HSUN TZU - Gentanusantara

advertisement
www.gentanusantara.co.cc
email : [email protected]
FILSAFAT KONFUSIANISME
Oleh: Ws. Dr. Oesman Arif
HSUN TZU
Buku I
TEKAD UNTUK BELAJAR
Orang bijak ( Kun cu ) berkata : Belajar tidak boleh berhenti . Ibarat warna
hijau . berasal dari warna biru , tetapi warna hijau lebih mendekati alam . Es
berasal dari air , tetapi es lebih dingin dari pada air.Batang pohon yang lurus
terdiri dari serat yang tegak lurus,bila dipanaskan bisa dilengkungkan menjadi
roda kereta, tidak dapat lurus lagi meskipun disinari matahari, hal itu telah
menjadi sifat kayu. Logam dapat menjadi benda tajam karena digosok.Seorang
bijak (kuncu) memperluas pengetahuan dan setiap hari berlatih maka akan
menjadi pandai dan cerdas. Orang yang belum pernah mendaki gunung tak tahu
betapa tingginya langit, orang yang tak pernah menuruni jurang dan lembah tak
mengetahui
betapa
tebalnya
bumi.Orang
yang
belum
membaca
buku
peninggalan para raja Jaman dahulu tidak mengetahui betapa dalam dan
luasnya ilmu.Anak-anak dari negeri Kan , Yueh,Yi, dan Ho saat mereka lahir
bersuara sama, setelah mereka besar kehidupan mereka berbeda karena
perbedaan kebiasaan dan pendidikan,
Dalam kitab Syair tertulis :” Hai orang bijak, janganlah beristirahat
berkepanjangan, lakukanlah kewajibanmu sesuai kedudukanmu,sayangilah
orang-orang yang berhati lurus dan tegar, para arwah akan mendengarkanmu,
dan kebahagian besar akan kau dapatkan”.Para arwah Suci tak sehebat Tao (
Jalan Kebenaran ) dalam mengubah nasib manusia,tiada kebahagiaan yang
lebih besar dari pada tanpa penyesalan. Nabi Khongcu bersabda : “ Aku pernah
merenung sepanjang hari, namun manfaatnya tidak sebanding dengan belajar
dalam waktu singkat.Aku telah berdiri dengan jari kakiKu untuk mengintip, tetapi
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
1
www.gentanusantara.co.cc
email : [email protected]
tidak lebih jelas dari pada mencari tempat tinggi untuk memandang panorama
sekeliling, Orang yang berdiri di ketinggian bila melambaikan tangan tidak perlu
menjulurkan tangannya, namun dapat dilihat dari kejauhan. Orang yang berteriak
searah dengan angin tidak memerlukan tenaga berlebihan, suaranya dapat
terdengar
jelas.Menggunakan
kuda
untuk
menarik
kereta
tidak
perlu
menambahkan kakinya ,ia sudah dapat berjalan ribuan li ( pal ) . Orang yang
menggunakan perahu ia tidak harus bisa berenang , tetapi dapat menyeberangi
sungai besar dan sungai kecil. Seorang bijak (Kuncu ) dilahirkan tidak berbeda
dengan yang lain , ia juga menggunakan alat-alat untuk hidupnya.
Di daerah selatan terdapat seekor burung , disebut “MENG JIU “ (meng
ciu) ia membuat sarang dari bulu, dan dililit dengan rambut, diikatkan pada
pohon bambu. Angin menggoyang bambu dan telur-telur jatuh anak-anak burung
mati, meskipun sarangnya dibuat sempurna, bencana itu disebabkan kesalahan
memilih tempat ikatannya Di daerah barat terdapat pohon disebut “ She -Kan “ ,
batangnya sepanjang empat inci tumbuh diatas puncak gunung yang tinggi bila
dilihat
dari
sudut
tertentu
pohon
itu
tampak
seperti
ratusan
depa
panjangnya.Pohon itu tidak tinggi sebenarnya , tetapi karena ia memilih tempat
yang tinggi maka ia tampak tinggi. Pohon primbos tumbuh diantara pohon serat ,
mereka kelihatan lurus meskipun tidak diluruskan. Pasir putih tercampur dengan
lumpur hitam menjadi hitam , Akar bunga Lan Huai disebut Chih terendam di
dalam pupuk bau. Orang bijak tak mau mendekat, orang biasa tak akan
menyukai.
Sejatinya
dia
bukan
tak
cantik,
tetapi
karena
lingkungan
keberadaannya tidak sesuai. Oleh karena itu orang bijak harus memilih tempat
tinggal desa yang baik. Pergi belajar ilmu harus mencari guru yang pandai. Maka
hindari orang-orang jahat dan dekati orang yang jujur dan setia.
