TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Tjitrosoepomo (2005), sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae ; Ordo : Malvales ; Famili : Sterculiaceae; Genus : Theobroma ; Spesies : Theobroma cacaoL. Tanaman kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m, tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif (Muljana, 2001).Tanaman kakao tumbuh di daerah tropika basah, memiliki akar tunggang dan berbatang lurus. Menurut Susanto (1994) Perakaran kakao dewasa pada tanah yang dalam dan drainasenya baik mencapai 1-1,5 m. Tanaman kakao bersifat Cauliflorous yaitu bunga tumbuh langsung dari batang ataupun cabang-cabang (Muljana, 2001).Batang utama yang tumbuh lurus sampai ketinggian 1-2 m bersifat orthotophic.PTPN IV (1996) menyebutkan bahwa secara umum percabangan pada tanaman kakao dibedakan cabang yang tumbuh vertikal disebut Orthotoph dan cabang yang tumbuh horizontal disebut Plagiothroph. Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm), tunggal, namun nampak terangkai karena muncul dari satu titik tunas.Bunga berwarna putih kemerah-merahan dan tidak berbau.Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas sendiri.Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri.Buah Universitas Sumatera Utara tumbuh dari bunga yang diserbuki.Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang.Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji (Muljana, 2001). Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye).Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling (Karmawati et al., 2010). Gambar 1. Tanaman Kakao (Konam et al., 2009) Syarat tumbuh Iklim Kakao mempunyai persyaratan tumbuh sebagai berikut : curah hujan 1.600-3.000 mm/tahun atau rata-rata optimalnya 1.500 mm yang terbagi merata sepanjang tahun (tidak ada bulan kering), garis lintang 20° LS sampai 20° LU, tinggi tempat 0-600 m dpl, suhu yang terbaik 24-28°C dan angin yang kuat (lebih dari 10 m/detik) berpengaruh jelek terhadap tanaman kakao. Kecepatan angin yang baik bagi tanaman kakao adalah 2-5 m detik karena dapat membantu penyerbukan (Susanto, 1994). Universitas Sumatera Utara Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban.Faktor - faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi.Suhu sangat berpengaruh terhadap pembentukan buah, pembungaan, serta kerusakan daun.Menurut hasil penelitian, suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30-32° C (maksimum) dan 1821° C (minimum).Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada suhu minimum 15° C per bulan. Suhu ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,6° C masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang (Karmawati et al., 2010). Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah.Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh.Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30% cahaya matahari atau pada 15% cahaya matahari penuh.Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak (Karmawati et al., 2010).Sebagai tanaman C3, kakao memiliki laju fotorespirasi tinggi, yaitu 20-50% dari hasil total fotosintesis.Menurut Wahyudi et al. (2008) fotorespirasi meningkat seiring dengan naiknya suhu udara.Di daerah tropis idealnya laju fotorespirasi mencapai 40%.Tidak seperti fotosintesis, fotorespirasi tidak menghsilkan energi energi yang bermanfaat bagi tanaman sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.Oleh karena itu, upaya menekan laju fotorespirasi identik dengan upaya meningkatkan produktivitas, diantaranya dengan pemberian naungan. Universitas Sumatera Utara Lingkungan hidup alami tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks luas daun optimum (Firdausil et al., 2008). Tanah Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6-7,5 atau tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan harapada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah (Karmawati et al., 2010).Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 1020% debu. Firdausil et al. (2008) meyatakan bahwa susunan yang demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu di atas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara, dan daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorbsi menandakan bahwa daya pegang tanah terhadap unsur – unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk diserap akar tanaman (Puslitkoka, 2004). Universitas Sumatera Utara Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi pada jenis tanah ultisol yang dikenal dengan solum tanahnya antara 1,3-5,0 m, tanah podsolik merah hingga kuning, teksturnya lempung berpasir sampai lempung liat, gembur, kandungan haranya rendah, tanah andosol dapat dikenal dengan solum tanah yang tebal antara 1-2 m, berwarna hitam kelabu sampai kakao tua (Widya, 2008). Status Serangga Pada Pertanaman Kakao Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem.Semakin banyak tempat dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid.Setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi (Putra, 1994). Hama utama atau hama kunci merupakan spesies hama pada kurun waktu yang lama selalu menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat, sehingga memerlukan usaha pengendalian yang seringkali dalam daerah yang luas. Tanpa usaha pengendalian, maka hama ini akan mendatangkan kerugian ekonomi bagi petani (Untung, 2001). Tanaman Kakao merupakan tanaman yang disukai oleh banyak jenis serangga hama. Hama utama penting pada pertanaman kakao di Indonesia yaitu Penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella Snell(Lepidoptera: Gracillariidae), kepik pengisap buah Helopeltis antonii Sign (Hemiptera: Miridae), Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae, dan Penggerek batang/cabang (Glenea spp.) (Departemen Pertanian, 2002). Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Ngengat PBK (Departemen Pertanian, 2002) Hama penggerek buah kakao sangat merugikan.Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Departemen Pertanian (2002) menyebutkan penggerek buah kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi. Biasanya lebih berat daripada yang sehat.Biji-bijinya saling melekat, berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil.Telur berwarna jingga, diletakkan satu per satu pada permukaan kulit buah.Ulat berwarna putih kekuningan atau hijau muda.Setelah ulat keluar dari dalam buah dia berkepompong pada permukaan buah, daun, serasah, karung atau keranjang tempat buah.Kepompong berwarna putih. Menurut Lim dan Pan (1986) ngengat PBK aktif pada malam hari, yaitu sejak matahari terbenam sampai dengan pukul 20.30. Aktivitas ngengat untuk kawin dan bertelur terjadi pada pukul 18.00 - 07.00 dengan puncaknya pada pukul 04.00 - 05.00).Setelah kawin ngengat akan meletakkan telur pada buah kakao.Pada siang hari mereka berlindung di tempat yang teduh dan panjang 7 mm. Seekor ngengat betina mampu bertelur 50-100 butir. Kepik Helopeltis spp. termasuk hamapenting yang menyerang buah kakao dan pucuk/ranting muda. Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, Universitas Sumatera Utara tetapisebaliknya pada buah muda.Buah muda yang terserang mengering lalurontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak.Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk layu dan mati, ranting mengering dan meranggas (Departemen Pertanian, 2002).Telur berwarna putih berbentuk lonjong.Diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit buah, tangkai daun muda, atau ranting. Dewasa mampu bertelur hingga 200 butir.Waktu makannya pagi dan sore.Kehidupannya juga terpengaruh cahaya, sehingga bila terlalu panas, nimfa muda akan pergi ke pupus dan dewasanya ke sela-sela daun yang berada di sebelah dalam ( Disbun Jatim, 2013). Gambar 3. Kepik penghisap Buah Kakao (Departemen Pertanian, 2002) Ulat hama Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae menyerang tanaman muda. Departemen Pertanian (2002) menyatakan bahwa ulat inimerusak bagian batang/cabang dengan cara menggerek menuju empelur (xylem) batang/cabang. Selanjutnya gerekan membelok ke arah atas.Pada permukaan lubang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan. Akibat gerekan ulat, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering dan mati. Telur hamaZeuzera coffeae berwarna kuning kemerahan / kuning ungu dan akan berubah menjadi kuning kehitaman, menjelang menetas. Telur Universitas Sumatera Utara diletakkan dicelah kulit kayu.Ulat berwarna merah cerah sampai ungu, sawo matang, panjangnya 3-5 cm. Kepompong dibuat dalam