Strategi e-Business

advertisement
Analisis Pengembangan Strategi e-Business Dengan Memanfaatkan Sistem
Teknologi Informasi BRINETS Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Dalam Upaya Memberdayakan UKM
Diny Wahyuni
Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer & Teknologi Informasi,
Universitas Gunadarma ([email protected])
Sebagai pemegang peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia, Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) perlu didukung untuk diberdayakan agar dapat
bertahan di tengah krisis mengingat kemajuan teknologi informasi kini juga
semakin pesat sementara UKM belum memanfaatkannya. BRI (Bank Rakyat
Indonesia) sebagai Bank Dalam Negeri yang mengusung visi dan misi
mengutamakan kepuasan nasabah dan focus pada sector menengah, ritel dan
mikro membangun suatu sistem teknologi informasi bernama BRI BRINETS (BRI
Integrated Network and Information System) yang dapat mengakomodir
pemberdayaan UKM di Indonesia agar dapat bersaing di pasar lokal maupun
global dengan mengembangkan e-business bagi UKM yang memanfaatkan
jaringan unit kerja BRI sebagai Value Added Network (VAN BRI). Adapun tujuan
dari pengembangan e-business ini yakni pelayanan yang lebih cepat dan efisien
untuk memenuhi kebutuhan nasabah, pendapatan yang diperoleh melalui layanan
jasa (dalam hal ini e-business) yang diberikan (fee-based income) bagi bank,
akses yang lebih luas, serta kemampuan bank untuk merespon secara lebih cepat
terhadap perubahan kebutuhan nasabah guna mencapai kepuasan nasabah. Dari
perhitungan dengan menggunakan beberapa metode untuk penilaian kelayakan
suatu proyek, penerapan e-business di BRI dapat dikatakan layak secara
ekonomis.
kata kunci
: e-Business, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Value Added
Network, tambahan pendapatan.
PENDAHULUAN
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peran strategis dalam struktur
perekonomian nasional. Kontribusinya dalam membantu meningkatkan
pendapatan negara dari sektor komoditi ekspor non migas dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Berdasarkan
statistik Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UKM pada tahun 2000 tercatat 39,04
juta unit atau 99% dari total usaha, dilihat dari potensinya menyerap 74,4 juta
tenaga kerja atau 99,6% dari total angkatan kerja yang bekerja, kontribusi UKM
dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,7% dari total
PDB, sedangkan dari sisi ekspor menyumbang 14,7% dari total ekspor barang
Indonesia.
Dalam krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda negara Indonesia, kalangan
UKM masih mampu bertahan disebabkan di antaranya karena UKM tidak
bergantung pada bahan baku impor, memiliki potensi pasar yang tinggi, biaya
vi
produksi yang rendah serta rendahnya harga pokok produksi yang dihasilkan
sehingga dapat terjangkau oleh pasar golongan ekonomi lemah. Dalam era
globalisasi dan pasar bebas yang telah mulai diimplementasikan tahun 2003 ini
(kesepakatan AFTA), peranan teknologi informasi sangat menentukan sekali
terhadap keberhasilan produk dari kalangan UKM untuk dapat bersaing dengan
produk impor di pasar lokal maupun ke mancanegara lewat pasar ekspor. Hal ini
dapat dilakukan dengan menerapkan e- business yang menurut Mohan Swanheny
secara prinsip memperlihatkan bagaimana teknologi elektronik dan digital
berfungsi sebagai media tercapainya proses dan sistem bisnis (pertukaran barang
dan jasa) yang jauh lebih baik dibandingkan cara konvensional, terutama dilihat
dari manfaat/efisiensi yang dirasakan oleh mereka yang berkepentingan.
Pengembangan strategi e-business perbankan perlu diarahkan pada pemberdayaan
UKM yang mengurangi kelemahan UKM di samping ditujukan untuk
mendapatkan keuntungan.
BRINETS (BRI Integrated Network and Information System), sistem teknologi
informasi BRI, yang telah diimplementasikan saat ini merupakan awal dari
perubahan sistem distribusi yang terdesentralisasi menjadi sistem sentralisasi.