Munculnya semua mahluk hidup pasti ada asal usulnya, kehormatan dan
kehinaan ada asalnya pasti berasal dari perbuatan orangnya. Daging busuk
mengeluarkan belatung, ikan busuk mengeluarkan belatung, kemalasan dan
kecerobohan, dan mengabaikan hidupnya sendiri adalah sumber bencana dan
kesialan. Menguatkan diri sendiri menjadikan kokoh, melemahkan diri sendiri
menjadikan loyo. Kejahatan dalam diri akan mendatangkan kebencian dan
2
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
www.gentanusantara.co.cc
email : [email protected]
kehancuran. Api membakar kayu kering, air membasahi tanah yang rata dengan
merata. Ada semak dan pohon tumbuh lebat hewan-hewan hidup di sana.
Semua benda berasal dari jenisnya. Apabila sasaran sudah ditentukan maka
panah diluncurkan. Batang pohon-pohon tumbuh besar maka kampak pun
berdatangan. Pohon-pohon menjadi rindang tempat burung-burung datang
beristirahat. Makanan yang mulai berbau busuk mengundang kutu dan lalat
berdatangan. Oleh karena itu perkataan ada yang dapat mengundang bencana,
perilaku juga dapat mendatangkan kehinaan, maka seorang bijak (kuncu) harus
dapat menjaga dirinya tetap dalam kedudukannya yang baik.
Gundukan tanah menjadi gunung, mendatangkan angin dan hujan,
kumpulan air menjadi sumber air (telaga) memunculkan naga dan buaya.
Perbuatan yang baik berulang-ulang mendatangkan kebajikan dan ketuhanan,
dan penerangan batin akan diperolehnya, dan kesucian hati menjadi sempurna.
Maka bila tidak dimulai dari separoh langkah tidak akan menempuh seribu li.
Tidak mengumpulkan air dari sungai-sungai kecil, tak akan ada sungai besar dan
laut. Kuda yang bagus tak mungkin sekali lompat mencapai sepuluh langkah,
tetapi sebuah gerobak rusak dapat menempuh jarak sepuluh li dalam sepuluh
hari tanpa berhenti. Mengukir kayu lunak bila berhenti tidak akan selesai,
mengukir batu dan logam bila tidak berhenti akan terjadi bentuk yang diinginkan.
Cacing tanah meskipun tidak memiliki cakar dan gigi yang tajam, dan tidak
memiliki tulang dan otot yang kuat, tetapi dapat makan tanah dan menerobos ke
atas, dan minum air lumpur di sumber bawah tanah, karena mereka
menggunakan kebulatan hatinya. Kepiting tidak dapat membuat gua, maka tidak
dapat bersembunyi dari musuhnya, hanya dengan tekat hatinya mereka
menyelamatkan diri. Oleh karena itu kalau orang tidak mempunyai cita-cita yang
mantap maka tidak mempunyai pedoman untuk mencapai kecerdasan dan
kecermatan, tidak dapat melakukan pekerjaan dengan iklas dan berguna, dan
tidak memberikan manfaat yang besar. Orang yang mengerjakan dua pekerjaan
sekaligus tidak akan mencapai hasil yang baik, mata tak dapat melihat dua
benda sekaligus dengan jelas. Telinga tidak dapat mendengarkan dua suara
sekaligus dengan jelas. Ular Teng tidak mempunyai kaki tetapi dapat terbang,
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
3
www.gentanusantara.co.cc
email : [email protected]
hewan Wushu mempunyai lima kepandaian tetapi selalu miskin dan menderita.
Dalam kitab Sanjak tertulis: “Burung She Chiu bersarang di pohon chuang
beranak 7 ekor, dengan adil merawatnya”, seorang bijak yang baik harus
mempunyai watak yang adil seperti itu maka keadilan dapat menyatukan hati
semua orang dalam satu ikatan. Oleh karena itu seorang bijak harus dapat
menyatukan rakyatnya dalam satu hati.
Pada jaman dahulu kala saat Hu Pa memainkan kecapi, ikan-ikan datang
mendengarkan. Bila Po Ya memainkan kecapi, keenam kuda kereta kerajaan
mengangkatkan kepalanya ke atas. Maka itu suara yang halus dan lembut dapat
didengarkan, tak ada perbuatan yang dirahasiakan yang tidak meninggalkan
bekas. Batu giok tersimpan di gunung, rumput dan pohon tumbuh juga di sana,
mutiara tersimpan di dalam danau dan tepian danau itu tidak menjadi kering.
Khawatir kurang banyak berbuat kebajikan tidak takut namanya tidak dikenal
oleh orang jauh.