liang gerekan. Sayap depan ngengat berbintik hitam dengan dasar putih tembus pandang. Seekor betina dapat meletakkan telur 340-970 butir. Gambar 4.Ulat hama Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae (Puslitkoka, 1998) Hama penggerek batang/cabang Glenea larva nya menggerek batang pokok, terutama pangkal batang pada jaringan kambium dengan arah gerekan menyamping (horizontal).Juga terjadiserangan pada pangkal cabang utama.Pada kulit batang nampak kerusakan yang berbentuk cincin.Pada sekitar lobang dijumpai sisa-sisa gerekan yang strukturnya berserat dan berbuih.Telur diletakkan satu per satu dalam sayatan/goresan kecil pada kulit pohon kakao yang dibuat oleh betina.Larva berwarna kekuning–kuningan atau kuning terang, dan membuat terowongan yang bentuknya tidak teratur. Dia membuat ruangan pada bagian kayu pohon kakao, kemudian berkepompong di sana. Dewasa memakan kulit pucuk atau kulit muda pada berbagai jenis tanaman.Dewasa aktif terbang di siang hari (Departemen Pertanian, 2002). Gambar 5.Penggerek batang/cabang Glenea novemguttata (Kalshoven, 1981) Universitas Sumatera Utara Selain hama, pada pertanaman kakao juga terdapat musuh alami dan serangga berguna lainnya. Serangga musuh alami terdiri dari pemangsa dan parasitoid dan serangga berguna yaitu penyerbuk dan pengurai.Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain yang menyebabkan kematian sekaligus. Kadang-kadang disebut predator.Predator berguna karena memakan hama tanaman. Serangga yang merupakan pemangsa pada pertanaman kakao menurut Departemen Pertanian (2002) yaitu semut hitam, kumbang kubah, kumbang tanah, kumbang kalajengking, capung besar, capung jarum, kepik leher, belalang sembah, cecopet, lalat apung, lalat perampok, dan tawon kertas. Gambar 6. Semut hitam, predator penghisap buah Helopelthis (Departemen Pertanian, 2002) Parasitoid adalah serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain dan membunuhnya secara pelan-pelan dari dalam. Parasitoid berguna karena membunuh hama, sedangkan parasit tidak membunuh inangnya, hanya melemahkan. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoidhama di kebun kakao.Menurut Departemen Pertanian (2002) yang termasuk serangga parasitoid pada pertanaman kakao yaitu tawon pinggang pendek, tawon pinggang ramping, tawon goryphus, tawon trichogramma, tawon mymarid, dan lalat tachinid. Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Tawon pinggang ramping, parasitoid hama PBK (Departemen Pertanian, 2002) Serangga penyerbuk berperan penting dalam penyerbukan tanaman berbunga.Aktivitas kunjungan serangga penyerbuk pada bunga dimulai pada pagi hari, meningkat hingga siang hari dan menurun pada sore hari (Pattel dan Sattagi, 2007).Tanaman memerlukan bantuan penyerbuk untuk pembentukan buah.Menurut Freitas dan Paxton (2002) ada beberapa jenis serangga yang diketahui sebagai penyerbuk yaitu semut, lebah, kupu-kupu, dan tabuhan. Serangga juga mempunyai peranan yang besar dalam menguraikan sampah organik menjadi bahan anorganik.Menurut Suheriyanto (2008) beberapa contoh serangga pengurai adalah collembolan, rayap, semut, kumbang penggerek kayu, kumbang tinja, lalat hijau dan kumbang bangkai. Dengan adanya serangga tersebut, sampah akan cepat terurai dan kembali menjadi materi di alam. Pengendalian Hama Terpadu Sebagai usaha untuk menyelamatkan hasil komoditas perkebunan dari serangan hama penyakit, para petani secara intensif atau bahkan cenderung berlebihan menggunakan pestisida untuk penyemprotan lahan usaha tani nya. Menurut Agustian dan Rahman (2009) penggunaan pestisida yang berlebihan ini berimplikasi pada meningkatnya biaya usaha tani dan menimbulkan masalah baru bagi lingkungan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Menyadari akankelemahan pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida, maka perlu upaya pengendalian yang efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, sejak tahun 1997/1998 pemerintah mengintroduksikan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman perkebunan rakyat.Pengembangan PHT telah dilakukan pada beberapa komoditas perkebunan rakyat seperti kakao, lada, teh, kapas, jambu, dan kopi (Agustian dan Rahman, 2009). Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian yang kompatibel antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomik tidak merugikan serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani (Oka, 1994). Penerapan PHT pada tanaman kakao memungkinkan petani memilih strategi pengelolaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Penggunaan sistem pengelolaan terpadu mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman kakao, mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak perlu, menyediakan alternatif pengelolaan hama dan penyakit dan memperbaiki hasil serta kualitas kakao, oleh karena itu dapat meningkatkan pendapatan petani (Konam, et al., 2009). Gambar 6. Sarang Semut Buatan pada Tanaman Kakao Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan prinsip PHT antara lain mencakup sejauh mana petani mau melaksanakan pengamatan hama/penyakit tanaman secara teratur, bagaimana tata cara melakukan pengamatan hama/penyakit dan bagaimana tanggapan petani atas hasil usaha pengamatan yang telah dilakukan, pengambilan keputusan dalam kegiatan pengendalian hama/penyakit dan bagaimana kinerja petani dalam menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya tentang PHT ke petani lainnnya (Darwis, 2006). Hasil produksi yang diperoleh akan lebih tinggi dengan menggunakan sistem PHT. MenurutKonam, et al. (2009) hal ini dikarenakan sistem PHT meliputi perbaikan bahan tanam dengan potensi hasil lebih tinggi, tahan penyakit, dan mempunyai karakteristik unggul, rehabilitasi yang efektif pada tanaman yang sudah ada akan memperbaiki tanaman kakao, pemangkasan tanaman kakao dan tanaman penaung tepat waktu untuk memperbaiki banyaknya sinar yang masuk dan aliran udara serta merangsang pertumbuhan, penerapan sanitasi untuk mengurangi inokulum hama dan penyakit, penghambatan daur hama dan penyakit serta gerakan vector, dan pengendalian gulmapenggunaan pupuk kandang atau pupuk anorganik untuk memperbaiki nutrisi kakao. Keanekaragaman Serangga Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya(Krebs, 1978). Untuk memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Odum, 1996). Universitas Sumatera Utara Dalam ekosistem alami semua mahluk hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama. Di ekosistem alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna yang beragam. Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem pertanaman yang beraneka ragam berpengaruh kepada populasi spesies hama (Oka, 1994). Kehidupan suatu spesies serangga dipengaruhi oleh dua faktor. Menurut Little (1971) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT dalam garis besarnya yaitu: 1. Faktor dalam adalah faktor yang berada dalam tubuh orgnisme seperti organ tubuh dan keadaan fisiologisnya 2. Faktor luar adalah faktor yang berada di luar tubuh organisme yang mempengaruhinya langsung dan tidak langsung yaitu faktor fisik, biotik dan makanan. Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu kewaktu lainnya, tetapi naik turun. Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan bertumbuh sepanjang waktu (Untung, 2001). Menurut Krebs (1978)ada 6 faktor yang saling berkaitan menentukan derajat naik turunnya keragaman jenis, yaitu : 1. Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme daripada komunitas muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi. Universitas Sumatera Utara 2. Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya. 3. Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama yang ketersediaanya kurang, atau walaupun ketersediaannya cukup, namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu. 4. Pemangsaan, memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya. 5. Pemangsaan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemangsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan keragaman jenis. 6. Kestabilan iklim, makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu lingkungan, maka semakin banyak jenis dalam lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil, lenih memungkinkan keberlangsungan evolusi. 7. Produktivitas, juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi. Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies (persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies (persaingan, teritorial) (Untung, 2001). Universitas Sumatera Utara