diberitakan media massa
belum terbukti bersalah. Dan semua pihak layak menghormati asas praduga tak
bersalah. Tetapi, yang jelas praktik pemberian "hadiah" bernilai raksasa bukan
hal yang lazim dinikmati sebagian besar warga negara biasa. Tanyakan para
korban lumpur Sidoarjo. Tanyakan juga para prajurit berpangkat rendah.
Bulan lalu dalam sebuah diskusi terbuka di Melbourne tentang 10 tahun
reformasi Indonesia, seorang hadirin bertanya bagaimana cara terbaik
mengatasi korupsi di Indonesia. Sebagai salah satu panelis, Irman Lanti
menjawab tegas: tembak mati. Sebagai panelis lain saya tidak setuju.
Keesokannya saya baca koran: yang tertembak mati bukan koruptor besar.
Menurut berita, tentara dan polisi berbaku-tembak. Sama-sama berpangkat
rendahan. Menurut berita di koran pula, bentrok seperti ini disebabkan
minimnya kesejahteraan mereka.
Di Burma, beberapa prajurit muda menolak perintahan atasan untuk menembak
para biksu yang hanya punya nurani dan bukan senjata atau gairah
menggantikan para jenderal berkuasa di istana.
LAYANAN BERITA SMS 9858 TELKOMSEL, XL,
INDOSAT, THREE, FLEXI & FREN
Layanan
Langganan
Berhenti
berita nasional
reg nas
unreg nas
berita politik
reg pol
unreg pol
breaking news 3
reg bn 3
unreg bn 3
breaking news 5
reg bn 5
unreg bn 5
breaking news 10
reg bn 10
unreg bn 10
headline kompas
reg hlkompas
unreg hlkompas
Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
Page 2 of 2
Download