Metode belajar sesuatu mulai dari mana? Di mana berhenti? Jawabnya :
Mulailah dengan belajar berhitung kemudian dilanjutkan dengan membaca kitab
klasik (king), kemudian diakhiri dengan belajar kitab kesusilaan (li). Tujuan utama
belajar adalah mula-mula menjadi siswa yang pandai (su), pada akhirnya
menjadi orang suci (seng jin). Dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga
lama-lama akan menguasai ilmu juga. Orang yang belajar ilmu tidak ada
akhirnya dan tidak boleh berhenti, oleh karena masa belajar akan berhenti oleh
kematian, tetapi semangat untuk belajar tidak boleh berhenti selama hayat
dikandung badan. Demikianlah adanya manusia, yang berhenti belajar adalah
burung-burung dan hewan liar. Kitab Hikayat (Su King) mencatat masalah
kenegaraan (politik), Kitab Sanjak (Si King) mengatur nada suara dan tanda
berhenti. Kitab Lee Ki menguraikan pokok aturan dan menjabarkan hubungan
masyarakat dan aturannya, oleh karena itu kitab Lee Ki adalah pelajaran paling
atas dan berhenti di sana. Inilah yang disebut moral yang tertinggi. Kitab Lee Ki
mengajarkan penghormatan dan tata upacara, Kitab Kesenian (Gak Ki)
mengajarkan keharmonisan (tiong hoo), Kitab Sanjak (Si King) dan Kitab Hikayat
(Su
King)
memperluas
pengetahuan
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
dan
pemikiran,
Kitab
Jun
Jiu
4
www.gentanusantara.co.cc
email : [email protected]
mengembangkan pemikiran kreatif dan canggih dan misteri, semua yang di
dalam dunia ini sudah termuat semuanya.
Ilmu yang dimiliki orang bijak (kuncu) masuk dari telinga, disimpan di
dalam hati, kemudian diteruskan ke seluruh tubuh, diwujudkan di dalam
perbuatan saat bergerak maupun saat diam. Semua perbuatannya, semua
gerakannya dapat menjadi teladan bagi orang lain. Orang rendah budi (siau jin)
cara belajarnya demikian, masuk dari telinga keluar dari mulut, jarak telinga
dengan mulut hanya 4 inci bagaimana dapar bertanggung jawab atas keindahan
tubuh yang tujuh kaki ini? Pada jaman dahulu orang belajar demi membina
dirinya, sekarang orang belajar demi menyaingi orang lain. Orang bijak belajar
ilmu untuk membuat dirinya lebih agung, indah dan berwibawa. Orang rendah
budi belajar ilmu untuk menjadikan dirinya seperti burung atau sapi (mencari
nafkah), maka memberi perintah kepada orang lain tanpa menanyakan
kemampuannya
adalah
kesombongan,
menanyakan
satu
hal
lantas
memerintahkan dua hal itu sewenang-wenang, janganlah sombong dan
janganlah sewenang-wenang, orang bijak seperti sebuah gema (tidak lebih tidak
kurang dari sumber suaranya). Belajar ilmu lebih baik bila dekat dengan guru
yang pandai. Tata susila (li) dan musik (ye) mengajarkan prinsip-prinsip pokok
dan tidak menjelaskan rinciannya. Kitab Sanjak (Si King) dan Kitab Hikayat (Su
King) menceritakan hal yang kuno dan tidak sesuai dengan keadaan jaman
sekarang. Kitab Jun Jiu membicarakan anjuran-anjuran yang tidak dapat
dilaksanakan dengan mudah dan dimengerti dengan cepat. Hanya dengan
mendekati guru yang bijak dan mempelajari ilmunya dengan sungguh-sungguh
baru dapat menjadikan diri anda sebagai orang yang mempunyai pribadi yang
pantas dihormati, dan dapat menguasai pengetahuan tentang dunia ini. Oleh
karena itu dikatakan : “belajar itu tidak ada yang lebih baik daripada dekat
dengan guru yang pandai”. Menurut aturan belajar tidak ada yang lebih cepat
daripada menyukai gurunya, yang berikutnya ialah menghormati guru dengan
kesusilaan. Apabila tidak dapat menyukai guru dan menghormati guru,
bagaimana orang dapat mengikuti ajaran dari Kitab Sanjak dan Kitab Hikayat
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
5
www.gentanusantara.co.cc
email : [email protected]
yang membicarakan berbagai hal yang rumit maka sepanjang hidupnya sampai
dengan hari akhirnya ia tak pernah menjadi seorang terpelajar.