Sistem ini pada dasarnya siap mengakomodasi kegiatan e-business baik untuk
kepentingan internal maupun eksternal. Namun, sistem teknologi yang ada dan
yang intensif telah digunakan di luar unit kerja, hanya berupa ATM dan sistem
perbankan yang menggunakan media telepon (phone banking). Namun perlu
dikaji juga apakah e-business layak diterapkan di BRI sejalan dengan
perkembangan teknologi informasi BRI dan pengembangan bisnis berbasis
pendapatan yang diperoleh dari layanan jasa (dalam hal ini e-business) yang
diberikan (fee-based business) dengan memberdayakan UKM yang ada sehingga
jaringan unit kerja BRI dapat dimanfaatkan sebagai pusat layanan.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, selain pengumpulan data melalui pihak BRI juga dilakukan
metode analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif (Matriks SWOT)
yang dikaji berdasarkan berbagai isu strategis baik dari dalam maupun dari luar
guna mencari alternatif pengembangan e-business dalam upaya memberdayakan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan menguji kelayakan implementasi ebusiness dengan menggunakan beberapa metode untuk penilaian proyek.
PERKEMBANGAN STRATEGI BISNIS BRI
Berdasarkan data selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni sejak tahun 2000 s/d 2002
perkembangan komposisi kredit UKM mencapai lebih dari 82% (perincian pada
Lampiran 1) seperti terlihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Data Perkembangan Komposisi Kredit UKM BRI
Dalam Milyar Rupiah
Tahun
Kredit UKM
Kredit Korporasi
Total Kredit BRI
Rupiah
%
Rupiah
%
Rupiah
%
2000
21.831
82,79 %
4.536
17,20 %
26.367
100 %
2001
27.843
84,62 %
5.063
15,39 %
32.906
100 %
2002
31.692
88,41 %
4.156
11,59 %
35.848
100 %
Strategi BRI dalam pengembangan bisnis mikro dan ritel melalui perluasan
jaringan kerja (network) nampak dari jumlah jaringan kerja yang terluas di
Indonesia yakni 12 Kantor Wilayah, 325 Kantor Cabang, 3.800 BRI Unit, dan 64
Kantor Cabang Pembantu. Kekuatan BRI terutama ada pada bisnis mikro (micro
banking), yaitu bidang bisnis yang membantu skala usaha mikro. Melalui BRI
Unit, BRI menawarkan kredit non-subsidi, Kredit Umum Pedesaan (Kupedes)
yang sesuai dengan karakretistik pengusaha berskala mikro yang ada di daerah
pedesaan dan sub urban.
Strategi e-business BRI dalam pemberdayaan UKM ini adalah suatu ide
pemanfaatan jaringan unit kerja BRI yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai
Value Added Network (VAN-BRI) guna memfasilitasi pelayanan pada UKM.
Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada aspek teknis pengembangan
teknologi informasi sebagai pendukung bisnis BRI tersebut. Sebagai langkah
pelaksanaan dari strategi pengembangan sistem teknologi BRI dimaksud, saat ini
BRI masih dalam proses implementasi sistem perbankan intinya secara bertahap
dari semula OLSIB (On Line System Information Bank) yang bersifat
terdesentralisasi/terdistribusi diganti dengan sistem baru yang dikenal dengan
BRINETS (BRI Integrated Network and Information System) dimulai sejak tahun
2000 dan direncanakan akan selesai secara keseluruhan online diseluruh jaringan
kerja BRI pada akhir tahun 2005.
