ABSTRAK Indonesia tengah mengalami dekadensi moral kolektif, yaitu suatu keadaan negara yang carut marut dimana semua menjadi bias, serba tidak jelas antara benar dan salah, baik dan buruk. Dewasa ini berbagai suguhan fakta mengenai turunnya kualitas perilaku sosial kerap mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Keadaan tersebut tentunya menimbulkan kecemasan dan ketakutan di masyarakat. Rakyat kecil terus tertindas sedangkan penguasa semakin ‘bringas’. Permasalahan yang dihadapi Indonesia ini merupakan hal yang kompleks dan tidak berujung. Kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena peningkatan krisis kepercayaan terhadap negara dan aparat merupakan dampak yang sangat berbahaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kulitatif dengan pendekatan analisis wacana Model Teun A. van Dijk. Model ini memberikan kerangka analisis yang meliputi Dimensi Teks yang meneliti struktur makro yaitu tematik (topik), Superstuktur yaitu skematik (skema) dan superstruktur pada elemen latar dan retoris. Dimensi Kognisi Sosial yang mengungkap proses produksi suatu lirik lagu yang melibatkan model dan memori seniman/penulis lirik serta Dimensi Konteks Sosial yang menguak tentang bangunan wacana dekadensi moral yang berkembang dalam masyarakat melalui kekuasaan dan akses yang dimiliki kelompokkelompok tertentu dalam masyarkat, yang dalam hal ini adalah seniman. Namun dalam penelitian ini penulis tidak hanya menyadur kerangka anaisis van Dijk, tetapi memodifikasinya dengan beberapa metode sekunder lainnya yaitu wawancara tambahan dengan budayawan, mahasiswa, tokoh masyarakat dan cedikiawan muslim; korespondensi dengan kondisi faktual sebagai penguat argumentasi penulis lirik ataupun dengan membagikan angket dengan teknik accidental sampling kepada masyarakat sekitar Jl. Tamansari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi citra Indonesia dalam lirik lagu Anak Kecil Kehilangan Bendera benar adanya. Pertama, dari analisis teks tersebut, jelas terlihat bahwa penulis lirik ingin menyampaikan keprihatinan dan kesedihannya terhadap keadaan bangsanya. Kedua, model dan memori kognisi penulis lirik mengenai peristiwa yang terjadi tergambar dalam kata yang digunakan dan urutan yang dikedepankan dalam lirik. Dan ketiga, penggambaran pesan moral yang dilakukan oleh penulis lirik ternyata dirasakan pula oleh masyarakat umum.