Bila menelusuri riwayat raja jaman dahulu, mencari pokok dari jin (cinta
kasih) dan gi (kebenaran dan keadilan) dan kesusilaan (li) adalah pedoman bagi
perilaku manusia. Ibaratnya orang menarik pelindung leher yang berbulu dengan
lima jarinya dan menarik dengan tangannya maka semua bulu itu akan
berantakan dan bertebaran. Bekerja apabila tidak dilakukan dengan aturan,
seperti yang dijelaskan dalam Kitab Sanjak dan Kitab Hikayat, seperti mengukur
dalamnya sungai dengan jari tangan saja, seperti menumbuk padi-padian
dengan tombak, seperti mengambil makanan dari panci dengan jarum,
semuanya pekerjaan yang tidak akan berhasil baik. Oleh karena itu orang yang
mengagungkan kesusilaan meskipun ia belum cukup tegas namun ia dapat
disebut orang yang sudah mempunyai prinsip. Yang tidak mengagungkan
kesusilaan meskipun ia suka meneliti dan berdiskusi namun ia tidak dapat
menjadi orang terpelajar (ru). Orang yang bertanya tentang hal yang tidak baik
tidak perlu diberitahu, kalau dia ingin memberitahukan hal yang buruk jangan
bertanya kepadanya, kalau dia bicara hal-hal yang buruk jangan didengarkan.
Dengan orang yang suka marah dan bermusuhan jangan diajak berdiskusi. Oleh
karena itu bergaul dekatlah dengan orang yang sudah mencapai jalan suci (tao),
yang tidak mengikuti jalan suci hindarilah. Orang yang mempunyai kesusilaan
dan rasa hormat dapat diajak bicara tentang jalan suci, yang pemikirannya
sistematis dapat diajak mendiskusikan prinsip dari tao, orang yang dapat
memahami berbagai pola pemikiran dapat diajak membicarakan puncak jalan
suci (tao). Maka yang belum dapat diajak berdiskusi sudah diajak berdiskusi itu
ceroboh, yang sudah dapat diajak berdiskusi tetapi tidak diajak berdiskusi
disebut melalaikan. Berbicara dengan orang tanpa memperhatikan wajahnya itu
disebut membutakan diri, maka orang bijak tidak mengabaikan orang, tidak
merahasiakan dan tidak membutakan diri, ia berbicara dengan hati-hati dan
memperhatikan pendengarannya. Kitab Sanjak tertulis: ”Tiada yang tidak sopan,
tiada yang sembrono, semuanya memperoleh berkah dari Tuhan,” begitu
aturannya.
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
6
www.gentanusantara.co.cc
email : [email protected]
Seratus anak panah dilepaskan ada satu tidak mengenai sasaran, tidak
dapat disebut pemanah yang berhasil. Perjalanan seribu li kurang setengah
langkah tidak dapat disebut perjalanan yang berhasil. Tidak memahami
hubungan antar manusia, cinta kasih (jin) dan kebenaran (gi) tidak terpadu, tidak
dapat disebut pelajar yang berhasil. Orang yang belajar harus dapat memadukan
berbagai ilmu pengetahuan menjadi satu, yang diungkapkan terpadu, yang
diserap masuk terpadu. Orang-orang yang tidak dapat memadukan ilmu
pengetahuan seperti juga orang jalanan, kebaikannya sedikit keburukannya
banyak seperti juga Raja Jik, Raja Kiat, Raja Tiu dan Raja Chee. Orang
terpelajar harus sekuat tenaga dan sungguh-sungguh baru menjadi orang
terpelajar.
Orang bijak menyadari dirinya belum sempurna mempelajari ilmu, kurang
rinci dan belum bagus, maka dikuasainya buku-buku klasik kalimat demi kalimat
agar dirinya menguasai tiap bagian, membuang hal-hal yang buruk dan
memelihara hal-hal yang bermanfaat, agar mata tidak melihat hal-hal yang tidak
pantas, agar telinga tidak mendengar hal-hal yang tidak pantas, agar mulut tidak
membicarakan hal-hal yang tidak pantas, agar hati tidak memikirkan hal-hal yang
tidak pantas. Setelah sampai pada tingkat yang baik, matanya senang melihat
lima warna, telinganya senang mendengar lima suara, mulutnya menyukai lima
rasa, hatinya peka untuk menguasai jagad. Dengan demikian ia tak dapat
dipaksa oleh kekuasaan, orang banyak tak dapat mengubahnya negara pun
tidak dapat menggoncangnya. Kehidupannya tergantung dari itu, kematiannya
juga
tergantung
dari
itu,
ini
disebut
memiliki
kebajikan
dan
dapat
memanfaatkannya. Dapat memanfaatkan kebajikan maka menjadi teguh, karena
keteguhan maka dapat diandalkan menyelesaikan masalah. Orang yang teguh
dan dapat diandalkan disebut manusia sejati. Maka langit memperlihatkan
kecerahannya bumi memperlihatkan kebesarannya, orang bijak memelihara
kesempurnaannya.
Filsafat Konfusianisme – Ws Dr Oesman Arif Lim
7
Download