Tabel 2. Data Rencana Implementasi BRINETS (Kanca, KCP & Unit)
ATM BRI dan ATM Link/Bersama
UNIT LAYANAN
Kantor Cabang
Kanca Pembantu
BRI Unit
ATM BRI
ATM Link/Bersama
Posisi Tahun 2002
Rencana Akhir 2003
325
64
3.800
425
4.330
345
111
4.200
600
4.330
Pengembangan Arsitektur Teknologi Informasi di BRI
M
A
N
A
J
E
M
E
N
B
R
I
Sistem Dukungan
Sistem
Sistem Transaksi
Manajemen
Perbankan Inti
(Media)
SIM
Pinjaman
Kasir (Teller)
- Sistem Keuangan
Simpanan
ATM
- Sistem Aktiva Tetap Buku Besar
Call Center
SPK
Keuangan
POS / EFT
- Manajemen Resiko
Perdagangan
Internet Banking
- Manajemen A&L
Treasury (dana) Mobile Banking
- Analisis
Sistem Alur Kerja
Profitabilitas
Manajemen Sistem & Jaringan Kerja
P
E
L
A
N
G
G
A
N
Gambar 1. Arsitektur Teknologi Informasi BRI
Strategi dalam pengembangan arsitektur teknologi informasi oleh BRI tersebut
dapat dilakukan dengan pola insourcing, outsourcing dan cosourcing. Pola
insourcing artinya pekerjaan dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Pola
outsourcing artinya semua pekerjaan dilakukan oleh pihak ketiga, dan perusahaan
tinggal menerima hasil pekerjaan dimaksud. Sedangkan pola cosourcing,
pekerjaan dilakukan bersama-sama dengan pihak ketiga dengan membagi tugas
mengacu pada perjanjian yang telah disepakati.
Penerapan Fungsi Manajemen Proyek
Dalam proyek implementasi pengembangan teknologi informasi di BRI yang
perlu diperhatikan adalah waktu, kualitas dan biaya serta dukungan suatu
manajemen proyek yang handal, di bawah pengawasan program manajemen
perusahaan. Implementasi yang dilakukan manajemen proyek tersebut harus
mencakup : adanya proyek, tujuan, ruang lingkup, metode proyek, organisasi &
staf proyek, kerangka waktu proyek, resiko proyek serta jaminan kualitas proyek.
Dalam manajemen proyek, implementasi teknologi informasi secara khusus perlu
mengikuti proses pengembangan sistem atau disebut System Development Life
Cycle (SDLC) yang dimulai dari penyusunan spesifikasi kebutuhan bisnis
(Business Requirement Spesification (BRS)), pembuatan spesifikasi fungsi,
penyesuaian/sosialisasi terhadap sistem (jika menggunakan paket perangkat
lunak) dilanjutkan dengan uji coba sistem dan uji coba pada pemakai serta
implementasi dan evaluasi. Divisi Teknologi & Sistem Informasi dapat
ditempatkan sebagai tim pendukung teknis dari proyek tersebut.
Pendirian Unit Layanan Tanggapan (Response Center)
Dalam meningkatkan kualitas implementasi pengembangan teknologi informasi,
fungsi Unit Layanan Tanggapan sangat penting bagi kelancaran proses
implementasi tersebut, mengingat proses transformasi teknologi informasi yang
diterapkan bersifat perubahan yang mendasar yaitu dari sistem terdistribusi
menjadi sistem sentralisasi sekaligus menggantikan perangkat lunak inti. Oleh
sebab itu dalam rangka implementasi teknologi informasi tersebut, perlu
dipersiapkan Unit Layanan Tanggapan yang handal dan berkualitas didukung oleh
teknologi informasi (sistem database dan kemajuan sistem secara otomatis
(automatic system escalation)) yang dapat dilakukan oleh sistem secara terpadu.
Kualitas Unit Layanan Tanggapan ini sangat menentukan kelancaran dalam proses
transformasi teknologi informasi BRI, dan harus berfungsi sebagai satu-satunya
pusat informasi (single point of contact).
Strategi dan Tahapan Penerapan e-Business di BRI
A. Strategi Berdasarkan Analisis dengan Matriks SWOT
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi BRI, dapat disusun kekuatan dan
kelemahan BRI yang merupakan faktor yang berasal dari kondisi lingkungan BRI
(Faktor Internal) serta peluang dan ancaman yang perlu diantisipasi oleh BRI yang
berasal dari luar lingkungan BRI (Faktor Eksternal), yaitu sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
1. BRI memiliki jaringan kerja yang tersebar di seluruh Propinsi di Indonesia.
2. BRI telah mengimplementasikan sistem perbankan inti (BRINETS) dengan
konfigurasi terpusat (centralized system).
3. BRI telah mempunyai media akses berupa ATM Bersama serta layanan
transaksi melalui telepon (Call Center/Phone Banking).
4. Jumlah pelanggan BRI diberbagai segmen pasar berpotensi untuk
meningkatkan pendapatan melalui penyediaan e-business.
Kelemahan (Weaknesses)
1. Perencanaan pengembangan e-business kurang terarah dan maksimal
2. Pengembangan diarahkan pada pengembangan outlet layanan konvensional
khususnya cabang pembantu yang berbiaya mahal.
3. Performa ATM BRI, khususnya ketersediaannya dirasakan masih rendah,
sehingga dapat mengganggu pelayanan pada pelanggan.
4. BRI belum mempunyai fasilitas terminal titik penjualan (Point of Sales)
berbasis internet.
Peluang (Opportunity)
1. Potensi pasar di sektor bisnis mikro, ritel dan menengah di Indonesia cukup
besar.
2. Peningkatan pendapatan melalui penyediaan e-business cukup menjanjikan.
3. Keuntungan bisnis ritel cukup besar dibandingkan dengan resiko bisnis yang
dihadapi.
Ancaman (Threats)
1. Kualitas dan kuantitas serta variasi e-business berbagai bank pesaing nasional
semakin membuat nyaman pelanggan.
2. Masuknya berbagai bank asing yang menyediakan e-business yang
memuaskan pelanggan.
3. Ketahanan (entry barrier) BRI terhadap masuknya pesaing baru khususnya
consumer banking rendah.
Dari analisis tersebut, maka strategi yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
Strategi ST
Strategi WT
Maksimalkan
BRINETS
untuk
mendukung pengembangan e-business
BRI untuk memelihara pelanggan
lama.
Tingkatkan e-business (ATM & Call
Center) yang telah ada untuk
meningkatkan
kepuasan
dan
memelihara pelanggan lama.
Strategi SO
Strategi WO
Maksimalkan
BRINETS
untuk
mendukung pengembangan e-business
dengan memanfaatkan jaringan kerja
sebagai Value Added Network dan
meningkatkan pendapatan
Kembangkan variasi sistem transaksi
dengan peningkatan media akses
sebagai alat untuk meningkatkan
pendapatan dan dana murah.
Gambar 3. Strategi Matriks SWOT e-Business BRI
B. Tahapan Penerapan Konsep e-Business
Tahap Penginformasian (Inform)
Pada tahap awal ini, yang biasanya terjadi adalah adanya beberapa unit kecil
di dalam perusahaan yang mulai mencoba membangun beberapa program
kecil berbasis internet, misalnya dengan mengembangkan homepage yang
menampilkan profil organisasi di internet, atau membangun website yang
isinya adalah produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada
pelanggannya, atau situs yang berisi berita mutakhir di bidang tertentu. Karena
sifatnya yang hanya sekedar menyebar informasi sehubungan dengan aktivitas
terkait di dalam sebuah unit perusahaan, biasanya aplikasi yang digunakan
bersifat mandiri dan bebas, dalam arti tidak diintegrasikan dengan perangkat
lunak aplikasi lainnya yang ada di perusahaan. Berhasil atau tidaknya proyek
e-business tersebut juga masih berdasarkan analisis atau kajian effisiensi yang
dicapai.
Tahap Otomatisasi (Automate)
Tahap berikutnya adalah mencoba untuk mengintegrasikan beberapa
dalam perusahaan yang masing-masing telah mengimplementasikan
kecil e-business. Dasar penggabungan modul ini biasanya adalah
rangkaian proses yang saling berhubungan. Contohnya adalah
pengajuan anggaran dari masing-masing unit ke divisi keuangan.
unit di
konsep
sebuah
proses
Tahap Pengintegrasian (Integrate)
Selanjutnya, dalam pengembangan aplikasi e-business dilakukan tahap
pengintegrasian proses bisnis perusahaan dengan perusahaan atau entiti lain di
luar perusahaan. Bedanya dengan tahap otomatisasi yang lebih menekankan
pada target efektivitas, pada tahap ini tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan dan mengembangkan kinerja perusahaannya secara signifikan.
Nilai terbesar yang diperoleh perusahaan pada tahap ini adalah meningkatnya
keunggulan kompetitif/bersaing (competitive advantage) yang membedakan
perusahaan dengan para pesaingnya.
Tahap Pendefinisian Kembali (Reinvent)
Tahap terakhir di dalam pengembangan aplikasi e-business dapat secara
efektif diimplementasikan jika ada perubahan paradigma mendasar dari
manajemen perusahaan, terutama berkaitan dengan cara mereka melihat pada
bisnis yang ada. Tahap ini dinamakan sebagai tahap pendefinisian kembali
(reinvent), karena perusahaan yang ada telah memiliki pengalaman sukses
menerapkan e-business pada tiga tahap sebelumnya ditantang untuk
meredefinisikan mekanisme dan model bisnisnya dengan berpedoman pada
peluang usaha baru yang ditawarkan oleh e-business.
Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah bahwa perusahaan tidak
dapat menerapkan konsep e-business murni tanpa adanya hubungan jaringan
kerja dengan berbagai mitra bisnis.
Berdasarkan analisis yang menyeluruh terhadap strategi bisnis, perkembangan
teknologi informasi pendukung dan pencapaian tahap dalam pengembangan ebusiness, penerapan e-business di BRI saat ini harus diarahkan pada pemantapan
pengembangan media akses yang terintegrasi dengan jaringan komunikasi kerja
BRI (BRI communication private network). Sedangkan penerapan e-business
tahap keempat adalah penerapan aplikasi e-business B2B yang dalam hal ini
jaringan internal teknologi informasi BRI sudah terhubung dengan mitra bisnisnya
melalui internet dengan memanfaatkan peluang bisnis serta memantapkan inti dari
bisnis BRI di bidang bisnis usaha mikro, ritel dan menengah.
Implementasi e-Business dalam pemberdayaan UKM
Pada umumnya UKM, khususnya usaha kecil kurang memiliki daya tawar,
kapasitas produksi yang terbatas, teknologi yang sederhana dan kurang memiliki
kemampuan untuk memasarkan dengan baik. Bagi BRI yang memiliki sejumlah
jaringan kerja yang terdiri dari kantor cabang, kantor cabang pembantu dan BRI
Unit yang tersebar di seluruh Indonesia dengan para nasabah UKM yang tersebar
di masing-masing unit kerja tersebut dapat memberikan pelayanan kepada UKM
dengan memanfaatkan jaringan unit kerja BRI sebagai Value Added Network
(VAN BRI) dengan membangun, mengembangkan dan mengelola media akses
yang ada.
Outle
t BRI
Outle
t BRI
Jaringan
Komunikasi BRI
UKM
UKM
UKM
PUSAT DATA
BRI
GATEWAY
Penyedia Informasi
Sumber Informasi
Data
Peluang
Bisnis
Data
Potensi
Daerah
Data
lainnya
Dept. terkait (UKM)
Pemda
Perguruan Tinggi
Pusat Pengembangan
UKM
Sumber data lainnya
Gambar 4. Layanan Informasi BRI Bagi UKM
3
Perusahaan
Distributor
UKM
Penjual
2
5
4
BRI
1
UKM
Pembeli
Rek. A
Proses Pindah Buku :
- Debet Rek. A
- Debet Rek. B
Rek. B
Gambar 5. Mediasi BRI dalam Proses Bisnis UKM
Outlet
BRI
UKM
UKM
Outlet
BRI
Jaringan
Komunikasi BRI
UKM
PUSAT DATA
BRI
GATEWAY
Pengembangan:
TELKOM
PLN
Telkomsel
Iuran-iuran Koperasi,
Asosiasi, yayasan
milik UKM
Pajak (Pusat &
Daerah), dan lain-lain
Gambar 6. BRI sebagai Penyedia Layanan Pembayaran
Perbandingan antara penggunaan jaringan umum (public network (jaringan ebusiness yang menggunakan media akses berupa internet)) dengan penggunaan
jaringan VAN (Value Added Network) BRI adalah sebagai berikut :
a. Jaringan Umum (Public Network)
1. Infrastruktur e-business di Indonesia belum mapan (virtual mall dan
lembaga autentifikasi belum populer di Indonesia) sehingga pelaku UKM
harus membangun sendiri.
2. Keamanan transaksi belum cukup terjamin
3. Belum semua pelaku UKM terbiasa dengan teknologi informasi
(pengembangan dan operasi)
4. Jangkauan internet belum tentu menjangkau seluruh pelosok Indonesia.
b. VAN BRI
1. BRI berperan sekaligus sebagai penyedia VAN, Virtual Mall dan lembaga
autentifikasi.
2. Baik UKM penjual maupun pembeli menjadi anggota VAN-BRI dan
memiliki rekening di BRI
3. Dengan sistem ini, autentifikasi (penjamin bagi penjual dan pembeli)
otomatis terjadi
4. Keamanan transaksi keuangan terjamin
5. Para pengguna e-commerce tidak perlu familiar dengan lingkungan
teknologi informasi (operasi dilaksanakan oleh petugas BRI)
6. Tidak perlu adanya investasi teknologi informasi bagi pelaku UKM
7. Cakupan jaringan kerja BRI yang luas.
Segmentasi Bisnis
Potensi usaha kecil dan menengah di BRI nampak pada nasabah bisnis mikro
yang diberi kredit melalui Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) di BRI Unit yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air sebanyak 3.800 kantor BRI Unit dan nasabah
bisnis ritel dan menengah yang diberikan melalui 325 Kantor Cabang dan 64
Kantor Cabang Pembantu.
Sampai dengan saat ini portofolio Kredit Umum Pedesaan posisi per Desember
tahun 2002 jumlah realisasi kumulatif sebanyak 29.206.154 orang dengan nilai
Rp. 65.303 milyar, sisa pinjaman sebanyak 2.857.881 orang senilai Rp. 10.859
milyar dan Non Performing Loan sebanyak 173.761 orang sebesar Rp. 254 milyar
(data lengkap terdapat pada lampiran 2). Di samping para UKM penerima fasilitas
kredit dari BRI, potensi UKM dapat ditinjau dari jumlah penyimpan di BRI Unit
dalam bentuk tabungan (Simpedes dan Simaskot). Posisi per Desember 2002
sebanyak 27.326.416 orang senilai Rp. 18.902 milyar di luar penabung BRItama
di seluruh Kantor Cabang BRI. Melihat potensi tesebut di atas, merupakan
peluang bisnis dan tantangan ke depan bagi BRI.
Strategi Pemasaran
Berdasarkan konsep tentang pemasaran tersebut di atas, dalam memasarkan jasa
pelayanan kepada UKM dengan memanfaatkan jaringan unit kerja BRI sebagai
VAN BRI, yang harus dilakukan oleh BRI adalah melakukan pelatihan pada para
pekerja yang menangani pelayanan ini terutama penguasaan atas teknologi
informasi dan peningkatan pengetahuan di bidang pemasaran yang berorientasi
pada kepuasan nasabah.
Sarana Pendukung
Dalam implementasi konsep e-business yang berbasis pada pemanfaatan jaringan
kerja BRI sebagai VAN perlu dibentuk sebuah Pusat Penyedia Informasi
(Information Provider Center (IPC)). IPC memiliki tugas dan tanggung jawab
untuk melakukan perencanaan, pemeliharaan dan pembaharuan database situs
UKM (data peluang bisnis, kebijakan pemerintah, potensi daerah dan lain
sebagainya) sehingga informasi yang tersedia senantiasa berkembang dan
disesuaikan dengan kebutuhan peserta VAN BRI. IPC yang berada di Kantor
Pusat BRI berfungsi sebagai database terpusat seluruh UKM peserta VAN BRI
yang mengintegrasikan data dari outlet BRI (Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu dan BRI Unit) di seluruh Indonesia. Selain berfungsi sebagai pusat
informasi database, IPC berfungsi pula sebagai unit yang melaksanakan kontak
dengan perusahaan pendistribusi baik untuk pemesanan maupun pengiriman
barang serta autentifikasi dalam fungsi intermediasi oleh VAN BRI. Database
yang tersedia di IPC selanjutnya dapat diakses oleh outlet BRI dengan
menggunakan sarana jaringan teknologi informasi yang dimiliki BRI yaitu
BRINETS dengan menggunakan saluran komunikasi satelit (Vsat).
OUTLET BRI
(Kanca, KCP & BRI Unit)
INFORMATION CENTER
(Pusat Informasi Bisnis)
UKM
Penjual
BUSINESS MEETING
(Fasilitas Pertemuan Bisnis)
TRADE SHOW CENTER
(Tempat Menemukan Bisnis)
e-Business based on VAN BRI
Gambar 8. Fungsi BRI dalam VAN BRI
UKM
Pembeli
Pemberlakuan Biaya/Iuran (fee)Transaksi
Penerapan penarikan biaya/iuran ( fee) oleh BRI pada UKM yang menggunakan
fasilitas e-business BRI dilaksanakan setelah UKM mendapatkan manfaat dari
layanan yang diberikan baik secara online maupun offline. Pada tahap
pembelajaran, UKM yang memanfaatkan layanan informasi tidak dipungut
biaya/iuran atau bebas dari biaya/iuran selama periode tertentu (misalnya selama
3 bulan) dan setelah itu akan dikenakan penarikan biaya/iuran atas jasa
pemanfaatan. Pendapatan dari biaya/iuran dapat diperoleh dari pemanfaatan
aplikasi pada portal atau media akses yang ada di outlet BRI. Dengan perolehan
tersebut diatas diharapkan dapat menutup biaya investasi dan operasional VAN
BRI.
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
Strategi e-business yang diterapkan oleh BRI dengan memanfaatkan jaringan
kerjanya sebagai Value Added Network (VAN BRI), yakni memberi nilai tambah
pada outlet BRI dengan menjadi media akses pelayanan virtual/online dalam
memberdayakan UKM adalah sangat tepat dan layak secara ekonomis.
Saran
Demi meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui pemberdayaan UKM
dan menjaga keberlangsungan pengimplementasian strategi e-business ini, ada
beberapa saran yang dapat dijalankan sebagai berikut :
1. Strategi e-business untuk pemberdayaan UKM hendaknya dilakukan
berdasarkan rencana strategi bisnis BRI dengan pengembangan teknologi
informasi secara konsisten dan komitmen yang tinggi dari manajemen sebagai
binis inti BRI.
2. Pengembangan VAN BRI merupakan tahap awal BRI untuk “go e-business”
sehingga apabila pembangunan infrastruktur teknologi informasi telah
mencapai tahap pendefinisian kembali (reinvent), disarankan sebaiknya BRI
mulai mencoba mengembangkan e-business berbasis internet.
3. Dalam rangka pengembangan e-business tersebut diperlukan adanya
kerjasama (partnership), mengingat BRI tidak mungkin bekerja sendiri,
seperti dalam pengembangan dan operasi penyedia informasi (information
provider) serta dukungan perusahaan pendistribusi. Untuk itu, hendaknya BRI
mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, dan lain-lain.
Referensi
Arief, Muchamad, “Metodologi Penilaian Perusahaan Pengaplikasi e-Business
Terbaik di Indonesia”, Majalah Warta Ekonomi No. 47 Th. XIII, 26
November 2001.
Eko Indrajit, Richardus, “Konsep dan Aplikasi e-Business”, Andi Offset
Yogyakarta, 2002.
Eko Indrajit, Richardus, “e-Commerce Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya”,
Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2001.
Djaslim, Salaadin, “Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan”, Linda
Ketrya, Edisi Ketiga, Bandung, 2001.
Kasim, Hendry, “Kiat Memulai dan Mengelola e-Commerce Sendiri”, Elex Media
Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2001.
Hamel, Gary and Prahalad, C.K., “Kompetisi Masa Depan” (Edisi Bahasa
Indonesia, Binarupa Aksara, 1994.
Yauvitz, Borris and William H. Newmann, “Strategy in Action”, The Free Press,
1982.
Wijaya, Krisna, “Strategi Transformasi & Business BRI Berbasis Konsumen
UKM”, Modul Kuliah pada Workshop SMEDC, Yogyakarta, 2001
(Unpublished).
Rangkuti, Freddy, “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis”, Cetakan
Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Ketujuh,
BPFE Yogyakarta, 2001
Iljas, Achyar, “Infobank”, edisi No. 260, April 2000, Vol. XXIII.
Friedman, Matthew, “e-Commerce Still Alive and Kicking”, e-Business Journal,
http://www.itbusiness.ca, Vol. 4 No. 1, 2002.
Macpherson, Allan and Alison Wilson, “Enhancing SMEs’ Capability:
Opportunities in Supply Chain Relationship?”, Journal of Small Business
and Enterprise Development, Vol. 10 No. 2 ISSN:1462-6004, pp.167-179,
2003
Download